• Tidak ada hasil yang ditemukan

REFERAT HIFEMA.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "REFERAT HIFEMA.docx"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

I.

I. PendahuluanPendahuluan

Trauma okuli merupakan trauma atau cedera yang terjadi pada mata yang dapat Trauma okuli merupakan trauma atau cedera yang terjadi pada mata yang dapat mengakibatkan kerusakan pada bola mata, kelopak mata, saraf mata dan rongga orbita, mengakibatkan kerusakan pada bola mata, kelopak mata, saraf mata dan rongga orbita, kerusakan ini akan memberikan penyulit sehingga mengganggu fungsi mata sebagai indra kerusakan ini akan memberikan penyulit sehingga mengganggu fungsi mata sebagai indra  penglihat.

 penglihat. Trauma Trauma okuli okuli merupakan merupakan salah salah satu satu penyebab penyebab yang yang sering sering menyebabkan menyebabkan kebutaankebutaan unilateral pada anak dan dewasa muda, karena kelompok usia inilah yang sering mengalami unilateral pada anak dan dewasa muda, karena kelompok usia inilah yang sering mengalami trauma okuli yang parah.

trauma okuli yang parah.1,21,2

Secara umum

Secara umum trauma okuli dibagi menjadi trauma okuli dibagi menjadi dua yaitu trauma okuli dua yaitu trauma okuli perforans dan traumaperforans dan trauma okuli non perforans.

okuli non perforans. Sedangkan Sedangkan klasifikasi trauma klasifikasi trauma okuli berdasarkan mekanisme okuli berdasarkan mekanisme trauma terbagitrauma terbagi atas

atas trauma mekanik trauma mekanik (trauma tumpul (trauma tumpul dan trauma tdan trauma tajam), trauma ajam), trauma radiasi radiasi (sinar infr(sinar inframerah, sinaramerah, sinar ultraviolet, dan sinar X) dan trauma kimia (bahan asam dan basa). Trauma okuli merupakan ultraviolet, dan sinar X) dan trauma kimia (bahan asam dan basa). Trauma okuli merupakan kedaruratan

kedaruratan mutlak mutlak di di bidangbidangocular emergency. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi akibatocular emergency. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi akibat trauma okuli

trauma okuli adalah erosi adalah erosi kornea, iridoplegia, kornea, iridoplegia, hifema, iridosihifema, iridosiklitis, subluksasi klitis, subluksasi lensa, luksasilensa, luksasi lensa anterior, luksasi lensa posterior, edema retina dan koroid, ablasi retina, ruptur koroid, serta lensa anterior, luksasi lensa posterior, edema retina dan koroid, ablasi retina, ruptur koroid, serta avulsi papil saraf optik.

avulsi papil saraf optik.1,2,31,2,3

Hifema merupakan keadaan dimana terjadi perdarahan pada bilik mata depan dapat Hifema merupakan keadaan dimana terjadi perdarahan pada bilik mata depan dapat terjadi akibat trauma

terjadi akibat trauma tumpul pada mata. Darah itumpul pada mata. Darah ini berasal dari ni berasal dari iris atau badan siiris atau badan siliar yang robek.liar yang robek. Hifema dapat juga disebabkan oleh trauma intraoperasi, pecahnya neovaskularisasi, adanya Hifema dapat juga disebabkan oleh trauma intraoperasi, pecahnya neovaskularisasi, adanya kanker, atau kelainan vaskuler lain. Menurut salah satu studi yang di lakukan di Amerika Serikat, kanker, atau kelainan vaskuler lain. Menurut salah satu studi yang di lakukan di Amerika Serikat, kejadian

kejadian hifema, teruthifema, terutama ama hifema trhifema traumatik, diperkirakan aumatik, diperkirakan sebanyak 12 kasus sebanyak 12 kasus per 100.000 per 100.000 orangorang  populasi.

 populasi. Anak-anak Anak-anak dan dan usia usia remaja remaja 10-20 10-20 tahun tahun memiliki memiliki presentase presentase penderita penderita terbanyak,terbanyak, yaitu sebesar 70%. Hifema lebih sering terjadi pada pria dibandingkan wanita dengan yaitu sebesar 70%. Hifema lebih sering terjadi pada pria dibandingkan wanita dengan  perbandingan 3:1.

