• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bentuk perlindungan hukum terhadap Cyber Espionage dalam tindak pidana internasional jika hal itu dilakukan di Indonesia diatur di dalam

Cyber Espionage dalam Tindak Pidana International

3. Bentuk perlindungan hukum terhadap Cyber Espionage dalam tindak pidana internasional jika hal itu dilakukan di Indonesia diatur di dalam

Undang-Undang No.11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, dan disamping itu pemerintah juga telah membentuk badan yang mengawasi aktifitas internet yang terjadi di Indonesia yaitu Indonesia Security Incident Response Team on Internet and Infrastruktur/Coordination Center (Id-SIRTII/CC).

2. Saran

Perlunya dibuat instrumen internasional yang membahas mengenai tindak pidana Cyber Spionage secara khusus, karena kejahatan tersebut semakin meluas dan semakin berkembang pesat dalam sistem teknologi di dunia, sehingga perlu adanya perlindungan hukum untuk melindungi negaranya dalam bentuk peraturan internasional. Dengan adanya peraturan mengenai kejahatan cyber espionage secara global, diharapkan kerjasama antar negara dapat lebih optimal dalam menanggulangi kejahatan siber yang berkembang.

Daftar Pustaka

1. Arief, Barda Nawawi, 2006, Tindak Pidana Mayantara, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

2. Ibid, Halaman 2

3. Thomas J. Holt et al, Examining the Social Networks of Malware Writers and Hackers, International Journal of Cyber Criminology, 6 (1) January-June 2012, Halaman 891.

4. Aditya Panji, Peretasan Marak, AS dan China Saling Tuding, Kompas Com, di Akses dari

http:/tekno.kompas.com/read/2013/03/13/15322210/Peretasan.Marak.A S.dan.China.Saling.Tuding.pada tanggal 24 Maret 2013 pukul 8.16 WITA

5. Global Cybercrime Treaty Rejected At U.N, di akses dari http://www.scmagazine.com/global cybercrime-treaty-rejected-at-un/article/168630, pada hari Selasa, 4 Desember 2013, pukul 19.00 WITA.

6. Josua Sitompul, Cyberspace, Cybercrimes, Cyberlaw : Tinjauan Aspek Pidana, PT. Tatanusa, Jakarta, Halaman 106.

7. Ibid, Halaman 10

8. UU No.35 Tahun 2009 Tentang Tindak Pidana Narkotika

9. UU No.21 Tahun 2007 Tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang 10. UU No.30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi

11. UU No.17 Tahun 2011 Tentang Intelijen Negara

12. Maskun, 2013, Kejahatan Siber (Cybercrime), Kencana Pranada Media Group, Jakarta

17. ETS 185-Convention on Cybercrime, Article 2 Illegal Access “Each Party Shall adopt such legislative and other measures as may be necessary to establish as criminal offences under its domestic law, when commited intentionally, the access to the whole or any part of a computer system without of obtaining computer data or other dishonest intent, or in ralation to a computer system that is connected to another computer system”.

18. ETS 185-Convention on Cybercrime, Article 3 Illegal Interception “Each Party Shall adopt such legislative and other measures as may be necessary to establish as criminal offences under its domestic law, when commited intentionally, the interception without right, made by technical means, of non-public transmissions of computer date to, from or within a

computer system, including electromagnetic emissions from a computer system carriying such computer data. A party may require that the offence be commited with dishonest intent, or in relation to a computer system that is connected to another computer system”.

19. Sejarah Id-SIRTII/CC, diakses dari http://idsirtii.or.id/page/view/sejarah-idsirtii, diakses pada tanggal 17 Pebruari 2014 pukul 16.01 WITA 20. Ibid

