PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY Tbk
DAN ANAK PERUSAHAAN
LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI DAN INFORMASI TAMBAHAN
UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR
31 DESEMBER 2010 DAN 2009
Halaman
SURAT PERNYATAAN DIREKSI
LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN 1
LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI - Pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009
serta untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal tersebut
Neraca Konsolidasi 2
Laporan Laba Rugi Konsolidasi 4
Laporan Perubahan Ekuitas Konsolidasi 5
Laporan Arus Kas Konsolidasi 6
Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi 7
INFORMASI TAMBAHAN
Daftar I : Informasi Neraca Tersendiri Induk Perusahaan 48
Daftar II : Informasi Laporan Laba Rugi Tersendiri Induk Perusahaan 49 Daftar III : Informasi Laporan Perubahan Ekuitas Tersendiri Induk Perusahaan 50 Daftar IV : Informasi Laporan Arus Kas Tersendiri Induk Perusahaan 51
Catatan 2010 2009
Rp Rp
ASET
ASET LANCAR
Kas dan setara kas 2i,3 76.946.892.803 31.670.103.723
Investasi jangka pendek 2f,4 7.279.116.443 4.319.381
Piutang usaha kepada pihak ketiga - setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu sebesar Rp 1.798.164.123 tahun 2010
dan Rp 957.010.311 tahun 2009 2f,5 26.783.671.922 12.439.986.939
Piutang lain-lain kepada pihak ketiga 2f,6 5.628.554.360 6.168.856.773
Persediaan 2k,7 1.912.745.418 1.675.838.338
Pajak dibayar dimuka 2w,8 7.621.548.858 6.039.961.028
Biaya dibayar dimuka 2l 2.731.681.307 1.651.996.988
Jumlah Aset Lancar 128.904.211.111 59.651.063.170
ASET TIDAK LANCAR
Aset real estat 2m,9 277.118.780.212 311.261.009.709
Investasi saham 2j,10 49.158.848.800 49.158.848.800
Aset pajak tangguhan - bersih 2w,30 896.026.470 493.258.711
Properti investasi - setelah dikurangi akumulasi
penyusutan sebesar Rp 16.349.909.607 tahun 2010
dan Rp 15.439.384.581 tahun 2009 2n,2p,11 129.905.302.345 129.006.771.247
Aset tetap - setelah dikurangi akumulasi penyusutan sebesar Rp 193.401.154.404 tahun 2010 dan
Rp 178.540.339.001 tahun 2009 2o,2p,12 131.580.142.110 144.291.499.718
Aset bangun kelola serah - setelah dikurangi
akumulasi amortisasi sebesar Rp 41.006.071.324
tahun 2010 dan Rp 38.406.740.873 tahun 2009 2q,13 28.833.696.017 31.273.905.468
Beban tangguhan - hak atas tanah 2r,12 3.534.846.617 3.818.638.566
Aset lain-lain 14 17.589.678.487 15.911.374.104
Jumlah Aset Tidak Lancar 638.617.321.058 685.215.306.323
JUMLAH ASET 767.521.532.169 744.866.369.493
Lihat catatan atas laporan keuangan konsolidasi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasi.
Catatan 2010 2009
Rp Rp
KEWAJIBAN DAN EKUITAS
KEWAJIBAN LANCAR
Hutang usaha kepada pihak ketiga 2g,15 5.793.343.637 5.113.478.911
Hutang lain-lain kepada pihak ketiga 2g,16 8.748.101.306 123.535.548.575
Hutang pajak 2w,17 27.815.228.763 5.871.347.602
Biaya yang masih harus dibayar 2s,18 70.625.476.077 69.437.840.658
Pendapatan diterima di muka dan uang muka penjualan 2u,19 141.846.641.061 98.920.373.798 Hutang Bank dan pihak ketiga jangka panjang
yang sudah jatuh tempo 2g,20 33.566.699.730 35.093.646.698
Kewajiban sewa pembiayaan jangka panjang yang
jatuh tempo dalam satu tahun 2p - 335.929.639
Hutang lain-lain kepada pihak ketiga jangka panjang
yang jatuh tempo dalam satu tahun 2g,21 - 15.000.000.000
Jumlah Kewajiban Lancar 288.395.490.574 353.308.165.881
KEWAJIBAN TIDAK LANCAR
Kewajiban sewa pembiayaan jangka panjang setelah dikurangi bagian yang jatuh tempo
dalam satu tahun 2p - 259.907.797
Hutang lain-lain kepada pihak ketiga jangka panjang setelah
dikurangi bagian yang jatuh tempo dalam satu tahun 2g,21 25.996.257.474 50.162.685.233
Uang jaminan penyewa 2g,22 12.164.835.157 11.682.890.828
Kewajiban imbalan pasca kerja 2v,31 29.518.284.264 23.829.632.757
Goodwill negatif 2b,23 4.094.057.067 4.343.441.254
Jumlah Kewajiban Tidak Lancar 71.773.433.962 90.278.557.869
EKUITAS
Modal saham - nilai nominal Rp 1.000 per saham untuk saham Seri A dan Rp 200 per saham untuk saham Seri B Modal dasar - 495.000.000 saham Seri A dan
7.025.000.000 saham Seri B
Modal ditempatkan dan disetor - 495.000.000 saham
Seri A dan 1.250.000.000 saham Seri B 2g,24 745.000.000.000 745.000.000.000
Agio saham 2g,25 36.750.000.000 36.750.000.000
Defisit (374.397.392.367) (480.470.354.257)
Jumlah Ekuitas 407.352.607.633 301.279.645.743
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS 767.521.532.169 744.866.369.493
Lihat catatan atas laporan keuangan konsolidasi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasi.
Catatan 2010 2009
Rp Rp
PENDAPATAN USAHA 2u,26 380.208.336.908 202.367.772.456
BEBAN POKOK PENJUALAN DAN BEBAN LANGSUNG 2u,27 184.314.503.298 116.730.474.662
LABA KOTOR 195.893.833.610 85.637.297.794
BEBAN USAHA 2u,28
Penjualan 6.993.899.080 4.705.181.292
Umum dan administrasi 60.096.385.298 54.902.744.078
Jumlah Beban Usaha 67.090.284.378 59.607.925.370
LABA USAHA 128.803.549.232 26.029.372.424
PENGHASILAN (BEBAN) LAIN-LAIN 2u
Keuntungan kurs mata uang asing - bersih 2d 3.923.142.220 35.755.335.462 Keuntungan penjualan aset tetap dan properti investasi 2n,2o,11,12 1.572.658.751 13.771.270.151
Penghasilan bunga 2.165.061.679 551.141.886
Beban keuangan 2f,2g,29 (6.732.951.721) (8.517.325.530)
Keuntungan atas potongan hutang 16 - 35.323.173.395
Denda pajak 16 - (4.036.045.484)
Lain-lain - bersih 452.238.062 2.234.834.953
Penghasilan Lain-lain - Bersih 1.380.148.991 75.082.384.833
LABA SEBELUM PAJAK 130.183.698.223 101.111.757.257
BEBAN PAJAK 2w,30 (24.110.736.333) (17.326.800.541)
LABA BERSIH 106.072.961.890 83.784.956.716
LABA BERSIH PER SAHAM DASAR 2x,32 60,79 48,01
Lihat catatan atas laporan keuangan konsolidasi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasi.
Modal disetor Agio saham Defisit Jumlah ekuitas
Rp Rp Rp Rp
Saldo per 1 Januari 2009 745.000.000.000 36.750.000.000 (564.255.310.973) 217.494.689.027
Laba bersih tahun berjalan - - 83.784.956.716 83.784.956.716
Saldo per 31 Desember 2009 745.000.000.000 36.750.000.000 (480.470.354.257) 301.279.645.743
Laba bersih tahun berjalan - - 106.072.961.890 106.072.961.890
Saldo per 31 Desember 2010 745.000.000.000 36.750.000.000 (374.397.392.367) 407.352.607.633
Lihat catatan atas laporan keuangan konsolidasi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasi.
2010 2009
Rp Rp
ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI
Penerimaan kas dari pelanggan 359.457.448.632 207.479.918.558
Pembayaran kas pada karyawan dan pemasok (219.197.920.531) (171.029.051.129)
Kas dihasilkan dari operasi 140.259.528.101 36.450.867.429
Pembayaran beban keuangan (3.402.987.792) (4.653.979.146)
Penerimaan restitusi pajak 1.572.642.608 1.744.341.773
Pembayaran pajak penghasilan (18.177.512.840) (18.188.422.388)
Kas Bersih Diperoleh dari Aktivitas Operasi 120.251.670.077 15.352.807.668 ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI
Penerimaan piutang lain-lain (28.465.535) (63.051.047)
Penerimaan bunga 2.165.061.679 550.904.649
Hasil penjualan aset tetap 2.234.900.802 38.170.330.811
Hasil penjualan properti investasi - 790.909.091
Penempatan investasi jangka pendek (7.000.000.000)
-Perolehan aset tetap (5.741.540.764) (5.796.178.392)
Perolehan properti investasi (438.660.628) (331.985.524) Penambahan aset bangun kelola serah (159.121.000) (106.657.877) Kas Bersih Diperoleh dari (Digunakan untuk) Aktivitas Investasi (8.967.825.446) 33.214.271.711 ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN
Pembayaran hutang lain-lain kepada pihak ketiga (26.222.000.000) (13.775.151.088) Penambahan hutang lain-lain kepada pihak ketiga jangka panjang - 19.700.000.000 Pembayaran hutang lain-lain kepada pihak ketiga jangka panjang (39.106.187.766) (38.424.123.829) Pembayaran kewajiban sewa pembiayaan (595.837.436) (668.207.349) Kas Bersih Digunakan untuk Aktivitas Pendanaan (65.924.025.202) (33.167.482.266)
KENAIKAN BERSIH KAS DAN SETARA KAS 45.359.819.429 15.399.597.113
KAS DAN SETARA KAS AWAL TAHUN 31.670.103.723 16.386.651.768
Pengaruh perubahan kurs mata uang asing (83.030.349) (116.145.158)
KAS DAN SETARA KAS AKHIR TAHUN 76.946.892.803 31.670.103.723
PENGUNGKAPAN TAMBAHAN
Aktivitas investasi dan pendanaan yang tidak mempengaruhi kas:
Realisasi uang muka penjualan aset tetap - 6.000.000.000
Realisasi uang muka penjualan aset real estat 76.562.463.853 -Aktivitas pendanaan yang tidak mempengaruhi kas:
Konversi wesel bayar dan biaya bunga yang masih harus dibayar yang sudah jatuh tempo ke hutang lain-lain
kepada pihak ketiga - 113.412.000.000
Penurunan hutang bunga atas potongan hutang - 50.042.173.395
Kompensasi hutang lain-lain kepada pihak ketiga
sebagai pembayaran penjualan 87.190.000.000
-Lihat catatan atas laporan keuangan konsolidasi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasi.
