• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Dakwah dalam Pembinaan Mental Spiritual di Rutan Kelas IIB Salatiga Tahun 2017 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Strategi Dakwah dalam Pembinaan Mental Spiritual di Rutan Kelas IIB Salatiga Tahun 2017 - Test Repository"

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI DAKWAH DALAM PEMBINAAN MENTAL SPIRITUAL DI RUTAN KELAS IIB SALATIGA TAHUN 2017

Skripsi Ini Disusun untuk Melengkapi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)

SKRIPSI

OLEH M. Rozikin NIM. 11714016

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

MOTTO

َّ نِإ

َّ

َّْمِهِسُفْنَأِبَّاَمَّْاوُرِّيَغُيَّى تَحٍَّمْىَقِبَّاَمَُّرِّيَغُيََّلاََّ ّاللّ

“Sesungguhnya Allah

tidakakanmengubahkeadaansuatukaumsebelummerekamengubahkeada

andirimerekasendiri.” (QS.ar-Ra’d:11)

"...Barangsiapabertakwakepada Allah

niscayaDiaakanmembukakanjalankeluarbaginya. Dan Diamemberinyarezekidariarah yang tidakdisangka-sangkanya. Dan barangsiapabertawakalkepada Allah, niscaya Allah akanmencukupkan

(keperluan)nya..." [Ath-Thalaaq (65) : 2-3]

(7)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah Swt atas limpahan rahmat dan karuniaNya, Skripsi ini dipersembahkan untuk:

1. Bapak dan ibu tercinta yang tak henti menjaga, membimbing, memberi kepercayaan dan motivasi dalam kehidupanku.

2. Alm. Muhadi, Minhad, dan Ny Munawaroh, yang menyayangi saya di waktu kecil.

3. Saudara tercinta, Muhammad Ismail dan bani Muhadi atas segala dukungan, doa dan motivasi yang sangat luar biasa.

4. Mbah kiai Asrur, Nyai Saroh, Kiai M. Zaini Zulfa, dosen, guru dan ustadz (Alm. Dawam, Alm Pak Juraimi), yang telah mendidik dan memberikan ilmunya.

5. Teruntuk Pondok Pesantren Miftahul Huda yang mendidik dan memberi arti dalam kehidupan saya.

6. Dosen Bu Muna, yang telah memberikan judul skripsi, dan Drs. H Bahroni, M.Pd. yang telah membimbing skripsi hingga selesai.

7. Fakultas Dakwah, terima kasih saya sudah di izinkan bergabung hingga menjadi sarjana.

8. Ketua jurusan Komunikasi dan Penyiaran, Dra. Maryatin, M.Pd atas jasanya. 9. Redaktur sekaligus dosen KPI Sika Nuridah yang memberi motivasi dan

(8)

10.Ketua Takmir Perum Domas Yanuri, yang sudah memberi makna hidup kepada saya, dan Yulianto, Bu Yayuk yang saya anggap orang tua saya sendiri.

11.Semua Warga Perum Domas yang menyayangi dan selalu memberi dukungan kepada saya.

12.Keluarga Rochim, Khoirul Adha, Pak Maman, Pak Wardoyo, Pak Marno, Adib Baihaqi, Khanafi, Nasrullah yang telah membantu saya selama kuliah. 13.Pak Ustadz syakur, Pak Dwi Murdanto, Pak Agus Wijayanto, Pak Rondi, Pak

Parjono, Bu Retno, Pak Rofi‟I, dan seluruh petugas dan narapidana di Rutan

kelas IIB Salatiga terima Kasih telah di persilahkan mengadakan penelitian. 14.Sahabat PK (Pecandu Karya) Adib, Ashadil, Dika, Pujiono, Yogi F, Alifia

Ars, Yogi M yang telah melukis pelangi di hidup saya.

15.Sahabat KPI semuanya, Khususnya Puji Lestari, Siti Lestari, Adib Baihaqi, Khanafi, Yogi F yang membantu saya dalam perjuangan skripsi.

16.Buat Bu Hisbullah Hamdallah S. Hum terima kasih banyak sudah banyak membantu memberi support sampai skripsi ini jadi.

17.Untuk Bapak, Ibu Ichtiarini, yang selalu memberi dukungan dan semangatnya.

18.Untuk Gus Shony terima kasih atas motivasi dan semangatnya. 19.Ibu dan mbak pedagang sayur di taman sari shopping Salatiga.

(9)

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt atas segala rahmat dan kasih sayangnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tidak lupa shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi besar Muhammad Saw kepada keluarga, sahabat, serta para pengikutnya yang menjadi suri tauladan bagi kita.

Penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Rektor IAIN Salatiga, Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. 2. Dekan Fakultas Dakwah Dr. Mukti Ali, M.Hum

3. Ketua bidang studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga Dra. Maryatin, M.Pd.

4. Dosen pembimbing Drs. H. Bahroni, M. Pd. Yang telah membimbing dengan ikhlas, mengarahkan, dan meluangkan waktunya untuk penulis sehingga skripsi ini terselesaikan.

(10)

Penulis sepenuhnya sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, serta para pembaca pada umumnya. Amin

Salatiga, 7 September 2018

(11)

ABSTRAK

Rozikin, Muhamad. 2018. Strategi Dakwah dalam Pembinaan Mental Spiritual

di Rutan Kelas IIB Salatiga Tahun 2017. Skripsi Fakultas Dakwah

Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. H. Bahroni, M. Pd.

Kata Kunci: Strategi Dakwah, Pembinaan Mental, Spiritual

Penelitian ini membahas tentang: Strategi dakwah yang di gunakan da‟i dalam pembinaan mental spiritual di rutan kelas IIB Salatiga. Dengan rumusan masalah: (1) bagaimana bentuk pelaksanaan dakwah di rutan kelas IIB Salatiga?,(2) bagaimana upaya pembinaan mental di rutan kelas IIB Salatiga?, dan (3) bagaimana faktor dan penghambat efektivitas dakwah di rutan kelas IIB Salatiga?

Metode pengumpulan data yang di gunakan peneliti: Metode penelitian kualitatif atau sering disebut sebagai metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting), dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara Observasi untuk mengetahui kondisi objek secara langsung. Wawancara ini digunakan dengan tujuan untuk memperoleh dan menggali data secara jelas dan konkret tentang sesuai dengan objek. Dokumentasi yang dilakukan terdiri dari beberapa hal diantaranya adalaharsip-arsip penting lainnya seperti dokumen-dokumen tentang rutan dan foto-foto yang berkaitan dengan penelitian.

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Kerangka Berfikir... 10

Tabel 3.1 Struktur Organisasi... 53

Tabel 3.2 Struktur Organisasi Pengelolaan... 53

Tabel 4.1 Struktur Staff... 54

Tabel 5.1 Data Kapasitas Hunian...55

Tabel 5.2 Penghuni Rutan... 56

(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDU ... i

LOGO INSITITUT ... ii

NOTA PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN ... v

MOTTO... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... ix

ABSTRAK ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR ISI ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang ... 1

B. RumusanMasalah ... 5

C. TujuaPenelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Penegasan Istilah ... 6

F. KerangkaBerfikir ... 7

(14)

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

A. KajianPustaka ... 12

B. Landasan Teori ... 15

1. Strategi Dakwah ... 15

2. Pembinaan Mental ... 36

3. Spiritual ... 40

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Pendekatan ... 43

B. Lokasi Penelitian ... 43

C. Sumber dan Jenis Data ... 44

1. Data primer ... 44

2. Data sekunder ... 44

D. Prosedur Pengumpulan Data ... 45

E. Teknik Analisis Data ... 46

F. Teknik Validitas Data ... 47

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 48

1. Subjek penelitian ... 48

2. Temuan penelitian ... 54

B. Pembahasan ... 57

1. Upaya pembinaan mental spiritual di rutan kelas IIB Salatiga... 59

(15)

3. Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan dakwah di rutan kelas IIB Salatiga ... 69

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 76 B. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA

(16)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Organisasi atau lembaga tertentu bisa dipastikan memiliki satu atau beberapa tujuan, yang menunjukkan arah dan menyatukan gerak sarana yang dimilikinya atau yang terdapat dalam lembaga tersebut. Tujuan yang akan dicapainya itu adalah keadaan massa yang akan datang yang lebih baik ketimbang keadaan sebelumnya. Adapun proses pencapaian tujuannya itu memerlukan penataan-penataan yang terarah, efektif (berdaya guna) dan efisien (tepat sasaran dengan biaya atau resiko sekecil mungkin). Terarah disini dimaksudkan dengan aktivitas yang dilakukan terpusat pada tercapainya tujuan yang telah ditentukan, yaitu melakukan kegiatan-kegiatan rasional yang tepat untuk mewujudkan hasil akhir yang telah ditetapkan sebelumnya. Sedangkan efektif dan efisien dimaksudkan adanya penggunaan sarana yang terbatas pada hal-hal yang diperlukan. Karena itu pula organisasi atau lembaga yang digerakkan itu merupakan wadah sarana yang diperlukan dan sebagai alat pencapaian tujuannya (Suhandang, 2014: 103).