(2)

II. Anatomi Bola Mata

Mata adalah suatu struktur sferis berisi cairan yang dibungkus oleh tiga lapisan. Dari luar ke dalam, lapisan

 – 

lapisan tersebut adalah : sklera/kornea, koroid/badan siliaris/iris, dan retina. Sebagian besar mata dilapisi oleh jaringan ikat yang protektif dan kuat di sebelah luar, sklera, yang membentuk bagian putih mata.1,2

Bola mata terbenam dalam corpus adiposum orbitae, namun terpisah oleh selubung fascia bola mata. Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bola mata yang  bagian depan (kornea) mempunyai kelengkungan yang lebih tajam sehingga terdapat bentuk

dengan 2 kelengkungan yang berbeda. Bola mata terdiri dari tiga lapisan, yaitu:2,3,4 1. Tunica Fibrosa

Tunica fibrosa terdiri atas bagian posterior yang opaque atau sklera dan bagian anterior yang transparan atau kornea. Sklera merupakan jaringan ikat padat fibrosa dan tampak  putih.Sklera juga ditembus oleh n. ciliaris dan pembuluh balik yang terkait yaitu v.vorticosae. Sklera langsung tersambung dengan kornea di depannya pada batas limbus. Kornea yang transparan, mempunyai fungsi utama merefraksikan cahaya yang masuk ke mata. Tersusun atas lapisan-lapisan berikut ini dari luar ke dalam sama dengan: (1) epitel

(3)

 propria, terdiri atas jaringan ikat transparan (3) lamina limitans posterior dan (4) endothel (epithelium posterius) yang berhubungan dengan aqueous humour.1,2,3,4

2. Lamina vasculosa

Dari belakang ke depan disusun oleh sama dengan : (1) choroidea (terdiri atas lapis luar  berpigmen dan lapis dalam yang sangat vaskular) (2) corpus ciliare (ke belakang  bersambung dengan choroidea dan ke anterior terletak di belakang tepi perifer iris) terdiri atas corona ciliaris, procesus ciliaris dan musculus ciliaris (3) iris (adalah diafragma  berpigmen yang tipis dan kontraktil dengan lubang di pusatnya yaitu pupil) iris membagi

ruang diantara lensa dan kornea menjadi bilik mata depan dan bilik mata belakang, serat-serat otot iris bersifat involunter dan terdiri atas serat-serat-serat-serat sirkuler dan radier.1,2,3,4

Anatomi Bilik Mata Depan dan Jaringan Sekitar 3. Tunica sensoria (retina)

Retina terdiri atas pars pigmentosa luar dan pars nervosa di dalamnya. Permukaan luarnya melekat pada choroidea dan permukaan dalamnya berkontak dengan corpus vitreum. Tiga  perempat posterior retina merupakan organ reseptornya. Ujung anterior membentuk cincin  berombak, yaitu ora serrata, di tempat inilah jaringan syaraf berakhir. Bagian anterior retina  bersifat non-reseptif dan hanya terdiri atas sel-sel pigmen dengan lapisan epitel silindris di  bawahnya. Bagian anterior retina ini menutupi procesus ciliaris dan bagian belakang

(4)

Vaskularisasi Bola Mata

Pemasok utama orbita dan bagian-bagiannya berasal dari arteri ophtalmica, yaitu cabang  besar pertama arteri karotis interna bagian intrakranial. Cabang ini berjalan di bawah nervus optikus dan bersamanya melewati kanalis optikus menuju ke orbita. Cabang intraorbital pertama adalah arteri sentralis retina, yang memasuki nervus optikus sebesar 8-15 mm di belakang bola mata. Cabang-cabang lain arteri oftalmika adalah arteri lakrimalis, yang memvaskularisasi glandula lakrimalis dan kelopak mata atas, cabang-cabang muskularis ke berbagai otot orbita, arteri siliaris posterior longus dan brevis, arteri  palpebra medialis ke kedua kelopak mata, dan arteri supra orbitalis serta supra troklearis.

Iris sendiri diperdarahi oleh kompleks antara 2 arteri siliar posterior dan 7 arteri siliar anterior. Arteri ini akan berabung membentuk greater arterial circle of iris dan kemudian memperdarahi iris dan badan silier.

