• Tidak ada hasil yang ditemukan

PARTAI POLITIK DAN REKRUTMEN POLITIK ((Studi Atas Rekrutmen Koalisi Partai Golkar dan PPP dalam Mengusung. Oleh:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PARTAI POLITIK DAN REKRUTMEN POLITIK ((Studi Atas Rekrutmen Koalisi Partai Golkar dan PPP dalam Mengusung. Oleh:"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

PARTAI POLITIK DAN REKRUTMEN POLITIK

(

(Studi Atas Rekrutmen Koalisi Partai Golkar dan PPP dalam Mengusung Pasangan Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati

di Kabupaten Demak Tahun 2015)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Cendhy Vicky Vigana 1112112000005

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

ii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul:

PARTAI POLITIK DAN REKRUTMEN POLITIK

(Studi Atas Rekrutmen Koalisi Partai Golkar dan PPP dalam Mengusung Pasangan Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati

di Kabupaten Demak Tahun 2015)

1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua Sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya kemudian menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 20 Mei 2019

(3)

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:

Nama : Cendhy Vicky Vigana NIM : 1112112000005 Program Studi : Ilmu Politik

Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:

PARTAI POLITIK DAN REKRUTMEN POLITIK (Studi Atas Rekrutmen Koalisi Partai Golkar dan PPP dalam Mengusung Pasangan Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati di Kabupaten Demak Tahun 2015)

Telah diuji pada tanggal 20 Mei 2019

Ciputat, 20 Mei 2019

Menyetujui, Pembimbing,

Dr. A. Bakir Ihsan, M.Si NIP: 19720412 200312 1 002 Mengetahui,

Ketua Program Studi

Dr. Iding Rosyidin, M.Si NIP: 19701013 200501 1 003

(4)

iv

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI SKRIPSI

PARTAI POLITIK DAN REKRUTMEN POLITIK

(Studi Atas Rekrutmen Koalisi Partai Golkar dan PPP dalam Mengusung Pasangan Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati

di Kabupaten Demak Tahun 2015) Oleh

Cendhy Vicky Vigana 1112112000005

telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 20 Mei 2019. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Ilmu Politik.

Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 20 Mei 2019 Ketua,

Dr. Iding Rosyidin, M.Si NIP: 19701013 200501 1 003

Sekretaris,

Suryani, M.Si

NIP: 19770424 200710 2 003 Penguji II,

Adi Prayitno, M.I.P Penguji I,

Dr. Sirojuddin Aly, M.A NIP: 19540605 200112 1 001

Ketua Program Studi Ilmu Politik, FISIP UIN Jakarta

Dr. Iding Rosyidin, M.Si NIP: 19701013 200501 1 003

(5)

v ABSTRAK

Skripsi ini memusatkan analisis perhatian pada rekrutmen kandidat politik pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati, yang diusung oleh koalisi partai Golongan Karya (Golkar) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) pada Pilkada Kabupaten Demak tahun 2015. Selain itu pasangan calon tersebut yang diusung Partai Golkar dan PPP adalah pasangan calon yang bukan berasal dari kader partai (non kader). Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa mekanisme perekrutan kandidat kepala daerah Kabupaten Demak tahun 2015 yang diusung oleh partai Golkar dan PPP.

Studi ini menarik dan penting dilakukan mengingat kurangnya kajian terhadap rekrutmen kandidat politik pada konstelasi politik dalam monemtum perebutan jabatan politik, di tingkat lokal, khususnya pada Pilkada Serentak tahun 2015.

Untuk menjawab penelitian ini digunakan metode kualitatif, dengan analisis deskriptif dan penelitian lapangan serta melalui serangkaian studi pustaka yang mendalam terhadap literatur dan dokumen yang relevan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dua hal: pertama, apa yang membuat Partai Golkar dan PPP mengusung pasangan calon bupati dan wakil bupati Kabupaten Demak yang bukan dari kader partai sendiri; kedua, apa faktor yang membuat Partai Golkar berkoalisi dengan PPP di Kabupaten Demak pada pilkada tahun 2015. Landasan teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah teori partai politik, teori koalisi, teori rekrutmen politik dan partisipasi politik.

Hasil temuannya adalah terlepas dari semua kendala, hambatan dan tantangan yang dihadapi masing-masing partai (baik partai Golkar dan PPP), baik internal dan eksternal, kedua partai dengan jelas tidak berkomitmen secara serius untuk mengusung kader internal sebagai calon kandidat yang layak untuk diusung pada kontestasi pilkada tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa partai Golkar dan PPP tidak berkomitmen secara serius untuk mengusung kadernya sebagai kandidat yang akan diusung dalam kontestasi pilkada Kabupaten Demak tahun 2015.

Kata Kunci : Partai Politik, Koalisi, Rekrutmen Politik, Partai Golkar, PPP, H.

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai tugas akhir. Shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya dari awal hingga akhir zaman nanti.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan di dalamnya, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Penyusunan skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Rektor Syarif Hidayatullah Jakarta sebelumnya, Prof. Dede Rosyada, M.A, beserta seluruh staff dan jajarannya.

2. Rektor Syarif Hidayatullah Jakarta saat ini, Prof. Dr. Amany Burhanudin Umar Lubis, Lc, M.A, beserta seluruh staff dan jajarannya

3. Prof. Dr. Zulkifli, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah sebelumnya, beserta seluruh staff dan jajarannya 4. Ali Munhanif, Ph. D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

(FISIP) UIN Syarif Hidayatullah saat ini, beserta seluruh staf dan jajarannya. 5. Dr. Iding Rasyidin, M.Si selaku Kepala Program Studi Ilmu Politik, dan

dosen marketing politik, yang dari kelas tersebut penulis banyak belajar soal ekonomi-politik.

(7)

vii

6. Suryani, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Politik, dan dosen filsafat politik yang penulis kagumi.

7. Dr. A. Bakir Ihsan, M.Si selaku dosen pembimbing, yang telah memberikan banyak waktu, tenaga, dan pikiran, masukan dan kritikan agar penulisan skripsi ini dapat terwujud dengan baik. Semoga kesabarannya dilipatgandakan oleh Yang Maha Kuasa.

8. Dr. Idris Thaha, M.Si selaku dosen pembimbing proposal skripsi. Terima kasih telah membimbing, meluangkan waktu, tenaga dan pikiran di tengah kesibukannya sehingga proses penyempurnaan untuk menjadi skripsi ini dapat terpenuhi.

9. Seluruh dosen di Program Studi Ilmu Politik yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis. Dan tak pernah terlupakan.

10. Pak Jajang, yang telah banyak membantu moral dan administrasi selama sama kuliah, khususnya sampai saya dapat lulus. Semoga kebaikannya dapat dirasakan juga kepada angkatan selanjutnya.

11. Untuk kedua orang tua saya, Ayahanda Sutikno dan Ibunda Sri Hardiyantiningsih. Terima kasih atas segala do’a dan jasa yang selama ini engkau berikan. Tanpa do’a dan jasamu, saya tak mungkin dapat kuliah. 12. Kakak penulis, Moudhy Monica, yang terus mendorong agar skripsi ini cepat

selesai. Semoga hidayah Allah selalu menyertai.

13. Kepada teman hidup (insya Allah selamanya) Erika Sita Prasasti yang telah memberikan dorongan dan masukan agar skripsi ini dapat selesai dengan cepat. Semoga kebaikan kamu dibalas berkali lipat oleh Allah SWT.

(8)

viii

14. Segenap rekan-rekan Forum Mahasiswa Ciputat, tempat menimba ilmu dan gerbang pengetahuan diluar kampus. Siswo, Erwin, Rafsan, Nana, Abda, Iir, Fed, Maulana, Aldo, Roy, Didi, Dodi, Faisal, Emha, Ihya, Hodari, Saepul, dll. Serta menjadi rumah kedua bagi penulis.

15. Segenap keluarga besar PT. Konsep Indo Riset Strategi, yang telah memberikan pengalaman yang luar biasa kepada penulis. Dan memberikan penulis tempat untuk belajar mengenai politik yang lebih praktis dilapangan. Terima kasih sebanyak-banyaknya untuk Kak Very Muchlis sebagai pimpinan, yang dengan sangat sabar membimbing penulis. Semoga kebaikannya dilipatgandakan oleh Allah SWT. Serta PT. Konsep Indo Riset Strategi makin berjaya dibidangnya.

16. Segenap rekan-rekan Ilmu Politik A angkatan 2012. Alfia, Kartika, Azizi, Nisa, Alice, Devi, Mabrur, Ruhul, Abrar, Rozi, Hata, Sambung, Rizky, Fahrul, Yusuf, Ojan, Amin, Dipo, Rahmat, Cak Ipul, Faqih, Fery dan Helmi. 17. Keluarga KKN Serabi: Rizky, Mabrur, Dwi, Fajar, Nida, Tuti, Nanda, Ulul,

Dhia, Elsa, Maz, Abas, Jannah, Rahmah dan Rahmat.

18. Dan terakhir kepada semua pihak, yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam mengerjakan skripsi ini.

Sulit untuk menyelesaikan skripsi ini tanpa adanya bantuan, bimbingan, dan saran dari berbagai pihak. Semoga Allah SWT selalu memberikan karunia-Nya dan membalas kebaikan mereka atas bantuan yang telah diberikan.