1. UMUM
a. Pendirian dan Informasi Umum
PT. Indonesia Prima Property Tbk (Perusahaan) didirikan dalam rangka Undang-Undang Penanaman Modal Dalam Negeri No. 6 tahun 1968 jo. Undang-Undang No. 12 tahun 1970 berdasarkan akta No. 31 tanggal 23 April 1983 dari Sastra Kosasih, S.H., notaris di Surabaya. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusannya No. C2-6044-HT.01.01-TH'83 tanggal 5 September 1983 serta diumumkan dalam Lembaran Berita Negara Republik Indonesia No. 19 tanggal 6 Maret 1984, Tambahan No. 241. Anggaran dasar Perusahaan telah beberapa kali mengalami perubahan, terakhir dengan akta notaris No. 21 tanggal 23 Juli 2008 dari Isyana Wisnuwardhani Sadjarwo, S.H., notaris di Jakarta, mengenai penyesuaian anggaran dasar Perusahaan dengan Undang-undang No. 40 tahun 2007 mengenai Perseroan Terbatas. Akta perubahan ini telah memperoleh persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusannya No. AHU-82927.AH.01.02.Th.2008 tanggal 6 Nopember 2008, serta diumumkan dalam Lembaran Berita Negara Republik Indonesia No. 94 tanggal 24 Nopember 2009, Tambahan No. 27681 Tahun 2009.
Perusahaan berdomisili di Jakarta dengan kantor pusat beralamat di Wisma Sudirman Lt. 11, Jl. Jendral Sudirman Kav.34, Jakarta.
Ruang lingkup kegiatan Perusahaan dan anak perusahaan terutama meliputi bidang persewaan perkantoran, pusat perbelanjaan (ruang pertokoan), apartemen, hotel dan pembangunan perumahan beserta segala fasilitasnya. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada bulan April 1983. Jumlah karyawan Perusahaan dan anak perusahaan rata-rata 1.137 karyawan tahun 2010 dan 1.235 karyawan tahun 2009.
Susunan pengurus Perusahaan pada tanggal 31 Desember 2010 adalah sebagai berikut:
Presiden Komisaris : Boediman Gozali
Wakil Presiden Komisaris dan
Komisaris Independen : Drs. H. Lutfi Dahlan
Komisaris : Soedibyo
Yugi Prayanto
Komisaris Independen : Matheus Rukmasaleh Arif Satriyana
Presiden Direktur : Husni Ali
Wakil Presiden Direktur : Chiu Man Sing Direktur tidak terafiliasi : Njudarsono Yusetijo
Direktur : Ng Haker Larson
Sriyanto Muntasram Anna Susanti Komite Audit
Ketua : Satriyana
Anggota : Bakrin Rintis
Didi Fariadi
Gaji dan tunjangan dewan komisaris dan direksi Perusahaan pada tahun 2010 dan 2009 masing-masing sebesar Rp 11.562.728.500 dan Rp 8.368.306.089.
b. Anak Perusahaan
Perusahaan memiliki, baik langsung maupun tidak langsung, 100% saham anak perusahaan berikut:
Jumlah Aset Tahun Operasi sebelum eliminasi Anak Perusahaan 2010 2009 Komersial Nama Proyek 31 Desember 2010
Rp Perumahan
PT Graha Mitrasantosa (GMS) 1994 Bukit Tiara 274.171.154.874
Pemilikan: (Tangerang)
Langsung 99,99% 99,99%
Tidak langsung, melalui
LAL, anak perusahaan 0,01% 0,01%
PT Paramita Swadaya (PS) Pra-operasi Bukit Tiara II 1.069.405.746
Pemilikan: (Tangerang)
Tidak langsung, melalui
GMS, anak perusahaan 99,92 % 99,92 % Tidak langsung, melalui
LAL, anak perusahaan 0,08 % 0,08 % Hotel dan Apartemen
PT Griyamas Muktisejahtera 1996 Hotel Novotel 127.756.375.041
(GMMS) (Surabaya)
Pemilikan:
Langsung 99,91% 99,91%
Tidak langsung, melalui
LAL, anak perusahaan 0,09% 0,09%
PT Graha Hexindo (GH) 1995 Tropik Apartemen 187.637.172.939
Pemilikan: dan Grand Tropic
Langsung 99,95% 99,95% Suites Hotel
Tidak langsung, melalui (Jakarta)
LAL, anak perusahaan 0,05% 0,05%
PT Angkasa Interland (AIL) Puri Casablanca 252.556.031.385
Pemilikan: (Jakarta)
Langsung 99,59% 98,96% 1995
Tidak langsung, melalui
LAL, anak perusahaan 0,41% 1,04% Pusat Perbelanjaan
PT Langgeng Ayomlestari (LAL) Mal Blok M 84.652.542.976
Pemilikan: (Jakarta)
Langsung 99,99 % 99,99 % 1993 Tidak langsung, melalui
GH, anak perusahaan 0,002% 0,002%
PT Almakana Sari (AS) Plaza Parahyangan 26.134.707.454 Pemilikan tidak langsung, melalui (Bandung)
LAL, anak perusahaan 99,81% 99,81% GH, anak perusahaan 0,19% 0,19% Perkantoran
PT Panen Lestari Basuki (PLB) Wisma Sudirman 168.356.181.016
Pemilikan: (Jakarta)
Langsung 99,33% 96,67% 1986
Tidak langsung, melalui
LAL , anak perusahaan 0,67% 3,33%
Lain-lain
PT Karya Makmur Unggul (KMU) Pra - operasi - 13.480.237.992 Pemilikan tidak langsung, melalui
LAL, anak perusahaan 99,98% 99,98% GH, anak perusahaan 0,02% 0,02%
PT Mega Buana Sentosa (MBS) Pra - operasi - 17.873.714.987 Pemilikan tidak langsung, melalui
LAL, anak perusahaan 99,97% 99,77% GH, anak perusahaan 0,03% 0,03%
PT Mahadhika Girindra (MG) Pra-operasi - 42.624.480
Pemilikan:
Langsung 99,95% 99,95%
Tidak langsung, melalui
LAL, anak perusahaan 0,05% 0,05% Persentase Pemilikan
Kecuali GMMS dan AS yang masing-masing berdomisili di Surabaya dan Bandung, seluruh anak perusahaan berdomisili di Jabotabek.
c. Penawaran Umum Efek Perusahaan
Pada tanggal 29 Juni 1994, Perusahaan memperoleh pernyataan efektif dari Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Bapepam (sekarang Bapepam-LK) dengan suratnya No. S-1194/PM/1994 untuk melakukan penawaran umum atas 35.000.000 saham Perusahaan kepada masyarakat. Pada tanggal 22 Agustus 1994 saham tersebut telah dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia).
Pada tanggal 28 Nopember 1996, Perusahaan memperoleh pernyataan efektif dari Ketua Bapepam (sekarang Bapepam-LK) dengan suratnya No. S-1937/PM/1996 untuk melakukan Penawaran Umum Terbatas Dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu sebesar 360.000.000 saham. Pada tanggal 19 Desember 1996 saham tersebut telah dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta.
Pada tanggal 30 Juni 2003 berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa, pemegang saham menyetujui peningkatan modal ditempatkan dan disetor perseroan sebesar 1.250.000.000 saham melalui pengeluaran saham baru tanpa Hak Memesan Efek terlebih dahulu sesuai dengan Peraturan Bapepam Nomor IX.D.4.
Pada tanggal 31 Desember 2010, seluruh saham perusahaan atau sejumlah 1.745.000.000 saham telah dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia.
2. KEBIJAKAN AKUNTANSI
a. Penyajian Laporan Keuangan Konsolidasi
Laporan keuangan konsolidasi disusun dengan menggunakan prinsip dan praktek akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
Dasar penyusunan laporan keuangan konsolidasi, kecuali untuk laporan arus kas, adalah dasar akrual. Mata uang pelaporan yang digunakan untuk penyusunan laporan keuangan konsolidasi adalah mata uang Rupiah (Rp) dan laporan keuangan konsolidasi tersebut disusun berdasarkan nilai historis, kecuali beberapa akun tertentu disusun berdasarkan pengukuran lain sebagaimana diuraikan dalam kebijakan akuntansi masing-masing akun tersebut.
Laporan arus kas konsolidasi disusun dengan menggunakan metode langsung dengan mengelompokkan arus kas dalam aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.
b. Prinsip Konsolidasi
Laporan keuangan konsolidasi menggabungkan laporan keuangan Perusahaan dan entitas yang dikendalikan oleh Perusahaan (dan anak perusahaan). Pengendalian dianggap ada apabila perusahaan mempunyai hak untuk mengatur dan menentukan kebijakan finansial dan operasional dari investee untuk memperoleh manfaat dari aktivitasnya. Pengendalian juga dianggap ada apabila induk perusahaan memiliki baik secara langsung atau tidak langsung melalui anak perusahaan lebih dari 50% hak suara.
