• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Bentuk Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial

Peningkatan Taraf Hidup Masyarakat Sekitar

Perusahaan Perkebunan Sawit yang Ada di Provinsi Kalimantan Selatan.

Meningkatnya citra perusahaan akan memiliki implikasi strategis bagi peusahaan itu sendiri karena reputasi yang baik merupakan salah satu keunggulan yang kompetitif.

Corporate Social Responsibility (CSR) atau istilah

Undang-Undang Perseroan Terbatas adalah Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan (yang selanjutnya disebut TJSL Perseroan) merupakan suatu tindakan yang diambil pelaku bisnis atau pemangku kepentingan melalui perilaku yang secara sosial bertanggung jawab kepada masyarakat. Dalam menjalankan tanggung hal, yakni ekonomi, sosial, dan lingkungan, hal ini difokuskan sebagai kegiatan yang berkesinambungan jawab sosialnya, pelaku bisnis atau perusahaan memfokuskan perhatiannya kepada tiga dan salah

satu cara untuk mencegah krisis, yaitu dengan peningkatan reputasi atau image.

Penerapan TJSL Perseroan saat ini berkembang pesat termasuk di Indonesia, sebagai respon dunia usaha yang melihat aspek lingkungan dan sosial sebagai peluang untuk meningkatkan daya saing serta sebagai bagian dari pengelolaan risiko menuju sustainability kegiatan usahanya. Substansi TJSL Perseroan adalah dalam rangka kemampuan perusahaan untuk beradaptasi dengan lingkungannya, komunitas dan stakeholder yang terkait dengannya baik lokal, nasional maupun global. Secara singkat, TJSL Perseroan mengandung makna bahwa perusahaan memiliki tugas moral untuk berlaku jujur, mematuhi hukum, menjujung integritas (Ardianto, 2011: 35).

Mc Williams dan Siegel, 2001 juga meyakini bahwa : “CSR is conventionally defined as the social involvement,

responsiviness, and accountabilitty of companies apart from their core profit activities and beyond the requirements of the law and what is otherwise required by goverment. The World Business Council for Sustainable Development (Business Action for Sustainable Development”.

Dalam Solihin (2009: 28) mengungkapkan bahwa TJSL atau CSR adalah :“The continuing commitmen by

business to behave ethically and contribute to economic development while improving the quality of live of the workforce and their families as well as of the local community and society at large”. (TJSL atau CSR

diungkapkan sebagai komitmen berkelanjutan dari pelaku bisnis atau perusahaan untuk memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi serta meningkatkan para pekerja, keluarga, demikian pula masyarakat lokal dan masyarakat luas).

Secara universal, dari kedua pemahaman tersebut mengungkapkan bahwa aktivitas TJSL Perseroan pada umumnya mempunyai tujuan sebagai keterlibatan sosial pelaku bisnis atau stakeholder dalam mencapai peningkatan kesejahteraan yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan pada kualitas hidup pekerja atau masyarakat sebagai penunjang triple bottom line perusahaan yakni ekonomi, sosial, dan lingkungan yang dirasa mampu mendongkrak citra perusahaan dan meningkatkan reputasi perusahaan dalam rentang waktu

panjang. Sebuah riset yang dikemukanan oleh Roper Search Worldwide menunjukkan 75% responden memberikan nilai lebih kepada produk dan jasa yang dipasarkan oleh perusahaan dalam memberikan kontribusi nyata kepada komunitas melalui program pengembangan. Sekitar 66% responden juga menunjukkan bahwa mereka siap berganti merek perusahaan yang memiliki citra sosial yang positif (Susanto, 1997: 213).

Kedua hal tersebut membuktikan terjadinya perluasan “minat” konsumen dari “produk” menuju korporat, yakni konsumen menaruh perhatiannya terhadap tanggung jawab sosial perusahaan yang lebih luas, dan menyangkut etika bisnis serta tanggung jawab sosial perusahaan. Disinilah salah satu manfaat yang dapat dipetik perusahaan dalam suatu kegiatan TJSL Perseroan menjadi suatu kewajiban yang digariskan oleh undang-undang.

