• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Pembahasan

2. Bentuk pelaksanaan dakwah di rutan kelas IIB Salatiga

Pelaksanaan dakwah berdasarkan hasil observasi dan

wawancara kegiatan dakwah dilakukan dalam tiga bentuk yakni

dakwah lisan (dakwah bi al-lisan), dakwah tulisan (dakwah bi al-

qalam/ bi al-kitabah) dan dakwah tindakan/ keteladanan (dakwah bi

al-hal).Bentuk pelaksanaan dakwah di rutan kelas IIB Salatiga sebagai

berikut:

a. Dakwah Lisan (Dakwah Bi Al- Lisan)

Kegiatan ini dilakukan dengan cara memberikan kajian

tentang Islam. Metode yang digunakan adalah ceramah yang

dilaksanakan pada hari Senin pendalaman tafsir dan Rabu

pengajian umum.Sebagai Da‟i/ da‟iah yang mengisi ceramah

kegiatan dakwah, rutan bekerjasama dengan instansi dan organisasi

seperti DEPAG, Pondok Pesantren, Argo El-Falah, D9 dan ada

juga dari Lembaga Dakwah Kampus (LDK) IAIN Salatiga pada

saat bulan puasa selama sebulan penuh (wawancara P, 25 Agustus

2018 pukul 11:55).

Berdasarkan keterangan dari beberapa pejabat di rutan kelas IIB Salatiga seperti Rofi‟i S. H juga memberikan pembinaan rohani berupa tahfidzul Qur‟an dan tafsir.Kegiatan ini tidak formal

melainkan untuk narapidana yang mau dan yang mengikuti

mencapai 5-10 narapidana.Materi yang di berikan untuk

narapidana dari petugas rutan sendiri. Selain tahfidzul qur‟an juga

diajarkan do‟a-do‟a untuk keluarga (wawancara R, 27 Agustus

2018 pukul 10:40).

Pelaksanaan dakwah khusus wanita yaitu dilakukan

dengan pendekatan persuasif dari hati-kehati serta mengetahui

kondisi psikologi narapidana. Cara yang digunakan untuk

mengetahui kondisi narapidana yaitu dengan menggali data dari

narapidana, kenapa mengalami kejahatan, dan faktor apa yang

menyebabkan tindak kejahatan.Pembinaan rohani ini berjalan

sangat lancar untuk yang perempuan juga petugas bekerjasama dengan majlis muslimah pada hari jum‟at dan sudah berjalan sekitar 6 bulan. Materi yang disampaikan berdasarkan pilihan

petugas pribadi adapun materi yang lain sesuai dengan pemateri

yang ada seperti KEMENAG yang memberikan materi berupa

ngaji dan fiqih wanita (wawancara R, 27 Agustus 2018 pukul

Keterangan dari pejabat Kementrian Agama yang

memberikan ceramah di rutan kelas IIB Salatiga oleh Ustadz

Syakur yang sudah mulai berdakwah di rutan sejak tahun

2016.Waktu pertama dakwah di rutan berasumsi bahwa yang

masuk di rutan adalah orang jelek (kurang baik), tetapi tidak semua

yang di rutan adalah buruk, ada juga yang menjadi korban di

rutan.Karena banyaknya pemikiran penghuni rutan adalah orang

yang buruk maka mereka juga merasa jelek dan kepribadian

mereka ikut merasakannya maka menjadikan mereka sulit di

atur.Maka dari itu sarapan atau motivasi untuk mereka adalah

mengetuk hati dengan bil-al hikmati wal mauidzoti al-khasanati.