(17)

Relevan dengan Surya, Slameto (1991: 2) dan Ali (1987: 14) menyatakan bahwa belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Pembelajaran merupakan suatu upaya membelajarkan atau suatu upaya mengarahkan aktivitas anak didiknya ke arah belajar. Proses pembelajaran merupakan proses interaksi, yaitu antara seorang guru dan anak didiknya. Hal itu juga merupakan situasi psikologis, dimana banyak ditemukan aspek-aspek psikologis ketika proses pembelajaran berlangsung hal ini terkait dengan pembinaan mental spiritual.

Lembaga permasyarakatan tidak lepas dari namanya narapidana (orang yang terpidana). Masuknya seseorang dalam lembaga permasyarakatan merupakan babak baru dalam kehidupnnya, akibat dari perbuatan yang telah dilakukan dan dirasakan. Jauh dari sanak keluarga dan kehidupan yang semakin keras terkadang membuat narapidana menjadi sadar tetapi tidak jarang ada yang justru mengalami gangguan mental bahkan ada yang menjadi residivis. Dampak kehidupan di lembaga permasyarakatan mengindikasikan pentingnya kehadiran dakwah ditengah-tengah narapidana. Dalam hal ini strategi dakwah sangat berpengaruh terhadap berhasil atau tidaknya pesan yang disampaikan komunikator (da‟i). Selain itu juga harus

(18)

Muhammad Fadil al-Djamaly, juga dalam Arifin (1987: 13) menyatakan bahwa pendidikan Islam adalah proses yang mengarahkan manusia kepada kehidupan yang baik dan mengangkat derajat kemanusiaannya, sesuai dengan kemampuan dasar (fitrah) dan kemampuan ajaranya (pengaruh dari luar). Bawani (1987: 122) menyatakan bahwapendidikan Islam adalah bimbingan jasmani-rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam (Tohirin, 2005: 8-10).

Menurut kacamata komunikasi jelaslah bahwa dakwah Islam termasuk upaya komunikasi dalam rangka mempengaruhi individu atau komunal, agar mereka, dengan sadar dan yakin akan kebenaran Islam, mau menganutnya (bagi mereka yang non-muslim) serta memperdalam pengetahuan agama Islam (bagi kaum muslimin). Mereka diharapkan mau meyakini bahwa agama Islam akan membawanya ke jalan Allah yang lurus dan benar, yaitu jalan yang merupakan garis maknawi serta digoreskan oleh tuntunan wahyu tinggi, sesuai dengan tiap-tiap manusia dan membawa mereka kepada kebenaran yang hakiki. Sebab, prinsip dasar dari komunikasi adalah pengaruh mempengaruhi dalam rangka “melumpuhkan” komunikan, hingga sadar

ataupun tidak, mau dan mampu mengikuti apa yang dikehendaki komunikator.

(19)

penghuninya terhadap tindak kejahatan yang telah dilakukan. Namun, terkadang menyebabkan munculnya penyakit kejiwaan akibat stres dan depresi karena jauh dari keluarga dan hidup terisolasi dalam lembaga permasyarakatan. Keprihatinan pada kondisi kehidupan narapidana, mengetuk naluri sebagai seorang muslim untuk menolong, membantu dan menuntun mereka agar mampu menyelesaikan masalahnya. Berupaya mengurangi beban hidup narapidana akibat harus hidup dilembaga permasyarakatan.

Ditemukannya strategi dakwah yang tepat dalam melakukan pembinaan spiritual kepada narapidana sangatlah penting. Karena hal ini akan memudahkan aktivitas dakwah dilembaga permasyarakatan yang bertujuan membangun dan menumbuhkan kesadaran pada diri narapidana. Disamping itu juga diharapkan mampu menjadikan narapidana menerima keadaan dirinya sehingga dapat hidup normal kembali seperti masyarakat pada umumnya.

(20)

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana upaya pembinaan mental spiritual di rutan kelas IIB Salatiga? 2. Bagaimana bentuk pelaksanaan dakwah di rutan kelas IIB Salatiga? 3. Apayang menjadi faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan

dakwah dalam pembinaan mental spiritual di rutan kelas IIB Salatiga? C. Tujuan Penelitian

1. Untuk menemukan upaya pembinaan mental spiritual di rutan kelas IIB Salatiga.

2. Untuk menemukan bentuk pelaksanaan dakwah dirutan kelas IIB Salatiga. 3. Untuk menemukan faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan

dakwah dalam pembinaan mental spiritual di rutan kelas IIB Salatiga. D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi nilai guna pada berbagai pihak yaitu:

1. Secara teorietis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran tentang ilmu dakwahterutama dalam bidang penyiaran dakwah di rutan kelas IIB Salatiga.

2. Secara praktis a. Bagi Lembaga

(21)

b. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan peneliti tentang ilmu dakwah dan strategi dakwah dalam pembinaan mental spiritual di rutan kelas IIB Salatiga, serta memotivasi diri agar selalu menyebarkan dakwah Islam.

c. Bagi Pembaca

Hasil penelitian diharapakan bisa menjadi informasi yang bermanfaat bagi pembaca terutama bagi para da‟i agar memanfaatkannya sebagai

penyebar kebaikan dakwah Isalam.

E. Penegasan Istilah

Untuk memudahkan dalam memahami judul penelitian tentang “Strategi Dakwah dalam Pembinaan Mental Spiritual di Rutan Kelas IIB

Salatiga”, maka peneliti perlu memberikan penegasan dan penjelasan seperlunya sebagai berikut:

1. Strategi dakwah adalah menentukan taktik bagi orang yang melaksankan pekerjaan da‟aa, bermakna orang yang menyeru, memanggil, mengajak, dan harus memiliki pertimbangan-pertimbangan yang matang dan mantap, agar gerakan-gerakan dalam taktik tersebut bisa dilaksanakan dengan mudah dan lancar, sehingga tujuan yang dicita-citakan dapat tercapai.

(22)

menjadikan agama sebagai pedoman dan pengendalian tingkah laku, sikap dan gerak-geriknya dalam hidup.

3. Spiritual adalah sesuatu yang berkaitan erat dalam aspek spiritualitas pada diri manusia, seperti halnya untuk tetap konsisten dalam melaksanakan ajaran agama; untuk bertaqwa kepada Allah; mencintai kebaikan; kebenaran dan keadilan; serta membenci kejahatan; kebatilan dan kezaliman.

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Strategi Dakwah dalam Pembinaan Mental Spiritual di Rutan Kelas IIB Salatiga merupakan proses dan taktik penyampaian dakwah terhadap narapidana dalam membentuk kepribadian yang lebih baik dari sebelumnya sesui dengan ajaran Islam.

F. Kerangka Berfikir

(23)

Strategi dakwah yang tepat sangat membantu da‟i dalam

menyampaikan tujuannya sehingga pesan dakwah dapat diterima oleh mad‟u

(narapidana). Di samping para da‟i, peran aktif dari kepala lembaga

pemasyarakatan, kepala bagian pembinaan narapidana beserta seluruh jajarannya, petugas lembaga pemasyarakatan juga sangat dibutuhkan dalam pembinaan mental spiritual narapidana karena petugas-petugas lembaga dan da‟i/ da‟iah yang diberi wewenang untuk memberi kajian keagamaan di

lembaga pemasyarakatan. Terkait dengan pembinaan mental spiritual bahwa setiap Insan (manusia) membutuhkan yang namanya stimulus (dukungan motivasi) untuk merubah perilaku kurang baik menjadi lebih baik dengan diberlakukannya proses pembelajaran.

Surya (1997: 9) menyatakan bahwa belajar ialah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Penjelasan ini menuntut kemampuan untuk menemukan dan mengaplikasikan strategi dakwah yang tepat dalammelakukan pembinaan mental dan spiritual.Strategi dakwah adalah cara-cara tertentu yang diperlukan oleh seorang da‟i (komunikator) kepada mad‟u(Yunan, 2006: 7).

(24)

menghasilkan strategi dakwah dalam melakukan pembinaan spiritual narapidana yang diharapkan peneliti dalam melakukan penelitian.

Peneliti menggunakan teori-teori persuasi yang didefinisikan sebagai “perubahan sikap akibat paparan informsi dari orang lain” sikap pada

dasarnya adalah tendensi kita terhadap sesuatu. Sikap adalah rasa suka/ tidak suka kita atas sesuatu. Sikap sering dianggap memiliki tiga komponen: komponen afektif (kesukaan atau perasaan terhadap sebuah objek), komponen kognitif (keyakinan terhadap suatu objek), dan komponen perilaku (tindakan terhadap objek). Dalam lembaga pemasyarakatan teori yang berkaitan dengan pembinaan mental spiritual adalah teori inokulasi. Yaitu sebuah teori yang digunakan oleh komunikator yang mungkin bukan untuk mengubah sikap tetapi menjadikan sikap kebal terhadap perubahan. Perubahan ini di tujukan kepada narapidana dengan tujuan agar semua keyakinan yang dimiliki tetap kuat dan tidak mudah goyah Tankard, James dan Werner (2011: 177-193).

