• Tidak ada hasil yang ditemukan

17. SOP HIV AIDS Tanpa Komplikasi PKM Kp Sawah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "17. SOP HIV AIDS Tanpa Komplikasi PKM Kp Sawah"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Pengertian

Pengertian HIHIV V adadalalahah HumaHuman n ImmImmunodefunodeficienciciency y VirVirusus (HIV) yang menyerang sel-sel(HIV) yang menyerang sel-sel kekeb

kekebalan tubuh. Aalan tubuh. AIDS atauIDS atau Acquired  Acquired Immunodefficiency Immunodefficiency SyndromeSyndrome adalahadalah kumpulan gejala akibat penurunan kekebalan tubuh yang disebabkan oleh kumpulan gejala akibat penurunan kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi HIV.

infeksi HIV.  A.

 A. ujuanujuan SebSebagaagai i pedopedoman man petpetugas ugas di di daldalam am menmenegaegakkan kkan diadiagnosgnosis is dandan penatalaksanaan HIV!AIDS tanpa komplikasi.

penatalaksanaan HIV!AIDS tanpa komplikasi. "

".. ##eebbiijjaakkaann Surat #eputusan Surat #eputusan #epala #epala $uskesmas $uskesmas %omor %omor &&' a&&' ahun hun &* tentang&* tentang $emberian +ayanan #linis.

$emberian +ayanan #linis. ,

,.. eefefererennsisi $$erermemenknkees s %%oo. . * * tatahuhun n && ten tentatang $ang $annduduan $ran $rakaktitik k ##lilinnis is ""agagi i DDokokteter r didi /asilitas $elayanan #esehatan $rimer 

/asilitas $elayanan #esehatan $rimer  D

D.. +a+angngkakah h--langkah! langkah! $rosedur  $rosedur 

1.

1. $etugas melakukan anamnesis meliputi keluhan utama0 ri1ayat penyakit$etugas melakukan anamnesis meliputi keluhan utama0 ri1ayat penyakit sekarang0 ri1ayat penyakit dahulu0 ri1ayat penyakit keluarga0 dan ri1ayat sekarang0 ri1ayat penyakit dahulu0 ri1ayat penyakit keluarga0 dan ri1ayat sosial.

sosial. 2.

2. $etugas melakukan pemeriksaan tanda-tanda 2ital yang diperlukan.$etugas melakukan pemeriksaan tanda-tanda 2ital yang diperlukan. 3.

3. $etugas melakukan pemeriksaan fisik yang diperlukan.$etugas melakukan pemeriksaan fisik yang diperlukan. 4.

4. 3ika terdapat indikasi0 petugas melakukan pemeriksaan penunjang.3ika terdapat indikasi0 petugas melakukan pemeriksaan penunjang. 5.

5. $etugas menegakkan diagnosis dan!atau diagnosis banding berdasarkan$etugas menegakkan diagnosis dan!atau diagnosis banding berdasarkan hasil anamnesis0 pemeriksaan fisik0 dan pemeriksaan penunjang4

hasil anamnesis0 pemeriksaan fisik0 dan pemeriksaan penunjang4 a

a.. AAnnaammnneessiiss •

• #elu#eluhan4 han4 $asi$asien en datandatang g dapadapat t dengdengan an kelukeluhan han yang berbeda-byang berbeda-bedaeda antara lain demam atau diare (terus menerus atau intermiten) yang antara lain demam atau diare (terus menerus atau intermiten) yang lebih dari satu bulan. #eluhan disertai kehilangan berat badan ("") lebih dari satu bulan. #eluhan disertai kehilangan berat badan ("") 5&

5&6 6 dardari i "" "" dasdasarar. . #el#eluhauhan n lailain n berbergangantuntung g dardari i penpenyayakit kit yayangng menyertainya0 seperti4

menyertainya0 seperti4

-- #uli#ulit4 kult4 kulit keit kering ring yang yang luasluas0 terd0 terdapat apat kutil kutil di gdi genitaenital.l. -- IInnffeekkssii44

3a3amumurr0 0 sesepepertrti i kakandndididiaiasisis s ororalal0 0 dedermrmatatititis is sesebobororoik ik atatauau kandidiasis 2agina berulang.

kandidiasis 2agina berulang.

