• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV BENTUK PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN

C. Bentuk Penyelesaian Sengketa Konsumen Akibat Perbedaan Harga

Suatu perusahaan seperti PT. Inti Cakrawala Citra Medan, dalam menjalankan bisnisnya tidak mungkin terhindar dari terjadinya sengketa (dispute) dengan konsumennya yang harus dapat diselesaikan dengan cara-cara tertentu sesuai dengan kehendak kedua belah pihak. Sejak berdiri di kota Medan maka ada beberapa sengketa konsumen terkait dengan perbedaan harga antara di rak dengan di kasir, dan jika diadakan penghitungan ada sekitar satu atau tiga kasus dalam jangka waktu tiga sampai empat bulan yang terkait dengan hal tersebut. Hanya saja, dalam PT. Inti Cakrawala Citra Medan tidak pernah terjadi sengketa yang benar-benar merupakan sengketa yang besar yang di dalam penyelesaiannya sampai ke pengadilan. 98

PT. Inti Cakrawala Citra sebagai pelaku usaha tidak berlaku pasif atas perlindungan konsumen yang diberikannya, apabila konsumen mengalami suatu masalah terkait dengan pelayanan yang diberikan oleh PT. Inti Cakrawala Citra ataupun masalah lainnya maka, para konsumen dapat memberi keluhan, ataupun

97 Happy Susanto, Op.Cit., hal. 41.

98 Hasil wawancara dengan Bapak Matius Akinop Panjaitan selaku Manajer Administrasi

Toko (Store Administration Manager) dari PT. Inti Cakrawala Citra Medan [Pada tanggal 10 Agustus 2016, Pukul 10.00 WIB].

pesan serta saran kepada PT. Inti Cakrawala Citra melalui kotak saran yang ada disetiap kasir.99

Keluhan yang ingin disampaikan oleh para konsumen dapat disampaikan secara langsung atau secara tidak langsung. Keluhan yang disampaikan secara langsung dapat dilakukan dengan cara menyampaikannya melalui kotak saran yang ada di setiap kasir. Hal-hal yang sering menjadi keluhan dari para konsumen, yaitu :

1. Antrian kasir yang sangat panjang, sebenernya di PT. Inti Cakrawala Citra terkait dengan pelayanan kasir telah memiliki jumlah kasir yang cukup banyak, namun karena konsumen selalu berbelanja dalam jumlah yang sangat banyak dan pelayan kasir yang kurang cepat dalam melayani maka, terjadi antrian yang sangat panjang pada waktu pembayaran.

2. Kondisi toko yang panas, di dalam PT. Inti Cakrawala Citra hanya terdapat beberapa kipas angin dan ada beberapa Air Conditioner (AC), tetapi karena bangunan PT. Inti Cakrawala Citra sangat luas dan besar sehingga tidak terasa dingin, dan sangat panas di siang hari.

3. Adanya perbedaan harga antara di rak dengan di kasir.

4. Pada hari-hari tertentu ada banyak barang yang kosong, dan tidak adanya pemberitahuan akan stok atau persediaan atas barang tersebut sehingga terkadang membuat para konsumen merasa kebingungan untuk mencari barang tersebut.

99 Hasil wawancara dengan Bapak Matius Akinop Panjaitan selaku Manajer Administrasi

Toko (Store Administration Manager) dari PT. Inti Cakrawala Citra Medan [Pada tanggal 10 Agustus 2016, Pukul 10.00 WIB].