Drainase vena-vena di orbita terutama melalui vena oftalmika superior dan inferior, yang juga menampung darah dari vena verticoasae, vena siliaris anterior, dan vena sentralis retina. Vena

(5)

oftalmika berhubungan dengan sinus kavernosus melalui fisura orbitalis superior dan dengan  pleksus venosus pterigoideus melalui fisura orbitalis inferior.1,2,3,4

Vaskularisasi pada Segmen Anterior

III. Defenisi

Hifema merupakan keadaan dimana terdapat darah di dalam bilik mata depan, yaitu daerah di antara kornea dan iris, yang dapat terjadi akibat trauma tumpul yang merobek  pembuluh darah iris atau badan siliar dan bercampur dengan humor aqueus (cairan mata) yang  jernih. Darah yang terkumpul di bilik mata depan biasanya terlihat dengan mata telanjang.

Walaupun darah yang terdapat di bilik mata depan sedikit, tetap dapat menurunkan penglihatan. Hifema atau darah didalam bilik mata depan dapat terjadi akibat trauma tumpul yang merobek  pembuluh darah iris atau badan siliar.

Pasien akan mengeluh sakit, disertai dengan epifora dan blefarospasme. Pengihatan pasien akan sangat menurun. Bila pasien duduk hifema akan terlihat terkumpul dibagian bawah bilik mata depan, dan hifema dapat memenuhi seluruh ruang bilik mata depan. Kadang-kadang terlihat iridoplegia dan iridodialisis.1,2,3,5,6

(6)

IV. Klasifikasi

a). Berdasarkan penyebabnya hifema dibagi menjadi:1,3,4,5,6

1. Hifema traumatika adalah perdarahan pada bilik mata depan yang disebabkan pecahnya  pembuluh darah iris dan badan silier akibat trauma pada segmen anterior bola mata.

2. Hifema akibat tindakan medis (misalnya kesalahan prosedur operasi mata)

3. hifema akibat inflamasi yang arah pada iris dan badan silier, sehingga pembuluh darah  pecah

4. Hifema akibat kelainan sel darah atau pembuluh darah 5. hifema akibat neoplasma (contohnya retinoblastoma)  b). Berdasarkan onset perdarahannya, hifema dibagi menjadi:

1. hifema primer terjadi langsung sampai 2 hari setelah trauma pad a mata 2. hifema sekunder terjadi 2-5hari setelah trauma pada mata

c). Berdasarkan darah yang terlihat, hifema diklasifikasikan menjadi: 1. makrohifema, perdarahan terlihat dengan mata telanjang

2. mikrohifema, perdarahan terlihat apabila menggunakan mikroskop

d). Berdasarkan pemenuhan darah dibilik mata depan, hifema dapat dibagi menjadi:

 Grade 1, darah mengisi kurang dari 1/3 bilik mata depan

 Grade 2, darah mengisi 1/3-1/2 bilik mata depan

 Grade 3, darah mengisis 1/2

 – 

 kurang dari seluruh bilik mata depan

 Grade 4, darah mengisi seluruh bilik mata depan, dikenal dengan total hyphema, blackball  atau 8-ball hyphema

(7)

V. Etiologi

Hifema biasanya disebabkan oleh trauma tumpul pada mata seperti terkena bola, batu,  peluru senapan angin, dan lain-lain. Selain itu, hifema juga dapat terjadi karena kesalahan  prosedur operasi mata. Keadaan lain yang dapat menyebabkan hifema namun jarang terjadi adalah adanya tumor mata (contohnya retinoblastoma), dan kelainan pembuluh darah (contohnya juvenile xanthogranuloma).5,6

Hifema yang terjadi karena trauma tumpul pada mata dapat diakibatkan oleh kerusakan jaringan bagian dalam bola mata, misalnya terjadi robekan-robekan jaringan iris, korpus siliaris dan koroid. Jaringan tersebut mengandung banyak pembuluh darah, sehingga akan menimbulkan perdarahan. Perdarahan yang timbul dapat berasal dari kumpulan arteri utama dan cabang dari badan ciliar, arteri koroid, vena badan siliar, pembuluh darah iris pada sisi pupil. Perdarahan di dalam bola mata yang berada di kamera anterior akan tampak dari luar. Timbunan darah ini karena gaya berat akan berada di bagian terendah.5,6,7

