Layanan informasi hukum berupa informasi tentang hak-hak korban, pasal atau peraturan terkait kasus korban, prosedur pengaduan ke polisi, prosedur pemeriksaan perkara, dll.
Layanan konsultasi hukum memberi ruang kepada korban untuk menyampaikan permasalahan hukum yang dihadapinya dan pemberian saran atau langkah-langkah hukum yang dapat dilakukan oleh korban untuk mengatasi permasalahan hukum yang dihadapinya.
Layanan nasihat hukum berupa pemberian pendapat hukum untuk membela hak-hak tersangka/terdakwa atau pihak-pihak yang sedang bersengketa.
Layanan pendampingan di dalam pengadilan merupakan kegiatan mendampingi korban ketika memberi keterangan di persidangan sedangkan pendampingan di luar pengadilan merupakan kegiatan pendampingan terhadap korban ketika menghadapi lembaga atau institusi pemerintah maupun swasta termasuk lembaga adat.
PENDEKATAN DAN MEKANISME PERLINDUNGAN BERBASIS KOMUNITAS UNTUK PEREMPUAN DAN ANAK PEREMPUAN MENGAKSES KEADILAN FORMAL DAN INFORMAL
28
6.2 Peraturan tentang perlindungan hukum bagi perempuan dan anak sebagai korban KBG
Begitu juga dengan anak, yang dinilai masih belum dapat membela dirinya sendiri dan belum cakap bertindak secara hukum. Oleh karenanya layanan hukum yang disediakan negara melalui pemberian bantuan hukum oleh organisasi bantuan hukum yang terakreditasi akan sangat membantu perempuan dan anak korban KGB. Melalui cara ini diharapkan korban tidak perlu berkali-kali menjadi korban lagi dan berhadapan dengan hukum.
Korban juga diharapkan dapat mengakses hak-haknya dan diposisikan sebagai subjek dalam proses peradilan.
Dengan adanya layanan hukum yang dapat diakses oleh korban KBG, maka diharapkan para korban KBG yang memilih untuk melapor ke polisi akan memperoleh informasi tentang hak-haknya sebagai korban, seperti: hak atas informasi penanganan kasus, hak atas ganti rugi dan restitusi, hak untuk tidak dipaksa atau ditekan dalam memberi keterangan, hak atas rasa aman/perlindungan dari ancaman balas dendam pelaku, hak untuk didampingi dalam pemeriksaan, hak untuk dirahasiakan identitasnya, dll.
Korban juga juga diharapkan dapat mengetahui prosedur pelaporan, penuntutan dan persidangan, memperoleh pendampingan pada saat memberi keterangan di setiap tingkat pemeriksaan, dapat mengakses layanan pemulihan/psikologis, dll.
a. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
Ada beberapa pasal yang dapat dipakai untuk melindungi perempuan korban kekerasan, yakni:
- Pasal 251 – 256: tentang penganiayaan. Pasal ini dapat dipakai bila melaporkan pelaku yang menganiaya korban.
- Pasal 285: tentang perkosaan. Pasal ini dipakai untuk melaporkan pelaku perkosaan.
- Pasal 289: tentang perbuatan cabul. Pasal ini dipakai untuk melaporkan pelaku pelecehan seksual fisik.
- Pasal 338 - 340: tentang menghilangkan nyawa. Pasal ini dipakai untuk melaporkan pelaku yang membunuh korban.
- Pasal 310: tentang penghinaan. Pasal ini dipakai untuk melaporkan pelaku yang mempermalukan korban atau memfitnah korban.
b. UU No. 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga
- Pasal 44: tentang kekerasan fisik. Pasal ini dipakai untuk melaporkan pelaku yang melakukan kekerasan fisik.
- Pasal 45: tentang kekerasan psikis. Pasal ini dipakai untuk melaporkan pelaku yang melakukan kekerasan psikis.
- Pasal 46 - 48: tentang kekerasan seksual. Pasal ini dipakai untuk melaporkan pelaku yang melakukan kekerasan seksual.
- Pasal 49: tentang penelantaran rumah tangga. Pasal ini dipakai untuk melaporkan pelaku yang melakukan penelantaran rumah tangga.
c. UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang telah diperbaharui melalui UU no. 35 tahun 2014.