5. Toilet toko yang sangat kotor, hal ini merupakan keluhan yang paling sering menjadi keluhan dari konsumen kepada PT. Inti Cakrawala Citra walaupun pada kenyataannya PT. Inti Cakrawala Citra sebagai pelaku usaha telah berusaha memberi pelayanan yang terbaik dengan menyediakan toilet yang lebih banyak dan pegawai pembersih yang lebih banyak, tetapi tetap belum bisa mengatasi atas keluhan dari konsumen akan hal ini.100

Keluhan secara tidak langsung yang dapat disampaikan oleh konsumen kepada PT. Inti Cakrawala Citra sebagai pelaku usaha salah satunya adalah, bahwa dengan adanya perkembangan tekhnologi pada saat ini maka, PT. Inti Cakrawala Citra sebagai salah satu pelaku usaha dalam pasar modern yang telah memiliki website tersendiri dan disana terdapat kotak saran, maka sejauh ini hal itu sangatlah efektif dalam mengatasi keluhan konsumen, karena dengan adanya kotak saran pada website tersebut maka setiap keluhan yang ada akan terkoneksi secara nasional. Walaupun keluhan konsumen itu berasal dari salah satu gerai atau cabang yang ada di daerah, tetapi secara otomatis pihak pimpinan dari PT. Inti Cakrawala Citra yang ada di kantor pusat akan mengetahui hal tersebut, sehingga setiap keluhan akan selalu di respon dengan cepat, dan akan diusahakan penyelesaian masalah tersebut dengan cepat juga.101

100 Hasil wawancara dengan Bapak Matius Akinop Panjaitan selaku Manajer Administrasi

Toko (Store Administration Manager) dari PT. Inti Cakrawala Citra Medan [Pada tanggal 10 Agustus 2016, Pukul 10.00 WIB].

101 Hasil wawancara dengan Bapak Matius Akinop Panjaitan selaku Manajer Administrasi

Toko (Store Administration Manager) dari PT. Inti Cakrawala Citra Medan [Pada tanggal 10 Agustus 2016, Pukul 10.00 WIB].

Ketidaktaatan pada isi transaksi konsumen, kewajiban, serta larangan sebagaimana diatur di dalam UUPK dapat melahirkan sengketa antara pelaku usaha dan konsumen. Sengketa itu dapat berupa salah satu pihak tidak mendapatkan atau menikmati apa yang seharusnya menjadi haknya karena pihak lawan tidak memenuhi kewajibannya. Misalnya, pembeli tidak memperoleh barang sesuai dengan pesanannya, atau pembeli tidak mendapat pelayanan sebagaimana telah disepakati, atau penjual tidak mendapatkan pembayaran sesuai dengan haknya. Sengketa yang timbul antara pelaku usaha dan konsumen berawal dari transaksi konsumen disebut dengan sengketa konsumen.

Sengketa konsumen dapat bersumber dari 2 (dua) hal, yaitu:

1. Pelaku usaha tidak melaksanakan kewajiban hukumnya sebagaimana diatur di dalam undang-undang. Artinya, pelaku usaha mengabaikan ketentuan undang-undang tentang kewajibannya sebagai pelaku usaha dan larangan-larangan yang dikenakan padanya dalam menjalankan usahanya. Sengketa seperti ini dapat disebut dengan sengketa yang bersumber dari hukum.

2. Pelaku usaha atau konsumen tidak menaati isi perjanjian. Yang berarti, baik pelaku usaha maupun konsumen tidak menaati kewajiban sesuai dengan kontrak atau perjanjian yang dibuat antara mereka. Sengketa seperti ini dapat disebut dengan sengketa yang bersumber dari kontrak. 102

Sebagaimana sengketa hukum pada umumnya, sengketa konsumen harus diselesaikan sehingga tercipta hubungan baik antara pelaku usaha dan konsumen, di mana masing-masing pihak mendapatkan kembali hak-haknya. Penyelesaian sengketa secara hukum ini bertujuan untuk memberi penyelesaian yang dapat menjamin terpenuhinya hak-hak kedua belah pihak yang bersengketa. Dengan begitu, rasa keadilan dapat ditegakkan dan hukum dijalankan sebagaimana