(8)

VI. Patofisiologi

Terdapat 2 mekanisme yang diduga menyebabkan terjadinya hifema. Mekanisme  pertama adalah mekanisme dimana kekuatan trauma menyebabkan kontusi sehinga terjadi robekan pada pembuluh darah iris dan badan silier yang rentan rusak. Mekanisme kedua adalah trauma tersebut menyebabkan peningkatan tekanan intraokuler akut sehingga menyebabkan rupture pembuluh darah pada iris dan badan silier.

Mekanisme Perdarahan akibat Trauma Tumpul Mata

Inflamasi yang parah pada iris, sel darah yang abnormal dan kanker mungkin juga bisa menyebabkan perdarahan pada COA. Trauma tumpul dapat merobek pembuluh darah iris atau  badan siliar. Gaya-gaya kontusif akan merobek pembuluh darah iris dan merusak sudut COA. Tetapi dapat juga terjadi secara spontan atau pada patologi vaskuler okuler. Darah ini dapat  bergerak dalam ruang COA, mengotori permukaan dalam kornea.1,5,6,7

Perdarahan pada bilik mata depan mengakibatkan teraktivasinya mekanisme hemostasis dan fibrinolisis. Peningkatan tekanan intraokular, spasme pembuluh darah, dan pembentukan fibrin merupakan mekanisme pembekuan darah yang akan menghentikan perdarahan. Bekuan darah ini dapat meluas dari bilik mata depan ke bilik mata belakang. Bekuan darah ini biasanya  berlangsung hingga 4-7 hari. Setelah itu, fibrinolisis akan terjadi. Setelah terjadi bekuan darah  pada bilik mata depan, maka plasminogen akan diubah menjadi plasmin oleh aktivator kaskade koagulasi. Plasmin akan memecah fibrin, sehingga bekuan darah yang sudah terjadi mengalami disolusi. Produk hasil degradasi bekuan darah, bersama dengan sel darah merah dan debris  peradangan, keluar dari bilik mata depan menuju jalinan trabekular dan aliran uveaskleral.1,5,6,7

(9)

Perdarahan dapat terjadi segera sesudah trauma yang disebut perdarahan primer. Perdarahan primer dapat sedikit dapat pula banyak. Perdarahan sekunder biasanya timbul pada hari ke 5 setelah trauma. Perdarahannya biasanya lebih hebat daripada yang primer. Oleh karena itu seseorang dengan hifema harus dirawat sedikitnya 5 hari. Dikatakan perdarahan sekunder ini terjadi karena resorpsi daribekuan darah terjadi terlalu cepat sehingga pembuluh darah tak

mendapat waktu yang cukup untuk regenerasi kembali.5,6,7

Penyembuhan darah pada hifema dikeluarkan dari COA dalam bentuk sel darah merah melalui sudut COA menuju kanal schlem sedangkan sisanya akan diabsorbsi melalui permukaan iris. Penyerapan pada iris dipercepat dengan adanya enzim fibrinolitik di daerah ini.Sebagian hifema dikeluarkan setelah terurai dalam bentuk hemosiderin. Bila terdapat penumpukan dari hemosiderin ini, dapat masuk ke dalam lapisan kornea, menyebabkan kornea menjadi bewarna kuning dan disebut hemosiderosis atau imbibisi kornea, yang hanya dapat ditolong dengan keratoplasti. Imbibisio kornea dapat dipercepat terjadinya oleh hifema yang penuh disertai glaukoma.5,6,7,8