Hasil dari anak perusahaan yang diakuisisi atau dijual selama tahun berjalan dari tanggal efektif akusisi atau sampai dengan tanggal efektif penjualan termasuk dalam laporan laba rugi konsolidasi.
Hak minoritas terdiri dari jumlah kepemilikan pada tanggal terjadinya penggabungan usaha (Catatan 2c) dan bagian minoritas dari perubahan ekuitas sejak tanggal dimulainya penggabungan usaha. Kerugian yang menjadi bagian minoritas melebihi hak minoritas dialokasikan kepada bagian induk perusahaan.
Penyesuaian dapat dilakukan terhadap laporan keuangan anak perusahaan agar kebijakan akuntansi yang digunakan sesuai dengan kebijakan akuntansi yang digunakan oleh Perusahaan.
Seluruh transaksi antar perusahaan, saldo, penghasilan dan beban dieliminasi pada saat konsolidasi.
c. Penggabungan Usaha
Akuisisi anak perusahaan dicatat dengan menggunakan metode pembelian (purchase method). Biaya penggabungan usaha adalah keseluruhan nilai wajar (pada tanggal pertukaran) dari aset yang diperoleh, kewajiban yang terjadi atau yang diasumsikan dan instrumen ekuitas yang diterbitkan sebagai penggantian atas pengendalian dari perolehan ditambah biaya-biaya lain yang secara langsung dapat diatribusikan pada penggabungan usaha tersebut.
Pada saat akuisisi, aset dan kewajiban anak perusahaan diukur sebesar nilai wajarnya pada tanggal akuisisi. Selisih lebih antara biaya perolehan dan bagian Perusahaan atas nilai wajar aset dan kewajiban yang dapat diidentifikasi diakui sebagai goodwill. Jika biaya perolehan lebih rendah dari bagian Perusahaan atas nilai wajar aset dan kewajiban yang dapat diidentifikasi yang diakui pada tanggal akuisisi (diskon atas akuisisi), maka nilai wajar aset non-moneter yang diakuisisi harus diturunkan secara proposional, sampai seluruh selisih tersebut tereliminasi. Sisa selisih lebih setelah penurunan nilai wajar aset dan kewajiban non moneter tersebut diakui sebagai goodwill negatif, dan diperlakukan sebagai pendapatan ditangguhkan dan diakui sebagai pendapatan dengan menggunakan garis lurus selama 20 tahun.
Hak pemegang saham minoritas dinyatakan sebesar bagian minoritas dari biaya perolehan historis aset bersih.
d. Transaksi dan Saldo dalam Mata Uang Asing
Pembukuan Perusahaan dan anak perusahaan diselenggarakan dalam mata uang Rupiah. Transaksi-transaksi selama tahun berjalan dalam mata uang asing dicatat dengan kurs yang berlaku pada saat terjadinya transaksi. Pada tanggal neraca, aset dan kewajiban moneter dalam mata uang asing disesuaikan untuk mencerminkan kurs yang berlaku pada tanggal tersebut. Keuntungan atau kerugian kurs yang timbul dikreditkan atau dibebankan dalam laporan laba rugi konsolidasi tahun yang bersangkutan.
e. Transaksi Hubungan Istimewa
Pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah:
1) Perusahaan baik langsung maupun melalui satu atau lebih perantara, mengendalikan, atau dikendalikan oleh, atau berada di bawah pengendalian bersama, dengan Perusahaan (termasuk holding companies, subsidiaries dan fellow subsidiaries);
2) perusahaan asosiasi;
3) perorangan yang memiliki, baik secara langsung maupun tidak langsung, suatu kepentingan hak suara di Perusahaan yang berpengaruh secara signifikan, dan anggota keluarga dekat dari perorangan tersebut (yang dimaksudkan dengan anggota keluarga dekat adalah mereka yang dapat diharapkan mempengaruhi atau dipengaruhi perorangan tersebut dalam transaksinya dengan Perusahaan);
4) karyawan kunci, yaitu orang-orang yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk merencanakan, memimpin dan mengendalikan kegiatan Perusahaan, yang meliputi anggota dewan komisaris, direksi dan manajer dari Perusahaan serta anggota keluarga dekat orang-orang tersebut; dan
5) perusahaan di mana suatu kepentingan substansial dalam hak suara dimiliki baik secara langsung maupun tidak langsung oleh setiap orang yang diuraikan dalam butir (3) atau (4), atau setiap orang tersebut mempunyai pengaruh signifikan atas perusahaan tersebut. Ini mencakup perusahaan-perusahaan yang dimiliki anggota dewan komisaris, direksi atau pemegang saham utama dari Perusahaan dan perusahaan-perusahaan yang mempunyai anggota manajemen kunci yang sama dengan Perusahaan.
Semua transaksi dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa, baik yang dilakukan dengan atau tidak dengan tingkat bunga atau harga, persyaratan dan kondisi yang sama sebagaimana dilakukan dengan pihak ketiga, diungkapkan dalam laporan keuangan konsolidasi.
f. Aset Keuangan
Seluruh aset keuangan diakui dan dihentikan pengakuannya pada tanggal diperdagangkan dimana pembelian dan penjualan aset keuangan berdasarkan kontrak yang mensyaratkan penyerahan aset keuangan dalam kurun waktu yang ditetapkan oleh kebiasaan pasar yang berlaku, dan awalnya diukur sebesar nilai wajar ditambah biaya transaksi, kecuali untuk aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, yang awalnya diukur sebesar nilai wajar.
Aset keuangan Perusahaan dan anak perusahaan diklasifikasikan sebagai berikut:
Nilai wajar melalui laporan laba rugi
Pinjaman yang diberikan dan piutang Nilai wajar melalui laporan laba rugi (FVTPL)
Aset keuangan diklasifikasi dalam FVTPL, jika aset keuangan sebagai kelompok diperdagangkan atau pada saat pengakuan awal ditetapkan untuk diukur pada FVTPL. Aset keuangan diklasifikasi sebagai kelompok diperdagangkan, jika:
diperoleh atau dimiliki terutama untuk tujuan dijual kembali dalam waktu dekat; atau
merupakan bagian dari portofolio instrumen keuangan tertentu yang dikelola bersama dan terdapat bukti mengenai pola ambil untung dalam jangka pendek yang terkini; atau
merupakan derivatif yang tidak ditetapkan dan tidak efektif sebagai instrumen lindung nilai.
Aset keuangan selain aset keuangan yang diperdagangkan, dapat ditetapkan sebagai FVTPL pada saat pengakuan awal, jika:
penetapan tersebut mengeliminasi atau mengurangi secara signifikan ketidak-konsistenan pengukuran dan pengakuan yang dapat timbul; atau
aset keuangan merupakan bagian dari kelompok aset keuangan atau kewajiban atau keduanya, yang dikelola dan kinerjanya berdasarkan nilai wajar, sesuai dengan dokumentasi manajemen risiko atau strategi investasi Perusahaan, dan informasi tentang kelompok tersebut disediakan secara internal kepada manajemen kunci; atau
merupakan bagian dari kontrak yang mengandung satu atau lebih derivatif melekat, dan PSAK 55 (revisi 2006) memperbolehkan kontrak gabungan (aset atau kewajiban) ditetapkan sebagai FVTPL.
Aset keuangan FVTPL disajikan sebesar nilai wajar, keuntungan atau kerugian yang timbul diakui dalam laporan laba rugi. Keuntungan atau kerugian bersih yang diakui dalam laporan laba rugi mencakup dividen atau bunga yang diperoleh dari aset keuangan. Nilai wajar ditentukan dengan cara seperti dijelaskan pada Catatan 4.
Pinjaman yang diberikan dan piutang
Piutang pelanggan dan piutang lain-lain dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan tidak mempunyai kuotasi di pasar aktif diklasifikasi sebagai “pinjaman yang diberikan dan piutang”, yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif dikurangi penurunan nilai. Bunga diakui dengan menggunakan metode suku bunga efektif, kecuali piutang jangka pendek dimana pengakuan bunga tidak material. Metode suku bunga efektif
Metode suku bunga efektif adalah metode yang digunakan untuk menghitung biaya perolehan diamortisasi dari instrumen keuangan dan metode untuk mengalokasikan pendapatan bunga selama periode yang relevan. Suku bunga efektif adalah suku bunga yang secara tepat mendiskontokan estimasi penerimaan kas di masa datang (mencakup seluruh komisi dan bentuk lain yang dibayarkan dan diterima oleh para pihak dalam kontrak yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari suku bunga efektif, biaya transaksi dan premium dan diskonto lainnya) selama perkiraan umur instrumen keuangan, atau, jika lebih tepat, digunakan periode yang lebih singkat untuk memperoleh nilai tercatat bersih dari aset keuangan pada saat pengakuan awal.
Pendapatan diakui berdasarkan suku bunga efektif untuk instrumen keuangan selain dari instrumen keuangan FVTPL
Penurunan nilai aset keuangan
Aset keuangan, selain aset keuangan FVTPL, dievaluasi terhadap indikator penurunan nilai pada setiap tanggal neraca. Aset keuangan diturunkan nilainya bila terdapat bukti objektif, sebagai akibat dari satu atau lebih peristiwa yang terjadi setelah pengakuan awal aset keuangan, dan peristiwa yang merugikan tersebut berdampak pada estimasi arus kas masa depan atas aset keuangan yang dapat diestimasi secara handal.
Bukti obyektif penurunan nilai termasuk sebagai berikut:
kesulitan keuangan signifikan yang dialami penerbit atau pihak peminjam; atau
pelanggaran kontrak, seperti terjadinya wanprestasi atau tunggakan pembayaran pokok atau bunga; atau
terdapat kemungkinan bahwa pihak peminjam akan dinyatakan pailit atau melakukan reorganisasi keuangan.