(9)

ix DAFTAR ISI

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ...I LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ...II ABSTRAK ...III KATA PENGANTAR ...IV DAFTAR ISI ...VII DAFTAR TABEL...IX DAFTAR GAMBAR...XI DAFTAR SINGKATAN...XII BAB I PENDAHULUAN A. Pernyataan Masalah...1 B. Pertanyaan Penelitian ...7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...7

D. Tinjauan Pustaka...8

E. Metode Penelitian...14

F. Sistematika Penulisan ...17

BAB II KERANGKA TEORI A. Teori dan Fungsi Partai Politik ...19

A.1. Teori Partai Politik ...19

A.2. Peran dan Fungsi Partai Politik ...22

B. Teori dan Bentuk Koalisi ...25

B.1. Teori Koalisi ...25

B.2. Bentuk Koalisi ...27

C. Teori Rekrutmen Politik ...31

C.1. Model Rekrutmen Politik ...32

D. Teori Partisipasi Politik ...35

BAB III GAMBARAN UMUM PROFIL H. M. NATSIR DAN JOKO

SUTANTO PADA PILKADA KABUPATEN DEMAK

TAHUN 2015 SERTA DINAMIKA DUALISME KONFLIK PARTAI GOLKAR DAN PPP

(10)

x

A. Profil Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Demak…..37

A.1. Profil Calon Bupati H. M. Natsir...37

A.2. Profil Calon Wakil Bupati Joko Sutanto...40

B. Visi dan Misi ...41

C. Dinamika Dualisme Partai Pengusung ...44

C.1. Partai Golkar ...44

C.2. Partai PPP ...49

BAB IV ANALISIS REKRUTMEN POLITIK DAN KOALISI PARTAI GOLKAR DAN PPP DALAM MENGUSUNG PASANGAN CALON BUPATI DAN CALON WAKIL BUPATI PADA PILKADA KABUPATEN DEMAK TAHUN 2015 A. Pra Proses Penentuan Calon dari Partai Golkar………52

A.1. Proses Penentuan Bakal Calon dari Partai Golkar...55

B. Pra Proses Penentuan Calon dari PPP ………...64

B.1. Proses Penentuan Bakal Calon dari PPP………...66

C. Kesepakatan Penentuan Kandidat Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati yang Diusung oleh partai Golkar dan PPP………...74

D. Koalisi Partai Golongan Karya dan PPP Dalam Mengusung Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati H. M. Natsir dan Joko Sutanto…...…………..………76

BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan………...85

B. Saran……….………....86

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel I. A. 1. Periodisasi Pemilihan Kepala Daerah...2

Tabel I. A. 2. Informasi Peserta Pilkada Kabupaten Demak 2015 dan Hasil Pemilihan...3

Tabel I. A. 3. Informasi Pasangan Calon, Partai pengusung, dan Jumlah Kursi Legislatif Kabupaten Demak tahun 2015...4

Tabel I. A. 4. Partai Politik dan Perolehan Kursi Legislatif 2014-2019 di Kabupaten Demak...5

Tabel I. A. 5. Pengalaman Organinasi dari H. M. Natsir...5

Tabel I. A. 6. Pengalaman Organinasi dari Joko Sutanto...6

Tabel II. B. 2. b. 1. Informasi Pasangan Calon, Partai pengusung, dan Jumlah Kursi Legislatif Kabupaten Demak...29

Tabel II. B. 2. b. 2. Partai Politik dan Perolehan Kursi Legislatif 2014-2019 di Kabupaten Demak...29

Tabel III. A. 1. a. Pengalaman Pekerjaan dari H. M. Natsir...39

Tabel III. A. 1. b. Pengalaman Organinasi dari H. M. Natsir...39

Tabel III. A. 2. a. Pengalaman Pekerjaan Joko Sutanto...40

Tabel III. A. 2. b. Pengalaman Organinasi dari Joko Sutanto...41

Tabel III. C. 1 Perkembangan Dinamika Konflik Partai Golkar Pada Saat Dualisme...46

Tabel IV. A. 1. Informasi Pasangan Calon, Partai pengusung, dan Jumlah Kursi Legislatif Kabupaten Demak...53

(12)

xii

Tabel IV. D. 1. Total Harta Kekayaan Masing-Masing Calon Kepala Daerah yang Maju pada Pilkada Kabupaten Demak Tahun 2015...79 Tabel IV. D. 2. Informasi Pasangan Calon, Partai pengusung, dan Jumlah Kursi Legislatif Kabupaten Demak tahun 2015...79 Tabel IV. D. 3. Partai Politik dan Perolehan Kursi Legislatif 2014-2019 di Kabupaten Demak...80

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

(14)

xiv

DAFTAR SINGKATAN

AD Anggaran Dasar

ART Anggaran Rumah Tangga

Cabub Calon Bupati

Caleg Calon Legislatif

Cawabub Calon Wakil Bupati

DPC Dewan Pimpinan Cabang

DPD Dewan Pimpinan Daerah

DPP Dewan Pimpinan Pusat

DPR RI Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia DPRD Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Gerindra Gerakan Indonesia Raya

Golkar Golongan Karya

IPNU Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama

Jateng Jawa Tengah

KMP Koalisi Merah Putih

KPU Komisi Pemilihan Umum

KPUD Komisi Pemilihan Umum Daerah

Munas Musyawarah Nasional

NasDem Nasional Demokrat

NU Nahdlatul Ulama

PAN Partai Amanat Nasional

PBB Partai Bulan Bintang

PDI-P Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan

Pemilu Pemilihan Umum

PGRI Persatuan Guru Republik Indonesia Pilkada Pemilihan Kepala Daerah

PKB Partai Kebangkitan Bangsa

PKS Partai Kebangkitan Sejahtera

PPP Partai Persatuan Pembangunan

Sekjen Sekretaris Jenderal

UU Undang-Undang

(15)

1 BAB 1

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) langsung sebagai bentuk amanat normatif atas pemilihan gubernur, bupati, dan walikota secara demokratis dan partisipatif, telah diamanatkan sejak Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang sejatinya merupakan kerangka dasar otonomi daerah. Undang yang merupakan wujud penyempurnaan dari Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tersebut juga telah menandakan berkobarnya api demokrasi pasca reformasi otoritarianisme orde baru.

Melalui undang-undang tersebut, selanjutnya menjadi dasar pelaksanaan pilkada pertama tahun 2005 juga telah diwarnai dengan keberadaan bendera partai politik yang berbeda-beda. Pelaksanaan pilkada langsung di tahun 2005, berlanjut hingga 9 Desember, tahun 2015. Indonesia telah menapakkan kaki pada sejarah baru perjalanan demokrasi nusantara melalui pelaksanaan pilkada serentak.

Meskipun peraturan mengenai pemilihan secara langsung di tingkal lokal telah ditetapkan pada tahun 2004, yaitu berdasarkan pada hukum UU No 32 Tahun 2004. Tetapi implementasinya pertama kali baru dilaksanakan pada tahun 2005. Melalui proses pemilihan yang cukup panjang akhirnya sejarah mencatat pertama kali dilaksanakan pemilihan kepala daerah Kutai Kartanegara. Pada pemililihan tersebut dimenangkan oleh pasangan calon nomor urut 3 yakni,

(16)

2

Syaukani HR dan Syamsuri Aspar, dengan perolehan suara sebanyak 159.303 (60.85%).1

Tabel I. A. 1.

Periodisasi Pemilihan Kepala Daerah

Periode Sistem Pemilihan Kepala

Daerah

Dasar Hukum Pertama Periode

Penunjukan

Periode Penunjukan Gubernur oleh Presiden atas pengusulan beberapa calon oleh DPRD Provinsi, sedangkan Bupati Ditunjuk oleh menteri melalui

pengusulan DPRD Kabupaten/Kota - UU Nomor 1 Tahun 1945 - UU Nomor 22 Tahun 1948 - UU Nomor 1 Tahun 1957 Tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah - UU Nomor 18 Tahun 1965 - UU Nomor 5 Tahun 1974 Kedua Periode Pemilihan Perwakilan Pemilihan Gubernur/Bupati/Walikota/ melaui pemilihan di DPRD Provinsi Kabupaten/Kota - UU Nomor 22 Tahun 1999 Ketiga Periode Pemilihan Langsung Pemilihan Gubernur/Bupati/Walikota secara langsung - UU Nomor 32 Tahun 2004 - UU Nomor 1 Tahun 2015 - UU Nomor 8 Tahun 2015

Sumber: Rahmat Hollyson dan Sri Sundari, Pilkada:Penuh Euforia, Miskin Makna. Mengenai pilkada serentak ini, sebagaimana telah terlampir pada tabel di atas, bahwa pemilihan secara langsung berpedoman pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi undang-undang yang berbunyi: ―Pemungutan suara serentak dalam Pemilihan Gubernur

1

Rahmat Hollyson dan Sri Sundari, Pilkada:Penuh Euforia, Miskin Makna (Jakarta: Penerbit Bestari, 2015), h. 32.