ViVirurus0 s0 sesepepertrti i heherprpes es 7o7ostster er beberurulalang ng atatau au lelebibih h dadari ri sasatutu der

dermatmatom0 om0 herherpes pes gengenitaital l berberululangang0 0 molmoluskuskum um konkontagtagiosiosum0um0 kondiloma.

kondiloma.

-- 8angg8angguan nuan napasapas0 sepe0 seperti turti tuber9uber9ulosilosis0 batus0 batuk 5 bk 5 bulanulan0 sesak 0 sesak napanapas0s0 pneumonia berulang0 sinusitis kronis

pneumonia berulang0 sinusitis kronis

-- 8e8ejajala la neneururolologogisis0 0 sesepeperti nyerti nyeri ri kekepapala la yayang ng sesemamakikin n papararah h dadann ti

(2)

kognitif.

• /aktor risiko4

- Hubungan seksual yang berisiko!tidak aman - $engguna nap7a suntik

- ransfusi

- $embuatan tato dan atau alat medis!alat tajam yang ter9emar HIV - "ayi dari ibu dengan HIV!AIDS

- $asangan serodiskordan < salah satu pasangan positif HIV b. $emeriksaan fisik

$emeriksaan fisik meliputi tanda-tanda 2ital0 ""0 tanda-tanda yang mengarah kepada infeksi oportunistik sesuai dengan stadium klinis HIV seperti yang terdapat pada tabel di ba1ah ini.

(3)

9. $emeriksaan penunjang

$rosedur pemeriksaan laboratorium untuk HIV sesuai dengan panduan nasional yang berlaku pada saat ini0 yaitu dengan menggunakan strategi ' (untuk penegakan Diagnosis0 menggunakan ' ma9am tes dengan titik tangkap yang berbeda) dan selalu didahului dengan konseling pra tes atau informasi singkat.

#etiga tes tersebut dapat menggunakan reagen tes 9epat atau dengan =+ISA. >ntuk pemeriksaan pertama (A) harus digunakan tes dengan sensitifitas yang tinggi (5::6)0 sedang untuk pemeriksaan selanjutnya (A dan A') menggunakan tes dengan spesifisitas tinggi (5::6). Antibodi biasanya baru dapat terdeteksi dalam 1aktu  minggu hingga ' bulan setelah terinfeksi HIV yang disebut masa ende!a. "ila tes HIV yang dilakukan dalam masa jendela menunjukkan hasil ?negatif?0 maka perlu dilakukan tes ulang0 terutama bila masih terdapat perilaku yang berisiko. erdapat dua ma9am pendekatan untuk tes HIV

• #onseling dan tes HIV sukarela (#S-V, @ Voluntary Counseling & Testing )

• es HIV dan konseling atas inisiatif petugas kesehatan (I$# < PITC = Provider-Initiated Testing and Counseling )

(4)

kesehatan yang berarti semua petugas kesehatan harus menganjurkan tes HIV setidaknya pada ibu hamil0 pasien "0 pasien yang menunjukkan gejala dan tanda klinis diduga terinfeksi HIV0 pasien dari kelompok berisiko (penasun0 $S#-pekerja seks komersial0 +S+ < lelaki seks dengan lelaki)0 pasien IS dan seluruh pasangan seksualnya. #egiatan memberikan anjuran dan pemeriksaan tes HIV perlu disesuaikan dengan prinsip bah1a pasien sudah mendapatkan informasi yang 9ukup dan menyetujui untuk tes HIV dan semua pihak menjaga kerahasiaan (prinsip ', < counseling, consent, confidentiality )

6. $enegakkan diagnosis Diagnosis #linis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis0 pemeriksaan fisik dan hasil tes HIV. Setelah dinyatakan terinfeksi HIV maka pasien perlu dirujuk ke $elayanan Dukungan $engobatan untuk menjalankan serangkaian layanan yang meliputi penilaian stadium klinis0 penilaian imunologis dan penilaian 2irologi. Hal tersebut dilakukan untuk4

. enentukan apakah pasien sudah memenuhi syarat untuk terapi antiretro2iral.

. enilai status supresi imun pasien.

'. enentukan infeksi oportunistik yang pernah dan sedang terjadi. . enentukan paduan obat AV yang sesuai.

$enilaian yang dilakukan pada pasien HIV!AIDS adalah sebagai berikut4  A. $enilaian Stadium #linis

Stadium klinis harus dinilai pada saat kunjungan a1al dan setiap kali kunjungan untuk penentuan terapi AV dengan lebih tepat 1aktu.