Untuk kelompok aset keuangan tertentu, seperti piutang, aset yang dinilai tidak akan diturunkan secara individual akan dievaluasi penurunan nilainya secara kolektif. Bukti objektif dari penurunan nilai portofolio piutang dapat termasuk pengalaman Perusahaan atas tertagihnya piutang di masa lalu, peningkatan keterlambatan penerimaan pembayaran piutang dari rata-rata periode kredit, dan juga pengamatan atas perubahan kondisi ekonomi nasional atau lokal yang berkorelasi dengan default atas piutang.
Untuk aset keuangan yang diukur pada biaya perolehan yang diamortisasi, jumlah kerugian penurunan nilai merupakan selisih antara nilai tercatat aset keuangan dengan nilai kini dari estimasi arus kas masa datang yang didiskontokan menggunakan tingkat suku bunga efektif awal dari aset keuangan.
Nilai tercatat aset keuangan tersebut dikurangi dengan kerugian penurunan nilai secara langsung atas aset keuangan, kecuali piutang yang nilai tercatatnya dikurangi melalui penggunaan akun penyisihan piutang. Jika piutang tidak tertagih, piutang tersebut dihapuskan melalui akun penyisihan piutang. Pemulihan kemudian dari jumlah yang sebelumnya telah dihapuskan dikreditkan terhadap akun penyisihan. Perubahan nilai tercatat akun penyisihan piutang diakui dalam laporan laba rugi.
Jika pada periode berikutnya, jumlah penurunan nilai berkurang dan penurunan dapat dikaitkan secara obyektif dengan sebuah peristiwa yang terjadi setelah penurunan nilai tersebut diakui, kerugian penurunan nilai yang sebelumnya diakui dipulihkan melalui laporan laba rugi hingga nilai tercatat investasi pada tanggal pemulihan penurunan nilai tidak melebihi biaya perolehan diamortisasi sebelum pengakuan kerugian penurunan nilai dilakukan.
Penghentian pengakuan aset keuangan
Perusahaan menghentikan pengakuan aset keuangan jika dan hanya jika hak kontraktual atas arus kas yang berasal dari aset berakhir, atau Perusahaan mentransfer aset keuangan dan secara substansial mentransfer seluruh risiko dan manfaat atas kepemilikan aset kepada entitas lain. Jika Perusahaan tidak mentransfer serta tidak memiliki secara substansial atas seluruh risiko dan manfaat kepemilikan serta masih mengendalikan aset yang ditransfer, maka Perusahaan mengakui keterlibatan berkelanjutan atas aset yang ditransfer dan kewajiban terkait sebesar jumlah yang mungkin harus dibayar. Jika Perusahaan memiliki secara substansial seluruh risiko dan manfaat kepemilikan aset keuangan yang ditransfer, Perusahaan masih mengakui aset keuangan dan juga mengakui pinjaman yang dijamin sebesar pinjaman yang diterima.
g. Kewajiban Keuangan dan Instrumen Ekuitas Klasifikasi sebagai kewajiban atau ekuitas
Kewajiban keuangan dan instrumen ekuitas yang diterbitkan oleh Perusahaan dan anak perusahaan diklasifikasi sesuai dengan substansi perjanjian kontraktual dan definisi kewajiban keuangan dan instrumen ekuitas.
Instrumen ekuitas
Instrumen ekuitas adalah setiap kontrak yang memberikan hak residual atas aset Perusahaan dan anak perusahaan setelah dikurangi dengan seluruh kewajibannya. Instrumen ekuitas dicatat sebesar hasil penerimaan bersih setelah dikurangi biaya penerbitan langsung.
Kewajiban keuangan
Hutang usaha dan hutang lain-lain, obligasi dan wesel bayar serta pinjaman lainnya pada awalnya diukur pada nilai wajar, setelah dikurangi biaya transaksi, dan selanjutnya diukur pada biaya perolehan yang diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif, dengan beban bunga diakui berdasarkan metode suku bunga efektif.
Selisih antara hasil emisi (setelah dikurangi biaya transaksi) dan penyelesaian atau pelunasan pinjaman diakui selama jangka waktu pinjaman.
Penghentian pengakuan kewajiban keuangan
Perusahaan dan anak perusahaan menghentikan pengakuan kewajiban keuangan, jika dan hanya jika, kewajiban Perusahaan dan anak perusahaan telah dilepaskan, dibatalkan atau kadaluarsa.
h. Penggunaan Estimasi
Penyusunan laporan keuangan konsolidasi sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia mengharuskan manajemen membuat estimasi dan asumsi yang mempengaruhi jumlah aset dan kewajiban yang dilaporkan dan pengungkapan aset dan kewajiban kontinjensi pada tanggal laporan keuangan konsolidasi serta jumlah pendapatan dan beban selama periode pelaporan. Realisasi dapat berbeda dengan jumlah yang diestimasi.
i. Kas dan Setara Kas
Untuk tujuan pelaporan arus kas, kas dan setara kas terdiri dari kas, bank dan semua investasi yang jatuh tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang dari tanggal perolehannya dan yang tidak dijaminkan serta tidak dibatasi penggunaannya.
j. Investasi Saham
Investasi dalam bentuk saham dengan pemilikan kurang dari 20% yang nilai wajarnya tidak tersedia dan dimaksudkan untuk investasi jangka panjang dinyatakan sebesar biaya perolehan (metode biaya). Bila terjadi penurunan nilai yang bersifat permanen, maka nilai tercatatnya dikurangi untuk mengakui penurunan tersebut dan kerugiannya dibebankan pada laporan laba rugi konsolidasi tahun berjalan.
k. Persediaan
Persediaan dinyatakan sebesar biaya perolehan atau nilai realisasi bersih, mana yang lebih rendah. Biaya perolehan ditentukan dengan metode rata-rata tertimbang (weighted average method).
l. Biaya Dibayar Dimuka
Biaya dibayar dimuka diamortisasi selama masa manfaat masing-masing biaya dengan menggunakan metode garis lurus.
m. Aset Real Estat
Aset real estat terdiri dari tanah dan bangunan (rumah tinggal) dan bangunan strata title yang siap dijual dan tanah yang belum dikembangkan, dinyatakan sebesar biaya perolehan atau nilai realisasi bersih, mana yang lebih rendah.
Biaya perolehan tanah yang belum dikembangkan meliputi biaya praperolehan dan perolehan tanah ditambah biaya pinjaman dan dipindahkan ke tanah yang sedang dikembangkan pada saat pematangan tanah akan dimulai.
Biaya perolehan tanah yang sedang dikembangkan meliputi biaya perolehan tanah yang belum dikembangkan ditambah dengan biaya pengembangan langsung dan tidak langsung yang dapat diatribusikan pada aset pengembangan real estat serta biaya pinjaman (beban bunga dan selisih kurs). Tanah yang sedang dikembangkan akan dipindahkan ke bangunan yang sedang dikonstruksi pada saat tanah tersebut selesai dikembangkan atau dipindahkan ke aset tanah bila tanah tersebut siap dijual dengan menggunakan metode luas areal.
Biaya perolehan bangunan (rumah tinggal) dan bangunan strata title meliputi biaya perolehan tanah yang telah selesai dikembangkan ditambah dengan biaya konstruksi, biaya lainnya yang dapat diatribusikan pada aktivitas pengembangan real estat dan biaya pinjaman. Biaya pinjaman yang secara langsung dapat diatribusikan dengan kegiatan pengembangan dikapitalisasi ke proyek pengembangan. Kapitalisasi dihentikan pada saat proyek pengembangan tersebut ditangguhkan/ditunda pelaksanaannya atau secara substansial siap untuk digunakan sesuai tujuannya.
n. Properti Investasi
Properti investasi adalah properti (tanah atau bangunan atau bagian dari suatu bangunan atau kedua-duanya) untuk menghasilkan rental atau untuk kenaikan nilai atau kedua-duanya. Properti investasi diukur sebesar nilai perolehan setelah dikurangi akumulasi penyusutan dan setiap akumulasi kerugian penurunan nilai.
Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis dari properti investasi selama 4 – 20 tahun.
Properti investasi sewa pembiayaan disusutkan berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis yang sama atau disusutkan selama jangka waktu yang lebih pendek antara periode sewa dan umur manfaatnya.
Tanah dinyatakan berdasarkan biaya perolehan dan tidak disusutkan. o. Aset Tetap – Pemilikan Langsung
Aset tetap yang dimiliki untuk digunakan dalam penyediaan barang atau jasa atau untuk tujuan administratif dicatat berdasarkan biaya perolehan setelah dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi kerugian penurunan nilai.
Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis aset tetap sebagai berikut:
Tahun
Bangunan dan prasarana 4 – 20
Peralatan kantor 3 – 10
Peralatan dan perlengkapan operasional 4 – 10
Kendaraan 3 – 5
Masa manfaat ekonomis, nilai residu dan metode penyusutan direview setiap akhir tahun dan pengaruh dari setiap perubahan estimasi tersebut berlaku prospektif.
Aset sewa pembiayaan disusutkan berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis yang sama dengan aset yang dimiliki sendiri atau disusutkan selama jangka waktu yang lebih pendek antara periode masa sewa dan umur manfaatnya.
Tanah dinyatakan berdasarkan biaya perolehan dan tidak disusutkan.
Beban pemeliharaan dan perbaikan dibebankan pada laporan laba rugi konsolidasi pada saat terjadinya. Biaya-biaya lain yang terjadi selanjutnya yang timbul untuk menambah, mengganti atau memperbaiki aset tetap dicatat sebagai biaya perolehan aset jika dan hanya jika besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan berkenaan dengan aset tersebut akan mengalir ke entitas dan biaya perolehan aset dapat diukur secara handal. Aset tetap yang sudah tidak digunakan lagi atau yang dijual dikeluarkan dari kelompok aset tetap berikut akumulasi penyusutannya. Keuntungan atau kerugian dari penjualan aset tetap tersebut dibukukan dalam laporan laba rugi konsolidasi pada tahun yang bersangkutan.