(17)

3

dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan Wakil Walikota yang masa jabatannya berakhir pada tahun 2015 dan bulan Januari sampai dengan bulan Juni tahun 2016 dilaksanakan pada tanggal dan bulan yang sama pada bulan Desember tahun 2015.‖

Dari 34 provinsi dan 413 kabupaten serta 98 kota2 yang terdapat di Indonesia, terdapat sekitar 53 persen atau 269 daerah, dengan rincian 9 provinsi, 36 kota, dan 224 kabupaten yang serentak menjalani pemilihan kepala daerah yang memasuki akhir masa jabatan (AMJ) tahun 2015 dan semester pertama tahun 2016.

Adapun data terkait mengenai daftar kota dan kabupaten yang melaksanakan pemilihan kepala daerah serentak Gelombang I pada 9 Desember tahun 20153 adalah sebagai berikut: dari 260 pilkada serentak di tingkat lokal4 hanya terdapat satu wilayah atau kabupaten, dimana Partai Golkar hanya berkoalisi dengan PPP dengan mengusung pasangan calon bupati dan wakil bupati non-kadernya, dan berhasil mengalahkan pasangan lainnya yang berlatar belakang petahana dalam konstelasi politik. Kabupaten tersebut adalah Kabupaten Demak.5

2

Rahmat Hollyson dan Sri Sundari, Pilkada:Penuh Euforia, Miskin Makna (Jakarta: Penerbit Bestari, 2015), h. 102.

3 ―Daftar Provinsi dan Kabupaten Kota yang Pilkada Gelombang I Pemungutan Suara 9

Desember tahun 2015‖. http://www.rumahpemilu.org, Senin 17 Oktober 2016. Data terkait juga dapat ditemukan di situs lain. Seperti, ―Jadwal lengkap Pilkada 2015‖. http://www.republika.co.id

pada 12 Oktober tahun 2016.

4 Dengan rincian 224 daerah di tingkat kabupaten dan 36 daerah di tingkat kota.

5 Diolah dari berbagai dokumen profil pasangan calon bupati dan wakil bupati Kabupaten Demak pada pilkada tahun 2015. Berdasarkan dokumen Model BB.1 KWK. KPUD Kabupaten Demak. Dan untuk memvalidasi data, dapat melihat,―Informasi Penetapan Peserta‖ diakses dari situs sitapkpu melalui http://infopilkada.kpu.go.id, pada Jumat 18/11/2016.

(18)

4 Tabel I. A. 2

Informasi Peserta Pilkada dan Hasil Pemilihan Kabupaten Demak Tahun 2015

No Urut

Nama Paslon

Profesi Nama Wakil

Paslon Profesi Partai Pengusung Suara Sah6 1 H. M. Natsir Pensiunan PNS

Joko Sutanto Pensiun an PNS Partai Golkar dan PPP 309.251 (menang) 2 H. Moh. Dachirin Said Bupati Demak

H. Edi Sayudi Wirasw asta PKB dan Partai NasDem 163.530 (kalah) 3 Harwanto Wakil Bupati H. Maskuri Wakil Ketua DPRD Partai Gerindra, PAN, dan Partai Demokrat 97.104 (kalah)

Sumber: Semua data diperoleh dari KPUD Kabupaten Demak7

Tabel I. A. 3. menggambarkan bahwa koalisi yang dilakukan oleh Partai Golkar dan PPP dalam mengusung pasangan H. M. Natsir dan Joko Sutanto, bukanlah koalisi gemuk atau yang biasa disebut catch all party. Tetapi tipologi yang cocok adalah koalisi pas terbatas.

Tabel I. A. 3.

Informasi Pasangan Calon, Partai pengusung, dan Jumlah Kursi Legislatif

No Pasangan Calon Partai Pengusung Jumlah Perolehan

Kursi 1 H. M. Natsir dan Joko Sutanto Partai Golkar dan

PPP

14 (28% dari jumlah keseluruhan kursi) 2 H. Moh. Dachirin Said dan H. Edi

Sayudi

PKB dan Partai NasDem

12 (24% dari jumlah keseluruhan kursi) 3 Harwanto dan H. Maskuri Partai Gerindra, PAN,

dan Partai Demokrat

11 (22% dari jumlah keseluruhan kursi) Sumber: Semua data diperoleh dari KPUD Kabupaten Demak

Artinya ketiga pasangan calon mempunyai modal kursi legislatif yang relatif sama tanpa ada perbedaan yang signifikan, yaitu sekitar lebih dari dua puluh persen. Dan tidak ada satu pasangan calon pun yang memperoleh dukungan diatas tiga puluh persen dari total keseluruhan jumlah kursi legislatif. (lihat Tabel I. A. 3 dan I. A. 4).

6

―Hasil Pemilihan Kabupaten Demak Provinsi Jawa Tengah‖ diakses dari situs sitapkpu melalui http://infopilkada.kpu.go.id, Jumat 18/11/2016.

7 Dapat juga melihat keterangan lainnya terkait ―Informasi Penetapan Peserta‖. Dari situs sitapkpu melalui http://infopilkada.kpu.go.id.

(19)

5

Tabel I. A. 4.

Partai Politik dan Perolehan Kursi Legislatif 2014-2019 di Kabupaten Demak

No Partai Politik Jumlah Kursi Legislatif

1 PAN 2 2 Partai Demokrat 2 3 Partai Gerindra 7 4 Partai Golkar 9 5 Partai NasDem 3 6 PDI-P 8 7 PKB 9 8 PKS 4 9 PPP 5 # Total 49 Kursi

Sumber: Diperoleh dari KPUD Kabupaten Demak.

Terlepas dari kemenangan tersebut, persoalan yang paling penting (dalam penelitian ini) adalah bahwa Partai Golkar dan PPP bukan mencalonkan pasangan calon bupati dan cawabub bukan dari kader partai sendiri baik itu kader partai Golkar maupun partai PPP dalam mengusung pasangan calon H. M. Natsir dan Joko Sutanto.8 Artinya terdapat permasalahan yang membuat pengusungan kader tidak terjadi, sehingga distribusi kader untuk dicalonkan sebagai kepala daerah tidak dimungkinkan dalam rekrutmen politik internal Partai Golkar dan PPP.

Tabel I. A. 5.

Pengalaman Organinasi dari H. M. Natsir

No Jabatan Institusi Tahun

1 Sekretaris IPNU NU 1980-1985

2 Ketua Kwarcab Pramuka 2013

3 Ketua PGRI PGRI Kab Demak 2015-sekarang Sumber: KPUD Kabupaten Demak9

8 Diolah dari berbagai dokumen profil pasangan calon bupati dan wakil bupati Kabupaten Demak pada pilkada tahun 2015 yang diusung oleh partai Golkar dan PPP. Berdasarkan dokumen Model BB.1 KWK. Sumber KPUD Kabupaten Demak.

9

Dokumen Profil pribadi H. M. Natsir Surat Pernyataan Calon Bupati Kabupaten Demak, dari dokumen BB 2-KWK. Sumber KPUD Kabupaten Demak.

(20)

6 Tabel I. A. 6.

Pengalaman Organinasi dari Joko Sutanto10

No Jabatan Institusi Tahun

1 Pembantu Komisariat DPD Golkar Demak 1982-1992 Sumber: KPUD Kabupaten Demak11

Dari gambaran di atas, penulis melihat adanya masalah atau hambatan pada pengusungan, dalam konteks rekrutmen politik yang dilakukan oleh partai Golkar dan PPP. Adapun masalahnya, yaitu Partai Golkar dan PPP di Kabupaten Demak, tidak mendukung dan mengusung calon kepala daerah yang berasal kadernya. Disinilah rasanya kemenangan tersebut ada yang kurang. Karena PPP dan partai Golkar mempunyai kekuatan legislatif dan basis masa yang potensial. Sehingga seharusnya mempunyai kekuatan yang cukup untuk memilih dan mengusung kader partainya sendiri. (lihat tabel I. A. 5. dan I. A. 6). Selain itu padahal, salah satu fungsi partai politik, yang membuat eksistensi partai politik menjadi penting adalah sebagai rekrutmen penyaring calon pemimpin yang kredibel, berkapasitas dan berkapabilitas sehingga amat dibutuhkan masyarakat, yang berasal dari anggota, kader, termasuk fungsionaris partai itu sendiri.

Sebab dari itu, penulis sangat tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pembentukan rekrutmen kandidat politik pada koalisi partai politik tersebut, dalam bentuk skripsi dengan judul ―Studi Atas Rekrutmen Koalisi

10

Berdasarkan Dokumen Profil pribadi Joko Sutanto, Surat Pernyataan Calon Wakil Bupati Kabupaten Demak, dalam kolom keterangan pengalaman organisasi, tidak dapat dikatakan bahwa Joko Sutanto adalah kader partai Golkar pada saat mencalonkan diri sebagai calon wakil bupati Kabupaten Demak pada Pilkada tahun 2015. Karena pada saat beliau tercatat sebagai pengurus partai Golkar adalah masa Orde Baru. Dimana setiap birokrat secara langsung dianggap bagian dari partai Golkar. Artinya beliau sama sekali tidak dalam status sebagai anggota partai politik. Terlebih, beliau karir beliau tercatat, sebagai pensiunan PNS.

11

Dokumen Profil pribadi Joko Sutanto, Surat Pernyataan Calon Wakil Bupati Kabupaten Demak, dari dokumen BB. 2-KWK. Sumber KPUD Kabupaten Demak.