(25)

Tabel 1.1 Kerangka Berfikir

G. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah memahami isi skripsi ini, penulis memaparkan sistematika skripsi sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan, bab ini membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, kerangka berfikir, dan sistematika penelitian.

Bab II : Kajian Pustaka dan Landasan Teori, berisikan pengertian strategi dakwah, urgensi strategi dakwah, unsur-unsur dakwah, metode dakwah, pengertin pembinaan mental, pengertian spiritual.

Bab III : Metodologi penelitian, berisikan jenis penelitian dan pendekatan, lokasi penelitian, prosedur pengumpulan data, teknik analisis data, teknik validitas data.

Spiritual Pembinan Mental

UU. No. 12 Tahun 1995 Al-Qur’an dan Hadits

(26)

Bab IV : Pembahasan, meliputi gambaran umum tentang rutan kelas IIB Salatiga, bentuk pelaksanaan dakwah, upaya pembinaan mental, faktor pendukung dan penghambat efektifitas dakwah.

(27)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka

Penelitian ini membahas tentang bagaimana strategi dakwah yang digunakan dalam pembinaan mental spritual di rutan Salatiga. Berdasarkan hasil bacaan penulis, ditemukan beberapa sumber karya ilmiah yang membahas tentang dakwah di lembaga pemasyarakatan. Uraian singkat tentang karya ilmiah yang relevan dengan yang penulis teliti:

Skirpsi Octavia Sri Handayani Tahun 2010 yang berjudul

Pelaksanaan Pembinaan Narapidana dalam Rangka Mencegah Pengulangan

Tindak Pidana (Recidive). Skripsinya ini membahas mengenai pelaksanaan

pembinaan narapidana, dalam skripsi ini juga kebanyakan mengambil ruang lingkup, teori dan dasar hukum tentang pelaksanaan pembinaan narapidana, sedangkan dalam penelitian kali ini, peneliti tidak hanya meneliti dari segi pelaksanaan pembinaan narapidana akan tetapi permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaan pembinaan narapidana.

Penelitian yang dilakukan oleh Faridah tahun 2014 yang berjudul

Strategi Dakwah dalam Pembinaan Spiritual Narapidana Di Lembaga

Pemasyarakatan Wanita Kelas IIA Sungguminasa Gowa Pasca Sarjana UIN

ALAUDDIN Makassar. Peneliti menggunakan penelitian kualitatif hasil penelitiannya adalah bahwa metode yang dilakukan para da‟i dilembaga

(28)

hambatan bahwa narapidana tidak memahami dan mengamalkan pesan dakwah yang diterimanya karena kondisi psikologi yang kurang stabil.

Penelitian Yusnidar tahun 2016 yang berjudul Metode Dakwah Terhadap Narapidana Cabang Rumah Tahanan Negara Jantho Dilhoknga

UIN AR-RANIRY Banda Aceh. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Hasil penelitian adalah Pembinaan mental berupa ceramah agama dan pengajian kitab, pemateri yang didatangkan dari luar Lapas yang bekerjasama dengan pihak ketiga seperti BMOIW dan dayah-dayah/ Pasantren dari Banda Aceh.Selain pendidikan agama, pihak Lapas juga melakukan pembinaan kesadaran nasional yang diberikan pada tanggal 17 yang dilaksanakan upacara di Lapangan Cabang Rutan Negara Lhoknga dan selaku Pembina upacara adalah Kacabrutan, dan kasubsi Cabang Rumah Tahanan Negara Jantho di Lhoknga dengan memberikan pengarahan-pengarahan atau bimbingan kepada pegawai dan penghuni Cabang Rumah Tahanan Negara Jantho di Lhoknga.

Penelitian yang dilakukan oleh Dhita Mitha Ningsih tahun 2017 yang berjudul Pembinaan Narapidana Di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Raba Bima Guna Mencegah Pengulangan Tindak Pidana (studi kasus rumah

tahanan negara kelas IIB raba bima Fakultas Syariah dan Hukum UIN

(29)

dengan keterbatasan sarana dan prasarana penunjang pembinaan, keadaan Rutan yang mengalami over kapasitas, kurangnya petugas Rutan dibidang pembinaan serta tenaga pengajar program pembinaan keterampilan, sehingga sistem pemasyarakatn tidak berjalan baik di Rumah Tahanan Negara Klas IIB Raba Bima.

Penelitian-penelitian di atas memiliki kesamaan dengan yang peneliti lakukan yakni penelitian tentang strategi dakwah dan metode dakwah serta kesamaan pada jenis penelitian yaitu kualitatif. Perbedaan mendasar yang ditemukan terletak pada objek dan fokus penelitian. Penelitian sebelumnya belum ada yang secara khusus meneliti tentang strategi dakwah dalam pembinaan mental spiritual di Rutan kelas IIB salatiga.

Di antara penelitian yang dikemukakan, penelitian yang paling relevan dengan yang peneliti teliti adalah penelitian Faridah dengan judul Strategi

Dakwah dalam Pembinaan Spiritual Narapidana Di Lembaga

Pemasyarakatan Wanita Kelas IIA Sungguminasa Gowa. Kesamaan yang

(30)

B. Landasan Teori 1. Strategi Dakwah

a. Pengertian Strategi Dakwah

Dakwah berasal dari bahasa Arab da‟watan yang berakar kata dari huruf dal, ra, dan waw yang berarti dasar kecendrungan sesuatu yang disebabkan suara dan kata-kata, atau mencintai sesuatu atau mendekatkan diri pada sesuatu. Dari akar kata ini terangkai menjadi

da‟aa (fi‟il mu‟tal naqish), yang menjadi asal kata da‟aa, yad‟uu,

da‟aan, wa da‟watan berarti “memanggil, mengundang, meminta tolong, meminta, memohon”. Dari kata kerja da‟aa-yad‟uu ini, jika

isim mashdarnya da‟aan berarti meminta tolong, meminta, dan

memohon, sedangkan yang isim mashdarnya da‟watan berarti memanggil, mengundang, mengajak atau menyeru (Budihardjo, 2007 : 1).

Strategi merupakan pengambilan keputusan untuk menata dan mengatur unsur-unsur yang bisa menunjang pelaksanaan kerja pencapaian tujuan. Strategi merupakan proses berpikir yang mencakup apa saja yang disebut simultaneous scanning (pengamatan simultan)

dan conservativefocusing (pemusatan perhatian). Maksudnya, strategi

(31)

Dengan begitu dalam proses penyusunan strategi, merupakan tindakan terakhir yang dimaksudkan tadi adalah keputusan untuk memilih, mempertimbangkan, dan menetapkan unsur-unsur serta kebijakan-kebijakan yang bisa digunakan untuk menunjang keberhasilan pencapaian tujuan yang telah ditentukan semula. Mengetahui strategi termasuk hal yang sangat berpengaruh dalam mencapai keberhasilan dakwah maka dapat dianalisis dari definisi strategi dakwah terkait dengan kegiatan yang akan dilakukan (Suhandang, 2014: 81-83).

Berdasarkan penjelasan diatas strategi dakwah merupakan proses memilah dan memilih tindakan dan menata unsur sebelum menyeru umat untuk kembali di jalan sesuai ajaran Islam berdasarkan dengan cara yang baik dan tepat.

b. Definisi dan Urgensi Strategi Dakwah

Strategi berasal dari istilah bahasa Yunani, yang aslinya berarti “seni sang jenderal” atau “kapal sang jendral”. Pengertian tersebut

diperluas mencakup seni laksamana dan komandan angkatan udara (Sills, 1972: 281). Sedangkan kata “dakwah” berasal dari akar kata

bahasa Arab da‟aa, atau menurut ulama Basrah berasal dari mashdar

da‟watun¸ yang artinya dalam bahasa Indonesia, adalah memanggil

(32)

pertimbangan-pertimbangan yang matang dan mantap, agar gerakan-gerakan dalam taktik tersebut bisa dilaksanakan dengan mudah dan lancar, sehingga tujuan yang dicita-citakan dapat tercapai (Suhandang, 2014: 21, 80-81).

Pengertian strategi adalah suatu kesatuan rencana yang menyeluruh, komprehensif, dan terpadu yang diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Hal ini berarti bahwa dalam suatu strategi terdapat beberapa hal berikut:

1) Suatu rencana tindakan yang dirancang untuk mencapai tujuan, baik tujuan jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang. 2) Analisis terhadap lingkungan, baik yang bersifat eksternal maupun

internal, yang menunjukan adanya kekuatan dan kelemahan dalam hal pencapaiaan tujuannya.