Aset dalam penyelesaian dinyatakan sebesar biaya perolehan. Biaya perolehan tersebut termasuk biaya pinjaman yang terjadi selama masa pembangunan yang timbul dari hutang yang digunakan untuk pembangunan aset tersebut. Akumulasi biaya perolehan akan dipindahkan ke masing-masing aset tetap yang bersangkutan pada saat selesai dan siap digunakan.
p. Sewa
Sewa diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan jika sewa tersebut mengalihkan secara substantial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset. Sewa lainnya, yang tidak memenuhi kriteria tersebut, diklasifikasikan sebagai sewa operasi.
Sebagai Lessor
Dalam sewa pembiayaan, lessor mengakui aset berupa piutang sewa pembiayaan sebesar jumlah investasi sewa neto Perusahaan dan anak perusahaan. Pengakuan penghasilan sewa pembiayaan dialokasikan pada periode akuntansi yang mencerminkan suatu tingkat pengembalian periodik yang konstan atas investasi bersih lessor.
Pendapatan sewa dari sewa operasi diakui sebagai pendapatan dengan dasar garis lurus selama masa sewa. Biaya langsung awal yang terjadi dalam proses negosiasi dan pengaturan sewa operasi ditambahkan ke jumlah tercatat dari aset sewaan dan diakui dengan dasar garis lurus selama masa sewa.
Sebagai Lessee
Aset pada sewa pembiayaan dicatat pada awal masa sewa sebesar nilai wajar aset sewaan Perusahaan dan anak perusahaan yang ditentukan pada awal kontrak atau, jika lebih rendah, sebesar nilai kini dari pembayaran sewa minimum. Kewajiban kepada lessor disajikan di dalam neraca sebagai kewajiban sewa pembiayaan.
Pembayaran sewa harus dipisahkan antara bagian yang merupakan beban keuangan dan bagian yang merupakan pengurangan dari kewajiban sewa sehingga mencapai suatu tingkat bunga yang konstan (tetap) atas saldo kewajiban. Beban keuangan dibebankan langsung ke laba rugi. Rental kontijen dibebankan pada periode terjadinya.
Pembayaran sewa operasi diakui sebagai beban dengan dasar garis lurus (straight-line basis) selama masa sewa, kecuali terdapat dasar sistematis lain yang dapat lebih mencerminkan pola waktu dari manfaat aset yang dinikmati pengguna. Rental kontijen diakui sebagai beban di dalam periode terjadinya.
Dalam hal insentif diperoleh dalam sewa operasi, insentif tersebut diakui sebagai kewajiban. Keseluruhan manfaat dari insentif diakui sebagai pengurangan dari biaya sewa dengan dasar garis lurus kecuali terdapat dasar sistematis lain yang lebih mencerminkan pola waktu dari manfaat yang dinikmati pengguna.
q. Aset Bangun Kelola Serah
Aset tetap berupa bangunan dalam rangka bangun kelola dan serah (B.O.T.) beserta mesin dan instalasi yang melekat serta peralatan yang berada pada bangunan tersebut dinyatakan berdasarkan biaya perolehan dan diamortisasi dengan menggunakan metode garis lurus berdasarkan umur ekonomis dari aset tetap yang bersangkutan dengan batas maksimum sesuai jangka waktu perjanjian bangun kelola dan serah, sebagai berikut:
Tahun
Bangunan 30
Mesin dan instalasi 8 - 10
Hak pakai atas aset B.O.T. yang dijual dikeluarkan dari kelompok aset B.O.T. berikut akumulasi amortisasinya. Keuntungan atau kerugian dari penjualan tersebut dibukukan dalam laporan laba rugi konsolidasi tahun yang bersangkutan.
r. Beban Tangguhan – Hak Atas Tanah
Biaya yang terjadi sehubungan dengan pengurusan legal hak atas tanah ditangguhkan dan diamortisasi dengan metode garis lurus sepanjang umur hukum hak atas tanah karena umur hukum hak atas tanah lebih pendek dari umur ekonomisnya.
s. Penyisihan Penggantian Peralatan dan Perlengkapan Hotel
Penyisihan untuk penggantian peralatan dan perlengkapan hotel dibentuk berdasarkan persentase tertentu dari pendapatan hotel. Pembelian dan penggantian pada periode berjalan dibebankan ke penyisihan tersebut.
t. Penurunan Nilai Aset
Pada tanggal neraca, Perusahaan dan anak perusahaan menelaah nilai tercatat aset non-keuangan untuk menentukan apakah terdapat indikasi bahwa aset tersebut telah mengalami penurunan nilai. Jika terdapat indikasi tersebut, nilai yang dapat diperoleh kembali dari aset diestimasi untuk menentukan tingkat kerugian penurunan nilai (jika ada). Bila tidak memungkinkan untuk mengestimasi nilai yang dapat diperoleh kembali atas suatu aset individu, Perusahaan dan anak perusahaan mengestimasi nilai yang dapat diperoleh kembali dari unit penghasil kas atas aset.
Perkiraan jumlah yang dapat diperoleh kembali adalah nilai tertinggi antara harga jual neto atau nilai pakai. Jika jumlah yang dapat diperoleh kembali dari aset non-keuangan (unit penghasil kas) kurang dari nilai tercatatnya, nilai tercatat aset (unit penghasil kas) dikurangi menjadi sebesar nilai yang dapat diperoleh kembali dan rugi penurunan nilai diakui langsung ke laba rugi.
Kebijakan akuntansi untuk penurunan nilai aset keuangan dijelaskan dalam catatan 2f. u. Pengakuan Pendapatan dan Beban
Penjualan Real Estat
Pendapatan dari penjualan real estat berupa bangunan rumah tinggal dan bangunan sejenis lainnya beserta kapling tanahnya serta apartemen yang telah selesai pembangunannya diakui dengan metode akrual penuh (full accrual method) apabila seluruh kriteria berikut terpenuhi:
proses penjualan telah selesai;
harga jual akan tertagih, yaitu jumlah yang telah dibayar sekurang-kurangnya telah mencapai 20% dari harga jual;
tagihan penjual tidak akan bersifat subordinasi di masa yang akan datang terhadap pinjaman lain yang akan diperoleh pembeli; dan
penjual telah mengalihkan risiko dan manfaat ke pemilikan unit bangunan kepada pembeli melalui suatu transaksi yang secara substansi adalah penjualan dan penjual tidak lagi berkewajiban atau terlibat secara signifikan dengan unit bangunan tersebut. Pendapatan penjualan kapling tanah tanpa bangunan, diakui dengan menggunakan metode akrual penuh (full accrual method) pada saat pengikatan jual beli apabila seluruh kriteria berikut ini terpenuhi:
jumlah pembayaran oleh pembeli sekurang-kurangnya telah mencapai 20% dari harga jual yang disepakati dan jumlah tersebut tidak dapat diminta kembali oleh pembeli;
harga jual akan tertagih;
tagihan penjual tidak akan bersifat subordinasi di masa yang akan datang terhadap pinjaman lain yang akan diperoleh pembeli; dan
proses pengembangan tanah telah selesai sehingga penjual tidak berkewajiban lagi untuk menyelesaikan kapling tanah yang dijual, seperti kewajiban untuk mematangkan kapling tanah atau kewajiban untuk membangun fasilitas-fasilitas pokok yang dijanjikan oleh atau yang menjadi kewajiban penjual, sesuai dengan pengikatan jual beli atau ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
hanya kapling tanah saja yang dijual, tanpa diwajibkan keterlibatan penjual dalam pendirian bangunan di atas kapling tanah tersebut.
Apabila persyaratan tersebut di atas tidak dapat dipenuhi, maka seluruh uang yang diterima dari pembeli diperlakukan sebagai uang muka dan dicatat dengan deposit method sampai seluruh persyaratan tersebut dipenuhi.
Pendapatan Sewa
Pendapatan sewa diakui pada saat penggunaan aset oleh pihak lain sejalan dengan berlalunya waktu. Uang muka sewa yang diterima dari penyewa dicatat ke dalam akun pendapatan yang diterima di muka dan akan diakui sebagai pendapatan secara berkala sesuai dengan kontrak sewa yang berlaku.
Pendapatan Hotel
Pendapatan sewa hotel dan pendapatan hotel lainnya diakui pada saat jasa diberikan atau barang diserahkan.
Pendapatan Bunga
Pendapatan bunga diakui berdasarkan waktu terjadinya dengan acuan jumlah pokok terhutang dan tingkat bunga yang sesuai.
Beban
Beban diakui pada saat terjadinya. v. Imbalan Pasca Kerja
Perusahaan dan anak perusahaan memberikan imbalan pasca kerja imbalan pasti untuk karyawan sesuai dengan Undang-Undang Ketenagakerjaan No.13/2003. Tidak terdapat pendanaan yang disisihkan oleh Perusahaan dan anak perusahaan sehubungan dengan imbalan pasca kerja ini.
Perhitungan imbalan pasca kerja menggunakan metode Projected Unit Credit. Akumulasi keuntungan dan kerugian aktuarial bersih yang belum diakui yang melebihi 10% dari nilai kini imbalan pasti diakui dengan metode garis lurus selama rata-rata sisa masa kerja yang diprakirakan dari para pekerja dalam program tersebut. Biaya jasa lalu dibebankan langsung apabila imbalan tersebut menjadi hak atau vested, dan sebaiknya akan diakui sebagai beban dengan metode garis lurus selama periode rata-rata sampai imbalan tersebut menjadi vested. Jumlah yang diakui sebagai kewajiban imbalan pasti di neraca merupakan nilai kini kewajiban imbalan pasti disesuaikan dengan keuntungan dan kerugian aktuaria yang belum diakui, dan biaya jasa lalu yang belum diakui.
w. Pajak Penghasilan Pajak Penghasilan Final
Atas penghasilan sewa dan jasa pelayanan dan pemeliharaan yang dikenakan pajak penghasilan final, beban pajak diakui proposional dengan jumlah pendapatan menurut akuntansi. Selisih antara jumlah pajak penghasilan final dengan jumlah yang dibebankan sebagai pajak kini pada perhitungan laba rugi diakui sebagai pajak dibayar dimuka atau hutang pajak. Akun pajak penghasilan final dibayar dimuka disajikan terpisah dari hutang pajak penghasilan final.