Penerapan aktivitas TJSL Perseroan yang berkembang di Indonesia, sesuai regulasi pemerintah dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas terdapat pada Pasal 1 Angka 3, menyatakan “Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan adalah komitmen perseroan

untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya”. Dan Pasal 74 pada dasarnya mengatur sebagai berikut :

(1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakn Tanggung Jawab, Sosial dan Lingkungan.

(2) Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kwajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.

(3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Bahwa kegiatan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan merupakan suatu kegiatan yang diwajibkan dan dilaksanakan berdasarkan pada kepatutan dan kewajaran sesuai dengan peraturan pemerintahan. Fokus utama dalam undang-undang terdapat pada Pasal 74 yakni, lebih mewajibkan pada suatu kegiatan usaha di bidang atau yang berkaitan dengan sumber daya alam untuk melakukan kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan.

Penentuan kebijakan pada kegiatan TJSL Perseroan harus menjadikan bagian intergral dari program pembangunan masyarakat Indonesia seutuhnya. Sebaliknya, pihak perusahaan juga harus terlibat secara aktif dan memiliki pemikiran untuk menjadi bagian dari komunitas kegiatan TJSL Perseroan. Tidak bersifat tertutup atau eksklusif ditengah masyarakat namun perusahaan juga harus secara aktif dan komunikatif kepada komunitas mereka. Hal inilah menjadikan suatu komitmen perusahaan untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat yang berkelanjutan terhadap komunitas perusahaan. Dengan lebih banyak memberikan perhatian kepada lingkungan atau komunitas, hal ini mampu terpeliharanya kualitas kehidupan umat

manusia dalam jangka panjang dan juga keterlibatan komunitas dalam sebuah perusahaan.

Dalam Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 dikatakan bahwa TJSL dilaksanakan oleh Direksi berdasarkan rencana kerja tahunan perseroan setelah mendapat persetujuan Dewan Komisaris atau Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) sesuai dengan anggaran dasar perseroan. Rencana Kerja tahunan perseroan tersebut memuat rencana kegiatan dan anggaran yang dibutuhakn untuk pelaksanaan TJSL. Pelaksanaan TJSL tersebut dimuat dalam laporan tahunan perseroan dan dipertanggungjawabkan kepada RUPS (Pasal 6 PP 47/2012).

Dalam Pasal 15 huruf b UU 25/2007 diatur bahwa setiap penanaman modal wajib melaksanakan TJSL. Yang dimaksud TJSL menurut Penjelasan Pasal 15 huruf b UU 25/2007 adalah tanggung jawab yang melekat pada setiap perusahaan penanaman modal untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma dan budaya masyarakat setempat. Sedangkan yang dimaksud dengan penanaman modal adalah perseorangan atau badan usaha yang melakukan penanaman

modal yang dapat berupa penanaman modal dalam negeridan penanaman modal asing (Pasal 1 angka 4 UU 25/2007). Selain itu dalam Pasal 16 UU 25/2007juga diaturbahwa setiap penanaman modal bertanggung jawab untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup. Ini merupakan juga bagian dari TJSL.

Jika penanaman modal tidak melakukan kewajibannya untuk melaksanakan TJSL, maka berdasarkan Pasal 34 UU 25/2007, penanaman modal dikenai sanksi administrasi berupa : a. peringatan tertulis; b. Pembatasan kegiatan usaha; c. Pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal;atau d. Pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal.

Selain dikenai sanksi administratif, penanaman modal juga dapat dikenai sanksi lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (Pasal 34 ayat (3) UU 25/2007).

Berdasarkan Pasal 68 UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan berkewajiban :

a. Memberikan informasi yang terkait dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup secara benar, akurat, terbuka, dan tepat waktu;

b. Menjaga berkelanjutan fungsi lingkungan hidup; dan c. Menaati ketentuan tentang baku mutu lingkungan hidup

dan/atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup. A.B. Susanto dalam bukunya “Reputation-Driven