3) Keputusan pilihan guna pelaksanaan yang tepat dan terarah dalam pencapaian tujuan yang telah ditentukan.

4) Rancangan guna menjamin ketepatan tercapainya tujuan dan sasaran.

Adapun bentuknya, H. Djaslim Saladin (2004: 2) mengutip pendapat Gregory G. Dess dan Alex Miller (1993) yang membagi strategi dalam dua bentuk, yaitu strategi yang dikehendaki dan strategi yang direalisasikan.

(33)

1) Sasaran-sasaran (goals) yaitu, apa yang ingin dicapai dalam pelaksanaan pencapaian tujuan. Sasaran dimaksud memiliki arti yang luas dan sempit. Seperti halnya dakwah, tujuan akhirnya ingin menciptakan masyarakat madani yang islami. Sudah tentu untuk menuju kearah itu harus menyelesaikan tujuan-tujuan yang menjadi bagian dari tujuan akhir tersebut. Dengan demikian, tujuan akhir bisa dikatakan sebagai sasaran yang lebih luas daripada tujuan-tujuan bagiannya secara sempit.

Selain itu sasaran tersebut terbagi lagi menjadi tiga tingkatan atau hierarki menjadi:

a) Visi (vision) yang merupakan kerangka acuan kegiatan nyata yang terpadu.

b) Misi (mision) yaitu, banyaknya sasaran yang harus dicapai sebagai tugas dan prinsip utama guna mewujudkan visi.

c) Tujuan-tujuan (objectives), yaitu tujuan-tujuan yang khusus dan spesifik harus dicapai demi tercapainya tujuan akhir yang telah ditentukan sebelumnya.

2) Kebijakan (policies), merupakan garis pedoman untuk bertindak guna mencapai sasaran atau tujuan-tujuan.

(34)

ataupun pesan dakwah yang disodorkan (Suhandang, 2014: 101-102).

Tujuan dakwah bukanlah perkara yang mudah karena manusia memiliki karakteristik yang beragam sebagai sasaran dakwah terlebih bila berkaitan dengan masyarakat yang memiliki permasalahan khusus dengan tantangan kehidupan yang cukup kompleks. Menghadapi berbagai permasalahan yang terkait dengan proses dakwah, mengharuskan da‟i hadir dengan membawa suatu bentuk strategi

dakwah yang tepat untuk melakukan pembinaan kepada masyarakat sesuai dengan kondisi objektif masyarakat yang dihadapi.

Aktifitas dakwah pasti tidak lepas dari berbagai tantangan yang di hadapi, serta memerlukan penanganan yang tepat dan kerja keras agar pesan dakwah benar-benar terimplementasikan dalam kehidupan masyarakat yang menjadi sasaran dakwah. Salah satu langkah utama yang perlu diperhatikan adalah ketepatan antara materi dan metode dengan kondisi mad‟u agar dakwah dapat berfungsi dan berjalan

sesuai dengan yang diharapkan. Dan membentuk sistem dawkah yang tersusun rapi, membangun pondasi-pondasi yang kuat serta mengetahui pokok-pokok dakwah yang akan di sampaikan.

(35)

memperoleh putunjuk. Dengan demikian jiwa objek dakwah menjadi lapang dan hatinya pun tenang. Ia siap menjalani cobaan dijalan Allah. Ia rasakan kesempitan sebagai kelapangan, kesulitan sebagai kemudahan, dan harapan perubahan menjadi kenyataan. Ia tidak meraskan lama dan sulitnya perjalanan, dan tidak pula tergesa-gesa untuk memperoleh hasil perjuangan. Dia yakin sesungguhnya Allah akan mewujudkan kehendak-Nya dan menjadikan segala sesuatu dengan ketentuan-Nya (Aziz, 2008: 18-19).

Selain itu, pesan-pesan Dakwah hendaknya dapat memberikan petunjuk dan pedoman hidup yang menyejukkan hati. Janganlah pesan-pesan Dakwah dicampuri dengan pamrih untuk kepentingan golongan.Lebih-lebih untuk kepentingan yang tidak ada sangkut pautnya dengan pelaksanaan ajaran. Dalam era sekarang ini, peranan Dakwah yang dapat memberi motivasi dan bekal untuk membantu memecahkan masalah-masalah duniawi yang semakin kompleks.

Secara umum, ada tiga tantangan yang akan dihadapi oleh seorang da‟i di dalam masyarakat, yaitu : pertama, masyarakat kita

(36)

merasa perlu terhadap agama dan karenanya akan menjadi jauh dari ajaran dan moral agama.

Kedua, globalisasi informasi. Pada masa ini kita akan dibanjiri oleh budaya, pola hidup dan tata nilai asing yang tidak selalu menunjang usaha pemupukan Budi pekerti luhur yang selama ini kita dambakan. Ketiga, makin tinggi tingkat intelektualitas, terutama dikalangan angkatan muda. Dalam hal ini tentunya mereka memiliki daya kritis yang semakin kuat dan tidak mau begitu saja menerima kata dan pendapat orang lain serta mereka minta diyakinkan dengan uraian dan penjelasan yang rasional dan dapat diterima akal mereka.

Kondisi seperti itu, maka sangat diperlukannya strategi dakwah dalam mencapai tujuannya, dengan cara harus sering dilakukannya pembaharuan secara terus-menerus terhadap visi ke-islaman, visi dakwah, analisis situasi, perluasan wilayah kepedulian serta sasaran dari dakwah itu sendiri. Dakwah sebagi peroses yang mempengaruhi umat termuat dalam Al-Qur'an yang memanggil umat Islam untuk melakukan dakwah bilhikmah, dan mauizhah hasanah serta mujadalah billati hiya ahsan (Basit, 2006: 152-155).

(37)

aktif dan kerja keras dari pimpinan lembaga, pejabat serta seluruh jajaran yang bertugas di lembaga merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan dalam mewujudkan tujuan dari pelaksanaan dakwah. Karena penerapan aturan yang tegas dan bijaksana merupakan suatu elemen penting dalam strategi dakwah.

Adanya partisipasi aktif dan kesadaran dari setiap elemen dalam suatu lembaga merupakan salah satu faktor pendukung efektivitas dakwah. Karena pemegang kekuasaan yakni pemimpin, pejabat beserta seluruh jajarannya dalam suatu lembaga memiliki kewenangan untuk mengatur lembaganya. Termasuk dalam hal ini pada pelaksanaan kegiatan dakwah, terutama dalam suatu lembaga struktural yakni instansi pemerintah. Karena di dalam lembaga struktural terdapat hubungan yang dapat mempengaruhi dan hubungan ketaatan serta kepatuhan dari para pengikut terhadap pimpinannya.

(38)

mungkin muncul dalam pelaksanaan dakwah (Abdillah, 2012: 101-102).

Pemimpin dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab seperti yang telah dijelaskan, memberikan suatu pemahaman bahwa seorang pemimpin merupakan pengayom masyarakatnya. Hal ini mengindikasikan perlunya perlakuan yang baik dan penghargaan kepada pengikut dan masyarakat yang dibina sebagai sesama makhluk ciptaan Tuhan, meskipun yang dihadapi adalah orang-orang yang telah melakukan kesalahan.

Perlakuan yang baik dan penghargaan terhadap seseorang merupakan salah satu faktor diterima dan dilaksanakannya pesan yang diterima oleh individu yang menerima pesan. Karena seseorang atau suatu organisme melakukan sesuatu sedikit banyaknya dipengaruhi oleh kebutuhan yang ada dalam dirinya atau sesuatu yang hendak dicapai. Kebutuhan tersebut tidak bisa dipisahkan dari motif yakni penyebab seseorang berperilaku.

(39)

“Barangsiapa mengajak pada petunjuk, ia berhak

mendapat pahala seperti pahala orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun, dan barang siapa mengajak kepada kesesatan, ia berhak mendapat dosanya seperi dosa orang-orang yang mengikutinya, tanpa

mengurangi dosa mereka sedikitpun”. (HR. Muslim).

Karena itu, merupakan sebuah kewajiban yang tiada pilihan selain itu. Hanya kecintaan untuk berada dijalan dan kejujuran iman terhadap-Nya dapat meringankan segala cobaan dan memudahkan segala kesulitan serta memperkokoh pendirian untuk terus berjuang sampai pada cita-cita yang di inginkan (Aziz, 2008: 26-27).

Memberikan perlakuan yang baik kepada orang lain meskipun nyata telah melakukan kesalahan didasarkan pada terjemahan firman Allah dalam QS Ali-„Imran (3): 159.