Perusahaan dan anak perusahaan tidak mengakui aset atau kewajiban pajak tangguhan yang timbul dari perbedaan nilai tercatat dengan dasar pengenaan pajak untuk aset atau kewajiban yang berhubungan dengan pajak penghasilan final.
Pajak Penghasilan Tidak Final
Beban pajak kini ditentukan berdasarkan laba kena pajak dalam periode yang bersangkutan yang dihitung berdasarkan tarif pajak yang berlaku.
Aset dan kewajiban pajak tangguhan diakui atas konsekuensi pajak periode mendatang yang timbul dari perbedaan jumlah tercatat aset dan kewajiban menurut laporan keuangan konsolidasi dengan dasar pengenaan pajak aset dan kewajiban kecuali perbedaan yang berhubungan dengan pajak penghasilan final. Kewajiban pajak tangguhan diakui untuk semua perbedaan temporer kena pajak dan aset pajak tangguhan diakui untuk perbedaan temporer yang boleh dikurangkan, sepanjang besar kemungkinan dapat dimanfaatkan untuk mengurangi laba kena pajak pada masa datang.
Pajak tangguhan diukur dengan menggunakan tarif pajak yang berlaku atau secara substansial telah berlaku pada tanggal neraca. Pajak tangguhan dibebankan atau dikreditkan dalam laporan laba rugi konsolidasi, kecuali pajak tangguhan yang dibebankan atau dikreditkan langsung ke ekuitas.
Aset dan kewajiban pajak tangguhan disajikan di neraca, kecuali aset dan kewajiban pajak tangguhan untuk entitas yang berbeda, atas dasar kompensasi sesuai dengan penyajian aset dan kewajiban pajak kini.
x. Laba Per Saham
Laba per saham dasar dihitung dengan membagi laba bersih residual dengan jumlah rata-rata tertimbang saham yang beredar pada tahun yang bersangkutan.
y. Informasi Segmen
Informasi segmen disusun sesuai dengan kebijakan akuntansi yang dianut dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan konsolidasi. Bentuk primer pelaporan segmen adalah segmen usaha sedangkan segmen sekunder adalah segmen geografis.
Segmen usaha adalah komponen perusahaan yang dapat dibedakan dalam menghasilkan produk atau jasa (baik produk atau jasa individual maupun kelompok produk atau jasa terkait) dan komponen itu memiliki risiko dan imbalan yang berbeda dengan risiko dan imbalan segmen lain.
Segmen geografis adalah komponen perusahaan yang dapat dibedakan dalam menghasilkan produk atau jasa pada lingkungan (wilayah) ekonomi tertentu dan komponen itu memiliki risiko dan imbalan yang berbeda dengan risiko dan imbalan pada komponen yang beroperasi pada lingkungan (wilayah) ekonomi lain.
Aset dan kewajiban yang digunakan bersama dalam satu segmen atau lebih dialokasikan kepada setiap segmen jika, dan hanya jika, pendapatan dan beban yang terkait dengan aset tersebut juga dialokasikan kepada segmen-segmen tersebut.
3. KAS DAN SETARA KAS 2010 2009 Rp Rp Kas Rupiah 608.124.282 622.053.395 Dollar Singapura 7.128.126 8.433.638 Bank Rupiah
Bank Danamon Indonesia 29.827.321.066 1.295.183.715
Bank Central Asia 8.122.261.619 7.289.088.206
Bank Mandiri 4.528.172.481 6.229.482.011
Bank Permata 1.620.171.689 1.791.147.595
Bank Ganesha 1.072.770.184 763.590.840
Bank Rakyat Indonesia 905.271.125 1.124.005.282
Lain-lain (masing-masing dibawah Rp 700 juta) 3.741.383.679 1.541.693.137 Dollar Amerika Serikat
Bank Central Asia 1.730.411.990 878.478.125
Lain-lain (masing-masing dibawah Rp 220 juta) 447.155.632 315.610.237 Deposito berjangka
Rupiah
Bank Danamon Indonesia 16.775.000.000 7.550.000.000
Bank Ganesha 4.333.160.000 2.180.000.000
Bank Internasional Indonesia 2.800.000.000
-Bank Central Asia 350.000.000
-Dollar Amerika Serikat
Bank Internasional Indonesia 78.560.930 81.337.542
Jumlah 76.946.892.803 31.670.103.723
Tingkat bunga deposito berjangka per tahun
Rupiah 5,25% - 8% 5,25% - 8%
Dollar Amerika Serikat 1,5% 0,75%
4. INVESTASI JANGKA PENDEK
2010 2009 Rp Rp Biaya perolehan Dana pasti 7.001.519.404 3.143.128 Dana premier 2.190.926 760.342 Jumlah 7.003.710.330 3.903.470
Laba yang belum direalisasi
Dana pasti 274.625.231 311.870
Dana premier 780.882 104.041
Jumlah 275.406.113 415.911
Nilai wajar 7.279.116.443 4.319.381
Investasi jangka pendek merupakan penempatan dana untuk dikelola pada PT Equity Securities Indonesia (ESI). Pada tahun 2010 Perusahaan dan anak perusahaan menandatangani kontrak manajemen dana dengan ESI dimana ESI ditunjuk untuk mengelola dana Perusahaan dan anak perusahaan sejumlah Rp 7.000.000.000.
Padatanggal 31 Desember 2010 dan 2009, nilai investasi jangka pendek mewakili nilai wajar dari investasi berdasarkan nilai aset bersih dari masing-masing investasi.
5. PIUTANG USAHA KEPADA PIHAK KETIGA
2010 2009
Rp Rp
a. Berdasarkan langganan:
Pelanggan dalam negeri 28.581.836.045 13.396.997.250
Penyisihan piutang ragu-ragu (1.798.164.123) (957.010.311)
Jumlah Piutang Usaha - Bersih 26.783.671.922 12.439.986.939
b. Berdasarkan umur (hari):
Belum jatuh tempo 15.448.814.024 5.199.271.703
Sudah jatuh tempo
1 s/d 30 hari 9.180.697.647 5.113.464.068 31 s/d 60 hari 1.451.317.872 849.787.523 61 s/d 90 hari 778.082.183 298.428.525 91 s/d 120 hari 236.453.936 429.196.580 > 120 hari 1.486.470.383 1.506.848.851 Jumlah 28.581.836.045 13.396.997.250
Penyisihan piutang ragu-ragu (1.798.164.123) (957.010.311)
Bersih 26.783.671.922 12.439.986.939
Mutasi penyisihan piutang ragu-ragu:
Saldo awal 957.010.311 991.374.941
Penambahan tahun berjalan (Catatan 28) 841.153.812 139.953.027
Pemulihan tahun berjalan - (174.317.657)
Saldo akhir 1.798.164.123 957.010.311
Seluruh piutang usaha kepada pihak ketiga dalam mata uang Rupiah.
Manajemen berpendapat bahwa penyisihan piutang ragu-ragu atas piutang usaha kepada pihak ketiga adalah cukup.
Piutang usaha tahun 2010 sebesar Rp. 12.000.000.000 merupakan piutang kepada PT Gajah Tunggal Tbk (GT) (Catatan 34a).
6. PIUTANG LAIN-LAIN KEPADA PIHAK KETIGA
2010 2009
Rp Rp
Tropic Strata Title (Tropic) 2.707.638.615 2.762.026.530
Lain-lain (masing-masing dibawah Rp 500 juta) 2.920.915.745 3.406.830.243
Jumlah 5.628.554.360 6.168.856.773
Piutang Tropic terutama merupakan piutang yang timbul akibat pembayaran terlebih dahulu biaya-biaya milik Tropic oleh GH.
Manajemen berpendapat bahwa piutang lain-lain kepada pihak ketiga dapat tertagih sehingga tidak ditetapkan penyisihan piutang ragu-ragu.
7. PERSEDIAAN
Akun ini merupakan persediaan hotel dengan rincian sebagai berikut:
2010 2009 Rp Rp Perlengkapan 1.333.609.280 1.195.653.341 Makanan 429.823.848 341.927.259 Minuman 74.243.995 78.896.292 Lainnya 75.068.295 59.361.446 Jumlah 1.912.745.418 1.675.838.338
Manajemen berpendapat bahwa seluruh persediaan dapat digunakan untuk kegiatan usaha normal sehingga manajemen tidak membuat penyisihan kerugian atas persediaan usang.
8. PAJAK DIBAYAR DIMUKA
2010 2009
Rp Rp
Pajak penghasilan final atas pendapatan diterima dimuka 7.541.845.420 5.722.160.179 Pajak penghasilan - pasal 28a
Tahun 2007 - 18.321.600
Sebelum tahun 2006 - 9.124.145
Pajak pertambahan nilai - bersih 79.703.438 290.355.104
Jumlah 7.621.548.858 6.039.961.028
9. ASET REAL ESTAT
2010 2009
Rp Rp
Tanah dan bangunan siap dijual
Puri Casablanca (Apartemen) 14.148.611.703 20.117.754.480
Bukit Tiara (Perumahan) 7.460.979.832 7.799.481.282
Tropik (Apartemen) 850.190.938 850.190.938
Jumlah 22.459.782.473 28.767.426.700
Tanah yang belum dikembangkan
Bukit Tiara (Perumahan) 231.660.903.120 242.849.259.325
Lebak Bulus - 16.646.229.065
Lebak Bulus - Karang Tengah 13.474.083.265 13.474.083.265
Puri Casablanca (Apartemen) 9.524.011.354 9.524.011.354
Jumlah 254.658.997.739 282.493.583.009
Jumlah Aset Real Estat 277.118.780.212 311.261.009.709
Tanah perumahan Bukit Tiara yang belum dikembangkan pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009 merupakan tanah milik GMS seluas 2.012.695 m2 dan 2.143.845 m2, terletak di Desa Pasir Jaya, Tangerang.