Corporate Social Responsibility”, mengungkapkan bahwa

kompetensi perusahaan untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat, diharapkan mampu memberikan manfaat yang besar dan menguntungkan, manfaat pertama implementasi kegiatan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan dapat berupa pengurangan risiko dan tuduhan terhadap perlakukan tidak pantas yang diterima perusahaan. Manfaat kedua implementasi TJSL Perseroan, berfungsi sebagai pelindung dan membantu perusahaan meminimalkan dampak buruk yang diakibatkan suatu krisis, adanya keterlibatan dan kebanggaan karyawan secara konsisten melalukan upaya-upaya untuk membantu meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat dan ligkungan sekitarnya, serta adanya konsisten akan mampu memperbaiki dan mempererat hubungan antara perusahaan dengan para stakeholdernya. Dengan adanya

manfaat inilah, kegiatan TJSL Perseroan dinilai mampu mendongkrak citra perusahaan yang dalam rentang waktu panjang akan meningkatkan reputasi perusahaan.

Salah satu sampel yang Peneliti ambil dalam penerapan TJSL Perseroan di Kabupaten Barito Kuala yang dilakukan perusahaan penanaman modal asing yang masih berinvestasi di Indonesia, yang bergerak di bidang usaha agribisnis Perkebunan Kelapa Sawit, yakni Julong Group – PT. Putra Bangun Bersama, telah mengembangkan pelaksanaan TJSL Perseroan terintergrasi sebagai penunjang strategi, aktivitas dan proses manajemen perusahaan antara perusahaan dan program pemberdayaan masyarakat. Di Kabupaten Barito Kuala ada 11 Perusahaan yang bergerak di bidang agribisnis Perkebunan Kelapa Sawit.

Perusahaan Komoditas Luas Total dari izin lokasi (Ha) Luas sesuai IUP (Ha) Tahun Izin Tahun operasio n a l 1 2 3 4 5 6 7

1. PT. Agri Bumi sentosa (ABS) Kelapa sawit 15.204,8 15.172 2006 2007

2. PT. Putra Bangun Bersama (PBB) Kelapa sawit 10.962 10.956 2007 2007

3. PT. Tasnida Agro Lestari (TAL) Kelapa Sawit 8.157,98 8.157,98 2007 2010

4. PT. Tiga Daun Kapuas (TDK) Kelapa sawit 9.000 6.294 2007 2011

5. PT. Barito Putera Plantation

(BPP) Kelapa sawit 15.017 13.005,80 2009 2010

6. PT. Anugerah Sawit Andalan (ASA) Kelapa sawit 2.635 2.437,97 2009 2013

7. PT. Anugerah Wattiendo (sawit) Kelapa sawit 1.440,63 1.440,63 2009 2014

8. PT. Anugerah Watiendo (Karet) Karet 8.164 7.862,50 2010 2014

9. KSU. MAS Kelapa Sawit 1.891 1000 2010 2013

10. PT. ASIH Kelapa Sawit 2.031,733 1.786,93 2014 2015

11. KUD. Manuntung Kelapa Sawit 2.150 2.150 2015 2015 Total 76.654,143 70.263,81

Daftar Perusahaan Perkebunan Industri Beserta Luas Lahan Perusahaan Dan Tahun Izin Di Kab. Barito Kuala

Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Batola Tahun 201

Perkembangan Kondisi Tanaman Perkebunan Industri Dan Inti Plasma di Kab. Barito Kuala Tahun 2015

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 Perkebunan Industri Inti Perkebunan Industri Plasma 17.377,06 7.342,11 5.910,42 1555,18 Tanaman Blm Menghasilkan (Ha)

Tanaman Menghasilkan (Ha)

Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan

Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Batola Tahun 2016

Sejak Julong Grup mengambil kepemilikan PT. Putra Bangun Bersama pada tahun 2009 hingga saat ini, manajemen dengan segala perangkatnya tidak pernah berhenti untuk selalu memperbaiki kinerja operasional PT. Putra Bangun Bersama dari segala aspek dan sisi serta menjadikan perusahaan perkebunan harapan bagi segenap stakeholder internal maupun eksternal.