۟اىُّضَفوَلَ ِةْهَقْنٱ َعُِهَغ اًّّظَف َثىُك ْىَنَو ۖ ْمُهَن َثىِن ِ هللَّٱ َهِّم ٍةَمْحَز اَمِثَف

َثْمَزَع اَذِئَف ۖ ِسْمَ ْلْٱ ًِف ْمُهْزِواَشَو ْمُهَن ْسِفْغَحْسٱَو ْمُهْىَع ُفْعٲَف ۖ َكِنْىَح ْهِم

َهُِهِّكَىَحُمْنٱ ُّةِبَُ َهللَّٱ هنِإ ۚ ِ هللَّٱ ًَهَع ْمهكَىَحَف

Artinya:

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu, kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya

Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”.

(40)

yang berpengaruh dalam suatu lembaga atau terhadap orang lain agar mampu menjadikan Rasulullah saw sebagai teladan dalam ucapan, sikap serta perbuatannya dalam menghadapi umat dan segala permasalahannya. Di antaranya yang patut mencontoh akhlak mulia Nabi SAW adalah setiap elemen yang berperan aktif dalam melakukan pembinaan kepada warga binaan karena langkah tersebut merupakan salah satu bagian dari strategi dakwah.

Berdasarkan penjelasan diatas bahwa dalam pelaksanaan dakwah pemimpin dan seluruh jajarannya merupakan salah satu bagian penting dari strategi dakwah dalam melakukan pembinaan mental spiritual narapidana. Namun, dalam melaksanakan suatu pembinaan, pemimpin dan seluruh jajarannya dalam suatu lembaga juga membutuhkan bantuan dari berbagai pihak. Pelaksanaan pembinaan sebagai suatu bagian dalam strategi dakwah membutuhkan kerjasama dari da‟i/ da‟iah sebagai orang yang berkualifikasi dalam

bidang dakwah. Kehadiran dai/ da‟iah dalam kerjasama pembinaan terhadap lembaga diiringi oleh berbagai aspek dakwah lainnya yang saling menunjang dalam aktivitas dakwah.

c. Unsur-unsur Dakwah

(41)

komponen-komponen yang harus ada dalam setiap kegiatan dakwah meliputi:

a. Da‟i

Da‟i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik secara

lisan maupun tulisan ataupun perbuatan dan baik seacara individu, kelompok atau bentuk organisasi atau lembaga. Maka, yang dikenal sebagai da‟i atau komunikator dakwah itu dapat

dikelompokkan menjadi:

1) Secara umum adalah setiap muslim atau muslimat yang mukallaf (dewasa) dimana bagi mereka kewajiban dakwah merupakan suatu yang melekat, tidak terpisahkan dari misinya sebagai penganut Islam sesuai dengan perintah: “Sampaikan walau satu ayat”.

2) Secara khusus adalah merek yang mengambil keahlian khusus (mutakhasis) dalam bidang agama islam, yang dikenal dengan panggilan ulama (Ilahi, 2010: 19).

b. Mad‟u

Mad‟u adalah manusai yang menjadi mitra dakwah atau

(42)

1) Golongan cerdik, cendekiawan yang cinta kebenaran dan dapat berpikir secara kritis, cepat ,menangkap persoalan. 2) Golongan awam, yaitu kebanyakan orang yang belum dapat

berpikir secara kritis dan mendalam, belum dapat menangkap pengertian-pengertian yang tinggi.

3) Golongan yang berbeda dengan golongan diatas adalah mereka yang senang membahas sesuatu, tetapi hanya dalam batas tertentu tidak sanggup mendalam.

c. Materi/ Pesan Dakwah

Materi/ pesan dakwah adalah isi pesan yang disampaiakan da‟i kepada mad‟u. Pada dasarnya pesan dakwah itu adalah ajaran

islam itu sendiri. Secara umum dapat dikelompokan menjadi: 1) Pesan Aqidah, meliputi Iman kepada Allah SWT. Iman

kepada Malaikat-Nya, Iman kepada Kitab-kitab-Nya, Iman kepada Rasul-rasul-Nya, Iman kepada Hari Akhir, Iman kepada Qadha-qadhar.

2) Pesan Syariah, meliputi ibadah thaharah, shalat, zakat, puasa, dan haji serta mu‟amalah.

a) Hukum perdata meliputi: hukum niaga, hukum nikah, dan hukum waris.

(43)

3) Pesan Akhlak meliputi akhlak terhadap Allah SWT, akhlak terhadap makhluk yang meliputi; akhlak terhadap manusia, diri sendir, tatangga, masyarakat lainnya, akhlak terhadap bukan manusia, flora, fauna, dan sebagainya (Ilahi, 2010: 20). d. Media Dakwah

Alat-alat yang diapakai untuk menyampaikan ajaran islam. Hamzah Ya‟qub membagi media dakwah itu menjadi lima:

1) Lisan, merupakan media yang paling sederhana yang menggunakan lidah dan suara. Media ini dapat berbentuk pidato, ceramah, kuliah, bimbingan, penyuluhan, dan sebagainya.

2) Tulisan, buku majalah, surat kabar; koresponden (surat,

e-mail, smas), spanduk dan lain-lain.

3) Lukisan, gambar, karikatur, dan sebagainya.

4) Audio Visual, yaitu alat dakwah yang dapat merangsang indra pendengaran atau penglihatan dan kedua-duanya, bisa berbentuk televisi, slide, ohp, internet, dan sebagainya.

5) Akhlak, yaitu perbuatan-perbuatan nyata yang mencerminkan ajaran Islam, yang dapat dinikmati dan didengarkan oleh mad‟u (Ilahi, 2010: 21).

d. Bentuk-bentuk Metode Dakwah

(44)

serentetan kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu (Bachtiar, 1997: 34). Dalam al-Qur‟an juga dijelaskan juga menjadi dasar metode dakwah yakni:

ًِحهنٲِت مُهْنِد َٰجَو ۖ ِةَىَسَبْنٱ ِةَظِعْىَمْنٱَو ِةَمْكِبْنٲِت َكِّتَز ِمُِثَس ًَٰنِإ ُعْدٱ

َهَِدَحْهُمْنٲِت ُمَهْعَأ َىُهَو ۖ ۦِهِهُِثَس هَع همَض هَمِت ُمَهْعَأ َىُه َكهتَز هنِإ ۚ ُهَس ْحَأ ًَِه

Artinya:

“Serulah manusia kpada jalan tuhanmu dengan hikmah dan

pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dijalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat

petunjuk” (QS. An-Nahl:125).

Berdasarkan ayat tersebut menunjukkan bahwa metode dakwah itu meliputi tiga cakupan, yaitu:

1. Al-Hikmah

a. Pengertian bi al-hikmah

Kata “hikmah” dalam al-Qur‟an disebutkan sebanyak

20 kali baik dalam bentuk nakiroh maupun ma‟rifat. Bentuk masdarnya adalah “hukman” yang artinya mencegah. Jika

(45)

dengan larangan Tuhan. Sebagi metode dakwah, al-hikmah

diartikan bijaksana, akal budi yang mulia, dada yang lapang, hati yang bersih, dan menarik perhatian orang lain untuk masuk agama atau Tuhan.

Menurut Imam Abdullah bin Ahmad Mahmud An-Nasafi, arti hikmah, yaitu:

“Dakwah bil-hikmah adalah dakwah dengan

menggunakan perkataan yang benar dan pasti,

yaitu dalil yang menjelaskan kebenaran dan

menghilangkan keraguan”.

Menurut Syaikh Nawawi Al-Bantani, dalam tafsir Al-Munir bahwa al-hikmah adalah Al-Hujjah Al-Qat‟iyyah Al

-Mufidah Li Al-„Aqaid Al-Yaqiniyyah, Hikmah adalah

dalil-dalil (argumentasi) yang qath‟i dan berfaedah bagi kaidah-kaidah keyakinan.Hikmah merupakan suatu metode pendekatan komunikasi yang dilaksankan atas dasar persuasif. Karena dakwah bertumpu pada human oriented

maka konsekuensi loginya adalah pengakuan dan penghargaan pada hak-hak yang bersifat demokratis, agar fungsi dawkah yang utama bersifat informatif (Amin, 2009: 98).

(46)

komunikasi dengan orang lain. Maka dari itu Hikmah disini mengajarkan kita untuk memberi peringatan dengan baik dan bijaksana sesuai terjemahan dari Al-qur‟an Surat Al-Ghasyiyah (88): 21-22.