Tanah Lebak Bulus yang belum dikembangkan merupakan tanah milik MBS seluas 14.020 m2 yang terletak di Lebak Bulus, Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan. Berdasarkan akta jual beli tanah, pada tanggal 9 Juni 2010 tanah ini telah dijual kepada PT Mitra Bangun Jaya sebesar Rp 38.500.000.000.
Tanah Lebak Bulus - Karang Tengah yang belum dikembangkan merupakah tanah milik KMU seluas 13.732 m2, terletak di Kampung Lebak Bulus, Jakarta Selatan.
Tanah Puri Casablanca yang belum dikembangkan merupakan tanah milik AIL seluas 5.668 m2, terletak di proyek apartemen Puri Casablanca, Jakarta.
Sebagian aset real estat milik GMS digunakan sebagai jaminan hutang lain-lain kepada pihak ketiga jangka panjang pada tanggal 31 Desember 2009 (Catatan 21).
Pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009, aset real estat, kecuali tanah, telah diasuransikan terhadap risiko kebakaran, bencana alam dan risiko lainnya kepada PT Asuransi Dayin Mitra Tbk, dengan jumlah pertanggungan sebesar US$ 73.000.000. Manajemen berpendapat bahwa nilai pertanggungan tersebut cukup untuk menutupi kemungkinan kerugian atas aset yang dipertanggungkan. 10. INVESTASI SAHAM Tempat Persentase kedudukan pemilikan Rp % Metode biaya
PT Nusadua Graha International Jakarta 18,27 48.268.848.800
PT Agung Ometraco Muda Jakarta 0,52 890.000.000
Jumlah 49.158.848.800
2010 dan 2009
PT Nusadua Graha International (NGI) bergerak dalam bidang usaha jasa perhotelan (Westin Hotel) yang berlokasi di Nusa Dua, Bali.
Pada tanggal 12 Januari 2010 dan 19 Maret 2010, LAL dan PLB menandatangani perjanjian pengikatan jual beli saham dengan Hendra Soerijadi yang merupakan pemilik 14.907 lembar saham NGI, dimana disepakati pengikatan jual beli saham NGI milik Hendra Soerijadi sebagai berikut:
LAL setuju untuk membeli 12.120 saham NGI yang terdiri dari 5.989 saham seri A dan 6.131 saham seri B dengan total harga pembelian sebesar Rp 11.998.800.000.
PLB setuju untuk membeli 2.787 saham NGI yang terdiri dari 1.377 saham seri A dan 1.410 saham seri B dengan total harga pembelian sebesar Rp 2.759.130.000.
Sampai dengan tanggal 31 Desember 2010, LAL dan PLB telah melakukan penyetoran uang muka pembelian saham NGI masing-masing sebesar Rp 11.998.800.000 dan Rp 1.980.000.000, dimana per tanggal 31 Desember 2009 LAL telah melakukan setoran sebesar Rp 3.960.000.000 yang disajikan sebagai aset lain-lain tidak lancar (Catatan 14).
11. PROPERTI INVESTASI Properti investasi terdiri dari:
2010 2009
Rp Rp
Aset yang disewakan 14.925.447.755 14.026.916.657
Tanah yang tidak digunakan 114.979.854.590 114.979.854.590
Nilai wajar properti investasi bersama dengan aset tetap adalah sebesar Rp 681.051.000.000 berdasarkan penilaian manajemen. Penilaian dilakukan berdasarkan metode biaya dan pendapatan.
Aset yang Disewakan
1 Januari 2010 Penambahan Pengurangan Reklasifikasi 31 Desember 2010
Rp Rp Rp Rp Rp
Biaya perolehan: Pemilikan langsung
Tanah 9.556.437.211 - - - 9.556.437.211
Bangunan dan prasarana 19.014.864.027 438.660.628 - 2.265.395.496 21.718.920.151
Aset sewa pembiayaan
Bangunan dan prasarana 895.000.000 - - (895.000.000)
-Jumlah 29.466.301.238 438.660.628 - 1.370.395.496 31.275.357.362
Akumulasi penyusutan: Pemilikan langsung
Bangunan dan prasarana 15.327.714.220 720.192.604 - 302.002.783 16.349.909.607
Aset sewa pembiayaan
Bangunan dan prasarana 111.670.361 243.715.703 - (355.386.064)
-Jumlah 15.439.384.581 963.908.307 - (53.383.281) 16.349.909.607
Jumlah Tercatat 14.026.916.657 14.925.447.755
1 Januari 2009 Penambahan Pengurangan Reklasifikasi 31 Desember 2009
Rp Rp Rp Rp Rp
Biaya perolehan: Pemilikan langsung
Tanah 9.556.437.211 - - - 9.556.437.211
Bangunan dan prasarana 17.881.448.772 331.985.524 159.000.000 960.429.731 19.014.864.027
Aset sewa pembiayaan
Bangunan dan prasarana 477.903.600 - - 417.096.400 895.000.000
Jumlah 27.915.789.583 331.985.524 159.000.000 1.377.526.131 29.466.301.238
Akumulasi penyusutan: Pemilikan langsung
Bangunan dan prasarana 14.114.369.932 1.305.684.002 112.625.000 20.285.286 15.327.714.220
Aset sewa pembiayaan
Bangunan dan prasarana 25.239.615 86.430.746 - - 111.670.361
Jumlah 14.139.609.547 1.392.114.748 112.625.000 20.285.286 15.439.384.581
Jumlah Tercatat 13.776.180.036 14.026.916.657
Beban penyusutan untuk tahun 2010 dan 2009 masing-masing sebesar Rp 963.908.307 dan Rp 1.392.114.748 dicatat sebagai beban pokok penjualan dan beban langsung (Catatan 27). Pendapatan sewa dari properti investasi pada tahun 2010 dan 2009 masing-masing sebesar Rp 19.018.191.035 dan Rp 23.168.255.296.
Pada tahun 2010 dan 2009, properti investasi dan aset tetap kecuali tanah di asuransikan terhadap risiko kebakaran dan risiko lainnya (Catatan 12).
Tanah yang Tidak Digunakan
Merupakan tanah milik PLB seluas 9.377 m2 yang terletak di Jl. Karet Tengsin, Jakarta dengan nilai tercatat sebesar Rp 114.979.854.590. Hak legal tanah tersebut berupa hak guna bangunan yang berjangka waktu 20 dan 30 tahun yang akan jatuh tempo antara tahun 2021 dan 2030.
12. ASET TETAP
1 Januari 2010 Penambahan Pengurangan Reklasifikasi 31 Desember 2010
Rp Rp Rp Rp Rp
Biaya perolehan: Pemilikan langsung
Tanah 45.454.640.297 - - - 45.454.640.297
Bangunan dan prasarana 195.298.435.066 277.387.619 830.946.568 770.118.189 195.514.994.306
Peralatan kantor 8.320.619.585 492.112.664 - - 8.812.732.249
Peralatan dan perlengkapan
operasional 58.568.808.470 1.283.789.741 708.590.905 - 59.144.007.306
Kendaraan 14.516.218.901 1.770.942.455 682.150.000 415.900.000 16.020.911.356
Aset dalam penyelesaian
Bangunan dan prasarana 257.216.400 1.917.308.285 - (2.140.513.685) 34.011.000
Aset sewa pembiayaan
Kendaraan 415.900.000 - - (415.900.000)
-Jumlah 322.831.838.719 5.741.540.764 2.221.687.473 (1.370.395.496) 324.981.296.514
Akumulasi penyusutan: Pemilikan langsung
Bangunan dan prasarana 110.562.867.990 10.633.912.296 401.624.176 53.383.281 120.848.539.391
Peralatan kantor 6.197.210.660 1.093.651.315 - - 7.290.861.975
Peralatan dan perlengkapan
operasional 52.736.859.709 2.306.437.922 697.087.923 - 54.346.209.708
Kendaraan 8.835.450.642 2.228.901.011 460.733.323 311.925.000 10.915.543.330
Aset sewa pembiayaan
Kendaraan 207.950.000 103.975.000 - (311.925.000)
-Jumlah 178.540.339.001 16.366.877.544 1.559.445.422 53.383.281 193.401.154.404
Jumlah Tercatat 144.291.499.718 131.580.142.110
1 Januari 2009 Penambahan Pengurangan Reklasifikasi 31 Desember 2009
Rp Rp Rp Rp Rp
Biaya perolehan: Pemilikan langsung
Tanah 52.748.920.297 - 7.294.280.000 - 45.454.640.297
Bangunan dan prasarana 192.996.771.127 1.782.448.837 6.750.000 525.965.102 195.298.435.066
Peralatan kantor 8.759.359.047 528.412.035 - (967.151.497) 8.320.619.585
Peralatan dan perlengkapan
operasional 57.853.425.423 1.218.734.520 503.351.473 - 58.568.808.470
Kendaraan 10.850.635.901 2.266.583.000 301.000.000 1.700.000.000 14.516.218.901
Aset dalam penyelesaian
Bangunan dan prasarana 24.389.000.977 - 23.612.541.241 (519.243.336) 257.216.400
Aset sewa pembiayaan
Kendaraan 2.115.900.000 - - (1.700.000.000) 415.900.000
Aset dalam penyelesaian
Bangunan dan prasarana 417.096.400 - - (417.096.400)
-Jumlah 350.131.109.172 5.796.178.392 31.717.922.714 (1.377.526.131) 322.831.838.719
Akumulasi penyusutan: Pemilikan langsung
Bangunan dan prasarana 99.850.888.645 10.632.272.841 6.750.000 86.456.504 110.562.867.990
Peralatan kantor 5.245.723.816 1.058.228.634 - (106.741.790) 6.197.210.660
Peralatan dan perlengkapan
operasional 49.229.954.582 3.984.920.589 478.015.462 - 52.736.859.709
Kendaraan 5.242.988.074 2.095.025.068 202.562.500 1.700.000.000 8.835.450.642
Aset sewa pembiayaan
Kendaraan 1.803.975.000 103.975.000 - (1.700.000.000) 207.950.000
Jumlah 161.373.530.117 17.874.422.132 687.327.962 (20.285.286) 178.540.339.001
Beban penyusutan dialokasikan sebagai berikut:
2010 2009
Rp Rp
Beban pokok penjualan dan beban langsung (Catatan 27) 14.344.487.946 15.983.983.815
Beban usaha (Catatan 28) 2.022.389.598 1.890.438.317
Jumlah 16.366.877.544 17.874.422.132
Perusahaan dan anak perusahaan memiliki beberapa bidang tanah seluruhnya seluas 35.228 m2 yang terletak di Jakarta dan Surabaya dengan hak legal berupa Hak Guna Bangunan (HGB) yang berjangka waktu antara 20 dan 30 tahun dan akan jatuh tempo antara tahun 2011 dan 2034. Manajemen berpendapat tidak terdapat masalah dengan perpanjangan dan pengurusan hak atas tanah karena seluruh tanah diperoleh secara sah dan didukung dengan bukti pemilikan yang memadai.
