• Tidak ada hasil yang ditemukan

Segmen Usaha

Perusahaan dan anak perusahaan pada saat ini melakukan kegiatan usaha sebagai berikut : 1. Penyewaan ruang perkantoran.

2. Penyewaan ruang pertokoan.

3. Penyewaan dan penjualan apartemen. 4. Hotel.

Manajemen menyajikan informasi segmen usaha dalam 5 (lima) kelompok segmen sesuai dengan kegiatan usahanya tersebut.

Penyewaan Penyewaan Penyewaan dan

ruang ruang penjualan Penjualan

perkantoran pertokoan apartemen Hotel perumahan Jumlah Eliminasi Konsolidasi Rp'000 Rp'000 Rp'000 Rp'000 Rp'000 Rp'000 Rp'000 Rp'000 PENDAPATAN

Pendapatan ekstern 14.482.739 56.868.344 93.403.862 87.014.438 128.438.953 380.208.336 - 380.208.336 Pendapatan antar segmen 895.774 - - 895.774 (895.774) -Jumlah pendapatan 15.378.513 56.868.344 93.403.862 87.014.438 128.438.953 381.104.110 (895.774) 380.208.336 HASIL

Hasil segmen (16.216.900) 23.305.915 23.808.113 18.040.055 79.847.666 128.784.849 18.700 128.803.549 Keuntungan kurs

mata uang asing - bersih 54.322 (2.160) (131.525) 4.002.505 - 3.923.142 - 3.923.142 Keuntungan penjualan aset

tetap dan properti investasi 197.667 - 1.280.825 94.166 - 1.572.658 - 1.572.658 Penghasilan bunga 478.475 743.702 494.552 344.530 103.802 2.165.061 - 2.165.061 Beban keuangan (1.093.676) - - (3.435.809) (2.203.466) (6.732.951) - (6.732.951) Lain-lain - bersih 76.361 433.489 263.942 (321.554) (0,49) 452.238 - 452.238 Beban pajak (1.534.742) (5.656.516) (9.522.487) (1.053.136) (6.343.855) (24.110.736) - (24.110.736) LABA BERSIH 106.072.961 INFORMASI LAINNYA Aset segmen 213.138.272 89.648.153 252.556.031 315.402.547 274.182.155 1.144.927.158 (377.405.626) 767.521.532 Kewajiban segmen 87.351.532 21.288.726 21.140.677 347.506.042 186.625.641 663.912.618 (377.405.626) 286.506.992 Kewajiban yang tidak

dapat dialokasikan 73.661.931

Jumlah kewajiban konsolidasi 87.351.532 21.288.726 21.140.677 347.506.042 186.625.641 663.912.618 360.168.923 Perolehan properti investasi,

aset tetap dan aset

bangun kelola serah 2.449.394 889.809 2.557.356 441.773 990 6.339.322 - 6.339.322 Penyusutan dan amortisasi 2.650.510 3.588.400 6.158.630 7.497.118 54.158 19.948.816 (18.700) 19.930.116

2010

Penyewaan Penyewaan Penyewaan dan

ruang ruang penjualan Penjualan

perkantoran pertokoan apartemen Hotel perumahan Jumlah Eliminasi Konsolidasi Rp'000 Rp'000 Rp'000 Rp'000 Rp'000 Rp'000 Rp'000 Rp'000 PENDAPATAN

Pendapatan ekstern 15.805.363 56.431.470 54.270.440 75.860.500 - 202.367.772 202.367.772 Pendapatan antar segmen 1.057.166 - - - - 1.057.166 (1.057.166) -Jumlah pendapatan 16.862.528 56.431.470 54.270.440 75.860.500 - 203.424.938 (1.057.166) 202.367.772 HASIL

Hasil segmen (11.601.762) 25.594.020 1.755.311 13.183.811 (2.920.707) 26.010.673 18.700 26.029.373 Keuntungan (kerugian) kurs

mata uang asing - bersih 2.383.895 - (105.450) 17.739.024 15.737.867 35.755.335 - 35.755.335 Keuntungan atas potongan