22-22 ٍسِطَُْصُمِت مِهَُْهَع َثْسهن، سِّكَرُم َثوَأ ٓاَمهوِإ ْسِّكَرَف

Artinya:

“Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu itu adalah yang memberi peringatan. Kamu

bukanlah orang yang berkuasa atas mereka”(QS. AL-Ghasyiyah (88): 21-22).

b. Hikmah dalam dakwah

Hikmah dalam dunia dakwah mempunyai posisi yang

sangat penting, yaitu dapat menentukan sukses tidaknya dakwah. Dalam menghadapi mad‟u yang beragam tingkat penddikan, strata sosial, dan latar belakang budaya, para da‟i memerlukan hikmah, sehingga ajaran islam mampu memasuki ruang hati para, mad‟u dengan tepat. Hikmah adalah bekal da‟i menuju sukses. Tidak semua orang mampu meraih hikmah, sebab Allah hanya memberikannya untuk orang-orang yang layak mendapatkannya, Allah berfirman:

ٍِجْؤَُ

اًّسُِثَك اًّسَُْخ ٍَِجوُأ ْدَقَف َةَمْكِبْنا َتْؤَُ ْهَمَو ُۚءاَشََ ْهَم َةَمْكِبْنا

(47)

Artinya:

“Allah menganugerahkan al-hikmah (kefahaman

yang dalam tentang Al-Qur‟an dan As-Sunnah)

kepada siapa yang Dia Kehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi al-hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat

mengambil pelajaran”. (QS Al-Baqarah: 269). Ayat tersebut seolah-olah menunjukan metode dakwah praktis kepada para juru dakwah yang mengandung arti mengajak manusia kepada jalan yang benar dan mengajak manusia menerima dan mengikuti petunjuk agama dan aqidah yang benar.

2. Al-Mau‟idza Al-Hasanah

Terminologi mau'izhah hasanah salam perspektif Dakwah sangat populer, dalam seremonial keagamaan mendapat porsi khusus dengan sebutan "acara yang ditunggu-tunggu". Secara bahasa, mau'izhah hasanah terdiri dari dua kata, yaitu mau'izhah

dan hasanah. Kata mau'izhah berasal dari kata wa'adza, ya'idzu,

wa'adzan, 'idzatan yang berarti; nasihat, bimbingan, pendidikan,

dan peringatan, sementara hasanah berarti baik.Adapun secara istilah, ada beberapa pendapat antara lain;

Menurut Imam Abdullah bin Ahmad an-Nasafi yang dikutip oleh H. Hasanuddin sebagai berikut:

(48)

nasihat dan menghendaki manfaat kepada mereka atau dengan al-Qur'an.

Menurut Abd. Hamid al-Bilali al-Mauizhah al-Hasanah merupakan satu manhaj (metode) dalam dakwah untuk mengajak ke jalan Allah dengan memberikan nasihat atau bimbingan dengan lemah lembut agar mereka mau berbuat baik. Juga bisa di ungkapkan dengan mengandung unsur bimbjngan, pendidikan, peringatan, pesan-pesan agar mendapat keselamatan dunia dan akhirat.Dengan itu ada beberapa bentuk-bentuk mau'izhah yakni;

a. Nasihat atau petuah b. Bimbingan, pengajaran c. Kisah-kisah

d. Kabar gembira dan peringatan e. Wasiat

(49)

3. Al-Mujadalah Bi-al-lati Hiya Ahsan

Secara etimologi lafadz mujadalah terambil dari kata "jadala" yang bermakna memintal, melilit. Sedangkan ketambahan huruf Jim yang mengikuti wazan faa alaa, "jaa Dala" bermakna debat, dan mujadalah "perdebatan". Menurut Ali al-Jarisyah, dalam kitabnya Adab al-Hiwar wa almunadzarah, mengartikan bahwa "al-jidal" bermakna "dayauntuk memilih kebenaran" sedangkan berbentuk isim "al-jadlu" berarti pertentangan atau perseteruan yang tajam. Dari segi istilah

al-Mujadalah berarti upaya tukar pendapat yang dilakukan oleh dua

pihak secara sinergis, tanpa adanya suasana yang mengharuskan lahirnya permusuhan diantara keduanya.

(50)

لََّو

اىُمَهَظ َهَِرهنا لَِّإ ُهَسْحَأ ٍَِه ٍِحهناِت لَِّإ ِباَحِكْنا َمْهَأ اىُنِداَجُج

دِحاَو ْمُكُهَنِإَو اَىُهَنِإَو ْمُكَُْنِإ َلزوُأَو اَىَُْنِإ َلزوُأ ٌِرهناِت اهىَمآ اىُنىُقَو ْمُهْىِم

نىُمِهْسُم ُهَن ُهْبَوَو

Artinya:

“Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani) melainkan dengan cara yang lebih baik. Kecuali dengan orang-orang zhalim diantara

mereka, dan katakanlah, “kami telah beriman kepada

(kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah

satu dan kami hanya kepadaNya berserah diri” (QS.

Al-Ankhabut (29): 46).

e. Konsep Efektivitas Dakwah

Dakwah pada dasarnya berfungsi dan bertujuan menyempurnakan kehidupan manusia dengan bertolak pada penyempurnaan akhlak dan budi pekerti yang menjadi hal yang fundamental. Hal ini memerlukan perjuangan berat karena manusia adalah makhluk yang sering lupa dan sunyi dari akhlak mulia, baik disebabkan oleh kebodohannya atau karena ingkar. Karena itu dakwah bertugas untuk memanggil, memperingatkan, dan menyeru umat manusia agar kembali kepada fitrahnya (Suparta, 2003: 22-23).

(51)

Kemampuan untuk mempengaruhi mad‟u bukanlah perkara yang mudah karena mad‟u adalah manusia, yakni makhluk yang bukan hanya memiliki telinga dan mata tetapi makhluk yang berjiwa, yang bisa merasa, menerima, dan menolak sesuai dengan persepsinya terhadap dakwah yang diterima. Kehendak manusia untuk menerima atau menolak suatu ajakan dipengaruhi oleh cara berpikir dan cara merasanya yang juga berpengaruh pada persepsi dan pengambilan keputusannya.

Terjadinya hubungan baik antara mad‟u dengan dai

menjadikan mad‟u mulai merasa dekat dan mau terbuka kepada dai termasuk di antaranya menanyakan hal yang kurang dipahami serta menyampaikan masalah yang dirasakan menghambat dalam pengamalan pesan dakwah yang diterimanya.Dengan adanya penerimaan mad‟u terhadap pelaksanaan dakwah dan keterbukaannya kepada da‟i menandakan bahwa terjadi perubahan sikap yang nantinya akan berujung pada perubahan tindakan atau perbuatan mad‟u sesuai

dengan pesan dakwah yang diterimanya Faridah (2014: 63).

2. Pembinaan Mental

(52)

yaitu suatu proses pembelajaran dengan melepaskan hal-hal yang sudah dimilikinya, yang bertujuan untuk membantu dan mengembangkan kecakapan dan pengetahuan yang sudah ada serta mendapatkan kecakapan dan pengetahuan untuk mencapai tujuan hidup(Siswanto, 2017: 128 Vol.2).

Sigmund Freud mengungkapkan bahwa dalam diri manusia terdapat tiga struktur mental yang terdiri dari Id, Ego dan Super Ego. Aspek Id merupakan unsur-unsur biologis yang berisikan hal-hal yang dibawa sejak lahir serta merupakan energi psikis yang selalu cenderung pada perkara kesenangan semata. Ego merupakan aspek psikologi kepribadian yang timbul karena kebutuhan organisme untuk berhubungan secara baik dengan kenyataan, ego juga berfungsi sebagai penekan dan pengawas. Super Ego merupakan aspek sosiologi yang berisi kaidah moral dan nilai-nilai sosial yang berfungsi sebagai penentu apakah satuan benar atau tidak sehingga manusia bertindak sesuai etika yang ada. Oleh sebab itu, penanaman nilai-nilai positif melalui pembinaan mental spiritual sangat ditekankan agar manusia bisa memiliki kepribadian yang sesuai dengan syariat Agama(Daradjat, 1975: 58).

(53)

mentalnya, yang telah terbina, maka dengan sendirinya ia akan menjauhi segala larangan Tuhan dan mengerjakan segala suruhan Nya (Daradjat, 1975: 59).

Sejak awal-awal abad ke sembilan belas boleh dikatakan oleh para ahli kedokteran mulai menyadari akan adanya hubungan antara penyakit dan kondisi psikis manusia. Hubungan timbal balik ini dapat menyebabkan manusia mengalami gangguan fisik yang disebabkan oleh gangguan mental (somapsikotis) dan sebaliknya gangguan mental dapat menyebabkan penyakit fisik (psikosomatik). Dan diantara faktor mental yang di identifikasi sebagai potensial dapat menimbulkan gejala tersebut adalah keyakinan agama. Hal ini antara lain disebabkan sebagian besar dokter fisik melihat penyakit mental (mental illness) sama sekali tidak ada hubungannya dengan penyembuhan medis, (Mc Guire, 1981:251) serta berbagai penyembuhan penyakit mental dengan menggunakan pendekatan agama.

(54)

skala besar tak jarang berakar dari pemahaman terhadap agama (Mc Guire 1981: 255) (Jalaluddin, 2009: 154-155).

Orang yang tidak merasa tenang, aman dan tentram dalam hatinya adalah orang yang sakit ruhaninya dan mentalnya tulis H. Carl Witherington (Buchori, 1982: 5). Para ahli psikiatri mengaku bahwa setiap manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan dasar tertentu yang diperlukan untuk melangsungkan proses kehidupan secara lancar. Kebutuhan tersebut bisa berupa kebutuhan jasmani dan rohani maupun sosial. bila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi maka manusia akan berusaha untuk beradaptasi dengan kenyataan yang di hadapinya. Kemampuan untuk menyesuaikan diri ini akan mengembalikan kondisi seperti semula hingga proses kehidupan berjalan lancar seperti apa adanya.