(21)

7

Partai Golkar dan PPP dalam Mengusung Pasangan Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati di Kabupaten Demak Tahun 2015‖.

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka penulis membatasi masalah dengan beberapa pertanyaan.

1. Apa yang mendasari Partai Golkar dan PPP mengusung calon bupati dan wakil bupati Kabupaten Demak tahun 2015, yang bukan berasal dari kadernya?

2. Bagaimana sikap Partai Golkar dan PPP dalam mengusung calon pemimpin daerah yang bukan berasal dari kader internalnya sendiri? 3. Apa yang mendasari Partai Golkar berkoalisi dengan PPP Kabupaten

Demak?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini ialah untuk menggambarkan dan melihat: A. Melihat gaktor apa yang mendasari Partai Golkar dan PPP mengusung

calon bupati dan wakil bupati Kabupaten Demak tahun 2015, yang bukan berasal dari kadernya;

B. Melihat sikap Partai Golkar dan PPP yang mengusung calon pemimpin daerah yang bukan berasal dari kader internalnya sendiri,

C. Serta untuk menyempurnakan penelitian, diperlukan juga gambaran alasan berkoalisinya Partai Golkar dengan PPP.

(22)

8 2. Manfaat Penelitian

2. a. Manfaat Akademis

Manfaat akademis dari penelitian ini adalah sebagai perbendaharaan tambahan khasanah ilmu politik khususnya dalam melihat dinamika rekrutmen politik. Dalam hal perkembangan konsep dan faktor koalisi partai politik yang berbeda secara ideologi serta rekrutmen politik partai politik di tingkat lokal, yaitu kota dan/atau kabupaten.

2. b. Manfaat Teknis

Manfaat teknis dari penelitian ini adalah semoga penelitian ini dapat memberikan deskripsi umum kepada para pembaca mengenai konsep dan faktor koalisi partai politik yang berbeda secara ideologi serta rekrutmen partai politik di tingkat lokal, yaitu kota dan/atau kabupaten.

D. Tinjauan Pustaka

Diskursus tentang rekrutmen politik di Indonesia bukan hal baru. Oleh karena itu, penulis akan memaparkan beberapa penelitian tentang rekrutmen politik yang pernah dilakukan sebelumnya untuk keperluan tinjauan pustaka. Di samping itu, untuk menonjolkan aspek yang berbeda dari penelitian penulis dalam skripsi ini. Demi melengkapi referensi, peneliti mengangkat beberapa kajian pustaka yang mendukung.

Pertama, penelitian Fanina Fanindita.12 Fanina memfokuskan penelitian pada rekrutmen politik terhadap perempuan di DPRD Sumatra Utara periode 2004-2009. Permasalahannya adalah, meskipun perempuan telah diberikan kouta

12

Fanina Fanindita, ―Rekrutmen Politik Terhadap Perempuan Dalam Partai Politik Dan Parlemen (Suatu Studi Terhadap DPRD Tingkat I Periode 2004-2009 di Sumatra Utara).‖ Departemen Ilmu Politik. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sumatera Utara (Medan). 2009.

(23)

9

30% di parlemen/legislatif, kenyataannya sejak 1999-2004 terdapat 3 perempuan dan 2004-2009 terdapat 6 perempuan yang duduk di kursi legislatif DPRD Sumatra Utara. Ini menunjukan bahwa kouta 30% tidak meningkatkan partisipasi dan keterwakilan perempuan secara signifikan di DPRD Sumatra Utara.

Meskipun demikian, mereka juga tidak menduduki posisi strategis sebagai pengambil keputusan. Fanina berkesimpulan, bahwa penyebab mimimnya keterwakilan perempuan di DPRD Sumatra Utara periode 2004-2009 adalah miminnya pemberdayaan perempuan untuk menjadi kader partai di internal partai politik itu sendiri. Sehingga secara kuantitas, rekrutmen perempuan di partai politik minim. Selain itu, pendidikan politik di partai politik juga bermasalah, karena partai politik tidak mempunyai standar atau mekanisme dalam pengkaderan dan rekrutmen, khususnya perempuan. Maka dari itu kaderisasi perempuan di internal partai politik kurang berjalan maksimal.

Kedua, penelitian Wengky Saputra.13 Hasil penelitian Wengky melihat adanya pertimbangan yang diambil oleh DPC partai Demokrat untuk menetapkan Caleg berdasarkan mekanisme penjaringan Caleg. Perihal ini partai Demokrat memberikan kebebasan yang sama kepada semua warga negara untuk menjadi Caleg. Artinya pola rekrutmen yang dilihat dalam penelitian ini bersifar terbuka.

Ketiga, penelitian Doni Septian.14 Pertimbangan yang mendasari penelitian ini karena rekrutmen politik yang dilakukan Partai Golkar Kota

13 Wengky Saputra, ―Pola Rekrutmen Partai Politik (Studi Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Demokrat Dalam Menetapkan Caleg Pemilu Legislatif 2009 di Kabupaten Agam).‖ Jurusan Ilmu Politik. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Andalas Padang. 2012.

14 Doni Septian, ―Rekrutmen Politik Dalam Penetapan Calon Legislatif 2014-2019 (Studi Kasus: DPD Partai Golongan Karya Kota Tanjungpinang).‖ Jurusan Ilmu Pemerintahan. Fakuktas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjung Pinang. 2014.

(24)

10

Tanjung Pinang tidak sesuai dengan Petunjuk Pelaksanaan dan AD/ART Partai Golkar yang membahas mengenai penetapan calon anggota legislatif yang tidak objektif. Dalam penelitian ini ditemukan, bahwa Partai Golkar tidak menjalankan proses rekrutmen berdasarkan Petunjuk Pelaksanaan dan AD/ART Partai Golkar, diantaranya bahwa Partai Golkar tidak bisa memberdayakan kader internal partai, tetapi lebih mengutamakan kader dari eksternal partai, sehingga beberapa orang kader internal yang loncat ke partai lain. Kesimpulan penelitian ini adalah Partai Golkar Kota Tanjung Pinang hanya memikirkan kemenangan sebagai indikator utama dan rekrutmen untuk menjadikan kader itu nomor 2 (dua), kandidat yang dinominasikan hanya berdasarkan kedekatan emosional (subjektif).

Keempat, penelitian Kaswan Try Poetra.15 Hasil dari penelitian ini menunjukan pola rekrutmen PDI Perjuangan dan Partai Demokrat terhadap caleg DPRD pemilu tahun 2014 di Kab. Polewali Mandar mempunyai pola yang sama. Yaitu pola rekrutmen yang diterapkan kedua partai ini dimulai dari pendaftaran bakal calon legislatif, Seleksi tahap I (Seleksi Berkas) dan Seleksi tahap II yang dilakukan oleh DPP masing-masing partai. Dalam merekrut caleg, PDI Perjuangan dan Partai Demokrat juga lebih memperioritaskan kader internal partainya namun tidak menutup kemungkinan PDI-Perjuangan dan Partai Demokrat untuk merekrut caleg dari pihak eksternal partai.

15

Kaswan Try Poetra, ―Perbandingan Rekrutmen PDI Perjuangan dan Partai Demokrat Terhadap Caleg DPRD Pemilu Tahun 2014 di Kabupaten Polewali Mandar.‖ Program Studi Ilmu Politik. Jurusan Ilmu Politik dan Ilmu Pemerintahan. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Hasanuddin (Makasar). 2013.

(25)

11

Kelima, penelitian Ihyauddin.16 Hasil penelitian dari Ihyauddin menemukan bahwa terdapat mekanisme yang sama antara Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Demokrat perihal proses perekruten calon anggota DPRD Provinsi Banten. Penelitian ini menunjukan bahwa PKS dan Partai Demokrat, cenderung menggunakan tipe rekrutmen partisan, immadiate survival dan civil service reform. Ketiga tipe ini acapkali digunakan secara dominan pada mekanisme perekrutan calon anggota DPRD.

Keenam, jurnal yang ditulis oleh Ahmad Riyadh U. B dan Hendra

Sukmana.17 Dalam penelitian ini Ahmad dan Hendra menggambarkan bahwa terdapat faktor rekrutmen yang berbeda-beda pada setiap partai politik di Kabupaten Sidoarjo.

Misalnya, di partai Golkar mengedepankan internal partai; PKB menekankan pendekatan agama dan kultural terutama ketokohannya; PDI-P, berasal dari internal partai yang bersifat bottom up; Partai Demokrat, mengutamakan berasal dari kader internal tetapi juga menekankan segi finansial untuk biaya politik; Partai Nasdem, lebih memprioritaskan caleg yang sudah memiliki pengalaman di partai politik lain secara matang, dan lebih memprioritaskan ketokohan, kematangan visi dan finansial serta se-ideologi dengan partai; PKS, pendekatan dari partai ini mengutamakan figur yang memiliki basis suara yang banyak; PPP, memberikan syarat tertentu untuk bakal

16

Ihyauddin, ―Proses Rekrutmen Calon Angota DPRD Provinsi Banten Periode 2009-2014 (Studi Kasus Partai Keadilan Sejahtera [PKS] dan Partai Demokrat).‖ Jurusan Ilmu Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Serang). 2012.