Metode yang digunakan da‟i yang lain berbeda-beda. Tetapi seorang da‟i harus memiliki prinsip, sebaik apapun materi kalau penyampaiannya monoton maka menjadi biasa.Maka dari itu

perlu adanya pernak pernik dakwah untuk menarik audien.Dalam

berdakwah cobalah mengawali dengan pilihan kata yang memukau

dan memberikan kejutan dalam berdakwah.Selain itu mencari

moment-moment yang sesuai dengan kondisi yang terjadi.Selain

rohani, dari aspek jasmani itu membias pada keluarganya, seperti

tanggung jawab jasmani.Dari aspek rohani berupa kepastian

setelah keluar dari rutan dan menghadapi pandangan msyarakat

tetang dirinya. Harapan yang di ungkap:

“Kedepan, pertama narapidana bisa kembali

bertaubat, hidup apa adanya seperti sedia kala, dan harus menerima keadaanya, selain itu di beri surat pengantar dari kepolisian yang menunjukan bahwa dia itu orang baik, supaya masyarakat mau

memahami dan menerima” (wawancara S, 1

September 2018 pukul 09:30).

Beberapa pernyataan yang menggambarkan, bahwa pembinaan keagamaandalam bentuk dakwah lisan kepada narapidana sudah berlangsung lama.Pembinaan tersebut dalam rangka pembinaan pemasyarakatan kepada narapidana yang diharapkan benar-benar mampu merubah narapidana menjadi sadar dan kembali ke arah yang lebih baik.Adanya tambahan pengetahuan dengan keaktifan narapidana mendengarkan ceramah- ceramah agama adalah salah satu tujuan yang diharapkan seperti yang di ungkapkan pejabat Rutan:

“Harapan saya walaupun saya memiliki ilmu yang

sedikit semoga dapat bermanfaat pada narapidana agar tetap menjalankan kegiatan sesuai dengan ajaran agama dan aturan negara.Dan semoga masyarakat bisa mengorangkan dan menerima narapidana dan mau melanjutkan pembinaan dilingkungan masing-masing.Kepedulian dari semua pihak terhadap narapidana sangat dibutuhkan di rutan salatiga sehingga pembinaan bisa berjalan dengan lancar dan dapat di implementasikan di

masyarakat dan bisa bermanfaat untuk sesama dan

menjadi orang yang lebih baik” (wawancara P, 25

Agustus 2018 pukul 11:55).

Pernyataan ini diperkuat oleh keterangan dari warga binaan (narapidana) salah satunya yaitu:

“Sebelum di rutan tidak pernah beribadah sekarang

menjadi beribadah, dan sebelumnya belum bisa baca

iqra‟ sekarang sudah khatam iqra‟, karena aktifitas

pembinaan kerohanian menjadi fokus kepada sang

pencipta” (wawancara BAS, 25 Agustus 2018 pukul

11:55).

Dakwah lisan yang diberikan kepada narapidana menduduki urutan pertama dalam proses pembinaan narapidana. Dakwah jenis ini memiliki keunggulan karena umpan balik (respon) dari mad‟u (narapidana) secara langsung dapat dilihat dan dianalisis terkait dengan efek pembinaan.

2. Dakwah Tulisan (Da‟wah Bi Al-Qalam/ Bi Al-Kitabah)

Kegiatan dakwah dalam bentuk tulisan di rutan kelas IIB Salatiga dilakukan dengan pengenalan huruf Arab hijaiyah dan menyambung huruf yang di contohkan oleh para ustadz dengan tujuan suapaya mereka bisa membaca, menulis, memahami dan mengamalkan. Kemudian sebagai pelengkap ada buku bacaan tentang Islam di perpustakaan yang digunakan petugas pembinaan dalam menyampaikan materi dan bagi narapidana yang ingin menambah pengetahuan dan wawasan melalui bacaan.Adanya kemampuan membaca bagi narapidana memungkinkan baginya

menambah pengetahuan dan wawasan yang dimilikinya dariPembinaan keagamaan yang lain berupa pengajaran tadarus al- Qur‟an yang dilakukan selain hari jum‟at dan sabtu habis sholat duhur (wawancara P, 25 Agustus 2018 pukul 11:55).