Dalam konteks ini agama sebagai sebagai terapi kekusutan mental. Sebab nilai-nilai luhur dapat digunakan untuk penyesuaian dan pengendalian diri, hingga terhindar dari konflik batin. Pendekatan menggunakan agama dapat dirujuk dalam Al-Qur'an Surat Yunus dan surat Isra' (Jalaluddin, 2009: 172-173).

يًّدُهَو ِزوُدُّصنٱ ًِف اَمِّن ءٓاَفِشَو ْمُكِّتهز هِّم ةَظِعْىهم مُكْجَءٓاَج ْدَق ُساهىنٱ اَهََُّأََٰٓ

َهُِىِمْؤُمْهِّن ةَمْحَزَو

Artinya:

“Wahai manusia, sesungguhnya sudah datang dari Tuhanmu Al -Qur'an mengandung sebuah pengajaran, penawar bagi penyakit batin (jiwa), tuntunan serta Rahmat bagi orang-orang yang

(55)

ُدَِزََ َلََّو ۙ َهُِىِمْؤُمْهِن ةَمْحَزَو ءاَفِش َىُه اَم ِنآْسُقْنا َهِم ُلِّزَىُوَو

اًّزاَسَخ هلَِّإ َهُِمِناهظنا

Artinya:

“Dan kami turunkan Al-Qur'an yang menjadi penawar dan Rahmat

bagi orang-orang yang beriman”(Q.S Isra': 82).

Maka dari itu agama menjadi pokok utama dalam pembinaan mental seseorang. Karena, dengan kuatnya iman seseorang tidak akan membawanya ke dalam sebuah perbuatan yang dapat merugikan dirinya sendiri. Agama menjadi penawar dari kehidupan yang tidak terarah menjadi lebih baik dan sesuai yang kita harapkan. Sedangkan dalam pembinaan mental terhadap narapidana merupakan upaya untuk memberi efek jera berupa kesadaran hati yang terbuka akan sebuah kebenaran dan keyakinan bahwa manusia selalu di awasi sang pencipta dalam segala urusan yang dilakukan.

3. Spiritual

Spiritual adalah sesuatu yang berkaitan erat dalam aspek spiritualitas pada diri manusia, seperti halnya untuk tetap konsisten dalam melaksanakan ajaran agama; untuk bertaqwa kepada Allah; mencintai kebaikan; kebenaran dan keadilan; serta membenci kejahatan; kebatilan dan kezaliman (Musfir, 2005: 118).

(56)

Kemajuan tersebut hanya bersifat rasionalitas yang diakui mampu mengantarkan manusia pada berbagai prestasi kehidupan yang belum pernah dicapai sebelumnya. Manusia yang berfikir modern akan semakin merasa yakin untuk mengucapkan selamat tinggal kepada Tuhan. Pada sisi lain manusia juga mulai menyesalkan hilangnya fungsi dan peranan agama yang seharusnya bisa membimbing manusia dalam memahami dan menghayati nilai-nilai luhur pada kehidupan.

Pandangan masyarakat modern yang bertumpu pada prestasi iptek telah meminggirkan dimensi transendental, salah satu aspek yang paling fundamental yaitu aspek spiritual. Hal ini menurut Dr. Nurcholish Madjid akan menjadi suber ancaman lebih lanjut bagi umat manusia. Karena itu, sumbangan agama Islam yang terpenting dalam hal ini ialah sitem keimanan berdasarkan tauhid. Tauhid adalah ajara yang menegaskan bahwa Tuhan adalah asal-usul dan tujuan hidup manusia, termasuk peradaban dan ilmu pengetahuannya. Dengan tauhid kaum muslimin diharapkan mampu menawarkan penyelesaian atas masalah kehampaan spiritual dan krisis moral serta etika yang menimpa ilmu pengetahuan dan teknologi modern.

(57)

sesuai dengan ajaran Islam. Dengan mengenalkan nilai spiritual yakni tentang tauhid mampu memberikan penghayatan tentang agama dan menjadi dasar perjalanan dalam diri manusia sendiri untuk selalu ingat dan dekat kepada Tuhan (Madjid, 2000: 100-102).

(58)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Pendekatan

Penelitian kualitatif mempergunakan metode argumentasi sebagai metode utama untuk menarik simpulan penelitian. Metode penelitian kualitatif sering disebut sebagai metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting), dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi (Siswanto, 2016: 53).

Bodgan dan Taylor (1975: 5) mendefinisikan pendekatan kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik utuh (Basrowi dan Suwandi, 2008: 21).

Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti akan melakukan penelitian secara langsung di rutan Kelas IIB Salatiga agar memperoleh datayang lengkap dan akurat mengenai strategi dakwah dalam pembinaan mental spiritual. Begitu juga dapat mengetahui seberapa besar pengaruh dakwah terhadap perilaku narapidana.

B. Lokasi Penelitian

(59)

C. Sumber Data dan Jenis Data

Menurut Lofland (1984: 47) sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Berkaitan dengan hal itu, pada bagian ini jenis data dibagi kedalam kata-kata, tindakan, sumber data tertulis, foto, dan statistik (Basrowi dan Suwandi 2008: 169-172).

Peneliti dalam hal ini membutuhkan data, datayang dijadikan acuan dalam penelitian diambil dari berbagai sumber, antara lain:

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang didapat secara langsung dari sumber-sumber pertama baik dari individu maupun kelompok atau data yang diberikan secara langsung. Data primer diperoleh peneliti melalui penelitian lapangan dengan melakukan observasi dan melalui prosedur dan teknik pengumpulan data melalui wawancara dan dokumentasi. Dengan menjadikan petugas dan narapidana yang ada dirutan sebagai narasumber untuk dilakukannya wawancara.

2. Data Sekunder

(60)

E. Prosedur Pengumpulan Data a. Observasi

Observasi adalah cara yang digunakan untuk mengamati data secara sistematis dan langsung dari gejala-gejala komunikasi terkait dengan persoalan sosial, politis, dan kultural masyarakat (Pawito, 2007: 111). Peneliti datang dan hadir secara langsung ke lokasi tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan di tempat yang diteliti. Metode ini digunakan untuk mengetahui gambaran umum tentang strategi dakwah dalam pembinan mental spiritual dirutan kelas IIB Salatiga.

b. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviwer) sebagai pengaju/ pemberi pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) sebagai pemberi jawaban atas pertanyaan itu. Maksud diadakan wawancara seperti ditegaskan oleh Lincho dan Guba (1985: 266) (Basrowi dan Suwandi 2008:127).

Wawancara ini digunakan dengan tujuan untuk memperoleh dan menggali data secara jelas dan konkret tentang penelitian dengan objek wawancara yakni kepala lembaga pemasyarakatan, pejabat yang berperan dalam pembinaan, narapidana, da‟i/da‟iah dan pegawai lembaga pemasyarakatan yang dianggap mampu memberikan data-data penelitian.

c. Dokumentasi

(61)

yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah bukan berdasarkan perkiraan (Basrowi dan Suwandi 2008:162).

Dokumentasi yang dilakukan terdiri dari beberapa hal diantaranya adalah arsip-arsip penting lainnya seperti dokumen-dokumen tentang rutan dan foto-foto yang berkaitan dengan penelitian.

F. Teknik Analisis Data

Analisis adalah proses menyusun data agar dapat di tafsirkan. Menyusun data berarti menggolongkan dalam pola, thema atau kategori. Tanpa kategorisasi atau klasifikasi datanakan terjadi chaos. Tafsiran atau interpretasi artinya memberikan makna kepada anlisis, menjelaskan pola atau kategori, mencari hubungan antara berbagai konsep (Nasution, 2002: 126).

Analisis data kualitatif yang dilakukan oleh peneliti melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Reduksi Data

Data yang diperoleh oleh peneliti di rutan kelas IIB, perlu dicatat secara teliti dan terperinci.Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal hal yang pokok, memfokuskan pada hal yang penting, serta mencari tema dan polanya. Dengan demikian data yang direduksi akan memberi gambaran yang jelas.

b. Display Data (Penyajian Data)

(62)

memudahkan memahami hasil penelitian berdasarkan data yang telah di dapat.

c. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi

Setelah tahap penyajian data selesai, tahap analisis selanjutnya adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Dimana peneliti mencari makna tentang data yang dikumpulkan, kemudian disimpulkan untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian.

G. Teknik Validasi Data

Untuk memperoleh keabsahan dan validitas data, peneliti menggunakan teknik triangulasi pengecekan keabsahan data dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Triangulasi yang digunakan adalah triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda (Siswanto, 2016: 178).