17 Ahmad Riyadh U.B dan Hendra Sukmana (Program Studi Ilmu Administrasi Negara – FISIP – Universitas Muhammadiyah Sidoarjo), Model Rekrutmen Politik Calon Anggota Legislatif

oleh Partai Politik di Kabupaten Sidoarjo, (JKMP [ISSN. 2338-445X], Vol. 3, No. 2, September

(26)

12

caleg, dengan kesempatan yang terbuka untuk semua pihak; PBB dan PAN, kedua partai ini lebih mengedepankan kader internal partai; Partai Gerindra, penetapan bakal calon anggota legislatif untuk menjadi calon anggota legislatif mewakili partai Gerindra Kabupaten Sidoarjo adalah dengan kriteria-kriteria: ketokohan, modal finansial, posisi di struktural partai Gerindra Kabupaten Sidoarjo dll.

Ketujuh, jurnal yang ditulis oleh Hendra Sukmana dan Arsiyah.18

Penelitian ini berangkat dari fakta menurunnya jumlah kader DPD Partai Golkar ditingkat DPRD di Kabupaten Sidoarjo, sejak 2004-2009 (6 kader) dan 2009-2014 (4 kader). Hal inilah yang membuat Partai Golkar harus mencari strategi baru untuk meraih kursi lebih banyak di pilkada selanjutnya. Sejak penurunan jumlah kursi terjadi, Hendra dan Arsiyah mencoba menganalisa pola rekrutmen caleg DPD Partai Golkar di Kabupaten Demak. Temuannya adalah model rekrutmen calon anggota legislatif DPD Partai Golkar Kabupaten Sidoarjo sesuai dengan model rekrutmen politik Seligman dan Jacob, yaitu dimulai dengan sosialisasi pendaftaran, setelah itu dilanjutkan dengan pendaftaran diri para calon anggota legislatif. Sehingga mode seperti ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada mekanisme yang lebih ketat pada penjaringan caleg di internal DPD Partai Golkar.

Kedelapan, karya ilmiah dari Monika Novita Alanos.19 Dalam penelitiannya Monika berfokus kepada pertimbangan Partai Demokrasi Indonesia

18

Hendra Sukmana dan Arsiyah, Model Rekrutmen Calon Anggota Legislatif Oleh Partai

Politik Di DPD Partai Golkar Kabupaten Sidoarjo, (JKMP [ISSN. 2338-445X], Vol. 1, No. 2,

September 2013). 19

Monika Novita Alanos, Persepsi Masyarakat Pada Pelaksanaan Rekrutmen Calon

Legislatif Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) di Kabupaten Sangihe, (tanpa tempat,

(27)

13

Perjuangan (PDI-P), Dewan Pimpinan Cabang Kabupaten Sangihe (tepatnya di Kota Tahuna), dalam merekrut masyarakat untuk diusung oleh PDI-P pada momen politik. Temuannya adalah bahwa PDI-P menekankan pada sistem rekrutmen terbuka. Dengan syarat memiliki latar belakang kehidupan sosial dan pendidikan yang baik, pengalaman di sebuah organisasi atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), jujur, inspiratif, tidak Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN), inovatif, serta memperjuangkan kesejahterahan di bidang infrastruktur, pembangunan, dan pemerataan ekonomi.

Kesembilan, jurnal yang ditulis oleh Teguh Adi Prasojo.20 Penelitian Teguh berfokus pada rekrutmen caleg Partai Golkar untuk DPRD Jateng periode 2014-2019. Temuan penelitiannya adalah Partai Golkar mempunyai mekanisme rekrutmen yang ketat berdasarkan Keputusan Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar Nomor: KEP-227/DPP/GOLKAR/I/2013 tentang Pedoman Penyusunan Daftar Calon anggota DPR-RI, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Partai Golkar. Dari fakta diatas, maka kesimpulannya adalah rekrutmen Caleg untuk DPRD Propinsi Jateng DPD Partai Golkar Jateng menggunakan pola rekrutmen secara terbuka dan pola rekrutmen Caleg DPRD Jateng DPD Partai Golkar Jateng bersifat campuran antara top-down dan bottom-up.

Kesepuluh, karya ilmiah dari Ir. Rully Chairul Azwar, M. Si.21 Lewat karya ilmiah ini Ir. Rully Chairul Azwar, M. Si ingin menggambarkan bahwa saat

20

Teguh Adi Prasojo, Pola Rekrutmen Calon Anggota Legislatif (Caleg) Dari Partai

Golkar Untuk DPRD Jateng Periode 2014-2019, (POLITIKA, Vol. 4, No. 2, Oktober 2013)

21 Ir. Rully Chairul Azwar, M. Si, Pengembangan SDM Partai Politik: Rekrutmen dan

Kaderisasi di Partai Golkar, (Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan

Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net.) Penulis adalah Wakil Sekretaris Jenderal DPP Partai Golkar. Alumni Program Magister Manajemen Komunikasi Politik, Pasca Sarjana

(28)

14

ini (2008) Partai Golkar bukanlah partai politik dengan rekrutmen model merit. Meskipun Partai Golkar pernah memperbaiki sistem kaderisasi dan rekrutmen pada 1983, namun mulai sejak kepemimpinan Akbar Tandjung dan Jusuf Kalla (reformasi 1998) Partai Golkar berubah menjadi partai yang berorientasi pasar

(market oriented). Sehingga meskipun Partai Golkar mempunyai surat keputusan

(yang berkekuatan hukum) mengenai tata cara perekrutan kader, namun fakta dilapangan belum tentu selaras. Ada kalanya peraturan tersebut tidak dijalankan karena beberapa faktor. Artinya, meskipun pola perekrutan sudah mempunyai aturan berdasarkan aturan partai, tetap saja aturan itu belum tentu dijalankan secara optimal dan maksimal.

E. Metode Penelitian

E. 1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif-deskriptif, yaitu metode yang meneliti subjek penelitian atau informan dalam lingkup kesehariannya.22 Sementaa metode kualitatif menggunakan sumber berupa narasi, penuturan informan, dokumen-dokumen, bukan data berupa angka-angka yang dilakukan pada penelitian kuantitatif.23

E. 2. Teknik Pengumpulan Data

E. 2. a. Studi Literatur dan Dokumentasi

Studi literatur dan dokumentasi, yaitu mengumpulkan data yang berkaitan dengan masalah yang diangkat dalam penelitian ini melalui literatur buku, surat

Komurukasi FISIP UI tahun 2008. Paper ini disampaikan pada seminar nasional "Pembaharuan Partai Politik" yang diselenggarakan oleh Puskapol FISIP UI, Jakarta, 18 September 2008.

22

Usaman dan Abdi, Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi: Teori dan Aplikasi, (Bandung: Alfabeta, 2008), h. 6.

23 Usaman dan Abdi, Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi: Teori dan Aplikasi, h. 11.

(29)

15

kabar, jurnal ilmiah, serta artikel dan berita yang berasal dari media internet. Teknik pengumpulan data yang digunakan melalui dokumentasi, untuk memperoleh data sekunder atau infomasi tambahan.

Adapun dokumentasi yang digunakan ialah buku-buku, data-data, dan dokumen lainnya yang terkait dengan judul penelitian penulis, yaitu ―Partai Politik dan Rekrutmen Politik: Studi Kasus Rekrutmen Kandidat Politik Koalisi Partai Golkar dan PPP dalam Mengusung Pasangan Calon Bupati H. M. Natsir dan Calon Wakil Bupati Joko Sutanto di Kabupaten Demak pada Pilkada Serentak Tahun 2015‖.

E. 2. b. Wawancara

Wawancara adalah interaksi antara peneliti dengan narasumber. Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan mengajukan pertanyaan langsung oleh pewawancara kepada narasumber, dan jawaban-jawaban narasumber yang berkompeten dengan masalah dalam penelitian ini dicatat atau direkam dengan alat perekam.24

Adapun pihak-pihak yang dijadikan narasumber dalam penelitian ini, yang berkaitan dengan penelitian lapangan adalah: Pertama dari PPP adalah bapak Sudarto selaku Wakil Sekretaris Jendral DPP PPP dan Ketua Koordinator Pemenangan Wilayah Jawa Tengah Pilkada Serentak 2015; Pak Nurul Fuqron, SE sebagai Sekretaris DPD PPP Kabupaten Demak.

Kedua dari partai Golkar DR. Marlinda Irwanti, SE, Msi, Anggota DPR RI Jateng X, Wakil Sekjen DPP PG, dan Sekretaris Bidang Pemenangan Pemilu

24 Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), h. 67.

(30)

16

Partai Golkar Wilayah Jawa Tengah Pilkada Serentak 2015; Sunari Muslim selaku Sekretaris DPD Partai Golkar Kabupaten Demak.

Ketiga, wartawan dan jurnalis lokal. Pak Muin selaku Pimpinan Redaksi Warta Demak, Pemimpin Umum dan Redaksi Kabar Seputar Muria (kabupaten Demak).

Keempat dari kalangan akademisi dan pengamat politik yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini. Dr. David Reeve selaku akademisi dan pengamat Golkar; Prof. R. William Liddle selaku akademisi dan pengamat demokrasi dan partai politik di Indonesia; Prof. Syamsuddin Haris selaku akademisi; Dr. Thomas Pepinsky, Ph. D, sebagai indonesianis dan pengamat politik Indonesia; dan pengamat politik Indonesia.