". $enilaian Imunologi (pemeriksaan jumlah ,D)

3umlah ,D adalah 9ara untuk menilai status imunitas BDHA. $emeriksaan ,D melengkapi pemeriksaan klinis untuk menentukan pasien yang memerlukan pengobatan profilaksis IB dan terapi AV. ata-rata penurunan ,D adalah sekitar C&-&& sel!mm'!tahun0 dengan peningkatan setelah pemberian AV antara *&<&& sel!mm'!tahun. 3umlah limfosit total (+,) tidak dapat menggantikan pemeriksaan ,D. ,. $emeriksaan laboratorium sebelum memulai terapi

(5)

$ada dasarnya pemantauan laboratorium bukan merupakan persyaratan mutlak untuk menginisiasi terapi AV. $emeriksaan ,D dan 2iral load  juga bukan kebutuhan mutlak dalam pemantauan pasien yang mendapat terapi AV0 namun pemantauan laboratorium atas indikasi gejala yang ada sangat dianjurkan untuk memantau keamanan dan toksisitas pada BDHA yang menerima terapi AV. Hanya apabila sumberdaya memungkinkan maka dianjurkan melakukan pemeriksaan 2iral load pada pasien tertentu untuk mengkonfirmasi adanya gagal terapi menurut kriteria klinis dan imunologis.

7. $enatalaksanaan #omprehensif 

$enatalaksanaan +ayanan terkait HIV meliputi4

. >paya dalam menemukan pasien HIV se9ara dini dengan melakukan tes dan konseling HIV pada pasien yang datang ke layanan primer.

. $era1atan kronis bagi BDHA dan dukungan lain dengan sistem rujukan ke berbagai fasilitas layanan lain yang dibutuhkan BDHA. +ayanan perlu dilakukan se9ara terintegrasi0 paripurna0 dan berkesinambungan. Infeksi HIV

(6)

merupakan infeksi kronis dengan berbagai ma9am infeksi oportunistik yang memiliki dampak sosial terkait stigma dan diskriminasi serta melibatkan berbagai unsur dengan pendekatan tim.

$erlu dilakukan upaya pen9egahan. Strategi pen9egahan HIV menurut rute penularan0 yaitu4

. >ntuk transmisi seksual4

- $rogram perubahan perilaku berisiko0 termasuk promosi kondom. - $endidikan kesehatan reproduksi di sekolah.

- #onseling dan tes HIV.

- Skrening IS dan penanganannya. - erapi antiretro2irus pada pasien HIV. . >ntuk transmisi darah4

- $engurangan dampak buruk penggunaan nap7a suntik. - #eamanan penanganan darah.

- #ontrol infeksi di S. - Post e!osure profilaksis. '. >ntuk transmisi ibu ke anak4

- enganjurkan tes HIV dan IS pada setiap ibu hamil. - erapi AV pada semua ibu hamil yang terinfeksi HIV. - $ersalinan seksiosesaria dianjurkan.

- Dianjurkan tidak memberikan ASI ke bayi0 namun diganti dengan susu formula.

- +ayanan kesehatan reproduksi.

Setiap daerah diharapkan menyediakan semua komponen layanan HIV yang terdiri dari4

. Informed consent untuk tes HIV seperti tindakan medis lainnya.

. en9atat semua kegiatan layanan dalam formulir yang sudah ditentukan. '. Anamnesis dan pemeriksaan fisik lengkap oleh dokter.

. Skrining " dan infeksi oportunistik.

*. #onseling bagi BDHA perempuan usia subur tentang #" dan kesehatan reproduksi termasuk ren9ana untuk mempunyai anak.

;. $emberian obat kotrimoksasol sebagai pengobatan pen9egahan infeksi oportunistik.

C. $emberian AV untuk BDHA yang telah memenuhi syarat.

. $emberian AV profilaksis pada bayi segera setelah dilahirkan oleh ibu hamil dengan HIV.

(7)

:. $emberian imunisasi dan pengobatan pen9egahan kotrimoksasol pada bayi yang lahir dari ibu dengan HIV positif.

&. Anjuran rutin tes HIV0 malaria0 sifilis dan IS lainnya pada pera1atan antenatal (A%,).

. #onseling untuk memulai terapi.

. #onseling tentang gi7i0 pen9egahan penularan0 narkotika dan konseling lainnya sesuai keperluan.