Adanya darah pada bilik mata depan memiliki beberapa temuan klinis yang berhubungan. Resesi sudut mata dapat ditemukan setelah trauma tumpul mata. Hal ini menunjukkan terpisahnya serat longitudinal dan sirkular dari otot siliar. Resesi sudut mata dapat terjadi pada 85 % pasien hifema dan berkaitan dengan timbulnya glaukoma sekunder di kemudian hari. Iritis traumatik, dengan sel-sel radang pada bilik mata depan, dapat ditemukan pada pasien hifema. Pada keadaan ini, terjadi perubahan pigmen iris walaupun darah sudah dikeluarkan. Perubahan  pada kornea dapat dijumpai mulai dari abrasi endotel kornea hingga ruptur limbus. Kelainan  pupil seperti miosis dan midriasis dapat ditemukan pada 10 % kasus. Tanda lain yang dapat ditemukan adalah siklodialisis, iridodialisis, robekan pupil, subluksasi lensa, dan ruptur zonula zinn. Kelainan pada segmen posterior dapat meliputi perdarahan vitreus, jejas retina (edema,  perdarahan, dan robekan), dan ruptur koroid. Atrofi papil dapat terjadi akibat peninggian

tekanan intraokular.5,6,7

VII. Penegakan Diagnosis

Adanya riwayat trauma, terutama mengenai matanya dapat memastikan adanya hifema. Pada gambaran klinik ditemukan adanya perdarahan pada COA (dapat diperiksa dengan flashlight), kadang-kadang ditemukan gangguan visus. Ditemukan adanya tanda-tanda iritasi dari

(10)

 blefarospasme, edema palpebra, midriasis, dan sukar melihat dekat, kemungkinan disertai gangguan umum yaitu letargic, disorientasi atau somnolen.5,6,7,8

Pasien akan mengeluh nyeri pada mata disertai dengan mata yang berair. Penglihatan  pasien akan sangat menurun. Terdapat penumpukan darah yang terlihat dengan mata telanjang  bila jumlahnya cukup banyak. Bila pasien duduk, hifema akan terlihat terkumpul di bagian  bawah COA, dan hifema dapat memenuhi seluruh ruang COA. Otot sfingter pupil mengalami kelumpuhan, pupil tetap dilatasi (midriasis), dapat terjadi pewarnaan darah(blood staining) pada kornea, anisokor pupil.5,6,7,8

Akibat langsung terjadinya hifema adalah penurunan visus karena darah mengganggu media refraksi. Darah yang mengisi kamera okuli ini secara langsung dapat mengakibatkan tekanan intra okuler meningkat akibat bertambahnya isi kamera anterior oleh darah. Kenaikan tekanan intra okuler ini disebut glaucoma sekunder. Glaukoma sekunder juga dapat terjadi akibat massa darah yang menyumbat jaringan trabekulum yang berfungsi membuang humor aqueous yang berada di kamera anterior. Selain itu akibat darah yang lama berada di kamera anterior akan mengakibatkan pewarnaan darah pada dinding kornea dan kerusakan jaringan kornea.5,6,8

VIII. Pemeriksaan Penunjang

a) Pemeriksaan ketajaman penglihatan: menggunakan kartu mata Snellen; visus dapat menurun akibat kerusakan kornea, aqueous humor, iris dan retina.

 b) Lapangan pandang: penurunan dapat disebabkan oleh patologi vaskuler okuler, glaukoma. c) Pengukuran tonografi: mengkaji tekanan intra okuler.

d) Slit Lamp Biomicroscopy: untuk menentukan kedalaman COA dan iridocorneal contact, aqueous flare, dan synechia posterior.

e) Pemeriksaan oftalmoskopi: mengkaji struktur internal okuler.

f) Tes provokatif: digunakan untuk menentukan adanya glaukoma bila TIO normal atau meningkat ringan.

(11)

IX. Penatalaksanaan

Biasanya hifema akan hilang sempurna. Bila perjalanan penyakit tidak berjalan demikian maka sebaiknya penderita dirujuk. Walaupun perawatan penderita hifema traumatik ini masih banyak diperdebatkan, namun pada dasarnya adalah :

1) Menghentikan perdarahan.

2) Menghindarkan timbulnya perdarahan sekunder.

3) Mengeliminasi darah dari bilik depan bola mata dengan mempercepat absorbsi. 4) Mengontrol glaukoma sekunder dan menghindari komplikasi yang lain.

5) Berusaha mengobati kelainan yang menyertainya.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka cara pengobatan penderita dengan traumatik hifema  pada prinsipnya dibagi dalam 2 golongan besar yaitu perawatan dengan cara konservatif/tanpa

operasi, dan perawatan yang disertai dengan tindakan operasi.

