• Tidak ada hasil yang ditemukan

98

Ganti rugi karena wanprestasi adalah suatu ganti rugi yang dibebankan kepada debitur yang tidak memenuhi isi perjanjian yang telah dibuat antara kreditor dengan debitur.99

F. Berakhirnya suatu penjanjian

Cara berakhirnya perjanjian diatur dalam Pasal 1381 KUHPerdata. Berakhirnya perjanjian adalah selesainya atau hapusnya sebuah perjanjian yang diadakan antara dua pihak.100

1. Pembayaran

Dalam Pasal 1381 KUHPerdata ditentukan sepuluh cara berakhirnya perikatan, kesepuluh cara itu, adalah sebagai berikut :

96 Ridwan Syahrani, Op.Cit, hal 89 97

Ahmad Miru, Op.Cit, hal 78

98 Sri Hartati Samhadi , ”Itikad baik dalam kebebasan berkontrak, http://trainingethos. blogspot .com, di akses tanggal 7 April 2016.

99 Salim HS, Op.Cit, hal 181 100Ibid, hal 187

Pembayaran adalah setiap perlunasan perikatan. Pada umumnya dengan dilakukannya pembayaran, perikatan menjadi hapus, tetapi adakalanya perikatannya tetap ada dan pihak ketiga menggantikan kedudukan kreditur semula (subrogasi).101

Pembayaran harus dilakukan dengan menyerahkan uang sedangkan menyerahkan barang selain uang tidak disebut sebagai pembayaran, tetapi pada bagian ini yang dimaksud dengan pembayaran adalah segala bentuk pemenuhan prestasi.102 Pembayaran menyebabkan perikatan mengenai pembayaran hapus, tetapi persetujuan jual beli belum sebab perikatan mengenai penyerahan barang belum berakhir atau belum dilaksanakan.103 Pembayaran adalah setiap tindakan pemenuhan prestasi, walau bagaimanapun sifat dari prestasi itu. Penyerahan barang oleh penjual, berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu merupakan pemenuhan dari prestasi atau tegasnya adalah pembayaran. Terjadinya pembayaran, maka perjanjian terlaksana di antara para pihak.104

2. Penawaran pembayaran tunai, diikuti dengan penyimpanan atau penitipan Istilah penawaran pembayaran tunai diikuti oleh penyimpanan atau penitipan merupakan cara pembayaran yang harus dilakukan apabila si berpiutang (kreditur) menolak pembayaran. Si berpiutang sudah bebas dari utangnya apabila segala biaya yang dikeluarkan untuk menyelenggarakan penawaran pembayaran tunai dan penyimpanan, harus dipikul oleh si berutang.

101 R. Setiawan, Pokok-pokok Hukum Perikatan, (Bandung : Putra A. Bardin Press, 1999), hal 107

102 Ahmadi Miru, Op.Cit, hal 87

103 Budiman N.P.D. Sinaga, Hukum Kuntrak & Penyelesaian Sengketa dari Perspektif

Sekretaris, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2005), hal 22

Contohnya adalah kreditur dapat mengajukan penawaran kepada debitur untuk menitipkan barang kepada pengadilan ketika debitur menolak untuk melakukan pembayaran.105

Penawaran pembayaran yang diikuti dengan penitipan uang atau barang di pengadilan, membebaskan debitur dan berlaku baginya sebagai pembayaran asal penawaran itu dilakukan berdasarkan undang-undang dan apa yang dititipkan itu merupakan atas tanggungan si kreditur.106Penawaran pembayaran tunai hanya mungkin dilakukan terhadap bentuk perjanjian sejumlah uang atau dalam bentuk perjanjian menyerahkan suatu benda bergerak, sedangkan yang tidak dapat dilakukan pembayaran tunai diikuti penitipan yaitu benda tidak bergerak dan objek prestasinya melakukan atau tidak melakukan.107

Penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan adalah salah satu cara menghapuskan perikatan. Penawaran pembayaran tunai belum membebaskan debitur dari perikatannya. Suatu pembebasan terjadi apabila penawaran tunai diikuti dengan penitipan dari benda atau uang yang diserahkan ke pengadilan negeri. Penawaran yang diikuti oleh penyimpanan berkekuatan sebagai pembayaran dan karena itu penghapusan perikatan. Apa yang dititipkan tersebut adalah atas tanggungan kreditur. Untuk sahnya penitipan tersebut, diperlukan adanya penerimaan dari kreditur ataupun keputusan hakim yang mengatakan sah bahwa penawaran dan penitipan tersebut telah mempunyai kekuatan mutlak. Biaya-biaya yang timbul dari