Biodata Penulis

Prof. Dr. Ediwarman, SH. M.Hum, dilahirkan di Padang tanggal 25 Mei 1954, pendidikan Sekolah Dasar selesai pada tahun 1967 dan SLTP pada tahun 1971 serta SLTA pada tahun 1973 di Bukittingi, kemudian melanjutkan Pendidikan Tinggi di Fakultas Hukum USU dan selesai pada tahun 1980 dan kemudian melanjutkan Pendidikan Magister Ilmu Hukum (S2) pada Pascasarjana USU tahun 1995 dan selesai pada tahun 1997, selanjutnya Pendidikan Doktor (S3) di PPs USU dan selesai pada tahun 2001. Pada tahun 2002 menjadi Guru Besar Fakultas Hukum USU dalam Bidang Ilmu Kriminologi, Pangkat sekarang adalah Pembina Utama Madya (IV/d) dan disamping itu juga Dosen S2 dan S3 di beberapa Perguruan Tinggi lainnya, antara lain : 1. Program Pascasarjana Universitas Muhammadyah Sumatera Utara, 2. Program Pascasarjana Universitas Medan Area, 3. Program Pascasarjana Universitas Islam Riau dan 4. Dosen Eksternal Penguji S3 (Doktor) di Universitas Andalas Padang, 5. Dosen Eksternal Penguji S3 (Doktor) di Universitas Unsyiah Banda Aceh, 6. Dosen Eksternal Penguji S3 (Doktor) di Universitas Islam Negeri Medan

Beberapa karya ilmiah yang telah diterbitkan antara lain : 1. Bunga Rampai Kriminologi, 2. Selayang Pandang Tentang Kriminologi, 3. Asas-asas Kriminologi, 4. Viktimologi, Kaitannya Dengan Pelaksanaan Ganti Rugi Tanah, 5. Perlindungan Hukum Bagi Korban Kasus-kasus Pertanahan di Sumatera Utara (Legal Protection For The Victim Of Land Cases in North Sumatera), 6. Penegakan Hukum Pidana Dalam Perspektif Kriminologi, 7.

Monograf Metodologi Penelitian Hukum, 8. Tindak Pidana Narkotika Dalam Perspektif Kriminologi di Wilayah Kabupaten Labuhan Batu, 9. Tindak Pidana Pencurian Ikan di Kawasan Selat Malaka Dalam Perspektif Kriminologi.

Kajian Awal Pemikiran Guru Besar, USU menuju 500

Indonesia adalah negara berkembang dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin kuat dan diprediksi akan menjadi kekuatan ekonomi ketujuh di dunia pada tahun 2030 (McKinsey, 2012) dan empat besar kekuatan ekonomi dunia pada tahun 2050 (PWC, 2017). Prediksi ini dapat terwujud jika didukung oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga Indonesia dapat menghasilkan inovasi dan produk yang kompetitif di level perdagangan internasional (Bappenas, 2019). Untuk itu, Indonesia perlu mengembangkan ekosistem pendidikan yang bertaraf internasional dengan sistem pendidikan tinggi yang berdaya saing global sehingga mampu menghasilkan sumber daya manusia dan ilmu pengetahuan serta teknologi yang maju. Ketika generasi penerus memiliki bekal yang lebih baik dari generasi sebelumnya untuk melanjutkan roda kehidupan bangsa dan negara dan membawa manfaat bagi masyarakat Indonesia, program pemerintah saat ini dalam membangun SDM yang unggul dapat dikatakan berhasil. Dengan demikian, sistem pendidikan tinggi di Indonesia saat ini haruslah bertransformasi menjadi perguruan tinggi berkelas dunia (World Class University) agar dapat menghasilkan SDM yang kompetitif secara internasional sebagai konsekuensi keterbatasan negara mengirimkan SDM untuk menimba ilmu pengetahuan dan pendidikan di luar negeri.

Saat ini, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Riset dan Teknologi terus berupaya mewujudkan sistem pendidikan tinggi di Indonesia yang berdaya saing global dengan mendorong perguruan tinggi potensial menjadi perguruan tinggi berkelas dunia. Dalam upaya mewujudkan universitas berkelas dunia di Indonesia, program internasionalisasi pendidikan tinggi menjadi program strategis yang perlu ditempuh setiap perguruan tinggi khususnya Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN-BH) yang salah satunya adalah Universitas Sumatera Utara (Kemdikbud, 2020). Dengan program internasionalisasi, diharapkan universitas di Indonesia memiliki daya saing global yang ditandai dengan masuknya PTN-BH dalam pemeringkatan universitas dunia (World University Ranking). Pemeringkatan ini tidak hanya mencerminkan bahwa kualitas universitas di Indonesia semakin baik dan kompetitif secara internasional, tetapi juga memberi dampak terhadap perekonomian daerah dan bangsa yang ditandai dengan masuknya devisa yang dibawa oleh mahasiswa asing ke Indonesia (Seliana, 2019). Secara alami, universitas yang masuk dalam pemeringkatan kelas dunia akan menjadi incaran bagi