Teknik yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu mengumpulkan sampel yang dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu yang didasarkan pada tujuan penelitian.25

E. 3. Sumber dan Jenis Data

Data dalam penelitian ini berasal dari berbagai sumber yang ada. Yaitu dari buku-buku yang terkait dengan masalah penelitian, jurnal ilmiah, artikel baik dari media cetak maupun media internet, dan berita yang ada di media menjadi salah satu sumber data yang penting untuk mendapatkan data penelitian. Data primer didapatkan dari wawancara langsung kepada pihak yang berkaitan dengan masalah dalam penelitian ini. Sedangkan data sekunder adalah bahan-bahan beupa infomasi yang dikumpulkan dari tangan kedua atau dari sumber-sumber lain yang

25 Masri Singarimbun dan Sofian Effendi , Metode Penelitian Survei, (Jakarta : LP3ES, 1983) h. 122.

(31)

17

telah tersedia sebelum penelitian dilakukan.26 Sedangkan sumber sekunder itu sendiri adalah catatan tentang adanya suatu peristiwa, ataupun catatan-catatan yang bukan diambil dari sumber orisinil.

E. 4. Analisis Data Penelitian

Untuk keperluan analisis data penelitian, penulis menggunakan teknik analisis deskriptif. Melalui teknik ini, penulis berharap dapat melakukan interpretasi terhadap data-data yang telah terkumpul untuk menguatkan penelitian dan temuannya. Teknik penelitian dengan menggunakan analisis deskriptif diarahkan untuk memberikan penjelasan terhadap gejala-gejala, fakta-fakta atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat dengan sifat-sifat tertentu.27 Secara literal, metode deskriptif digunakan untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian, sehingga metode ini bermaksud sebagai akumulasi dan analisis dari data dasar yang dipotret dalam penelitian ini. Selain itu, melalui metode deskriptif masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu juga dapat dipelajari, termasuk tentang kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.28

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penyusunan tulisan dalam penelitian ini dibagi menjadi lima bab, sebagai berikut:

26

Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: PT Refika Aditama, 2010), h. 291. 27 Prof. H. Pupuh Fathurahman, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011), h. 47.

(32)

18

Bab 1: pada bab ini peneliti menjelaskan masalah secara umum tentang rekrutmen kandidat politik dari partai Golkar dan PPP dalam mengusung pasangan calon H. M. Natsir dan Joko Sutanto di Kabupaten Demak tahun 2015.

Bab II: pada bab ini dijelaskan mengenai definisi partai dan fungsi partai politik, beserta teori terbentuknya partai politik. Selanjutnya, dalam bab ini juga menjelaskan tentang pengertian dari koalisi secara keseluruhan, mulai dengan pengertian koalisi, bentuk koalisi, penjelasan teori rekrutmen politik dan teori partisipasi politik.

Bab III: sedangkan dalam bab ini, penulis menjelaskan tentang profil H. M. Natsir dan Joko Sutanto, serta visi-misi dalam pilkada Kabupaten Demak 2015. Dan menjelaskan dinamika dualisme yang terjadi dalam tubuh partai Golkar dan PPP, khususnya di tingkat pusat.

Bab IV: adapun di bab ini menjelaskan tentang faktor-faktor yang mendasari pengusungan calon Bupati dan calon Wakil Bupati yaitu, H. M. Natsir dan Joko Sutanto, di Kabupaten Demak tahun 2015 yang diusung oleh partai Golkar dan PPP. Selain itu, digambarkan juga faktor yang melatarbelakangi koalisi Partai Golkar dan PPP dalam mengusung pasangan calon tersebut.

Bab V: isi dalam bab ini ialah hasil temuan dan kesimpulan, sekaligus menjadi penutup pada pokok masalah menganai rekrutmen politik H. M. Natsir dan Joko Sutanto, sebagai calon Bupati dan Wakil Bupati, yang diusung oleh partai Golkar dan PPP.

(33)

19 BAB II

KERANGKA TEORI

Bab ini membahas mengenai beberapa teori yang digunakan untuk membantu menganalisa rekrutmen kandidat politik koalisi Partai Golkar dan PPP yang mengusung pasangan Calon Bupati H. M. Natsir dan Calon Wakil Bupati Joko Sutanto di Kabupaten Demak pada pilkada tahun 2015‖. Kerangka yang digunakan dalam penelitian ini meliputi teori partai politik, teori koalisi partai politik, teori rekrutmen politik, serta untuk memperkuat analisis diperlukan juga teori partisipasi politik. Berikut penjelasannya.

A. Teori dan Fungsi Partai Politik A. 1. Teori Partai Politik

Di negara demokrasi peran partai politik sebagai sebuah organisasi sangat penting dan mutlak dibutuhkan, karena di negara demokrasi partai berperan sebagai penguhubung antara pemerintah dan rakyat. Dalam UU No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik, yang dimaksud partai politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa, dan negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.29

Menurut Miriam Budiardjo, partai politik diartikan sebagai kelompok yang terorganisir dengan anggota yang memiliki nilai, orientasi, dan cita-cita yang

29

(34)

20

sama dan bertujuan untuk memperoleh kekuasaan dan kedudukan politik untuk melaksanakan programnya.30 Hal serupa juga dikemukakan oleh Samuel P. Huntington yang mengatakan bahwa ―organisasi adalah jalan menuju kekuasaan politik‖.31

Selain itu juga menurut Antony Down, partai politik adalah sistem yang terbuka, berorientasi pada partisipasi, dapat dilakukan bagi bekerjanya partai untuk melaksanakan tanggung jawab pemilu yang adil dan terbuka yang membuat demokrasi terlaksana, tanpa partai yang demikian demokrasi tidak mungkin ada.32

Pendapat mengenai partai politik tersebut juga sejalan dengan praktek koalisinya Partai Golkar dan PPP yang mengusung pasangan calon Bupati H. M. Natsir dan Joko Sutanto di kabupaten Demak pada pilkada tahun 2015.

Terkait hal tersebut, Partai Golkar dan PPP, sebagai bagian dari pilar demokrasi ikut serta di Kabupaten Demak pilkada tahun 2015 untuk mengusung dan memenangkan pasangan calon H. M. Natsir dan Calon Wakil Bupati Joko Sutanto.

Meskipun pada tahun 2015 Partai Golkar dan PPP mengalami dualisme33 yang berlangsung dari tingkat pusat sampai tingkat daerah, ternyata kedua partai tersebut masih solid mengusung pasangan calon bupati H. M. Natsir dan Joko Sutanto. Bahkan hingga memenangkan pilkada di kabupaten Demak. Ini terbukti

30 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: PT Gramedia, 2008) Edisi Revisi Cet Ke-III, h. 406.

31 Samuel P. Huntington, Tertib Politik Di Dalam Masyarakat Yang Sedang Berubah. Penerjemah Sahat Simamora (Jakarta: CV. Rajawali, 1983), h. 713.

32 Richard S Katz dan Willliam Crotty, ed., Handbook of Party Politic (London: Sage Publications Ltd, 2006), h. 1.

33

Pada tahun 2015, Partai Golkar dan PPP mengalami dualisme partai (terpecah menjadi dua kubu). Partai Golkar terpecah antara kubu Abu Rizal Bakrie dan Agung Laksono.Sedangkan PPP terpecah antara kubu Djan Farid dan Romahurmuzy.

(35)

21

dari surat rekomendasi pengusungan kedua partai tersebut, yang ditandatangani oleh kedua pengurus dari dua kubu di partai masing-masing. Ini menandakan, meski terpecah, kedua partai tersebut tetap solid dan terorganisir.

Selain itu, sejalan dengan Miriam Budiarjo mengenai pengertian partai politik, pengusungan terhadap pasangan calon bupati dan wakil bupati, H. M. Natsir dan Joko Sutanto, oleh partai Golkar dan PPP adalah salah satu tujuan untuk memperoleh kekuasaan.

Sementara itu, La Palombara dan Weiner, seperti yang dikutip Firmanzah, menjelaskan tentang beberapa unsur organisasi partai politik yang memiliki perbedaan dengan organisasi lainnya, yaitu. Pertama, organisasi jangka panjang. Partai politik harus memiliki sarana untuk dapat terus eksis di masyarakat melalui adanya mekanisme penambahan anggota atau munculnya individu-individu baru yang menduduki jabatan struktural di organisasi partai. Hal ini membuat partai tidak tergantung pada tokoh pendiri partai, sehingga partai mampu bertahan untuk mencapai tujuannya.34

Kedua, struktur organisasi. Partai politik yang memiliki kepengurusan dari

tingkat pusat hingga cabang, harus melakukan koordinasi antara kepengurusan di tingkat pusat dan di tingkat cabang tersebut secara sistematis. Ketiga, tujuan berkuasa. Salah satu ciri khusus organisasi partai politik yang tidak dimiliki oleh organisasi lain ialah adanya keinginan untuk memperoleh kekuasaan.35

34 Firmanzah, Mengelola Partai Politik: Komunikasi dan Positioning Ideologi Politik di

Era Demokrasi, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2011), h. 68. Ia mengutip La

Palombara dan Weiner mengenai beberapa aspek dari organisasi partai politik. 35

(36)

22

Keempat, dukungan publik luas. Untuk mendapat legitimasi berkuasa,

partai politik membutuhkan dukungan suara masyarakat, hal ini membuat partai berupaya melibatkan semua lapisan masyarakat untuk menjadi pendukungnya. Kesuksesan mendapat suara yang besar menunjukkan bahwa partai memiliki kemampuan untuk memperoleh kekuasaan dengan legitimasi dari rakyat.