Hal inilah yang menggambarkan adanya dakwah bil

kitabah yakni dakwah melalui media cetak atau melalui tulisan

(dakwah bi al-qalam).Dakwah melalui tulisan lainnya adalah

aturan-aturan yang ditempel di beberapa bagian strategis di lembaga pemasyarakatan seperti pada pintu atau ruangan yaitu dilarang merokok, peraturan menonton TV dan tidak boleh membawa hp bagi narapidana.Bentuk dakwah melalui tulisan merupakan suatu hal yang sangat penting dan bermanfaat, karena materi dakwah yang tidak didapatkan melalui dakwah lisan bisa didapatkan melalui tulisan.Di samping itu, pemantapan terhadap suatu pengetahuan bisa didapatkan melalui tulisan yang relevan.Dakwah melalui tulisan di rutan selain sebagai pemantapan terhadap materi dakwah lisan, bentuk dakwah ini sangat penting dan membantu seperti dalam hal bacaan shalat, juz 30 dari surah An-Naas sampai surah Ad-Dhuha. Di samping itu, dakwah melalui tulisan yang berupa bacaan Islami menjadi sebuah tujuan agar besok kalau narapidana sudah keluar bisa menjadi imam di keluarganya dalam hal sholat dan mengaji (wawancara P, 29 Agustus 2018 pukul 11:21).

Dakwah tindakan banyak dimaknai sebagai bentuk dakwah dalam bentuk keteladanan.Salah satu bentuk dakwah yang dinilai paling efektif dan selalu dijadikan poin utama penilaian dalam pelaksanaan dakwah.Berdasarkan hasil observasi, ditemukan ada unsur keteladanan yang diterapkan oleh pihak lembaga pemasyarakatan terutama dari kepala lembaga pemasyarakatan sebagai orang nomor satu dalam penentu kebijakan di lembaga pemasyarakatan.Satu hal yang menjadi indikator yaitu pada kegiatan sholat berjamaah terutama sholat dzuhur.Pada kegiatan sholat ini seluruh narapidana Muslim diwajibkan hadir, demikian juga kepada pejabat lembaga pemasyarakatan beserta seluruh jajarannya.Setelah melakukan sholat dzuhur para narapidana kembali ke kamar untuk makan siang kemudian di lanjut dengan tadarus Al-Qur‟an bersama menggunakan pengeras suara (wawancara P, 29 Agustus 2018 pukul 11:21).

Hal tersebut diperkuat oleh pejabat di rutan yang mengatakan:

“Untuk narapidana sendiri apabila tidak mengikuti

kegiatan yang ada dapat sanksi serta efeknya pada saat CB (Cuti Bebas) dan PB (Pelepasan Bersama) di

undur” (wawancara R, 27 Agustus 2018 pukul 08:15).

Keteladanan merupakan suatu bentuk pembinaan yang efektif karena pada dasarnya manusia membutuhkan setimulus berupa dorongan yang membuat dirinya menjadi terbiasa melakukan suatu kegiatan.Seperti perkembangan dari para

narapidana dalam menjalankan kegiatan ibadah dalam hal sholat mengalami peningkatan.Salah satu komentar narapidana tentang keteladanan yang dilakukan di rutan:

“Kehidupan sebelumnya jarang mengikuti pengajian,

sholat bolong-bolong.Sejak kecil sudah di didik oleh orang tuanya dalam hal ke agamaan dan sebelumnya

sudah pernah khatam al-qur‟an 2 kali setelah di rutan

menjadi 6 kali khatam.Semua itu karena kesadaran diri

sendiri untuk mengharuskan ikut” (wawancara I, 27

Agustus 2018 pukul 09:42).

Dakwah tindakan lainnya yakni dalam bentuk pembinaan keterampilan dengan tujuan memberi bekal narapidana agar bisa diterima kerja sesuai dengan keterampilan yang dimiliki.Ketrampilan yang diberikan seperti membuat handsock ball dan bumerang senjata suku Amborigin.Namun pada tahun ini mengalami ke fakuman di karenakan ada kendala produksi dari perusahan tersebut. Bekal keterampilan yang lain berupa masak danmenjahit bagi narapidana perempuan. Kegiatan-kegiatan yang diberikan kepada warga binaan selain agar merekamaju, juga salahsatu tujuannya adalah agar mereka tidak tertekan dan jenuh.

