BAB II LANDASAN TEORI
2.11 Bentuk rumah adat jawa tengah
2.11.4 Bentuk rumah mesjid dan tajug
Rumah bentuk masjid dan tajug mempunyai denah bujur sangkar dan bentuk inilah yang masih mempertahankan bentuk denah aslinya sampai sekarang. Jika terdapat variasi, maka variasi tidak akan mengubah bentuk denah bujur sangkar tersebut. Pada garis
besarnya rumah bentuk masjid dan tajug dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Masjid dan cungkup
Cangkup adalah rumah rumah untuk memberi perlindungan makan. Rumah ini pada umumnya bertiang empatdan kapnya seperti rumah limasan empyak setangkep.
Gambar 2.53 Masjid dan cungkup 2. Tajug dan sinongsong
Rumah ini pada dasarnya bertiang satu seperti payung.
Gambar 2.54 Tajug dan sinongsong 3. Tajug tawon boni
Adalah tajug yang mempunyai denah bujur sangkar, memakai kepala gada tampa ander penyangga puncak.
Gambar 2.55 Tajug tawon boni 4. Tajug tiang satu lembang teplok
dengan atap brunjung.
Gambar 2.56 Tajug tiang satu lembang teplok 5. Tajug semar tinandu
Brunjung tidak tidak ditopang langsung oleh satu tiang. Tiang penyangga balok tersebut mengangkat brunjung.
Gambar 2.57 Tajug semar tinandu 6. Tajug lawakan lambang teplok
Sama seperti tajug semar tinandu tapi brunjung secara langsung disanggawa oleh tiang utama. Tajug ini lebih memungkinkan dibuat dalam ukuran besar.
Gambar 2.58 Tajug lawakan lambang teplok 7. Masjid dan payung agung
Benntuk masjid payung agung bertingkat lebih dari tiga atau lima, ada yang menyebut bentuk meru. Pada bentuk ini tingkat
kedua masi dianggap oleh tiang utama.
Gambar 2.59 Masjid dan payung agung 8. Tajug lambang sari
Tajug lambang sari tidak memakai kepala gada. Antara brunjung dan atap penanggap terdapat renggangan yang dihubungkan memakai balok yang disebut lambang sari. Perbendaan dengan bentuk lain pada atap penanggap bersifat memanjang dari atas sampai bawah meskipun disangga oelh dua deret tiang sesudah tiang utama.
Gambar 2.60 Tajug lambang sari 9. Masjid lambang teplok
Pada masjid lambang teplok tiang utama langsung keatas penyangga brunjung atap paling atas dan memakai sebuah ander sampai dada peksi pada tiang kedua.
10. Masjid lawakan
Bentuk ini banyak digunakan untuk langgar. Bentuk ini hampir sama rumah dengan rumah limasan atap setangkap tetapi ditambah atap penanggkap.
Gambar 2.62 Masjid lawakan 11.Tajug semar sinongsong lambang gantung
Dinamakan lambang gantung, karena memakai lambang gantung sebagai penggantung atap penanggap pada brujung.
Gambar 2.63 Tajug semar sinongsong lambang gantung 12.Tajug lambang gantung
Bentuk ini memakai soko gantung sebagai penggantung atap brunjung. Keistimewaan bentuk ini memakai tumpang sari dan uleng ganda.
13.Tajug mangkurat
Bentuk ini memiliki kemiripan dengan joglo mangkurat, memakai tumpang sari, uleng, tiang bentung dan lambang sari.
Gambar 2.65 Tajug mangkurat 14.Tajug simon semar tinandu
Bentuk ini letak atap lebih tegak dibanding dengan atap penanggap dan brunjung tidak disangga langsung oleh tiang utama tapi dipikul oleh tiang –tiang yang berderet dipinggir memakai balok blander pemiku.
Gambar 2.66 Tajug simon semar tinandu
2.11.5 Rumah bentuk panggang-pe
Bentuk rumah ini adalah bentuk rumah yang paling tua. Hal itu terlihat pada lukisan pada relief dinding candi maupun tempat kenuaan yang lain. Dalam perkembangannya bentuk yang sederhana itu diberi penambahan sesuai kebutuhan. Rumah bentuk panggang-pe ini banyak dipergunakan sebagai warung, gubuk, bango. Pada garis besarnya rumah panggang-pe dapat dibedakan sebai berikut :
1. Rumah panggang-pe pokok
Adalah rumah panggang-pe yang belum mengalami variasi. Pada dasarnya rumah panggang-pe ini rumah yang beratap satu dan disangga oleh empat buah tiang pada keempat sudutnya.
Gambar 2.67 panggang – pe pokok 2. Panggang-pe trajumas
Adalah rumah panggang-pe yang memakai tiga buah pengeret dan enam buah tiang.
Gambar 2.68 panggang – pe trujumas 3. Panggnag-pe gedang selirang
Adalah rumah panggang-pe poko ynag ditambah atap emper dibagian belakang.
Gambar 2.69 panggang – pe gedang selirang 4. Panggang-pe empyak setangkep
Pada dasarnya dua buah panggang yang dipertemukan pada sisi depannya dan saling memakai tiang depan sesamanya.
Gambar 2.70 panggang – pe empyak setangkep 5. Panggang-pe empyak setangkep
Bentuk ini atapnya yang besar diperpanjang kedepan sampai menonjol dan menutupi bagian atas atap didepannya.
Gambar 2.71 panggang – pe empyak setangkep 6. Panggang-pe bentuk kios
Atap depan bentuk panggang-pe ini hanya sebagai pelindung sinar matahari dan dari tampiasan air hujan.
Gambar 2.72 panggang – pe bentuk kios 7. Panggang-pe kodokan
Pada dasarnya sama dengan panggang-pe bentuk kios, tetapi atap depan diperbesar dan disangga oleh tiang.
8. Panggang-pe cere gancet
Cara penggandengan pada bentuk panggang-pe tentu pada sisi belakang.
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan suatu cara memperoleh pengetahuan yang baru atau cara untuk menjawab permasalaha – permasalahan penelitian yang dilakukan secara ilmiah. Agar informasi yang dihasilkan sesuai dengan keadaan yang ada tampa mengurangi atau melebihkannya.
3.1 Objek Penelitian
Objek penelitian pada tugas akhir ini adalah Puri Maerokoco jl. Yos sudarso, komplek tawang mas semarang semarang barat. Museum ini merupakan bagian dari PRPP yang difungsikan untuk aset kebuadayaan kota semarang. Yang mana didalamnya terdapat bangunan rumah adat yang ada diseluruh kota di jawa tengah.
3.2 Fokus Penelitian
Fokus penelitian adalah sesuatu yang menjadi hal utama untuk dijadikan bahan penelitian. Penelitian yang dikerjakan disini adalah membuat sebuah program pengenalan kebuadaan indonesia khususnya tentang rumah adat jawa tengah. Program ini berisi tentang arsitektur bentuk rumah yang sering digunakan oleh masyarakat jawa tengah pada umumnya untuk membangun rumah, serta gambar rumah adat yang ada di provinsi jawa tengah.