A. 2. Peran dan Fungsi Partai Politik

Menurut Stefano Bartolini dan Peter Mair, partai politik dapat memberikan banyak fungsi.36 Mereka diperlukan untuk membuat dan mengumpulkan dukungan di antara organisasi-organisasi warga negara dan kelompok-kelompok kepentingan yang luas; untuk mengintegrasikan berbagai tuntutan yang saling bertentangan menjadi program-program kebijakan yang koheren.

Serta juga untuk memilih dan melatih kandidat legislatif dan pemimpin politik; untuk memberi bagi para pemilih sebuah pilihan di antara kelompok dan kebijakan pemerintah; dan, jika terpilih untuk menjabat, untuk mengatur proses pemerintahan dan bertanggung jawab secara kolektif atas tindakan mereka di kontes-kontes berikutnya. 37

Demokrasi representatif tidak dimungkinkan tanpa persaingan multipartai. Partai-partai politik secara unik berfungsi dengan khasnya dan merupakan landasan masyarakat demokratis. Daftar panjang fungsi potensial mereka dapat diringkas di bawah lima judul utama: pertama, integrasi dan mobilisasi warga; kedua, artikulasi dan agregasi kepentingan; ketiga, perumusan kebijakan publik;

36

Stefano Bartolini dan Peter Mair,Challenges to Contemporary Political Parties, dalam

Larry Diamond dan Richard Gunther, Political Parties and Democracy, (Baltimore: Johns Hopkins University Press, 2001), h. 13.

37

Stefano Bartolini dan Peter Mair,Challenges to Contemporary Political Parties, dalam

(37)

23

kempat, rekrutmen pemimpin politik; dan kelima, organisasi legislatif dan pemerintah.38

Hampir serupa dengan pendapat di atas, dalam bukunya, In Political

Science: An Introduction, Michael G. Roskin memberikan ringkasan mengenai

fungsi operasi partai politik:39 pertama, mereka bertindak sebagai jembatan antara rakyat dan pemerintah serta membantu mengintegrasikan warga negara ke sistem politik dengan sedemikian rupa, sehingga platform pemerintahan dari dan untuk rakyat dapat dibentuk.

Kedua, mereka memberikan informasi kepada setiap warga negara tentang politik melalui sosialisasi dan mobilisasi pemilih untuk memastikan bahwa keputusan memang benar-benar dibuat oleh rakyat. Ketiga mereka memiliki kapasitas (termasuk sejumlah besar talenta politik, sumber daya intelektual, dan hubungan lintas-sektor) untuk mengatur pemerintah dan membantu menetapkan kebijakan sehingga dapat bekerja untuk kualitas hidup masyarakat.

Semua fungsi penting tersebut sesuai dengan prinsip inti masyarakat demokratis, bahwa harus ada pemerintahan, oleh dan untuk rakyat. Logika yang sama berlaku untuk semua cabang legislatif di suatu negara demokratis.40

Sementara itu, di samping harus memiliki program, menurut Wilhelm Hofmeister dan Karsten Grabow, partai politik memiliki fungsi lainnya. Pertama,

function of political opinion-making, yaitu fungsi partai politik sebagai pembuat

38

Stefano Bartolini dan Peter Mair,Challenges to Contemporary Political Parties, dalam

Larry Diamond dan Richard Gunther,‖Political Parties and Democracy, h. 15.

39 Michael G Roskin, Political Science: An Introduction, (London: Pearson Education, 2008), h.195-201.

40

Michael G Roskin. Political Science: An Introduction, (London: Pearson Education, 2008), h.195-201.

(38)

24

opini publik. Kedua, partai politik sebagai rekrutmen politik.41 Fungsi yang kedua ini, jelas partai Golkar dan PPP melakukan mekanisme penjaringan kandidat politik untuk diusung dalam pilkada di kabupaten Demak pada tahun 2015. Dan yang lebih menarik adalah, kedua pasangan calon yang diusung oleh partai Golkar dan PPP bukanlah berasal dari kader mereka. Hal tersebut menunjukan bahwa proses penjaringan kandidat tidak bersifat tertutup,42 dan membuka ruang partisipasi politik bagi masyarakat luas serta diluar fungsionaris partai tersebut. Ketiga, function of integration atau partai politik sebagai pembuat program beradasarkan pada kepentingan masyarakat. Keempat, partai politik sebagai organisasi sosial yang melakukan sosialisasi dan partisipasi politik (function of

socialization and participation). Kelima, partai politik sebagai organisasi yang

ikut pemilihan umum43 untuk memperoleh jabatan publik (function of exercising

political power). Keenam, partai politik sebagai organisasi yang melegitimasi

sistem politik (function of legitimating).

Adapun fungsi partai politik berdasarkan undang-undang partai politik di Indonesia itu tertuang dalam Undang -Undang No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik Pasal 11 ayat 1 menyatakan bahwa partai politik adalah sebagai sarana:44

Pertama, pendidikan politik, bagi anggotanya dan masyarakat luas agar menjadi warga Negara Indonesia yang sadar akan hak dan kewajibannya di

41

Wilhelm Hofmeister dan Karsten Grabow, Political Parties: Functions and Organisation

in Democratic Societies (Singapore: Konrad Adenauer Stiftung, 2011), h. 16.

42 Pengertian mekanisme rekrutmen kandidat politik, tidak hanya berlaku untuk kader dan anggota mereka sendiri. Tetapi juga terbuka untuk masyarakat luas, yang bersedia masuk dan mengikuti proses seleksi dan penjaringan calon kandidat.

43

Terkait konteks ini, PPP dan Partai Golkar turut serta sebagai lokomotif dalam meraih kekuasaan eksekutif, yaitu bupati dan wakil bupati, di pemilihan kepala daerah di kabupaten Demak. Artinya kompetisi politik yang dikuti partai tersebut tidak harus bersifat nasional seperti pemilu, tapi juga bersifat lokal atau daerah.

44

(39)

25

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kedua, penciptaan iklim yang kondusif serta sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa untuk mensejahterakan masyarakat.

Ketiga, penyerap, penghimpun, dan penyalur aspirasi politik masyarakat secara konstitusional dalam merumuskan dan menetapkan kebijakan negara. Keempat, partisipasi politik warga negara Indonesia. Kelima, rekrutmen politik sebagai proses pengisisan jabatan politik melalui mekanisme demokrasi dengan memperhatikan kesetaraan dan keadilan gender.

Dengan melekatnya beberapa fungsi partai politik di atas, secara ringkas partai politik dapat dikatakan sebagai penghubung antara warga negara dengan pemerintahnya. Selain itu partai juga melakukan fungsi- fungsi seperti komunikasi politik, sosialisasi politik, rekrutmen politik, pengatur konflik politik, pendidikan politik, pemersatu kebangsaan untuk mensejahterakan masyarakat, dan partisipasi politik. Pelaksanaan fungsi-fungsi tersebut dapat menjadi instrumen untuk mengukur keberhasilan atau kegagalan partai politik dalam menjalankan tugasnya.

B. Teori dan Bentuk Koalisi B. 1. Teori Koalisi

Berkaitan dengan koalisi, menurut Shively, koalisi adalah gabungan beberapa kelompok politik untuk mengendalikan dan menghimpun kekuasaan sehingga kepentingan mereka dapat terakomodasi.45 Koalisi juga berarti sebuah persetujuan formal yang memiliki kontrak bersama di antara dua partai politik

45 W. Philips Shively, Power and Choice: An Introduction to Political Science, (New York: Mc Graw, 2015), h. 428.

(40)

26

atau lebih yang dilakukan untuk menjamin kekuasaan pemerintah atas dasar suara mayoritas dalam mempertahankan stabilitas jalannya pemerintahan.46

Hal serupa juga dikatakan oleh A. Bakir Ihsan, yang mengatakan koalisi menjadi cara untuk menjembatani beragam kepentingan partai politik untuk bersama-sama membangun dan menjalankan pemerintahan.47

Selanjutnya menurut Lawrence C. Dodd, partai politik yang terdapat dalam sistem multipartai harus masuk ke dalam koalisi bersama dengan partai politik lain untuk memperoleh kekuasaan dan kontrol atas pemerintahan. Untuk mencapainya, partai politik yang berkoalisi harus meninggalkan ideologi atau asas awal demi tercapainya kebersamaan di dalam koalisi.48 Pendapat Lawrence di atas, sangat tepat dengan kasus koalisinya partai Golkar dan PPP di kabupaten Demak tahun 2015. Bahwa kedua partai tersebut secara asas—yang dapat dilihat dari ad/art-nya—berbeda.49

Dalam isi ad/art PPP bab II (dua), tentang asas, sifat dan prinsip perjuangan, pasal dua ditegaskan bahwa PPP berasaskan Islam.50 Sementara partai Golkar dalam ad/art-nya, bab III, tentang Asas dan Sifat, Pasal 5 (lima), berbunyi: partai Golkar berasaskan Pancasila.51

46

Andrew Heywood, Politik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), h. 288.