3. Faktor Pendukung dan Penghamabat Pelaksanaan Dakwah dalam Pembinaan Mental Spiritual di Rutan Kelas IIB Salatiga

Dakwah yang dilakukan dalam tiga bentuk sebagai upaya pembinaanspiritual di rutan Kelas IIB Salatiga sejauh ini berjalan lancar dan cukup efektif. Berdasarkan pemaparan dari salah satu pejabat rutan Parjono bagian PINPAS (Pembimbingan

Pemasyarakatan) selain menjadi petugas juga menjadi ustadz dalam pembinaan kerohanian mengatakan: kegiatan dakwah berjalan sangat lancar dari yang laki-laki maupun perempuan. Untuk yang perempuan juga petugas bekerjasama dengan majlis muslimah pada hari jum‟at dan sudah berjalan sekitar 6 bulan.Dalam kegiatan dakwah antara laki- laki dan perempuan adalah di pisah di ruangan masing-masing (wawancara P, 25 Agustus 2018 pukul 11:55).

Keterangan yang lain juga di jelaskan oleh Retno Pinidji S. H petugas bagian pendaftaran, dari lembaga apabila melakukan pembinaan sendiri menjadi kurang maksimal, maka dari itu lembaga bekerjasama dengan organisasi Islam dalam pembinaan rohani. Sedangkan materi yang disampaikan berdasarkan pilihan petugas pribadi adapun materi yang lain sesuai dengan pemateri yang ada seperti Kementrian Agama yang memberikan materi berupa ngaji dan fiqih wanita (wawancara, 27 Agustus 2018, pukul 08:15).

Kegiatan dakwah laki-laki yang selama ini dilakukan dan di perkuat oleh salah satu narapidana yang mengatakan:

“Kegiatan dakwah disini sangat efektif karena bisa

mengajarkan kita tentang keimanan, dan kegiatan ini harus dilalui oleh anak tahanan terutama tentang keagamaan, dan selalu bisa memberi motivasi dan

menjadi contoh”(wawancara S, 27 Agustus 2018 pukul

Narapidana perempuan sendiri juga mengatakan:

“Dari sebelumnya jarang beribadah menjadi lebih

giat dalam hal sholat 5 waktu, dan materi dakwah semua mudah diterima dan dipahami karena model

yang dilakukan adalah sharing dan tanyajawab”

(wawancara SS, 27 Agustus pukul 09:42). Senada dengan ungkapan narapidana perempuan yang lainnya:

“Materi semua mudah dipahami, dan kalau tidak tahu

makabertanya.Untuk perubahan yang di rasakan yaitu menjadi sering sholat 5 waktu dan di tambah sholat Sunnah. Untuk membaca alqur‟an sudah khatam 3 kali”(wawancara Y, 28 Agustus 2018 pukul 09:50). Berhasil atau tidaknya dakwah tidak lepas dari beberapa faktor pendukung yang mempengaruhinya.Namun juga ditemukan beberapa penghambat terhadap efektivitas dakwah yang diungkapkan berdasarkan pada hasil observasi dan wawancara dengan pihak yang terkait dengan pembinaan kepada narapidana.

a. Faktor Pendukung Efektivitas Dakwah

Beberapa faktor pendukung efektivitas dakwah dikemukakan sebagai berikut:

1) Adanya da‟i yang secara resmi mau berkontribusi dalam pembinaan di rutan.

2) Keikhlasan dari da‟i dalam memberikan pembinaan bagi narapidana.

3) Ketelatenan da‟i dalam membagi ilmunya tanpa pamrih.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, kemampuan da‟i dalam menyampaikan materi ceramah mampu membuat narapidana

menjadi tersentuh dan menangis.Kajian Islam yang disampaikan oleh salah satu pejabat Kementrian Agama berupa ceramah yang mengingatkan pada rezeki dari Allah SWT. Salah satu narapidana mengatakan:

“Setelah mendengarkan tausiyah tadi, saya menjadi

tergugah hatinya, bahwa keajaiban Allah dan cobaan Allah benar-benar terbukti, saya mendengar Pak kiyai tadi menyampaikan jangan memikirkan anak istri dirumah semua sudah dijamin Allah SWT, dari situ saya

ingat sama istri dan cucu saya, jadi saya menangis”

(wawancara CAB, 29 Agustus 2018 pukul 10:30).