102 Husni Syawali dan Neni Sri Imaniyati, Hukum Perlindungan Konsumen, (Bandung:

mestinya. Tujuan dari penyelesaian sengketa konsumen secara baik daoat menciptakan dan menjaga berjalannya kegiatan usaha secara terjamin. Bagi pihak pelaku usaha ada kepastian berusaha dan di pihak lain tercapainya pemenuhan kebutuhan konsumen dengan baik. 103

Dalam hal apabila terjadi sengketa antara PT. Inti Cakrawala Citra Medan dengan konsumen, maka penyelesaian sengketa tersebut dapat ditempuh dengan 2 (dua) cara, sesuai dengan yang tertera dalam Pasal 45 ayat (2) UUPK, yakni penyelesaian sengketa melalui pengadilan (litigasi) dan penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan (non-litigasi) berdasarkan pilihan sukarela para pihak yang bersengketa.

Undang-Undang Perlindungan Konsumen (UUPK) tidak memberikan batasan apakah yang dimaksud dengan sengketa konsumen. Kata-kata sengketa konsumen dijumpai pada beberapa bagian UUPK, yaitu:

1. Penyebutan sengketa konsumen sebagian bagian dari sebutan institusi administrasi negara yang menyelesaikan sengketa antara pelaku usaha dan konsumen, dalam hal ini Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK). (Pasal 1 butir 11 Undang-Undang Perlindungan Konsumen (UUPK) jo. Bab XI UUPK.

2. Penyebutan sengketa konsumen menyangkut tata cara atau prosedur penyelesaian sengketa terdapat pada Bab X Penyelesaian Sengketa. Pada Bab ini digunakan penyebutan sengketa konsumen secara konsisten, yaitu Pasal 45 ayat (2) dan Pasal 48 UUPK.104

Az. Nasution memberikan definisi mengenai sengketa konsumen, yaitu:

“Sengketa konsumen adalah sengketa antara konsumen dengan pelaku

usaha (publik atau privat) tentang produk konsumen, barang dan/atau jasa

konsumen, tertentu”.105

103

Janus Sidabalok, Op. Cit., hal. 127.

104 Yusuf Sofie, Penyelesaian Sengketa Konsumen Menurut Undang-Undang

Perlindungan Konsumen (UUPK) Teori dan Praktek Penegakan Hukumnya, (Jakarta: PT. Citra

Aditya Bakti, 2003), hal. 12. 105

Pasal 64 UUPK menyebutkan bahwa:

“Segala ketentuan peraturan perundang-undangan yang bertujuan melindungi konsumen yang telah ada pada saat undang-undang ini diundangkan, dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak diatur secara khusus dan/atau tidak bertentangan dengan ketentuan dalam

undang-undang ini.”106

Oleh karena itu, setiap peraturan perundang-undangan yang berlaku, hukum positif, tetap dapat digunakan dalam upaya perlindungan konsumen, sepanjang tidak diatur secara khusus atau bertentangan dengan ketentuan dalam UUPK.107

Masalah penyelesaian sengketa dalam UUPK diatur secara khusus pada Bab X, dimulai dari Pasal 45 sampai dengan Pasal 48. Setiap konsumen yang dirugikan dapat menggugat pelaku usaha. Pasal 46 UUPK menyebutkan bahwa:

1. Gugatan atas pelanggaran pelaku usaha dapat dilakukan oleh:

a. seorang konsumen yang dirugikan atau ahli waris yang bersangkutan;

b. sekelompok konsumen yang mempunyai kepentingan yang sama; c. lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat yang

memenuhi syarat, yaitu berbentuk badan hukum atau yayasan, yang dalam anggaran dasarnya menyebutkan dengan tegas bahwa tujuan didirikannya organisasi tersebut adalah untuk kepentingan perlindungan konsumen dan telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan anggaran dasarnya;

d. pemerintah dan/atau instansi terkait apabila barang dan/atau jasa yang dikonsumsi atau dimanfaatkan mengakibatkan kerugian materi yang besar dan/atau korban yang tidak sedikit.