47 A. Bakir Ihsan, ―Rekonstruksi dan Revitalisasi Koalisi dalam Sistem Quasi

Presidensial,‖ Jurnal Penelitian Politik LIPI: Menggugat Politik Parlemen, Vol. 8, No.1, (2011), h.

31. 48

Lawrence C. Dodd, Coalitions In Parliamentary Government, (New York: Princeton University Press, 1976), h. 35.

49 Berdasarkan AD/ART antara partai Golkar dan PPP dalam asas partainya berbeda. Partai Golkar berasaskan nasionalis dan PPP berasaskan Islam sebagai ideologi partainya masing-masing.

50 AD/ART PPP Ketetapan Muktamar VIII No: 07/TAP/MUKTAMAR VIII/PPP/2016, bab II (dua), tentang Asas, Sifat dan Prinsip Perjuangan, Pasal II (dua), h. 59.

51

(41)

27

Meskipun asas atau ideologi partai adalah hal yang penting, akan tetapi perihal koalisi kedua partai tersebut tidak banyak mempersoalkan. Ini adalah contoh konkret bahwa kedua partai tersebut sama-sama menanggalkan asas partai mereka demi terciptanya kebersamaan dalam koalisi dan proses pengusungan calon kandidat kepala daerah, yang dalam konteks ini adalah bupati dan wakil bupati.

B. 2. Bentuk Koalisi

Pada prakteknya koalisi memiliki beberapa bentuk atau tipe yang dapat dibedakan secara kuantitas (jumlah) dari partai politik atau kursi di legislatif yang tergabung ke dalam koalisi tersebut. Untuk melihat tipe dan bentuk koalisi yang dilakukan oleh partai Golkar dan PPP di pilkada Kabupaten Demak tahun 2015, penulis merujuk pada pendapat Arend Lijphart dalam Pattern of Democracy, yang dikutip oleh Syamsuddin Haris, mengenai bentuk atau tipe koalisi, yaitu koalisi

besar atau gemuk, koalisi pas terbatas, dan koalisi kecil, berikut uraiannya:52

B. 2. a. Koalisi Besar atau Gemuk

Koalisi besar atau gemuk pada pembentukkannya mengikutsertakan hampir semua partai politik ke dalam koalisi. Sehingga di koalisi tersebut terdapat jumlah partai politik yang melebihi secara kuantitas dari yang diperlukan53 untuk mencapai dukungan mayoritas dari legislatif.54

52 Arend Lijphart, Pattern of Democracy: Government Forms and Performance in

Thirty-Six Countries, dalam Syamsuddin Haris, Masalah-Masalah Demokrasi dan Kebangsaan Era Reformasi, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2014), h. 100.

53

Pada umumnya, koalisi besar atau gemuk melampaui perhitungan minimal dari jumlah kursi partai politik di parlemen atau legislatif dan melebihi atau melampaui perhitungan 50% + 1 kursi di legislatif. Biasanya mencapai angka 60%. Ini yang membuat koalisi tersebut disebut koalisi mayoritas.

54

Denny Indrayana, Negara Antara Ada dan Tiada: Reformasi Hukum Ketatanegaraan, (Jakarta: Kompas, 2008), h. 221.

(42)

28

Dengan begitu, apabila koalisi tersebut memenangkan pemilu atau pilkada maka pemerintahan yang berjalan akan mendapat dukungan mayoritas mutlak dari partai politik pendukung (koalisi) di legislatif.55 Namun tidak menutup kemungkinan tipe koalisi ini tentu kemudian menyebabkan adanya tawar-menawar kepentingan, negosiasi yang alot, dan sulit untuk diselaraskan pada proses pembahasan kebijakan, karena terlalu banyak partai politik yang tergabung dalam koalisi tersebut. Sehingga kemungkinan untuk tercapainya konsensus bersama perihal pembuatan kebijakan sukar terlaksana secara cepat.

B. 2. b. Koalisi Pas Terbatas

Koalisi pas terbatas dibentuk hanya untuk mencapai dukungan sederhana di parlemen atau legislatif tanpa mengikutsertakan partai politik yang tidak diperlukan untuk mencapai dukungan mayoritas dari legislatif.56 Artinya koalisi ini dibentuk untuk memenuhi syarat minimal pencalonan atau pengusungan kandidat dari jumlah kursi legislatif. Bukan mayoritas dukungan, dari legislatif.

Pada pilkada di kabupaten Demak tahun 2015 syarat jumlah kursi minimal untuk mengusung calon adalah 20% dari jumlah total 49 kursi legislatif (DPRD).57 Artinya jumlah minimal kusrsi legislatif, untuk dapat berkoalisi dan mengusung pasangan calon adalah sepuluh kursi. Dari syarat minimal pengusungan calon berdasarkan kursi legislatif kabupaten Demak, dapat ditelusuri berdasarkan informasi mengenai pasangan calon, partai pengusung dan jumlah perolehan kursi dari partai pengusung (dapat dilihat pada tabel II. B. 2. b. 1).

55 Haris, Masalah-Masalah Demokrasi dan Kebangsaan Era Reformasi, h. 100.

56 Arend Lijphart, Pattern of Democracy: Government Forms and Performance in

Thirty-Six Countries, edisi kedua, (New Heaven and London: Yale University Press, 2012), h. 80.

(43)

29

Tabel II. B. 2. b. 1.

Informasi Pasangan Calon, Partai pengusung, dan Jumlah Kursi Legislatif Kabupaten Demak

No Pasangan Calon Partai Pengusung Jumlah Perolehan

Kursi

1 H. M. Natsir dan Joko Sutanto Partai Golkar dan PPP 14 (28% dari jumlah keseluruhan kursi) 2 H. Moh. Dachirin Said dan H.

Edi Sayudi

PKB dan Partai NasDem

12 (24% dari jumlah keseluruhan kursi) 3 Harwanto dan H. Maskuri Partai Gerindra, PAN,

dan Partai Demokrat

11 (22% dari jumlah keseluruhan kursi) Sumber: KPUD Kabupaten Demak

Dengan jumlah syarat minimal tersebut,58 maka partai Golkar dan PPP tentu dapat melakukan koalisi untuk mengusung pasangan H. M. Natsir dan Joko Sutanto dan dengan jumlah total perolehan kursi legislatif kursi 28%. Untuk dapat melihat persebaran jumlah kursi dari masing-masing partai politik yang terdapat di DPRD kabupaten Demak (maka dapat melihat tabel II. B. 2. b. 2).

Tabel II. B. 2. b. 2.

Partai Politik dan Perolehan Kursi Legislatif 2014-2019 di Kabupaten Demak

No Partai Politik Jumlah Kursi Legislatif

1 PAN 2 2 Partai Demokrat 2 3 Partai Gerindra 7 4 Partai Golkar 9 5 Partai NasDem 3 6 PDI-P 8 7 PKB 9 8 PKS 4 9 PPP 5 # Total 49 Kursi

Sumber: KPUD Kabupaten Demak

Dengan begitu, partai politik yang tergabung ke dalam koalisi dari masing-masing partai pengusung, jumlahnya terbatas hanya untuk mencapai kekuatan

58 Untuk dapat berkoalisi dan mengusung pasangan calon di pilkada kabupaten Demak tahun 2015, membutuhkan kurang lebih, minimal sepuluh (10) kursi.

Gambar

Tabel IV. D. 1.  Total  Harta  Kekayaan  Masing-Masing  Calon  Kepala  Daerah  yang  Maju  pada  Pilkada  Kabupaten  Demak  Tahun  2015....................................................................................79  Tabel IV
Tabel  I.  A.  3.  menggambarkan  bahwa  koalisi  yang  dilakukan  oleh  Partai  Golkar  dan  PPP  dalam  mengusung  pasangan  H
Tabel II. B. 2. b. 1.
Gambar II. C. 1. A 66
+7

Referensi

Dokumen terkait

Unit analisis yang digunakan adalah komunikasi personal berupa persepsi dan motivasi, dinamika kelompok berupa peranan, kekompakan dan kepemimpinan dalam program

Anak panah oranye = Angiogenesis; Anak panah hitam= pendarahan; Anak panah pink = blastema; Anak panah biru tua= pendarahan akibat ikan terjatuh; Anak panah biru muda = pembuluh

Dalam banyak bagiannya, teks yang diumumkan oleh Pleyte tampaknya telah terpotong-potong; namun, yang jelas, meskipun terdapat perbedaan mencolok antara jalan cerita dalam

Otonomi pendidikan tinggi, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, meningkatnya kompetisi antar perguruan tinggi di dalam maupun luar negeri, berkembangnya

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa analisis rasio keuangan dapat membantu para pelaku bisnis dalam membuat evaluasi pemilihan keadaan financial suatu perusahaan pada

Alasan siswa yang mengalami miskonsepsi jenis ini baik pada soal bentuk kartun maupun soal bentuk teks sama seperti alasan mereka pada kelompok benda diam

Dengan adanya pemangkasan daun yang tidak aktif melakukan fotosintesis, hasil asimilat yang ditransfer ke bagian tongkol akan lebih besar, sehingga dengan memangkas

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: (1) profil acara Mario Teguh Golden Ways; (2) sinopsis jalannya acara Mario Teguh Golden Ways; (3) cakupan