Biaya yang dikeluarkan atas pengurusan legal hak atas tanah milik anak perusahaan disajikan sebagai akun beban tangguhan dan diamortisasi selama umur legal hak atas tanah tersebut. Beban amortisasi yang dialokasikan sebagai beban pokok penjualan dan beban langsung selama tahun 2010 dan 2009 masing-masing sebesar Rp 283.791.948 (Catatan 27).
Tanah dan bangunan milik GMMS dengan jumlah tercatat sebesar Rp 38.066.466.830 dan Rp 40.691.394.468 pada tahun 2010 dan 2009 dijadikan sebagai jaminan hutang bank dan pihak ketiga jangka panjang yang sudah jatuh tempo (Catatan 20).
Pada tanggal 24 Juli 2009, proyek Hotel Ibis Surabaya (aset dalam penyelesaian) telah dijual kepada PT Mahadhika Permata Wijaya dengan harga jual sebesar Rp 43.500.000.000 sehingga MG memperoleh keuntungan penjualan aset dalam penyelesaian tersebut sebesar Rp 12.518.878.759.
Aset tetap beserta properti investasi kecuali tanah telah diasuransikan terhadap risiko kebakaran, bencana alam dan risiko lainnya kepada PT Asuransi Dayin Mitra Tbk dengan jumlah pertanggungan sebesar Rp 218.360.616.000 dan US$ 7.808.152 pada tanggal 31 Desember 2010 dan Rp 368.629.433.800 dan US$ 7.788.468 pada tanggal 31 Desember 2009. Manajemen berpendapat bahwa nilai pertanggungan tersebut cukup untuk menutupi kemungkinan kerugian atas aset yang dipertanggungkan.
13. ASET BANGUN KELOLA SERAH
1 Januari 31 Desember
2010 Penambahan Pengurangan 2010
Rp Rp Rp Rp
Biaya perolehan:
Bangunan 66.859.792.943 42.204.375 - 66.901.997.318
Mesin dan instalasi 2.820.853.398 116.916.625 - 2.937.770.023
Jumlah 69.680.646.341 159.121.000 - 69.839.767.341
Akumulasi amortisasi:
Bangunan 36.365.966.643 2.399.552.240 - 38.765.518.883
Mesin dan instalasi 2.040.774.230 199.778.211 - 2.240.552.441
Jumlah 38.406.740.873 2.599.330.451 - 41.006.071.324
1 Januari 31 Desember
2009 Penambahan Pengurangan 2009
Rp Rp Rp Rp
Biaya perolehan:
Bangunan 66.829.792.943 30.000.000 - 66.859.792.943
Mesin dan instalasi 2.744.195.521 76.657.877 - 2.820.853.398
Jumlah 69.573.988.464 106.657.877 - 69.680.646.341
Akumulasi amortisasi:
Bangunan 33.970.098.775 2.395.867.868 - 36.365.966.643
Mesin dan instalasi 1.831.063.421 209.710.809 - 2.040.774.230
Jumlah 35.801.162.196 2.605.578.677 - 38.406.740.873
Jumlah Tercatat 33.772.826.268 31.273.905.468
Akun ini merupakan aset bangun kelola serah milik LAL atas gedung pusat perbelanjaan (mal) dua lantai, dengan luas area ± 61.750 m2, terletak dibawah terminal bis Blok M, Jakarta, yang dimiliki Pemda DKI Jakarta seperti dijelaskan pada Catatan 36a.
Beban amortisasi dicatat sebagai beban pokok penjualan dan beban langsung masing-masing sebesar Rp 2.599.330.451 dan Rp 2.605.578.677 pada tahun 2010 dan 2009 (Catatan 27).
Aset bangun kelola serah telah diasuransikan terhadap risiko kebakaran, bencana alam dan risiko lainnya kepada PT Asuransi Dayin Mitra Tbk dengan jumlah pertanggungan sebesar US$ 1.218.283 dan Rp 270.845.119.000 pada tahun 2010 dan 2009. Manajemen berpendapat bahwa nilai pertanggungan tersebut adalah cukup untuk menutupi kemungkinan kerugian atas aset yang dipertanggungkan.
14. ASET LAIN-LAIN
2010 2009
Rp Rp
Uang muka pembelian tanah 1.100.494.198 6.903.059.498 Uang muka pembelian saham (Catatan 10) 13.978.800.000 3.960.000.000
Uang muka lainnya 1.154.993.567 2.283.620.353
Surat ketetapan pajak dalam proses banding - 1.700.987.508
Uang jaminan 1.062.591.121 1.060.206.745
Lain-lain 292.799.601 3.500.000
Jumlah 17.589.678.487 15.911.374.104
Uang muka pembelian tanah pada tahun 2009 terutama merupakan uang muka atas pembelian tanah seluas dan 19.877 m2 di daerah Tangerang. Pada tahun 2010, uang muka atas pembelian tanah sebesar Rp 5.466.175.000 telah direklasifikasi ke Aset Real Estat (Catatan 9).
Surat ketetapan pajak dalam proses banding merupakan ketetapan pajak dalam proses banding yang telah dibayar dan sedang diajukan banding sehubungan dengan pajak penghasilan badan untuk tahun pajak 2006 milik Perusahaan dan pajak penghasilan pasal 21, 23, 4 ayat 2 dan PPN untuk tahun pajak 2005 milik GMMS.
Pada tanggal 22 Juli 2009, sebagian keberatan milik GMMS telah disetujui dan diterima pembayarannya sebesar Rp 1.744.341.773. Pada tanggal 4 Pebruari 2010 dan direvisi pada tanggal 8 Maret 2010, Direktorat Jenderal Pajak menerima Surat Keberatan dari GMMS, dengan surat Keputusan No. Kep 63/WPJ.II/2010 sebesar Rp 123.452.772 dan selisih sebesar Rp 13.035.643 telah dicatat sebagai beban lain-lain.
Berdasarkan Surat Putusan Pengadilan Pajak No. Pt 24011/PP/M.VI/15/2010 tanggal 9 Juni 2010 banding Perusahaan mengenai keberatan atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan Badan Tahun Pajak 2006 diatas sebesar Rp 1.564.146.608 telah dikabulkan.
15. HUTANG USAHA KEPADA PIHAK KETIGA
Jumlah hutang usaha berdasarkan mata uang adalah sebagai berikut:
2010 2009
Rp Rp
Rupiah 5.273.070.431 4.569.538.511
Dollar Amerika Serikat 520.273.206 543.940.400
Jumlah 5.793.343.637 5.113.478.911
Hutang usaha terutama merupakan hutang atas pembelian persediaan hotel, pekerjaan pembangunan hotel, prasarana dan proyek perumahan.
Kecuali hutang usaha atas proyek Hotel Ibis, Surabaya milik MG sebesar Rp 1.959.313.467 tahun 2010 dan Rp 1.982.980.661 tahun 2009, jangka waktu kredit berkisar antara 7 sampai 30 hari.
16. HUTANG LAIN-LAIN KEPADA PIHAK KETIGA
2010 2009
Rp Rp
PT Prima Tunas Investama (PTI) 2.806.979.671 2.806.979.671
PT Gajah Tunggal Tbk (GT) - 113.412.000.000
Lainnya 5.941.121.635 7.316.568.904
Jumlah 8.748.101.306 123.535.548.575
Hutang kepada GT merupakan hutang milik Perusahaan dan GMS yang berasal dari konversi wesel bayar masing – masing sebesar Rp. 26.222.000.000 dan Rp 87.190.000.000 pada tanggal 31 Desember 2009. Pinjaman ini tidak dikenakan bunga, tanpa jaminan dan jatuh tempo pada tanggal 30 Desember 2010. Perusahaan melunasi hutangnya sebesar Rp 26.222.000.000 pada tanggal 28 Desember 2010, sedangkan sisa hutang kepada GT milik GMS sebesar Rp 87.190.000.000 dilunasi melalui jual beli tanah milik GMS kepada GT pada tanggal 29 Desember 2010 (Catatan 34a).
Hutang kepada PTI merupakan sisa penyelesaian hutang Perusahaan dan GMMS yang sebagian penyelesaiannya dilakukan dengan penyerahan apartemen dan aset real estat. Pinjaman ini tidak dikenakan bunga, tanpa jaminan dan dapat dilunasi sewaktu-waktu.
Hutang lainnya pada tahun 2009 terutama merupakan denda pajak atas SKPKB tahun 1999, 2002 dan 2003 sebesar Rp 3.005.747.928 milik AIL. Hutang ini telah dilunasi pada tanggal 22 Januari 2010. Selebihnya hutang lainnya pada tahun 2010 dan 2009 merupakan guest deposit milik GH dan GMMS.