2. Gugatan yang diajukan oleh kelompok konsumen, lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat atau pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c, atau huruf d diajukan kepada peradilan umum.

3. Ketentuan lebih lanjut mengenai kerugian materi yang besar dan/atau korban yang tidak sedikit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d diatur dengan Peraturan Pemerintah.108

106

Lihat lebih lanjut Pasal 64 Undang-Undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

107 Az. Nasution, Op.Cit., hal. 222.

108 Lihat lebih lanjut Pasal 46 Undang-Undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

Di luar peradilan umum, UUPK membuat terobosan dengan memfasilitasi para konsumen yang merasa dirugikan dengan mengajukan gugatan kepada pelaku usaha di luar peradilan, yaitu Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK). Mekanisme gugatan dilakukan secara sukarela dari kedua belah pihak yang bersengkata. Hal ini berlaku untuk gugatan secara perseorangan, sedangkan gugatan secara kelompok (class action) dilakukan melalui peradilan umum.

Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (selanjutnya disingkat BPSK) adalah suatu badan yang menyelesaikan sengketa konsumen di luar pengadilan. BPSK adalah pengadilan khusus konsumen (small claim court) yang sangat diharapkan dapat menjawab tuntutan masyarakat agar proses berperkara berjalan cepat, sederhana, dan murah. Dengan demikian, BPSK hanya menerima pekara yang nilai kerugiannya kecil. Pemeriksaan dilakukan oleh hakim tunggal dan kehadiran penuh pihak ketiga (pengacara) sebagai wakil pihak yang bersengketa tidak diperkenankan. Putusan dari BPSK tidak dapat dibanding kecuali bertentangan dengan hukum yang berlaku.109

Disamping itu pengertian lain dari BPSK adalah badan yang memiliki kewenagan menyelesaikan sengketa konsumen di luar pengadilan. Badan ini dibentuk sebagai alternatif bagi konsumen yang membutuhkan media penyelesaian sengketa secara cepat, mudah dan murah, cepat ditentukan dari 21 (dua pulih satu) hari kerja yang wajib menghasilkan sebuah putusan. Mudah terletak pada prosedur administratif dan proses pengambilan putusan yang sangat

109

sederhana. Murah terletak pada biaya perkata yang terjangkau, serta dapat memberikan keputusan yang menang-menang (win-win solution).110

Pengaturan pembentukan badan ini terdapat di dalam Bab XI, dimulai dari Pasal 49 sampai dengan Pasal 58 UUPK. BPSK diangkat dan diberhentikan berdasarkan penetapan Menteri (Menperindag), yang tugas pokok dari badan ini adalah menyelesaikan sengketa-sengketa konsumen di luar pengadilan. Institusi BPSK dibentuk di setiap Daerah Kota dan/atau Daerah Kabupaten berdasarkan ketentuan Pasal 49 ayat (1) UUPK untuk menyelesaikan sengketa konsumen di luar pengadilan. UUPK masih menyebutkan Daerah Tingkat II (Dati II). Penyebutan ini sudah tidak digunakan lagi setelah diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999.111

Menurut Pasal 49 ayat (3) dan (4) UUPK, adapun keanggotaan BPSK terdiri dari 3 (tiga) unsur, yaitu:

1. Unsur pemerintah (3 orang-5 orang); 2. Unsur konsumen (3 orang-5 orang); 3. Unsur pelaku usaha (3 orang-5 orang). 112

Adapun pengangkatan dan pemberhentian anggota BPSK ditetapkan oleh Menteri Perindustrian dan Perdagangan (Menperindag). Untuk dapat diangkat sebagai anggota BPSK harus dipenuhi persyaratan sebagai berikut (Pasal 49 ayat (2) UUPK) atau disebut juga dengan syarat umum, yaitu:

1. Warga negara Republik Indonesia; 2. Berbadan sehat;

110 Dedi Harianto, “Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Terhadap Periklanan yang Menyesatkan”, Disertasi, (Medan: Universitas Sumatera Utara, 2007), hal. 143.