Pembinaan yang dilakukan bertujuan untuk membangun kedisiplinan dan sisi positif pada diri narapidana agar diterima masyarakat sesuai dengan harapan salah satu kepala lembaga rutan kelas IIB Salatiga mengutarakan:

“Semoga untuk kedepannya mereka yang keluar dari

rutan bisa kerja dengan baik dan bisa menghidupi

keluarganya, serta diterima di masyarakatnya kembali”

(wawancara D, 21 Agustus 2018 pukul 10:38).

b. Faktor Penghambat Efektivitas Dakwah

Melakukan pembinaan bukanlah hal yang mudah, berbagai kendala senantiasa ditemukan kendala-kendala yang dihadapi saat melakukan dakwah tidak lepas dari yang namanya sarana dan prasarana.Sarana yang sangat minim sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan pembinan, seperti ruangan yang besar digunakan untuk melakukan aktifitas dakwah maupun pelatihan ketrampilan.Sedangkan kapasitas untuk penghuni rutan hanya 56 orang sedang warga binaan yang ada mencapai 160 orang

lebih.Fasilitas kamar besar yang dulunya berisi 45 orang di tahun 2018 ini menjadi 45 orang lebih.

Selain sarana dan prasarana, warga binaan pernah mengalami suatu permasalahan yang membuat dirinya berselisih antara satu dengan yang lain. Namun disisi lain ada baiknya seperti di dalam rutan apabila ada sesuatu yang kurang baik maka narapidana cepat melapor kepada petugas (wawancara D, 21 Agustus 2018 pukul 10:38).

Kendala-kendala tersebut menjadi penghambat efektivitas pembinaan dalam hal ini efektivitas dakwah.Berbagai hambatan ini penting untuk diungkapkan sebagai bahan analisis dan menjadi suatu pertimbangan untukmenentukan langkah pembinaan ke depannya.Dengan mengetahui dan memahami hambatan dalam mewujudkan efektivitas dakwah, dakwah yang dilakukan dapat lebih efektif dan efisien. Berdasarkan hasil wawancara, faktor penghambat efektivitas dakwah dari dalam dan luar dapat diungkapkan sebagai berikut:

1) Faktor penghambat dari dalam rutan:

a) Karena doktrin narapidana adalah orang yang bermasalah jadi tidak semua mau untuk berkonstribusi dalam membina. b) Tahanan terkadang sukar untuk di bina, jadi mengajak dengan

c) Ruangan kecil, sehingga gereja dan mushola berdampingan.

2) Faktor penghambat dari luar rutan:

a) Kesulitan mencari da‟i yang mau membimbing dengan suka hati.

b) Dukungan dari luar kurang.

c) Tidak adanya anggaran, maka keikhlasan hati dari petugas pembinaan untuk menyediakan buku dan bolpoin untuk BTA narapidana.

d) Karena kurang anggaran jadi butuh pengorbanan dan skill dan materiilKeikhlasan da‟i yang bertugas.

Melakukan pembinaan sesungguhnya memerlukan kerjasama dari pihakpembina dan yang dibina.Partisipasi aktif dari kedua elemen tersebut berdampak pada efektifnya pembinaan. Keaktifan satu pihak tidak akan berarti tanpa kepedulian dari pihak lainnya. Karena itu, dalam melakukan pembinaan dibutuhkan kesadaran diri dari narapidana bahwa pembinaan yang dilakukan adalah untuk kepentingan mereka tersebut berupa pembinaan spiritual dan pembinaan kemandirian.Namun, melakukan pembinaan bukan persoalan mudah karena kurangnya motivasi narapidana dalam pembinaan yang ibaratnya suatu peluang meraih keberuntungan.Peluang yang tersedia di sekitar tidak dinikmati, apabila individu yangbersangkutan tidak termotivasi menangkap

peluang tersebut. Seperti yangdisampaikan oleh Parjono yang menyatakan:

“Keberhasilan pembinaan bukan hanya dari rutan

namun dari masyarakat juga menjadi bagian dari diterimanya narapidana seusai menetap di rutan.Selain mendapat pembinaan di rutan juga memberi solusi terhadap narapidana misalnya yang belum memiliki ijazah di ikutkan ujian paket agar mendapatkan ijazah.Dan yang belum memiliki pekerjaan di bekali dengan pelatihan ketrampilan dan di carikan

perkerjaan sesuai dengan kemampuan

narapidana.Salah satu faktor tersulit yang di hadapi petugas yakni mengubah pendoktrinan masyarakat tentang narapidana yang sudah mengalami masa pembinaan. Setelah kembali kemasyarakat ketia narapidana mengamalkan ilmu yang di dapat selalu di nilai negatif dan menjadi bahan perbincangan

bukannya diterima dengan baik”(wawancara, 25

Agustus 2018 pukul 11:55).

Berdasarkan pemaparan di atas dakwah yang di lakukan menjadi tanggungjawab semua umat Muslim.Lembaga memiliki kewajiban dalam membimbing sedangkan masyarakat menjadi mendapa kewajiban menerima dengan fikiran yang positif.Dengan adanya kesinambungan dalam kegiatan pembinaan tersebut mampu membuat narapidana menjadi lebih percaya diri dan lebih fokus dalam perubahan sikap yang lebih baik dari sebelumnya.

BABV PENUTUP A.Kesimpulan

Kesimpulan penelitianini adalah sebagai berikut:

1. Bentuk Pelaksanaan Dakwah di Rutan Kelas IIB Salatiga.

Kegiatan dakwah yang digunakan untuk membina narapidana di rutan meliputi dakwah lisan (dakwah bi al- lisan) merupakan Kegiatan yang dilakukan denganmemberikan kajian tentang Islam. Metode yang di gunakan adalah ceramah yang dilaksanakan pada hari senin pendalaman tafsir dan rabu pengajian umum. Metode ini merupakan strategi yang paling efektif untuk narapidana, karena mereka setiap hari selalu diketuk hatinya dan secara tidak langsung memebuat mereka sadar.Dai/ daiah

yang mengisi ceramah kegiatan dakwah di rutan yaitu dengan bekerjasama dengan instansi dan organisasi seperti KEMENAG, Pondok Pesantren, Argo El-Falah, D9 dan ada juga dari LDK (lembaga dakwah kampus) IAIN Salatiga pada saat bulan puasa selama sebulan penuh.

Dakwah tulisan (dakwah bi al-qalam/ bi al-kitabah) Kegiatan dakwah dalam bentuk tulisan di rutan kelas IIB Salatiga dilakukan dengan pengenalan huruf arab hijaiyah dan menyambung huruf yang di contohkan oleh para ustadz dengan tujuan suapaya mereka bisa membaca, menulis, memahami dan mengamalkan. Dakwah seperti ini merupakan sarana tambahan bagi narapidana agar bisa membaca tulisan Arab dan membimbing anak-anaknya sesudah keluar nanti. Adapun dakwah tindakan (dakwah bi al-hal) banyak dimaknai sebagai bentuk dakwah

dalam bentuk keteladanan. Salah satu bentuk dakwah yang dinilai paling efektif dan selalu dijadikan poin utama penilaian dalam pelaksanaan dakwah. Berdasarkan hasil observasi, ditemukan ada unsur keteladanan yang diterapkan oleh pihak lembaga pemasyarakatan terutama dari kepala lembaga pemasyarakatan sebagai orang nomor satu dalam penentu kebijakan di lembaga pemasyarakatan. Satu hal yang menjadi indikator yaitu pada kegiatan sholat berjamaah terutama sholat dzuhur.Dengan cara inimampu memberi efek spiritual narapidana yang sering kali meninggalkan ibadah menjadi lebih tekun beribadah.

2. Upaya dalam Pembinaan Mental Spiritual di Rutan Kelas IIB Salatiga. Narapidana diberi bekal sebuah keterampilan yang bertujuan untuk menghadapi kehidupan di luar, seperti bekal untuk mencari kerja, bekal untuk membimbing kembali keluarga, dan yang lebih utama bekal mental dalam menghadapi tanggapan masyarakat. Pembinaan keteladanan

(ukhuwah) dengan mengumpulkan narapidana di depan kamar untuk

membaca do‟a sebelum makan. Selain do‟a bersama juga dilakukannya jabat tangan setelah acara kajian Islam selesai.Semua kegiatan yang di lakukan merupakan sebuah upaya memngembalikan kembali orang yang mengalami kesalahan menjadi orang yang lebih baik. Selain dari rutan pihak masyarakat juga sangat dibutuhkan sebagai penerus dalam pembinaan agar narapidana bisa kembali seperti yang di harapkan.