- Pasal 77, dipakai untuk melaporkan pelaku yang diskriminatif terhadap anak
- Pasal 77B, dipakai untuk melaporkan pelaku yang membiarkan, menempatkan, melibatkan dan menyuruh anak dalam situasi perlakuan yang salah dan penelantaran.
- Pasal 79, dipakai untuk melaporkan pelaku yang mengangkat anak bukan untuk kepentingan terbaik bagi anak.
- Pasal 80, dipakai untuk pelaku yang melakukan kekerasan pada anak - Pasal 81, dipakai untuk pelaku yang bersetubuh dengan anak
- Pasal 82, dipakai untuk melaporkan pelaku percabulan terhadap anak - Pasal 83, dipakai untuk melaporkan pelaku yang menculik anak
- Pasal 84 – 85 dipakai untuk melaporkan transpalansi atau menjual organ/jaringan tubuh anak.
- Pasal 86A, dipakai untuk melaporkan pelaku yang melarang anak untuk menikmati budayanya, menjalankan ajaran agamanya dan menggunakan bahasanya.
- Pasal 87, dipakai untuk melaporkan pelaku yang melibatkan anak dalam kegiatan militer atau kegiayan yang membuat anak tanpa perlindungan - Pasal 89, dipakai untuk melaporkan pelaku yang melibatkan anak dapal produksi dan distribusi narkoba atau psikotropika.
d. UU No. 21 tahun 2007 tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang.
- Pasal 2, dipakai untuk melaporkan pelaku yang memperdagangkan orang di wilayah Indonesia
- Pasal 3, dipakai untuk melaporkan pelaku yang memasukkan orang dari luar wilayah Indonesia.
- Pasal 4, dipakai untuk melaporkan pelaku yang memperdagangkan orang ke luar wilayah Indonesia.
PENDEKATAN DAN MEKANISME PERLINDUNGAN BERBASIS KOMUNITAS UNTUK PEREMPUAN DAN ANAK PEREMPUAN MENGAKSES KEADILAN FORMAL DAN INFORMAL
30
- Pasal 5, dipakai untuk melaporkan pelaku yang mengangkat anak untuk tujuan eksploitasi anak
- Pasal 6, dipakai untuk melaporkan pelaku yang mengirim anak ke leuar negeri, berakibat anak mengalami ekspolitasi.
- Pasal 7, dipakai untuk melaporkan pelaku jika mengakibatkan korban luka berat atau meninggal dunia.
- Pasal 8, dipakai untuk melaporkan penyelenggara negara yang mengakibatkan terjadinya perdagangan korban.
- Pasal 9, dipakai untuk melaporkan pelaku yang mengerakkan orang lain supaya melakukan tindak pidana perdagangan orang.
- Pasal 10, dipakai untuk melaporkan pelaku yang membantu atau mencoba tindak pidana perdagangan orang.
- Pasal 11, dipakai untuk melaporkan pelaku yang merencanakan atau permufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana perdagangan orang - Pasal 12, dipakai untuk melaporkan pelaku yang merupakan korporasi/perusahaan.
e. UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dan UU no, 16 tahun 2019 tentang perubahan pertama UU perkawinan.
Undang-Undang ini mengatur tentang batas usia untuk menikah, yakni 19 tahun. Artinya, siapun tidak dapat menikahkan orang yang berumur di bawah 19 tahun, kecuali ada ijin dispensasi dari Pengadilan. Dalam UU no. 16 tahun 2019, diatur tentang persyaratan permohonan dispensasi dan pemeriksaan permohonan dispensasi yang mewajibkan hakim pemeriksa untuk menghadirkan anak-anak yang akan dimohonkan dispensasi untuk dinikahkan.
f. UU No. 13 tahun 2016 tentang Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban dan UU no. 31 tahun 2014 tentang perubahan undang-undang Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban.