hutang - - - - 35.323.173 35.323.173 - 35.323.173 Keuntungan penjualan aset

tetap dan properti investasi 3.000 778.097 471.295 12.518.879 13.771.270 - 13.771.270 Penghasilan bunga 149.935 127.175 95.782 125.961 52.290 551.142 - 551.142 Beban keuangan (2.157.359) (3.916.359) (2.443.608) (8.517.326) - (8.517.326) Denda Pajak (1.030.298) - (3.005.748) - - (4.036.045) - (4.036.045) Lain-lain - bersih 215.553 661.953 1.648.612 (291.282) - 2.234.835 - 2.234.835 Beban pajak (2.759.407) (5.683.236) (5.967.278) (2.600.882) (315.997) (17.326.801) - (17.326.801) LABA BERSIH 83.784.957 INFORMASI LAINNYA Aset segmen 224.271.317 87.143.701 403.420.458 141.724.445 261.853.329 1.118.413.250 (373.546.881) 744.866.369 Kewajiban segmen 70.289.698 25.909.516 139.992.930 230.040.540 127.122.513 593.355.197 (373.546.881) 219.808.316 Kewajiban yang tidak

dapat dialokasikan 223.778.408

Jumlah kewajiban konsolidasi 70.289.698 25.909.516 139.992.930 230.040.540 127.122.513 593.355.197 443.586.724 Perolehan properti investasi,

aset tetap dan aset

bangun kelola serah 2.035.528 795.178 2.032.189 1.256.927 115.000 6.234.822 - 6.234.822 Penyusutan dan amortisasi 3.466.173 3.493.909 7.405.993 7.734.435 55.398 22.155.908 - 22.155.908

Segmen Geografis

Perusahaan dan anak perusahaan beroperasi di tiga wilayah geografis, yaitu di Jakarta, Bandung dan Surabaya. 2010 2009 Rp'000 Rp'000 Pendapatan usaha Jakarta 332.090.562 154.660.740 Surabaya 37.992.549 38.661.616 Bandung 11.020.999 10.102.582

Jumlah sebelum eliminasi 381.104.110 203.424.938

Eliminasi (895.774) (1.057.165) Jumlah 380.208.336 202.367.773 2010 2009 2010 2009 Rp'000 Rp'000 Rp'000 Rp'000 Jakarta 1.109.990.767 1.099.275.347 5.707.314 5.869.571 Surabaya 8.812.291 10.466.555 - -Bandung 26.124.100 8.671.348 632.008 365.251

Jumlah sebelum eliminasi 1.144.927.158 1.118.413.250 6.339.322 6.234.822

Eliminasi (377.405.626) (373.546.881) -

-Jumlah 767.521.532 744.866.369 6.339.322 6.234.822

Perolehan properti investasi, aset Nilai tercatat aset segmen tetap dan aset bangun kelola serah

34. IKATAN

a. Berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa Perusahaan yang diadakan pada tanggal 29 Juni 2010 dan telah diaktakan dengan akta No. 78 tanggal 29 Juni 2009 dari Isyana Wisnuwardhani Sadjarwo, S.H., M.H., notaris di Jakarta, para pemegang saham menyetujui penjualan tanah seluas kurang lebih 50 Ha milik GMS, anak perusahaan, kepada PT Gajah Tunggal Tbk (GT) dengan harga Rp 227.750.000.000.

Pada tahun 2010, GMS telah mengakui penjualan sebesar Rp 87.986.657.500 (Catatan 26) atas sebagian tanah tersebut seluas 193.165 m2, dimana sebesar Rp 76.562.463.853 merupakan realisasi uang muka penjualan tanah yang diterima di tahun 2009 (Catatan 19) dan sisanya diterima tunai.

Atas tanah seluas 306.835 m2 telah dilakukan pengikatan antara GMS dan GT dengan akta pengikatan jual beli dan kuasa No. 59 tanggal 29 Desember 2010, dibuat dihadapan Hilda Yulistiawati, S.H., Notaris di Tangerang, dengan nilai transaksi sebesar Rp. 139.763.342.500 dimana:

 Pembayaran pertama sebesar Rp. 120.000.000.000 dilakukan melalui pelunasan hutang GMS kepada GT sebesar Rp. 87.190.000.000 (Catatan 16) dan sisanya diterima tunai. Pembayaran pertama ini masih dicatat dalam akun uang muka penjualan (Catatan 19).  Pembayaran kedua sebesar Rp. 19.763.342.500 akan dilakukan pada saat sertifikat telah

selesai dan/atau pada saat dilakukan penandatanganan Akta Jual Beli dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah.