3. Faktor Pendukung dan Penghambat Efektifitas Dakwah dalam Pembinaan Mental Spiritual di Rutan Kelas IIB Salatiga.

Berhasil atau tidaknya dakwah tidak lepas dari beberapa faktor pendukung yang mempengaruhi. Namun juga ditemukan beberapa faktor penghambat terhadap efektifitas dakwah sebagai berikut:

a. Faktor Pendukung

1) Adanya da‟i yang secara resmi mau berkontribusi dalam pembinaan di rutan

2) Keikhlasan da‟i dalam memberikan pembinaan di rutan 3) Ketelatenan da‟i dalam membagi ilmunya tanpa pamrih

b. Faktor Penghambat

1) Kesulitan mencari da‟i yang suka rela membantu pembinaan 2) Dukungan dari luar kurang

3) Tidak ada anggaran dana dalam pelaksaaan kegiatan dakwah 4) Ruangan kecil

5) Tahanan terkadang sukar diatur dan dibina B.Saran

Demi mendukung kemajuan dan keberhasilan kegiatan dakwah di rutan kelas IIB Salatiga, penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Bagi Lembaga

a. Supaya menambah jumlah personil pembinaan agama Islam dalam kegiatan pembinaan agama agar lebih efektif lagi.

b. Adanya surat dari pihak rutan untuk narapidana agar masyarakat tahu bahwa narapidan yang keluar itu sudah benar-benar baik.

c. Berharap pemerintah pusat menambah fasilitas-fasilitas yang ada di rutan kelas IIB Salatiga.

d. Berharap adanya kesinambungan antara materi yang di berikan da‟i dan di teruskan petugas supaya tidak berhenti begitu saja.

2. Bagi Peneliti

a. Diharapkan mampu memberikan sumbangan berupa informasi baru terhadap lembaga maupun instansi tertentu sesuai dengan porsi materi yang ada.

b. Diharapkan dapat menambah subjek dalam penelitian agar data yang di peroleh lebih luas dan mendapatkan analisis yang lebih baik.

c. Saran dan kritik dari pembaca di harapkan dalam penyempurnaan penelitian ini supaya kedepannya menjadi lebih baik.

d. Diharapkan mampu memberikan informasi bagi pembaca mengenai kajian dakwah.

DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, Ari. 2012. Paradigma Baru Dakwah Kampus. Yogyakarta: ADIL MEDIA

Amin, Samsul Arif. 2009. Ilmu Dakwah. Jakarta: AMZAH

„Aziz, Jum‟ah Amin Abdul. 2008. Fiqih Dakwah.Surakarta: Era Intermedia

Bachtiar, Wardi. 1997. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah. Jakarta: Logos

Basit, Abdul. 2006. Wacana Dakwah Kontemporer. Yogyakarta: PustakaPelajar Offset

Budihardjo. 2007. Dakwah dan Pengentasan Kemiskinan. Yogyakarta: Sumbangsih Press.

Daradjat, Zakiah. 1975. Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental. Jakarta: Bulan Bintang

Faridah. 2014. Strategi Dakwah dalam Pembinaan Spiritual Narapidana Di

Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas IIA Sungguminasa Gowa. Tesis

diterbitkan. Makassar: Pasca Sarjana UIN ALAUDDIN

Handayani, Octavia Sri. 2010. Pelaksanaan Pembinaan Narapidana dalam

Rangka Mencegah Pengulangan Tindak Pidana (Recidive). Skripsi

diterbitkan. Surakarta: Fakultas Hukum UNS

Ilaihi, Wahyu. 2010. Komunikasi Dakwah. Bandung: PT REMAJA

Dokumen terkait