Salah satunya adalah melalui penerapan prinsip-prinsip transparansi, akuntabilitas, tanggung jawab, kemandirian

serta kepatutan sebagaimana tertuang dalam beberapa prinsip ISPO / RSPO. ISPO ataupun RSPO tersebut kini telah menjadi salah satu pedoman pelaksanaan manajemen perkebunan kelapa sawit PT. Putra Bangun Bersama – Julong Grup secara umum, baik dari aspek pembangunan, pengembangan, operasional maupun dalam melakuan interaksi sosial, khususnya masyarakat sekitar daerah operasional perkebunan yaitu melalui kegiatan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan. Semangat yang terkandung dalam penerapan TJSL itu sendiri memandang masyarakat sebagai stakeholder penting bagi operasional perusahaan.40

PT. Putra Bangun Bersama sudah melaksanakan TJSL Perseroan sejak tahun 2012. Menurut Luqman Zakaria41 dari Social, Security dan Legal Departement PT. Putra Bangun Bersama-Julong Grup, bahwa Program TJSL Perseroan PT. Putra Bangun Bersama Kabupaten Barito Kuala

40

Li Wei. 2014. Sambutan Direktur PT. Putra Bangun Bersama dalam Laporan CSR Review Tahun 2014. Julong Grup : Barito Kuala, hlm. 5.

41

Luqman Zakaria dari Social, Security dan Legal Departement PT. Putra Bangun Bersama-Julong Grup Kabupaten Barito Kuala, Wawancara pada tanggal 23 Agustus 2016.

(disingkat PT.PBB Batola) adalah sebagai sebagai fungsi melaksanakan tugas dan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan. Program TJSL PT. PBB Batola kegiatannya disusun berdasarkan rencana kerja selam kurun waktu tertentu maupun kegiatan yang dilaksanakan berdasarkan proposal-proposal yang diajukan oleh pihak ketiga (Instansi / masyarakat) yang memenuhi visi misi program CSR PT. PBB Batola.

Program TJSL PT.PBB Batola dikembangkan dan dilaksanan ke arah 5 (lima) faktor utama yang sangat mempengaruhi kualitas hidup masyarakat secara umum yaitu ekonomi, pendidikan, kesehatan, infrastruktur, keolahragaan dan keagamaan.

Untuk membantu peningkatan pendapatan masyarakat sekitar, PT. PBB Batola telah menyediakan lapangan pekerjaan secara besar-besaran dan fakta kenyataan bahwa +90% tenaga kerja lapangan PT. PBB berasal dari warga sekitar. Program ekonomi lainnya adalah memfasilitasi pembangunan kebun plasma untuk masyarakat dan sampai pada saat ini sudah terbangun +2000 Ha yang melebihi batas minimal kewajiban 20% dari Pemerintah.

TJSL PT.PBB Batola dalam bidang pendidikan adalah Beasiswa Berprestasi dan Honor Guru Bantu, sementara dalam bidang kesehatan adalah pelayanan pengobatan gratis dan pelayanan klinik kesehatan perusahaan. Dan dalam bidang ifrastruktur antara lain perbaikan jalan masyarakat dan pembuatan lapangan olah raga. Kepedulian perusahaan dalam pembinaan keolahragaan masyarakat yaitu pemberian sarana olah raga umum dan bantuan-bantuan pelaksanaan

event-event keolahragaan masyarakat.

Sasaran wilayah kegiatan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan PT. Putra Bangun Bersama Barito Kuala meliputi :

1. Estate Nungki : Simpang Nungki, Tunjang, Sawahan, Bantuil, Sei Rasau - Kecamatan Cerbon Kabupaten Barito Kuala.

2. Estate Cindy : Simpang Arja, Sinar Baru, Sahurai, Sungai Bamban, Gampa Asahi, Sungai Pantai, Pindahan Baru - Kecamatan Rantau Badauh Kabupaten Barito Kuala.

Jejangkit Timur, Jejangkit Barat, Jejangkit Pasar, Jejangkit Muara, Sampurna – Kecamatan Jejangkit Kabupaten Barito Kuala.

3. Estate Tapin : Keladan, Sei Salai Hulu, Sei Salai Hilir, Sei Puting – Kecamatan Candi Laras Utara Kabupaten Tapin Pandahan dan Pematang Karangan Ilir Kecamatan Tapin Tengah Kabupaten Tapin.