'. enganjurkan tes HIV pada pasien "0 infeksi menular seksual (IS)0 dan kelompok risiko tinggi beserta pasangan seksualnya0 sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

. $endampingan oleh lembaga non kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien

AA+A#SA%A $="=IA% AV  A. Saat emulai erapi AV

>ntuk memulai terapi antiretro2iral perlu dilakukan pemeriksaan jumlah ,D (bila tersedia) dan penentuan stadium klinis infeksi HIV-nya. Hal tersebut adalah untuk menentukan apakah penderita sudah memenuhi syarat terapi antiretro2iral atau belum. "erikut ini adalah rekomendasi 9ara memulai terapi  AV pada BDHA de1asa.

a. T"dak #ersed"a pemer"ksaan $D%

Dalam hal tidak tersedia pemeriksaan ,D0 maka penentuan mulai terapi  AV adalah didasarkan pada penilaian klinis.

&. Tersed"a pemer"ksaan $D%

ekomendasi sesuai dengan hasil pemeriksaan yaitu4

. ulai terapi AV pada semua pasien dengan jumlah ,D E'*& sel!mm' tanpa memandang stadium klinisnya.

. erapi AV dianjurkan pada semua pasien dengan " aktif0 ibu hamil dan koinfeksi Hepatitis " tanpa memandang jumlah ,D

(8)

ulailah terapi antiretro2iral dengan salah satu panduan di ba1ah ini4

$anduan lini pertama yang direkomendasikan pada orang de1asa yang belum mendapat terapi AV4

(9)

$enggunaan d (Sta2udine) dikurangi sebagai paduan lini pertama karena pertimbangan toksisitasnya.

erapi lini kedua harus memakai $rotease Inhibitor ($I) yang diperkuat oleh itona2ir (ritona2ir-boosted) ditambah dengan  %I0 dengan pemilihan

Fido2udine (AF) atau '(

enofo2ir (D/) tergantung dari apa yang digunakan pada lini pertama dan ditambah +ami2udine (',) atau =mtri9itabine (/,). $I yang ada di Indonesia dan dianjurkan digunakan adalah +opina2ir!itona2ir (+$V!r).

atalaksana infeksi oportunistik sesuai dengan gejala yang mun9ul.

Peng)&a#an Pen*egahan K)#r"m)ksas)! +PPK, "eberapa infeksi

oportunistik (IB) pada BDHA dapat di9egah dengan pemberian pengobatan profilaksis. erdapat dua ma9am pengobatan pen9egahan0 yaitu profilaksis primer dan profilaksis sekunder.

- Pr)-"!aks"s pr"mer adalah pemberian pengobatan pen9egahan untuk

men9egah suatu infeksi yang belum pernah diderita.

- Pr)-"!aks"s sekunder adalah pemberian pengobatan pen9egahan yang

ditujukan untuk men9egah berulangnya suatu infeksi yang pernah diderita sebelumnya.

$emberian kotrimoksasol untuk men9egah (se9ara primer maupun sekunder) terjadinya $,$ dan oGoplasmosis disebut sebagai $engobatan $en9egahan

#otrimoksasol ($$#). PPK d"anurkan &ag"

(10)

hamil dan menyusui. alaupun se9ara teori kotrimoksasol dapat menimbulkan kelainan kongenital0 tetapi karena risiko yang mengan9am ji1a pada ibu hamil dengan jumlah ,D yang rendah (E&&) atau gejala klinis supresi imun (stadium klinis 0 ' atau )0 maka perempuan yang memerlukan

kotrimoksasol dan kemudian hamil harus melanjutkan profilaksis

kotrimoksasol.

- BDHA dengan jumlah ,D di ba1ah && sel!mm' (apabila tersedia pemeriksaan dan hasil ,D)

8. en9ana tindak lanjut4

. Pas"en 0ang &e!um memenuh" s0ara# #erap" ARV

$erlu dimonitor perjalanan klinis penyakit dan jumlah ,D-nya setiap ; bulan sekali. =2aluasi klinis meliputi parameter seperti pada e2aluasi a1al termasuk pemantauan berat badan dan mun9ulnya tanda dan gejala klinis perkembangan infeksi HIV sehingga terkontrol perkembangan stadium klinis pada setiap kunjungan dan menentukan saat pasien mulai memenuhi syarat untuk terapi profilaksis kotrimoksa7ol dan atau terapi AV. "erbagai faktor  mempengaruhi perkembangan klinis dan imunologis sejak terdiagnosis terinfeksi HIV. $enurunan jumlah ,D setiap tahunnya adalah sekitar *& sampai && sel!mm'. =2aluasi klinis dan jumlah ,D perlu dilakukan lebih ketat ketika mulai mendekati ambang dan syarat untuk memulai terapi AV. 1. Peman#auan Pas"en da!am Terap" An#"re#r)2"ra!