111 Yusuf Sofie, Op.Cit., hal. 27-28. 112

3. Berkelakukan baik;

4. Tidak pernah dihukum karena kejahatan;

5. Memiliki pengetahuan dan pengalaman di bidang perlindungan konsumen;

6. Berusia sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) tahun.113

Mengenai tugas dan wewenang BPSK diatur dalam Pasal 52 UUPK No.8 Tahun 1999 jo. Kepmenperindag Nomor 350/MPP/Kep/12/2001, tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BPSK, yaitu:

1. Melaksanakan penyelesaian sengketa konsumen, dengan cara melalui mediasi dan arbitrase atau konsiliasi;

2. Memberikan konsultasi perlindungan konsumen;

3. Melakukan pengawasan terhadap pencantuman klausula baku; 4. Melaporkan kepada penyidik umum apabila terjadi pelanggaran

ketentuan dalam undang-undang ini;

5. Melakukan penelitian dan pemeriksaan sengketa perlindungan konsumen;

6. Menerima pengaduan baik tertulis maupun tidak tertulis, dari konsumen tentang terjadinya pelanggaran terhadap perlindungan konsumen;

7. Memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran terhadap perlindungan konsumen;

8. Memanggil, menghadirkan saksi, saksi ahli dan/atau setiap orang yang dianggap mengetahui pelanggaran undang-undang ini;

9. Meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha, saksi, saksi ahli, atau setiap orang sebagaimana dimaksud pada angka 7 dan angka 8, yang tidak bersedia memenuhi panggilan Badan Penyelesaian Sengketa Kosumen;

10. Mendapatkan, meneliti dan/atau menilai surat, dokumen, atau alat bukti lain guna penyelidikan dan/atau pemeriksaan;

11. Memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya kerugian di pihak konsumen;

12. Memberitahukan putusan kepada pelaku usaha yang melakukan pelanggaran terhadap perlindungan konsumen;

13. Menjatuhkan sanksi administratif kepada pelaku usaha yang melanggar ketentuan undang-undang ini.

Penyelesaian sengketa konsumen melalui pengadilan diatur di dalam Pasal 48 UUPK, yang menyatakan bahwa:

113

“Penyelesaian sengketa konsumen melalui pengadilan mengacu pada

ketentuan tentang peradilan umum yang berlaku dengan memperhatikan

ketentuan dalam Pasal 45 di atas”.

Penunjukkan Pasal 45 dalam hal ini lebih banyak tertuju pads ketentuan yang tertea dalam ayat (4), dimana penyelesaian sengketa konsumen melalui pengadilan hanya dimungkinkan apabila para pihak belum memilih upaya penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan, atau supaya penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan dinyatakan tidak berhasil oleh saalah satu pihak atau oleh para pihak yang bersengketa.

Sedangkan penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan diatur di dalam Pasal 47 UUPK, yang berbunyi:

“Penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan diselenggarakan untuk mencapai kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi dan/atau mengenai tindakan tertentu untuk menjamin tidak akan terjadi kembali atau tidak akan terulang kembali kerugian yang diderita oleh

konsumen”.

Penyelesaian sengketa di luar pengadilan atau yang lebih dikelan dengan Alternative Dispute Resolution (ADR) dapat ditempuh dengan berbagai cara. ADR tersebut dapat berupa arbitrasie, mediasi, konsiliasi, minitrial, summary jury trial, settlement conference, serta bentuk lainnya.114

Sedangkan dalam Pasal 1 ayat (10) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, arbitrase dibedakan dari alternatif penyelesaian sengketa, karena yang termasuk dalam alternatif penyelesaian sengketa terdiri dari:

114 Yahya Harahap, Beberapa Tinjauan Mengenai Sistem Peradilan dan Penyelesaian

1. Konsultasi

Pada prinsipnya konsultasi merupakan suatu tindakan yang bersifat personal antara pihak klien dengan pihak konsultan, dimana konsultan memberikan pendapatnya kepada klien tersebut untuk memenuhi keperluan dan kebutuhan kliennya. Pendapat tersebut tidak mengikat, artinya klien bebas untuk menerima pendapatnya atau tidak.