Perawatan Konservatif/Tanpa Operasi 1. Tirah baring (bed rest tot al )

Penderita ditidurkan dalam keadaan terlentang dengan posisi kepala diangkat (diberi alas  bantal) dengan elevasi kepala 30º - 45o (posisi semi fowler). Hal ini akan mengurangi tekanan

darah pada pembuluh darah iris serta memudahkan kita mengevaluasi jumlah perdarahannya. Ada banyak pendapat dari banyak ahli mengenai tirah baring sempurna ini sebagai tindakan  pertama yang harus dikerjakan bila menemui kasus traumatik hifema. Bahkan beberapa  penelitian menunjukkan bahwa dengan tirah baring kesempurnaan absorbsi dari hifema dipercepat dan sangat mengurangi timbulnya komplikasi perdarahan sekunder. Istirahat total ini harus dipertahankan minimal 5 hari mengingat kemungkinan perdarahan sekunder. Hal ini sering sukar dilakukan, terlebih-lebih pada anak-anak, sehingga kalau perlu harus diikat tangan dan kakinya ke tempat tidur dan pengawasan dilakukan dengan sabar.

2. Bebat mata

Mengenai pemakaian bebat mata, masih belum ada persesuaian pendapat di antara para ahli. Penggunaan bebat mata pada mata yang terkena trauma yaitu untuk mengurangi pergerakan  bola mata yang sakit.

(12)

3. Pemakaian obat-obatan

Pemberian obat-obatan pada penderita dengan traumatik hifema tidaklah mutlak, tapi cukup berguna untuk menghentikan perdarahan, mempercepat absorbsinya dan menekan komplikasi yang timbul. Untuk maksud di atas digunakan obat-obatan seperti :

 Koagulansia

Golongan obat koagulansia ini dapat diberikan secara oral maupun parenteral,  berguna untuk menekan/menghentikan perdarahan, Misalnya : Anaroxil, Adona AC,

Coagulen, Transamin, vit K dan vit C. Pada hifema yang baru dan terisi darah segar diberi obat anti fibrinolitik (di pasaran obat ini dikenal sebagai transamine/ transamic acid) sehingga bekuan darah tidak terlalu cepat diserap dan pembuluh darah diberi kesempatan untuk memperbaiki diri dahulu sampai sembuh. Dengan demikian diharapkan terjadinya  perdarahan sekunder dapat dihindarkan. Pemberiannya 4 kali 250 mg dan hanya kira-kira 5

hari jangan melewati satu minggu oleh karena dapat timbulkan gangguan transportasi cairan COA dan terjadinya glaukoma juga imbibisio kornea. Selama pemberiannya jangan lupa  pengukuran tekanan intra okular.

 Midriatika Miotika

Masih banyak perdebatan mengenai penggunaan obat-obat golongan midriatika atau miotika, karena masing-masing obat mempunyai keuntungan dan kerugian sendiri-sendiri. Miotika memang akan mempercepat absorbsi, tapi meningkatkan kongesti dan midriatika akan mengistirahatkan perdarahan. Pemberian midriatika dianjurkan bila didapatkan komplikasi iridiocyclitis. Akhirnya beberapa penelitian membuktikan bahwa pemberian midriatika dan miotika bersama-sama dengan interval 30 menit sebanyak dua kali sehari akan mengurangi perdarahan sekunder dibanding pemakaian salah satu obat saja.

 Ocular Hypotensive Drug

Semua para ahli menganjurkan pemberian acetazolamide (Diamox) secara oral sebanyak 3x sehari bilamana ditemukan adanya kenaikan tekanan intraokuler. Bahkan Gombos dan Yasuna menganjurkan juga pemakaian intravena urea, manitol dan gliserin untuk menurunkan tekanan intraokuler, walaupun ditegaskan bahwa cara ini tidak rutin. Pada hifema yang penuh dengan kenaikan tekanan intra okular, berilah diamox, glyserin, nilai selama 24 jam. Bila tekanan intra okular tetap tinggi atau turun, tetapi tetap diatas normal,

(13)

okular turun sampai normal, diamox terus diberikan dan dievaluasi setiap hari. Bila tetap normal tekanan intra okularnya dan darahnya masih ada sampai hari ke 5-9 lakukan juga  parasentesa.