(11)

-Peman#auan k!"n"s

/rekuensi pemantauan klinis tergantung dari respon terapi AV. Sebagai batasan minimal0 $emantauan klinis perlu dilakukan pada minggu 0 0 0  dan  minggu sejak memulai terapi AV dan kemudian setiap ; bulan bila pasien telah men9apai keadaan stabil. $ada setiap kunjungan perlu dilakukan penilaian klinis termasuk tanda dan gejala efek samping obat atau gagal terapi dan frekuensi infeksi (infeksi bakterial0 kandidiasis dan atau infeksi oportunirtik lainnya) ditambah konseling untuk membantu pasien memahami terapi AV dan dukungan kepatuhan.

-Peman#auan !a&)ra#)r"s

 Direkomendasikan untuk melakukan pemantauan ,D se9ara rutin setiap

; bulan0 atau lebih sering bila ada indikasi klinis.

 >ntuk pasien yang akan memulai terapi dengan AF maka perlu dilakukan

pengukuran kadar Hemoglobin (Hb) sebelum memulai terapi dan pada minggu ke 0  dan  sejak mulai terapi atau ada indikasi tanda dan gejala anemia

 $engukuran A+ (S8$) dan kimia darah lainnya perlu dilakukan bila ada

tanda dan gejala dan bukan berdasarkan sesuatu yang rutin. Akan tetapi bila menggunakan %V$ untuk perempuan dengan ,D antara *&<'*& sel!mm' maka perlu dilakuan pemantauan en7im transaminase pada minggu 0 0  dan  sejak memulai terapi AV (bila memungkinkan)0 dilanjutkan dengan pemantauan berdasarkan gejala klinis.

 =2aluasi fungsi ginjal perlu dilakukan untuk pasien yang mendapatkan

D/.

 #eadaan hiperlaktatemia dan asidosis laktat dapat terjadi pada beberapa

pasien yang mendapatkan %I0 terutama d atau ddI. idak direkomendasi untuk pemeriksaan kadar asam laktat se9ara rutin0 ke9uali bila pasien menunjukkan tanda dan gejala yang mengarah pada asidosis laktat.

 $enggunaan $rotease Inhibitor ($I) dapat mempengaruhi metabolisme

glukosa dan lipid. "eberapa ahli menganjurkan pemeriksaan gula darah dan profil lipid se9ara reguler tetapi lebih diutamakan untuk dilakukan atas dasar 

(12)

tanda dan gejala.

 $engukuran Viral "oad (V+) sampai sekarang tidak dianjurkan untuk

memantau pasien dalam terapi AV dalam keadaan terbatas fasilitas dan kemampuan pasien. $emeriksaan V+ digunakan untuk membantu diagnosis gagal terapi. Hasil V+ dapat memprediksi gagal terapi lebih a1al dibandingkan dengan hanya menggunakan pemantauan klinis dan pemeriksaan jumlah ,D. 3ika pengukuran V+ dapat dilakukan maka terapi  AV diharapkan menurunkan V+ menjadi tidak terdeteksi (undetecta#le)

setelah bulan ke ;.

-Peman#auan pemu!"han um!ah se! $D%

$emberian terapi AV akan meningkatkan jumlah ,D. Hal ini akan berlanjut bertahun-tahun dengan terapi yang efektif. #eadaan tersebut0 kadang tidak terjadi0 terutama pada pasien dengan jumlah ,D yang sangat rendah pada saat mulai terapi. eskipun demikian0 pasien dengan jumlah ,D yang sangat rendah tetap dapat men9apai pemulihan imun yang baik tetapi memerlukan 1aktu yang lebih lama. $ada pasien yang tidak pernah men9apai jumlah ,D yang lebih dari && sel!mm' dan atau pasien yang pernah men9apai jumlah ,D yang tinggi tetapi kemudian turun se9ara progresif tanpa ada penyakit!kondisi medis lain0 maka perlu di9urigai adanya keadaan gagal terapi se9ara imunologis.