2. Negosiasi

Negosiasi adalah proses konsensus yang digunakan para pihak untuk memperoleh kesepakatan diantara mereka. Negosiasi menurut Roger Fisher dan William Ury adalah komunikasi dua arah yang dirancang untuk mencapai kesepakatan pada saat kedua belah pihak memiliki berbagai kepentingan yang sama maupun berbeda. Negosiasi merupakan sarana bagi pihak-pihak yang mengalami sengketa untuk mendiskusikan penyelesaiannya tanpa melibatkan pihak ketiga penengah yang tidak berwenang mengambil keputusan (mediasi) dan pihak ketiga pengambil keputusan (arbitrase dan litigasi).

Negosiasi biasanya dipergunakan dalam sengketa yang tidak terlalu pelik, dimana para pihak masih beritikad baik untuk duduk bersama dan memecahkan masalah. Negosiasi dilakukan apabila komunikasi antar pihak yang bersengketa masih terjalin dengan baik, masih ada rasa saling percaya, dan ada keinginan untuk cepat mendapatkan kesepakatan dan meneruskan hubungan baik.

3. Mediasi

Mediasi merupakan proses negosiasi pemecahan masalah dimana pihak luar yang tidak memihak (impartial) bekerjasama dengan pihak yang bersengketa untuk membantu memperoleh kesepakatan perjanjian dengan memuaskan. Berbeda dengan arbiter atau hakim, mediator tidak mempuntai wewenang untuk memutuskan sengketa. Mediator hanya membantu para pihak untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang dikuasakan kepadanya.

4. Konsiliasi

Konsiliasi tidak jauh berbeda dengan perdamaian. Konsiliasi sebagai suatu alternatif penyelesaian sengketa di luar pengadilan adalah suatu tindkan atau proses untuk mencapai perdamaian di luar pengadilan, dimana pihak ketiga mengupayakan pertemuan diantara pihak yang berselisih untuk mengupayakan perdamaian. Pihak ketiga sebagai konsiliator harus duduk bersama dalam perundingan dengan para pihak yang berselisih, namun konsiliator biasanya tidak terlibat secara mendalam atas substansi dari perselisihan. Hasil dari kesepakatan para pihak melalui konsiliasi harus dibuat secara tertulis dan ditandatangani bersama oleh para pihak yang bersengketa, dan didaftarkan ke Pengadilan Negeri. Kesepakatan tertulis dari konsiliasi ini bersifat final dan mengikat para pihak.

5. Penilaian Ahli

Yang dimaksud dengan penilaian ahli adalah pendapat hukum oleh lembaga arbitrase.

Lembaga arbitrase menurut Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 adalah badan yang dipilih oleh para pihak yang bersengketa untuk memberikan putusan mengenai sengketa tertentu, lembaga tersebut juga dapat memberikan pendapat yang mengikat mengenai suatu hubungan hukum tertentu dalam hal belum timbul sengketa.115

Berdasarkan cara-cara penyelesaian sengketa konsumen yang telah dipaparkan diatas, maka PT. Inti Cakrawala Citra Medan dalam menyelesaikan sengketa dengan konsumennya adalah dengan menggunakan penyelesaian sengketa di luar pengadilan atau secara non-litigasi atau Alternative Dispute Resolution (ADR). Dari cara-cara penyelesaian nom-litigasi atau ADR tersebut, PT. Inti Cakrawala Citra dalam menyelesaikan permasalahan atau sengketa dengan konsumennya akan menggunakan cara negosiasi, dimana para pihak yang bersengketa tersebut duduk bersama lalu mendiskusikan secara baik-baik untuk mencapai pemecahan masalahnya agar di kemudian hari sengketa tersebut tidak terulang lagi dan para pihak bisa menjalin hubungan kerjasama dengan baik.116