(63)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Subjek Penelitian

Rumah tahanan negara kelas IIB Salatiga, merupakan bangunan peninggalan dari pemerintah kolonial Hindia Belanda yang berdiri pada tahun 1886.Rutan Salatiga juga sebagai penjara di zaman penjajahan kolonial, dan baru sekali dilaksanakan renovasi dan penambahan lantai pada tahun 1995. Bangunan ini berada di Jl. Yos Sudarso No. 2 di tengah kota Salatiga Jawa Tengah yang berhawa sejuk dan dikenal sebagai kota pelajar yang memiliki beberapa perguruan tinggi ternama dengan mahasiswa yang berasal dari seluruh pelosok Indonesia. Struktural bangunan rutan dari luas tanah 2.400m² dan luas bangunan 1.169m², yang mana di dalamnya terdapat jumlah blok sebanyak 3 blok (blok muka, blok belakang, dan blok wanita) (rutansalatiga.blogspot.com, 26 Agustus 2018, pukul 4:04).

a. Visi dan MisiRutan Kelas IIB Salatiga. 1) Visi

(64)

2) Misi

Rumah tahanan negara Salatiga dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya mengemban melaksanakan perawatan tahanan, pembinaan terhadap narapidana dalam kerangka penegakkan hukum, pencegahan dan penanggulangan kejahatan serta pemajuan dan perlindungan hak asasi manusia.

b. Sasaran dan Tujuan Rutan Kelas IIB Salatiga

Sabagai lembaga pemasyarakatan, rutan kelas IIB Salatiga memiliki tujuan dan sasaran dalam menjalankan tugas serta kegiatan-kegiatan sesuai dengan visi dan misi. Adapun tujuan dan sasaran rutan Salatiga sebagai berikut:

1) Tujuan

a) Membentuk narapidana agar menjadi manusia seutuhnya, menyadari kesalahan, memperbaiki diri dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat berperan aktif dalam pembangunan dan dapat hidup secara wajar sebagai warga negara yang baik dan bertanggungjawab.

(65)

c) Memberikan jaminan perlindungan hak asasi tahanan/ pihak-pihak yang berperkara serta keselamatan dan keamanan serta kelancaran dalam proses penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan.

2) Sasaran

Sasaran perawatan dan pembinaan tahanan/ narapidana di rutan Salatiga adalah meningkatkan kualitas yang sebelumnya/ awalnya sebagian atau seluruhnya dalam kondisi, aspek tersebut meliputi:

a) Kualitas ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. b) Kualitas intelektual.

c) Kualitas sikap perilaku.

d) Kualitas profesionalisme/ keterampilan.

c. Landasan Operasional Rutan Kelas IIB Salatiga.

Landasan operasional Rutan Salatiga berpedoman pada undang-undang yang telah ditetapkan (rutansalatiga.blogspot.com, 26 Agustus 2018, pukul 4:04). Adapun undang-undang ke rutanan sebagai berikut:

1) Undang-undang No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP.

2) Undang-undang No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan. 3) Undang-undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

(66)

4) Undang-undang no. 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian.

5) Peraturan Pemerintah RI. No. 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan KUHAP.

6) Peraturan Pemerintah RI. No.31 Tahun 1996 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan.

7) Peraturan Pemerintah RI. No. 32 Tahun1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.

8) Peraturan Pemerintah RI. No. 57 Tahun 1999 tentang Kerjasama Penyelenggaraan Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan.

9) Peraturan Pemerintah RI. No. 58 Tahun 1999 tentang Syarat-syarat dan Tata Cara Pelaksaan, Wewenang, Tugas, dan Tanggungjawab Perawatan Tahanan.

10)Keputusan Menter Kehakiman RI. No. M.01.KP.09.05 Tahun 1991 tentang Penetapan Uraian Jabatan di lingkungan Departemen Kehakiman RI.

11)Keputusan Menteri Kehakiman RI. No. M.UM.06.05 Tahun 1996 Tentang Penerbitan Pola Bindalmin Departemen Kehakiman RI. d. Hak dan Kewajiban Narapidana Rutan Kelas IIB Salatiga.

(67)

1) Narapidana berhak:

a) Melakukan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya. b) Mendapat perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani. c) Mendapatkan pendidikan dan pengajaran.

d) Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak. e) Menyampaikan keluhan.

f) Mendapat bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak dilarang.

g) Mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku.

2) Pada pasal 15, narapidana wajib:

Narapidana wajib mengikuti secara tertib program pembinaan dan kegiatan tertentu.

e. Struktur Organisasi Rutan Kelas IIB Salatiga

(68)

Tabel 3.1 Struktur Organisasi

Tabel 3.2 Struktur Organisasi

Sub Seksi Pengelolaan Rutan Kelas IIB Salatiga SUB SEKSI PELAYANAN

(69)

f. Struktur Staff Rutan Kelas IIB Salatiga

Tabel 4.1 Struktur Staff Rutan Kelas IIB Salatiga

JABATAN NAMA Staff Penjagaan 1. M.Oktavian A

2. Parjono

3. Chandra Widianto 4. Arief Eka Y 5. Mathori 6. Paryono

7. Sugma Marga S Penjaga Pintu Utama 1. Setiyono

2. Basuki Rahmat 3. Tri Adi Saputro 4. Wasis Ariadi S

2. Temuan Penelitian

(70)

obat-obatan.Kantin untuk menyediakan makanan ringan bagi narapidana yang ingin ngemil.Dapur menjadi tempat masak bagi narapidana terutama perempuan dan sebagai tempat untuk menyiapkan kebutuhan pokok narapidana.Perpustakaan sendiri cukup kecil dan buku yang tersedia cukup terbatas. Mushola untuk tempat beribadah narapidana yang muslim, ada juga gereja yang berdampingan dengan mushola untuk narapidana yang beragama nonmuslim. Ruang aula sebegai tempat kajian Islam dan kegiatan yang lain. Kamar narapidana sendiri dibagi menjadi kamar 1-5 untuk narapidana, kamar 8, 9, 12 dan 13 untuk tahanan, dan yang kamar Blok 6 dan blok 7 untuk kamar wanita, kamar 11 untuk kamar orientasi bagi tahanan yang baru masuk rutan (wawancara P, 25 Agustus 2018 pukul 11:55). Kapasitas hunian lapas sebagai berikut:

(71)

8 8 48 44 8 Orang

9 9 56 52 10 Orang

10 11 16 12 2 Orang

11 12 12 8 2 Orang

12 13 26 22 4 Orang

JUMLAH TOTAL 292 244 46

Berdasarkan hasil observasi bahwa penghuni rutan saat ini adalah 162 warga binaan. Sedangkan target yang ada adalah 56 warga binaan jadi secara keseluruhan sudah melebihi target. Dari jumlah tersebut bisa dilihat pada tabel dibawah:

Tabel 5.2 Penghuni Rutan Kelas IIB Salatiga

Pendidikan P W Jmlh Agama P W Jmlh

SD 41 - 41 Islam 127 15 142

SMP 32 5 37 Kristen 16 2 18

SMA 59 12 71 Katholik 2 1 3

DI - - - Hindu - - -

DII - - - Budha - - -

DIII - - -

S1 7 1 8

Gambar

Tabel 1.1 Kerangka Berfikir
Tabel 3.1 Struktur Organisasi
Tabel 4.1 Struktur Staff Rutan Kelas IIB Salatiga
Tabel 5.1 DATA KAPASITAS HUNIAN LAPAS/RUTAN/CAB.RUTAN
+6

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengkarakterisasi morfologi (rhizoma, ptiolus dan lamina) dan mikromorfologi (sisik dan trikoma) dari 4 jenis Pyrrosia yang umum dijumpai di

"Pegawai melaksanakan tugas berdasarkan tugas pokok dan fungsi, dan pegawai dalam melaksanakan kegiatan yang menjadi wewenangnya harus disertai dengan dukungan sarana dan

Jual beli sepatu tiruan merek Internasional Adidas di toko Feetland Bandar Lampung dan Toko Adidas mall Boemi Kedaton Bandar Lampung menurut Hukum Islam

the concept of Audio-Lingual Method (ALM), drilling technique is a good technique to teach pronunciation in EFL classrooms like those in Indonesia because it emphasizes on repeating

Dalam hasil validasi ahli terhadap Media Pembelajaran terdapat 10 aspek yang dinilai, yaitu : (1) Media yang digunakan mamapu membuat informasi yang abstrak

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan Hidayahnya, karena pertolongan dan izin Nya jua laporan akhir yang berjudul “ RANCANG

Itu inisiatif dari saya mas, dulu mak Anik tanya enaknya kapan pengajiannya. Saya tanyakan biasanya pas sepi pelanggan hari apa? Katanya rata-rata hari selasa

Jika biaya perolehan lebih rendah dari bagian Perusahaan atas nilai wajar aset dan kewajiban yang dapat diidentifikasi yang diakui pada tanggal akuisisi (diskon