Visi TJSL PT. Putra Bangun Bersama adalah : “Terciptanya keseimbangan perusahaan dan masyarakat menuju peningkatan kesejahteraan dan kemandirian yang berkelanjutan”. Misi TJSL PT. Putra Bangun Bersama yaitu : 1. Mewujudkan keserasian lingkungan hidup secara

berkelanjutan.

2. Memberdayakan potensi sumberdaya menuju peningkatan kualitas hidup dan kemandirian masyarakat.

3. Meningkatkan citra positif perusahaan dikalangan stakeholders.

4. Membangun sinergi perusahaan dengan stakeholders untuk berkelanjutan operasional perusahaan.

5. Melaksanakan program-program kemasyarakatan yang selaras dengan nilai-nilai kearifan lokal.

Strategi dan kebijakan TJSLPT. Putra Bangun Bersama sebagai berikut :

a. Secara Internal

Program TJSL PT. Putra Bangun Bersama dimaksudkan untuk mendorong budaya kerja yang lebih bertanggung jawab dalam melaksanakan kegiatan perkebunan kelapa sawit sehingga pada akhirnya perusahaan akan dapat bertahan secara berkelanjutan untuk memperoleh manfaat ekonomi yang diinginkan. b. Secara Eksternal

Program TJSL PT. Putra Bangun Bersama diharapkan dapat membentuk dan menciptakan usaha perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan dengan menciptakan dan melibatkan semangat sinergi dari semua pihak secara terus menerus dalam bidang sosial, ekonomi dan lingkungan yang lebih sejahatera dan mandiri.

c. Program Kerja

Program Kerja TJSL PT. Putra Bangun Bersama dituangkan dalam bentuk program tahunan yang terformat dalam Rencana Kerja per tahun.

Keberhasilan program TJSL PT. PBB Batola tidak dapat terwujud secara instan dalam jangka pendek dan hanya dapat tercapai jika terdapat partisipasi aktif dari seluruh pemangku kepentingan melalui keterlibatan dalam penilaian masalah, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan serta evaluasi program. Oleh karena itu PT. Putra Bangun Bersama berusaha menggalang kerjasama dengan pihak-pihak seperti Pemerintah Daerah (Muspida), Pemerintah Kecamatan (Muspika), Instansi-instansi, mitra kerja, para pekerja, masyarakat lokal maupun non lokal. Dengan kerjasama ini diharapkan berkelanjutan perusahaan baik dari sisi ekonomi, sosial maupun lingkungan dapat terwujud.

Tabel 1

Realisasi Pelaksanaan TJSL/CSR 2014 PT. Putra Bangun Bersama

No. Jenis Kegiatan Nilai (Rp) Prosentase

1. Pendidikan 15.600.000 5,58% 2. Olahraga 46.718.349 16.74% 3. Keagamaan 15.500.000 5.55% 4. Kesehatan 76.106.740 28,35% 5. Infrastruktrur 99.800.000 35,75% 6. Sosial Kemasyarakatan 22.400.000 8,03% Jumlah Total 279.125.089 100%

Sumber : CSR Review 2014, PT. Putra Bangun Bersama. Ruang lingkup kegiatan TJSL PT. Putra Bangun Bersama mencakup program internal dan eksternal. Program internal ditujukan pada pembangunan masyarakat dalam konteks karyawan perusahaan yang dijalani dengan membentuk sikap bersih, sehat dan senyum sejahtera dalam bekerja sebagai bagian dari budaya perusahaan yang

memiliki kepedulian terhadap upaya peningkatan kualitas hidup manusia dan lingkungannya.

Program TJSL secara eksternal ditujukan pada kegiatan TJSL yang diperuntukkan untuk masyarakat di luar perusahaan. Program TJSL yang dilakkukan PT. Putra Bangun Bersama – Julong Grup sebagai berikut :

1. Pendidikan : Program Beasiswa SD siswa berprestasi. 2. Olahraga : Bantuan peralatan dan kustom olahraga

sepak bola dan bola volley.