115 Celina Tri Siwi Kristiyanti, Op.Cit., hal. 185-188.

116 Hasil wawancara dengan Bapak Matius Akinop Panjaitan selaku Manajer Administrasi

Toko (Store Administration Manager) dari PT. Inti Cakrawala Citra Medan [Pada tanggal 10 Agustus 2016, Pukul 10.00 WIB].

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian pembahasan pada bab-bab sebelumnya maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Berkaitan dengan pencegahan dan pengawasan terhadap penyesuaian dan penetapan harga sangat diperlukan adanya peran aktif dari PT. Inti Cakrawala Citra. Salah satunya adalah bahwa setiap hari diadakannya pengawasan (monitoring) terhadap perubahan harga yang di cetak di pagi hari dan kemudian diserahkan kepada setiap pramuniaga di setiap lorong mengganti label harga apabila terjadi perubahan harga. Selain itu, PT. Inti Cakrawala Citra memiliki peraturan atau kode etik yang ditetapkan untuk mengatur dan melindungi hak-hak dan kewajiban dari PT. Inti Cakrawala Citra sebagai pelaku usaha dan konsumen, yang diwujudkan dengan adanya buku panduan atau ketentuan, dan sering disebut dengan Costumer Relationship Management (CRM) yang diberikan perusahaan kepada setiap pegawai yang diterima bekerja di PT. Inti Cakrawala Citra Medan. 2. PT. Inti Cakrawala Citra telah berusaha agar tidak terjadi perbedaan harga

antara di rak dengan di kasir dengan cara memberikan tanggung jawab kepada setiap pramuniaga agar mengecek dan selalu memperbaharui informasi mengenai harga atas suatu produk. Tetapi apabila terjadi perbedaan harga suatu produk di rak dengan di kasir, maka tanggung

jawab yang diberikan PT. Inti Cakrawala Citra adalah berupa penggantian selisih harga akibat perbedaan harga tersebut.

3. PT. Inti Cakrawala Citra sebagai pelaku usaha tidak berlaku pasif atas perlindungan konsumen yang diberikannya, apabila konsumen mengalami suatu masalah terkait dengan pelayanan yang diberikannya atau masalah lain maka, para konsumen dapat memberi keluhan dan pesan serta saran dan PT. Inti Cakrawala Citra sendiri selalu berusaha agar penyelesaian sengketa konsumen dapat dilakukan secara non litigasi melalui upaya damai atau secara kekeluargaan.

B. SARAN

Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan selanjutnya dapat dirumuskan saran-saran sebagai berikut:

1. Mengenai peran dari PT. Inri Cakrawala Citra di dalam pencegahan dan pengawasan terhadap penyesuaian dan penetapan harga diharapkan agar lebih aktif lagi salah satunya untuk dapat memberikan pelatihan yang lebih kepada setiap pramuniaga yang akan diterima di PT. Inti Cakrawala Citra Medan dan diharapkan setiap hari atau setiap minggunya diadakan sebuah kegiatan untuk melihat bagaimana kinerja dari setiap pramuniaga. Jika terdapat kesalahan maka, pramuniaga tersebut kiranya dapat diperingatkan dan kesalahannya terjadi kembali dapat diambil tindak lanjut selanjutnya. 2. PT. Inti Cakrawala Citra diharapkan dapat lebih memperhatikan para

pekerjaan termasuk di dalam menempelkan label harga dan juga mencabut label harga yang lama. Jadi ketika terdapat perubahaan harga maka tidak ada lagi kerugian yang dialami oleh konsumen terkait dengan perbedaan harga antara di rak dengan di kasir. Selain itu, disarankan kepada PT. Inti

Dokumen terkait