 Kortikosteroid dan Antibiotika

Pemberian hidrokortison 0,5% secara topikal akan mengurangi komplikasi iritis dan  perdarahan sekunder dibanding dengan antibiotika.

Perawatan Operasi

Perawatan cara ini akan dikerjakan bilamana ditemukan glaukoma sekunder, tanda imbibisi kornea atau hemosiderosis cornea. Dan tidak ada pengurangan dari tingginya hifema dengan perawatan non-operasi selama 3 - 5 hari. Untuk mencegah atrofi papil saraf optik dilakukan pembedahan bila tekanan bola mata maksimal > 50 mmHg selama 5 hari atau tekanan  bola mata maksimal > 35 mmHg selama 7 hari. Untuk mencegah imbibisi kornea dilakukan  pembedahan bila tekanan bola mata rata-rata > 25 mmHg selama 6 hari atau bila ditemukan

tanda-tanda imbibisi kornea.

Tindakan operatif dilakukan untuk mencegah terjadinya sinekia anterior perifer bila hifema total bertahan selama 5 hari atau hifema difus bertahan selama 9 hari. Intervensi bedah  biasanya diindikasikan pada atau setelah 4 hari. Dari keseluruhan indikasinya adalah sebagai  berikut :

1. Empat hari setelah onset hifema total

2. Microscopic corneal bloodstaining (setiap waktu)

3. Total dengan dengan Tekanan Intra Okular 50 mmHg atau lebih selama 4 hari (untuk mencegah atrofi optic)

4. Hifema total atau hifema yang mengisi lebih dari ¾ COA selama 6 hari dengan tekanan 25 mmHg (untuk mencegah corneal bloodstaining)

5. Hifema mengisi lebih dari ½ COA yang menetap lebih dari 8-9 hari (untuk mencegah  peripheral anterior synechiae)

6. Pada pasien dengan  sickle cell disease  dengan hifema berapapun ukurannya dengan tekanan Intra ocular lebih dari 35 mmHg lebih dari 24 jam. Jika Tekanan Inta Ocular menetap tinggi 50 mmHg atau lebih selama 4 hari, pembedahan tidak boleh ditunda. Suatu studi mencatat atrofi optic pada 50 persen pasien dengan total hifema ketika pembedahan

(14)

hemoglobinopathi diperlukan operasi jika tekanan intra ocular tidak terkontrol dalam 24  jam.

Tindakan operasi yang dikerjakan adalah :

1. Parasentesis

Parasentesis merupakan tindakan pembedahan dengan mengeluarkan cairan/darah dari  bilik depan bola mata dengan teknik sebagai berikut : dibuat insisi kornea 2 mm dari limbus ke arah kornea yang sejajar dengan permukaan iris. Biasanya bila dilakukan  penekanan pada bibir luka maka koagulum dari bilik mata depan akan keluar. Bila darah tidak keluar seluruhnya maka bilik mata depan dibilas dengan garam fisiologis. Biasanya luka insisi kornea pada parasentesis tidak perlu dijahut. Parasentese dilakukan bila TIO tidak turun dengan diamox atau jika darah masih tetap terdapat dalam COA pada hari 5-9.

2. Melakukan irigasi di bilik depan bola mata dengan larutan fisiologik.

3. Dengan cara seperti melakukan ekstraksi katarak dengan membuka korneoscleranya sebesar 1200

X. Komplikasi

1. Perdarahan sekunder

Perdarahan ini sering terjadi pada hari ke 3 sampai ke 6, sedangkan insidensinya sangat  bervariasi, antara 10 - 40%. Perdarahan sekunder ini timbul karena iritasi pada iris akibat

traumanya, atau merupakan lanjutan dari perdarahan primernya. 2. Glaukoma sekunder

Timbulnya glaukoma sekunder pada hifema traumatik disebabkan oleh tersumbatnya trabecular meshwork oleh butirbutir/gumpalan darah. Adanya darah dalam COA dapat menghambat aliran cairan bilik mata oleh karena unsur-unsur darah menutupi sudut COA dan trabekula sehingga terjadinya glaukoma.Glaukoma sekunder dapat pula terjadi akibat kontusi badan siliar berakibat suatu reses sudut bilik mata sehingga terjadi gangguan  pengaliran cairan mata.