Undang-Undang ini mengatur tentang mekanisme perlindungan terhadap saksi dan korban termasuk korban kekerasan seksual terhadap anak. Selain itu, undang-undang ini mengatur tentang tata cara restitusi dan ganti rugi terhadap korban.
g. UU No. 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
Undang-Undang ini mengatur tentang tata cara mengadili anak yang berhadapan dengan hukum (anak yang berkonflik, anak korban dan anak saksi). Undang-undang ini memperkenalkan sistem keadilan restoratif yakni penyelesaian perkara tindak pidana dengan melibatkan pelaku, korban, keluarga pelaku/korban, dan pihak lain yang terkait untuk bersama-sama mencari penyelesaian yang adil dengan menekankan pemulihan kembali
Undang-undang ini juga memperkenalkan adanya diversi yakni pengalihan penyelesaian perkara Anak dari proses peradilan pidana ke proses di luar peradilan pidana. Artinya untuk tindak pidana yang dilakukan oleh anak, dapat dilakukan diversi, dengan persyaratan tidak pidana yang dilakukan diancam pidana kurang dari 7 tahun dan bukan merupakan pengulangan tindak pidana (anak belum pernah melakukan tindak pidana).
Langkah pertama dalam pemeriksaan di tingkat kepolisian adalah:
6.3 Mekanisme dalam mengakses layanan hukum bagi perempuan dan anak
Apabila korban memutuskan untuk menuntut pelaku secara hukum (mekanisme formal), maka korban harus memuat laporan atau aduan ke kantor polisi. Adapun mekanisme mengakses pelayanan hukum secara formal adalah:
Pengaduan adalah pemberitahuan disertai permintaan oleh pihak yang berkepentingan kepada pejabat yang berwenang untuk menindak menurut hukum seseorang yang telah melakukan tindak pidana aduan yang merugikannya (Pasal 1 angka 25 KUHAP). Tindak pidana aduan artinya pelaku dapat dituntut jika korban mengadukannya ke polisi.
Seperti kasus kekerasan seksual yang dilakukan suami terhadap istri.
A. Pemeriksaan di Kepolisian
1. Pengaduan/pelaporan.
a. Mencapai perdamaian antara korban dan anak;
b. Menyelesaikan perkara anak di luar proses peradilan;
c. Menghindarkan anak dari perampasan kemerdekaan;
d. Mendorong masyarakat untuk berpartisipasi; dan e. Menanamkan rasa tanggung jawab kepada anak.
Diversi bertujuan untuk:
PENDEKATAN DAN MEKANISME PERLINDUNGAN BERBASIS KOMUNITAS UNTUK PEREMPUAN DAN ANAK PEREMPUAN MENGAKSES KEADILAN FORMAL DAN INFORMAL
32
Laporan adalah pemberitahuan yang disampaikan oleh seseorang karena hak atau kewajibannya (berdasarkan undang-undang) kepada pejabat yang berwenang tentang telah atau sedang atau diduga akan terjadi peristiwa pidana (Pasal 1 angka 24 KUHAP).
Pelaporan atau pengaduan atas terjadinya kekerasan berbasis gender, dilakukan ke kantor Polres di tempat terjadinya kekerasan. Misalnya korban bertempat tinggal di kota A, dan mengalami kekerasan di kota B, maka korban melaporkan kekerasannya tersebut di kantor Polres di kota B. Apabila korban mengadu ke Polres di kota A, biasanya korban diarahkan untuk mengadu ke kota B atau jikapun pengaduan korban diterima, maka proses pemeriksaan (penyelidikan dan penyidikan) akan dilakukan di Polres kota B. Kantor Polres berada di tingkat kotamadya atau kabupaten.
Korban yang akan melapor, harus membawa kartu identitas (KTP, SIM, paspor atau akta kelahiran). Setelah sampai di Polres, pengaduan umumnya akan diterima di Sentra Pelayanan Khusus (SPK). Ruangan ini biasanya terletak di bagian depan kantor Polres, sehingga mudah diakses setiap orang yang ingin melapor. Petugas SPK yang menerima pengaduan, akan memperkenalkan diri dan menerima pengaduan korban.
Hal-hal yang penting untuk disampaikan pada saat mengadu atau melapor ke SPK adalah:
Identitas korban. Untuk korban anak, penting disampaikan berapa usia korban, hal ini akan terkait dengan UU atau aturan yang akan dikenakan terhadap pelaku. Apabila usia korban masih dibawah 18 tahun, maka pelaku akan dituntut dengan Undang-Undang tentang Perlindungan Anak.
Uraian kekerasan yang dialami, menceritakan tentang kapan kekerasan terjadi, dimana tempat kejadian (misalnya, di dalam rumah, di halaman, di jalan, dll), siapa saksi (yang mengetahui, mendengar, melihat terjadinya kekerasan tersebut), barang