Ke#erangan

(13)

dasar memulai terapi AV. "ila tidak ada dokumen tertulis0 dianjurkan untuk dilakukan tes HIV sebelum memulai terapi AV

b. "agi pasien yang mendapat AF4 perlu di periksa kadar hemoglobin sebelum terapi AF dan pada minggu ke 0  dan 0 dan bila diperlukan (misal ada tanda dan gejala anemia atau adanya obat lain yang bisa menyebabkan anemia).

9. +akukan tes kehamilan sebelum memberikan =/V pada BDHA perempuan usia subur. "ila hasil tes positif dan kehamilan pada trimester pertama maka  jangan diberi =/V.

d. "ila hasil tes kehamilan positif pada perempuan yang sudah terlanjur  mendapatkan =/V maka segera ganti dengan paduan yang tidak mengandung =/V

e. $asien yang mendapat D/0 perlu pemeriksaan kreatinin serum pada a1al0 dan setiap ' bulan pada tahun pertama kemudian jika stabil dapat dilakukan setiap ; bulan.

f. $engukuran 2iral load (HIV %A) tidak dianjurkan sebagai dasar  pengambilan keputusan untuk memulai terapi AV atau sebagai alat pemantau respon pengobatan pada saat tersebut. Dapat dipertimbangkan sebagai Diagnosis dini adanya kegagalan terapi atau menilai adanya ketidaksesuaian antara hasil ,D dan keadaan klinis dari pasien yang diduga mengalami kegagalan terapi AV.

9. $etugas memberikan konseling dan edukasi4

emberikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang penyakit HIV!AIDS. $asien disarankan untuk bergabung dengan kelompok penanggulangan HIV!AIDS untuk menguatkan dirinya dalam menghadapi pengobatan penyakitnya.

10. #riteria rujukan4

• ujukan hori7ontal bila fasilitas untuk pemeriksaan HIV tidak dapat

dilakukan di layanan primer.

• ujukan 2ertikal bila terdapat pasien HIV!AIDS dengan komplikasi.

(14)

farmasi.

12. $etugas mendokumentasikan semua hasil anamnesis0 pemeriksaan0 diagnosis0 terapi0 dan rujukan yang telah dilakukan dalam rekam medis untuk kemudian diinput dalam data simpus.

=. >nit erkait . >nit "$ >mum . >nit "$ +ansia '. >nit "$ Anak . >nit "$ emaja *. >nit /armasi ;. >nit 8i7i C. >nit +aboratorium /. Sarana dan

$rasarana . Bbat4 AV0 obat-obat infeksi oportunistik0 obat koinfeksi

. +aboratorium4 darah rutin0 urin rutin 0 ,D0 V+0 fungsi hati dan fungsi ginjal.

'. adiologi 8. Dokumen

erkait

Referensi

Dokumen terkait

Dengan berbagai proses kematian limfosit T tersebut terjadi penurunan jumlah limfosit T CD4 secara dramatis dari normal yang berkisar 600-1200/mm 3 menjadi 200/mm 3 atau

5 hubungan total lymphocyte count dengan pemeriksaan jumlah CD4 pada pasien HIV/AIDS sehingga pada daerah dengan fasilitas terbatas dimana jumlah CD4 tidak dapat diperoleh

Setelah satu minggu perawatan pasien mempunyai intake kalori dan protein yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan metaboliknya dengan kriteria pasien makan TKTP, serum albumin dan

Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan infeksi HIV, adanya infeksi nonopportunisitik yang dapat ditransmisikan.. Intolerans aktivitas berhubungan dengan

Apabila kelompok subjek dengan jumlah limfosit CD4 lebih dari 200 sel/µl pada penelitian ini dianalisis lebih lanjut, maka didapatkan persentase subjek dengan antibodi

Pasien HIV/AIDS dengan kondilomata akuminata terbanyak pada kelompok umur 25-44 sebesar 69,8%, jumlah pasien terbanyak berdasarkan pasangan seksual adalah heteroseksual

Berdasarkan hal tersebut diatas bahwa pada pasien trombositopenia akibat kemoterapi sebenarnya memiliki kadar TPO yang tinggi namun tidak mampu meningkatkan jumlah

Cara pengisian / algoritma penarikan laporan pada aplikasi SIHA Diambil dari jumlah pasien yang mendapat ARV dengan keterangan pada input obat ARV = “Substitusi” pada tanggal kunjungan