b. Berdasarkan perjanjian Kerjasama Pembangunan/Peremajaan dan Pengembangan Terminal Blok M Jakarta tanggal 14 Mei 1990 antara Pemerintah DKI Jakarta dengan LAL dan Berita Acara Serah Terima atas Bangunan Terminal Blok M dan fasilitasnya antara Pemerintah DKI Jakarta dengan LAL, Pemerintah DKI Jakarta setuju untuk menyerahkan hak pengelolaan atas “Bangunan Terminal Blok M dan fasilitasnya” kepada LAL. Hak pengelolaan tersebut diberikan untuk jangka waktu 30 tahun sejak Berita Acara Serah Terima ditandatangani pada tanggal 5 Oktober 1992. Perjanjian kerjasama ini juga mencakup persyaratan tertentu dan risiko atas pelanggaran perjanjian.

c. GMMS melakukan perjanjian-perjanjian dengan pihak-pihak sebagai berikut:

 Accor Asia Pacific Australia Pty. Ltd. (AAPC Australia Pty. Ltd.)

Perjanjian mengenai “Tradename and Trademark Licence Agreement” atas penggunaan nama Novotel, dengan pembayaran jasa royalti sebesar 2,75% dari pendapatan hotel. Pada tanggal 27 Nopember 1999, disetujui bahwa mulai 1 Januari 1999 pembayaran jasa royalti adalah sebesar 2,33% dari pendapatan hotel. Berdasarkan surat manajemen AAPC Australia Pty. Ltd., tertanggal 9 Pebruari 2000, seluruh kewajiban pembayaran jasa royalti tersebut telah dialihkan oleh AAPC Australia Pty. Ltd. kepada PT AAPC Indonesia.

 PT AAPC Indonesia (AAPC)

 Setiap 3 bulan, GMMS membayar kepada AAPC jasa pendukung pemasaran sebesar US$ 7 per kamar.

 GMMS juga dalam tahap akhir penyelesaian perjanjian konsultasi manajemen dengan AAPC dimana AAPC akan menyediakan jasa manajemen untuk membantu pengoperasian hotel. Pada tanggal 27 Nopember 1999, tarif insentif disetujui sebagai berikut:

Bila laba kotor < 35% dari total pendapatan 5% Bila laba kotor > 35% < 45% dari total pendapatan 6% Bila laba kotor > 45% dari total pendapatan 7%

35. KONTINJENSI

a. Perkara AlL Melawan SW

Pada tahun 1999, terjadi perselisihan antara AIL dengan PT. SAE-Waskita Karya (SW) yang disebabkan SW sebagai kontraktor utama yang ditunjuk Perusahaan untuk membangun Apartemen Puri Casablanca yang terletak di Jl. Casablanca Kav.7, Jakarta, tidak dapat menyelesaikan proyek pada waktu yang ditetapkan.

Atas sengketa tersebut ditempuh upaya penyelesaiannya melalui arbitrase, namun pemeriksaan arbitrase mengenai perkara ini tidak dapat dilaksanakan karena tidak ada kesepakatan mengenai panel arbitrase yang berwenang memeriksa perkara sehingga terjadi saling gugat antara AIL dengan SW di pengadilan untuk menetapkan panel arbitrase yang sah untuk memeriksa perkara tersebut.

Pada tanggal 2 Pebruari 2000, Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, mengeluarkan Penetapan No. 14/Pdt.P/2000/PN.Jkt.Sel. yang menetapkan panel arbitrase pilihan AIL dan SW. Namun demikian, Soelistio, S.H., arbiter pilihan SW tidak mematuhi Penetapan No.14 tersebut, dengan membentuk arbiter tunggal, yaitu dirinya sendiri, dan memutus sendiri perkara antara AIL dan SW dengan isi putusan yang mengharuskan AIL membayar ganti rugi kepada SW sebesar Rp 61.000.000.000, berikut biaya bunganya. Putusan arbiter tunggal ini dimohonkan pelaksanaan eksekusinya ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, yang ditetapkan dalam Penetapan No. 06/Eks.Arb/2000/PN.Jkt.Sel. Atas pelaksanaan eksekusi tersebut, AIL melakukan perlawanan hukum yang dicatat dalam register perkara No. 282/Pdt.G/2000/PN.Jkt.Sel. Pada tanggal 23 Maret 2001, majelis hakim memenangkan perlawanan AIL, yang inti isi putusannya adalah menyatakan prosedur pembentukan arbiter tunggal oleh Soelistio, S.H., tidak berdasarkan hukum, menyatakan putusan arbitrase tunggal tanggal 21 Desember 1999 tidak sah dan tidak mempunyai kekuatan hukum, serta menyatakan penetapan No.06/Eks.Arb/2000/PN.Jkt.Sel beserta penetapan lanjutannya tidak mempunyai kekuatan hukum, karenanya tidak dapat dilaksanakan. Putusan Pengadilan Tinggi No. 328/Pdt/2001/PT.DKI, tanggal 29 Nopember 2001, yang dimohonkan oleh SW, menguatkan isi putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, namun dinyatakan tidak dapat diterima di tingkat kasasi, dalam registrasi perkara No. 2773 K/Pdt/2002 dan ditolak permohonan peninjauan kembalinya dalam tingkat peninjauan kembali, sebagaimana dinyatakan dalam perkara No. 229 PK/Pdt/2005, tgl. 19 Mei 2004.