3. Keagamaan : Bantuan peringatan hari besar Islam dan bantuan hewan sapi Qurban.

4. Kesehatan : Pengobatan massal gratis dan Imunisasi bagi Balita.

5. Infrastruktur : Pembangunan jembatan masyarakat. 6. Sosial Kemasyarakatan : partisipasi sosial.

Tabel 3

Persentase Penduduk Miskin (P0) Kabupaten Barito Kuala Tahun 2006 - 2014

Kab upaten

Persentase Penduduk Miskin (P0)

2014 2013 2012 2011 2010 2009 2008 2007 2006 2005 2004 2003 2002 2001 2000

Barito

Kuala 5,19 5,12 5,12 5,41 5,72 5,61 7,18 8,17 9,07 7,1 6,85 8 10 13,59 12,21

Sumber : BPS Kabupaten Barito Kuala, Tahun 2014. Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan, Fuad Syekh mengatakan, ada empat kebijakan percepatan pembangunan kemiskinan di kabupaten tersebut."Empat kebijakan itu diantaranya pengurangan pekerja anak, penyaluran pupuk bersubsidi tanpa bunga bagi para petani, kemudian pendidikan dan latihan keterampilan bagi warga miskin, serta program bawa tas belanjaan sendiri," ujar Kepala Dinas Sosnakertrans Batola H Fuad Syekh, di Marabahan, Senin. Menurut beliau, kebijakan percepatan pembangunan kemiskinan di Batola tersebut salah satunya melalui Program Percepatan Keluarga Harapan (PKH).

Pada tahun 2016 jumlah bantuan tahap pertama yang sudah diserahkan kepada para peserta PKH di Batola sebesar Rp2.414.355.000.Sedangkan untuk penyerahan bantuan tahap

kedua, sebut dia, sudah dilaksanakan sejak Juli hingga awal Agustus 2016 dengan besaran nominal Rp974.955.000. Dijelaskannya, bila tidak ada halangan, dalam waktu dekat penyerahan bantuan PKH tahap kedua juga akan dilaksanakan di Kecamatan Tabukan, setelah launching program bawa tas sendiri belanja untuk mengurangi kantong pelastik.

Untuk mendapatkan bantuan program PKH, jelas dia, ada persyaratan yang harus dilengkapi oleh masing-masing kecamatan, salah satunya adalah tercukupinya jumlah keluarga miskin sesuai ketentuan program PKH.

Jadi, terang dia, syarat jumlah masyarakat miskin per kecamatan yang berhak mendapat bantuan dalam program

PKH ini sekitar 100 KK.

Program PKH, tegasnya, merupakan kegiatan berbentuk bantuan tunai bersyarat yang diberikan untuk keluarga sangat miskin. Tujuan dari kegiatan tersebut, ungkap dia, membantu keluarga sangat miskin dan memastikan generasi berikutnya sehat dan dapat menyelesaikan pendidikan dasar.42

42

Sukarli dan Hasan Zainuddin. 2016. Empat Kebijakan Percepatan Pembangunan Kemiskinan Barito Kuala. Koran Antara News

Data Kabupaten Kotabaru

Kondisi Geografis Kabupaten Kotabaru

Kabupaten Kotabaru memiliki ibukota kabupaten yang terletak di Kecamatan Pulau Laut Utara. Kabupaten ini terdiri dari 21 kecamatan dengan 198 desa dan 4 kelurahan. Kelurahan tersebut meliputi kelurahan Kotabaru Tengah, Kotabaru Hulu, Kotabaru Hilir, dan Baharu Selatan yang keseluruhannya juga terdapat di kecamatan Pulau Laut Utara. Jumlah desa terbanyak berada di kecamatan Pulau Laut Utara (sebanyak 21 desa), sedangkan kecamatan Pulau Sembilan dan Pamukan Barat terbagi atas masing-masing 5 desa yang merupakan kecamatan dengan jumlah desa terkecil.

Secara geografis Kabupaten Kotabaru terletak antara 2020’- 4021’ Lintang Selatan dan 115015’-116030’ Bujur Timur. Sedangkan secara administratif, Kabupaten Kotabaru berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Timur di sebelah utara, sebelah selatan dengan Laut Jawa, sebelah timur dengan Selat Makassar dan sebelah barat dengan Kabupaten

Kalsel Marabahan. Tanggal 2 Agustus 2016, http://kalsel.antaranews.com/berita/38423/empat-kebijakan-percepatan-pembangunan-kemiskinan-barito-kuala, diunduh tanggal 28 November 2016.

Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Selatan, Banjar dan Tanah Bumbu. Kondisi alam di Kabupaten Kotabaru sangat bervariasi. Terdiri dari perpaduan tanah pegunungan dan daerah pantai (genangan) serta daerah daratan dengan daerah perairan yang dipenuhi pulau-pulau kecil.

Luas Wilayah Kabupaten Kotabaru

Kabupaten Kotabaru yang memiliki wilayah seluas 9.422,46 km2 merupakan kabupaten terluas di Provinsi Kalimantan Selatan dengan luas lebih dari seperempat (25,11%) dari luas wilayah Provinsi Kalimantan Selatan. Kabupaten Kotabaru terbagi menjadi 21 kecamatan dengan 198 desa dan 4 kelurahan. Kecamatan Hampang merupakan kecamatan yang terluas dengan luas wilayah 17,88% dari luas Kabupaten Kotabaru, sedangkan kecamatan yang memiliki luas terkecil adalah Kecamatan Pulau Sembilan yang luasnya hanya 0,05% dari luas wilayah Kabupaten Kotabaru, lebih jelasnya disajikan pada tabel berikut:

Tabel 2

Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Kotabaru Tahun 2014

No K e c a m a t a n Luas (Km2) Persentase (%)

1 P. Sembilan 4,76 0,05

2 P. Laut Barat 297,81 3,16

3 P. Laut Tanjung Selayar 101,01 1,07

4 P. Laut Selatan 378,07 4,01 5 P. Laut Kepulauan 107,12 1,14 6 P. Laut Timur 642,81 6,82 7 P. Sebuku 225,5 2,39 8 P. Laut Utara 159,3 1,69 9 P. Laut Tengah 337,64 3,58 10 Kelumpang Selatan 279,66 2,97 11 Kelumpang Hilir 281,2 2,98 12 Kelumpang Hulu 553,44 5,87 13 Hampang 589,15 6,25 14 Sungai Durian 1.684,64 17,88 15 Kelumpang Tengah 1.042,38 11,06 16 Kelumpang Barat 349,29 3,71 17 Kelumpang Utara 279,45 2,97 18 Pamukan Selatan 391,87 4,16 19 Sampanahan 488,89 5,19 20 Pamukan Utara 638,63 6,78 21 Pamukan Barat 589,84 6,26 Jumlah 9.422,46 100,00

Adapun peta wilayah geografis Kabupaten Kotabaru dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 3.1

Peta Geografis Kabupaten Kotabaru

Penduduk Kabupaten Kotabaru

Jumlah penduduk Kabupaten Kotabaru hasil proyeksi penduduk tahun 2014 adalah 308.730 jiwa yang tersebar di 202 desa/kelurahan. Jumlah penduduk terbesar masih berada di Kecamatan Pulau Laut Utara dengan 84.335 jiwa. Jumlah penduduk terkecil berada di Kecamatan Kelumpang Utara yang hanya tercatat sebesar 5.619 jiwa.

Jumlah penduduk yang begitu besar dan terus bertambah setiap tahun tidak diimbangi dengan penyebaran penduduk. Selama ini sebagian besar penduduk Kabupaten Kotabaru masih terpusat di Kecamatan Pulau Laut Utara. Sekitar 27,32 persen penduduk tinggal di kecamatan tersebut. Ironisnya, Kecamatan Hampang yang memiliki luas sekitar 17,88 persen dari luas total Kabupaten Kotabaru hanya dihuni sekitar 3,53 persen penduduk.

Rasio jenis kelamin penduduk Kotabaru adalah 108,79. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki-laki di kabupaten Kotabaru lebih banyak daripada jumlah penduduk perempuan. Dilihat dari usia, menunjukkan bahwa penduduk Kabupaten Kotabaru didominasi oleh penduduk

usia muda. Jumlah penduduk terbesar berasal dari golongan usia di bawah 10 tahun sebesar 70.140 anak.

Dokumen terkait