3. Hemosiderosis kornea

(15)

kadang-kadang dapat kembali jernih dalam waktu yang lama (2 tahun). Insidensinya ± 10%.3 Zat besi di dalam bola mata dapat menimbulkan siderosis bulbi yang bila didiamkan akan dapat menimbulkan ftisis bulbi dan kebutaan.

4. Sinekia Posterior

Sinekia posterior bisa timbul pada pasien traumatik hifema.Komplikasi ini akibat dari iritis atau iridocyclitis.Komplikasi ini jarang pada pasien yang mendapat terapi medikamentosa dan lebih sering terjadi pada pada pasien dengan evakuasi bedah pada hifema.

5. Atrofi optic

Disebbakan karena peningkatan tekanan intraokuler

XI. Prognosis

Prognosis tergantung pada banyaknya darah yang tertimbun pada kamera okuli anterior. Biasanya hifema dengan darah yang sedikit dan tanpa disertai glaukoma, prognosisnya  baik (bonam) karena darah akan diserap kembali dan hilang sempurna dalam beberapa hari. Sedangkan hifema yang telah mengalami glaukoma, prognosisnya bergantung pada seberapa besar glaukoma tersebut menimbulkan defek pada ketajaman penglihatan. Bila tajam penglihatan telah mencapai 1/60 atau lebih rendah maka prognosis penderita adalah  buruk (malam) karena dapat menyebabkan kebutaan.

(16)

Daftar Pustaka

1. Rizky G. Hifema.Medicinesia.2013. available at URL: www. Medicinesia.com 2. Ilyas, S. Hifema, dalam: Ilmu Penyakit Mata.Edisi 3. FKUI, Jakarta, 2005

3. .Ilyas, S.Hifema. Dalam : Kedaruratan dalam Ilmu penyakit Mata. Edisi 3. FKUI: Jakarta. 2005

4. Balatay A, Ibrahim H. Traumatic Hyphema. Dohuk Medical Journal 2008. Available at URL: www.uod.ac

5. Vaughan DG, Asbury T, Riordan-Eva P. General ophthalmology.16th  ed.USA:McGraw-Hill

6. Kuhn F, Pieramici D. Mechanical Globe Injuri: Anterior Chamber. Dalam: Ocular trauma principles and practice. New York:Thieme.2002.

7. Kuhn F. Anterior Chamber. Dalam: Ocular TraumatologyUSA:Springer.2008.

8. Behbehani A, Abdelmoaty S, Aljazaf A. Traumatic Hyphema. Dalam Studi Journal og Ophtalmology, Volume 3, No. 3 July-September.2006

9. Sheppard JD. Hyphema. Available at URLL: //medicine.medscape.com 10. Sumarsono,Contusio Oculi. Available at:

Referensi

Dokumen terkait

JAMIL Lk PONOROGO 26-04-1973 WIRASWASTA KEPALA KELUARGA MOH.. SOEKARNO

At sa ngayon ang mga Filipino ay pinapaikli na ang mga salita para mas madaling sabihin or bigkasin o paggamit ng ating wika ilang halimbawa ng pagpapalawak ng bokabolaryo ay

Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : (1) Hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan

Terdapat hubungan yang signifikan antara kadar selenium dengan kadar TSH ( r = 0.384; p = 0.001) pada anak sekolah di daerah endemik GAKI, tetapi tidak terdapat hubungan

Arti- nya, bahan ajar ini valid, yaitu dalam hal: tampilan e-learning yang menarik, tampilan bahan ajar berbasis e-learning yang interaktif, bermanfaat bagi maha-

Gejala yang penting untuk membedakannya dengan berbagai penyakit kulit lain ialah: kelainan kulit pada S II umumnya tidak gatal, sering disertai limfadenitis generalisata, pada S

Dalam hal ini, suatu aproksimasi sekarang dibuat berdasarkan suatu aproksimasi sebelumnya Æ dilakukan secara berulang kali atau secara iterasi. supaya dapat menghitung

Fisika telah begitu populer di Indonesia, tetapi hanya dari sisi abu-abu. Fisika dikenalkan kepada anak mulai dari SD dalam mata pelajaran ilmu pengetahuan alam