Pada tahun 2004, AIL mengajukan gugatan perbuatan melawan hukum terhadap SW terdaftar dalam register perkara No. 832/Pdt.G/2004/PN.Jak.Sel. Putusan Provisi perkara No.832/Pdt.G/2004/PN.Jak.Sel, tanggal 19 Januari 2005 menyatakan menangguhkan berlakunya putusan arbiter tunggal tanggal 21 Desember 1999, sampai putusan ini berkekuatan hukum tetap. Putusan perkara No.832/Pdt.G/2004/PN.Jak.Sel, tanggal 2 Agustus 2005, Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, memenangkan gugatan AIL, yang pada intinya menyatakan SW melakukan perbuatan melawan hukum terhadap AIL, menghukum SW membayar ganti kerugian pada AIL sebesar Rp 61.193.249.342 sebagai akibat dihukum dalam putusan arbitrase tunggal, menghukum SW membayar ganti kerugian kepada AIL tagihan yang belum terbayarkan sebesar Rp.22.288.859.804 karena dibuatnya putusan arbiter tunggal secara melawan hukum dan membayar ganti rugi sebesar Rp 5.000.000.000. Pada tanggal 25 Agustus 2006 Pengadilan Tinggi dengan putusannya No. 183/Pdt/2006/PT.DKI menguatkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan , kecuali untuk kerugian immaterial dan lainnya, yang hanya disetujui Rp 3.000.000.000. Selanjutnya berdasarkan putusan kasasi, No. 300 K/Pdt/2007, tanggal 23 Februari 2008, yang diterima AIL pada tanggal 31 Maret 2009, dan putusan peninjauan kembali No. 46 PK/Pdt/2010, tanggal 27 Oktober 2010, permohonan kasasi dan peninjauan kembali pihak SW ditolak. b. Perkara Perdata Melawan BNP – LIPPO

Perkara perdata ini merupakan akibat SW tidak menyelesaikan proyek dengan tepat waktu (butir a), dimana BNP – LIPPO merupakan penjamin atas pelaksanaan proyek milik AIL dengan memberikan Surat Jaminan (Performance Bond) No. BG/0049/SC/94 senilai Rp 14.620.139.302 pada tanggal 25 Nopember 1994.

Karena ketidakmampuan SW untuk menyelesaikan proyek tersebut dengan tepat waktu, AIL melakukan klaim atas pencairan surat jaminan tersebut, tetapi pihak BNP-LIPPO menolak untuk mencairkan jaminan sehingga akhirnya AIL melalui kuasa hukumnya, Yan Apul, S.H., mengajukan gugat perdata mengenai wanprestasi kepada BNP-LIPPO dan meminta agar BNP-LIPPO membayar kerugian kepada AIL.

Berdasarkan putusan Pengadilan Negeri No. 607/Pdt.G/1999/PN.Jkt.Pst, tanggal 21 Pebruari 2000, memutuskan bahwa mereka tidak berwenang mengadili perkara tersebut tetapi Pengadilan Tinggi, berdasarkan putusan No. 351/Pdt/2000/PT.DKI tanggal 8 Nopember 2000, menetapkan berwenang mengadili perkara tersebut.

Selanjutnya tanggal 9 Maret 2004 telah diterima putusan kasasi, No. 2287 K/Pdt/2001, tanggal 31 Juli 2003, dari Mahkamah Agung yang menyatakan menguatkan putusan Pengadilan Tinggi DKI. Ini berarti pengadilan Negeri Jakarta Pusat harus mengadili sengketa ini.

Namun sampai tanggal diterbitkannya laporan keuangan ini, Pengadilan Negeri Jakarta Pusat belum mengadili kembali sengketa ini.

Dokumen terkait