105 http://blogprinsip.blogspot.co.id/2012/10/hapusnya-suatu-perikatan.html, diakses tanggal 28 Mei 2016

106 Ahmadi Miru, Op.Cit, hal 96 107 Salim. H.S., Op.Cit, hal 192

penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan ini dipikul oleh kreditur. Walaupun penerimaan barang/uang simpanan itu belum diambil kreditur, perikatan belum hapus, tetapi penawaran itu sendiri sudah mempunyai akibat hukum, yaitu debitur semenjak itu tak dapat dinyatakan lalai.108

3. Pembaharuan utang

Pembaharuan utang diartikan sebagai perjanjian yang menggantikan perikatan yang lama dengan perikatan yang baru. Penggantian tersebut dapat terjadi berkenaan dengan salah satu pihak, yakni kreditur atau debitur, ataupun terjadi pada objek perjanjiannya.109 Pembaharuan utang adalah sebuah persetujuan, dimana suatu perikatan telah dibatalkan dan sekaligus suatu perikatan lain harus dihidupkan, yang ditempatkan di tempat yang asli.110

Pembaharuan utang ini juga hanya dapat dilaksanakan oleh orang-orang yang cakap menurut hukum untuk melakukan kontrak dan pembaruan ini harus tegas ternyata dari perbuatannya dan tidak boleh terjadi hanya dengan persangkaan.111Pembaharuan utang ini hanya dapat terjadi apabila dengan persetujuan dari pihak-pihak yang bersangkutan.112Jika terjadi pembaharuan utang antara kreditur dengan salah seorang yang berutang secara tanggung menanggung, hak-hak istimewa serta hipotek (hak tanggungan) tidak dapat dipertahankan, kecuali terhadap barang-barang debitur yang melakukan pembaharuan utang.113

108 Mariam Darus Badrulzman, Op.Cit, hal 171 109

Herlien Budiono, Op.Cit, hal 177 110 Salim. H.S. Op.Cit, hal 193 111 Ahmadi Miru, Op.Cit, hal 99

112Wirjono Prodjodikoro, Op.Cit, hal 138 113

debitur lama, maksudnya suatu akta tidak diperlukan. Kreditur berhak untuk membebaskan debitur lama dari perikatannya.114

4. Perjumpaan utang (kompensasi)

Penjumpaan utang ini adalah akibat dari suatu keadaan.115Perjumpaan utang atau kompensasi ini terjadi jika antara dua pihak saling berutang antara satu dan yang lain sehingga apabila utang tersebut masing-masing diperhitungkan dan sama nilainya, kedua belah pihak akan bebas dari utangnya. Perjumpaan ini hanya dapat terjadi jika utang tersebut berupa uang atau barang habis karena pemakaian yang sama jenisnya serta dapat ditetapkan dan jatuh tempo. Walaupun telah disebutkan bahwa utang tersebut harus sudah jatuh tempo untuk dapat dijumpakan, namun dalam hal terjadi penundaan pembayaran, tetap saja dapat dilakukan perjumpaan utang.116

Perjumpaan terjadi demi hukum, bahkan dengan tidak setahunya orang-orang yang berutang dan kedua utang itu yang satu menghapuskan yang lain. Elemen-elemenya adalah utang-utang itu bersama-sama, bertimbal balik dan untuk suatu jumlah yang sama.

117 5. Percampuran utang

Apabila kedudukan sebagai orang berpiutang (kreditur) dan orang berutang (debitur) berkumpul pada satu orang, maka terjadilah demi hukum suatu percampuran utang dengan mana utang-piutang itu dihapuskan.

114 Mariam Darus Badrulzman, Op.Cit, hal 172 115Wirjono Prodjodikoro, Op.Cit, hal 143 116 Ahmadi Miru, Op.Cit, hal 101-102

Percampuran utang adalah akibat dari keadaan maka dengan sendirinya utang hapus.118 Pada umumnya pencampuran utang terjadi pada bentuk-bentuk debitur menjadi ahli waris dari kreditur tersebut.119

Percampuran utang dengan sendirinya akan menghapuskan tanggungjawab dari penanggung utang. Apabila percampuran utang terjadi pada penanggung utang, tidak dengan sendirinya menghapuskan utang pokok. Percampuran utang terhadap salah seorang dari piutang tanggung menanggung tersebut tidak dengan sendirinya menghapuskan utang kawan-kawan berutangnya.120 Pencampuran utang pada diri berutang utama berlaku juga bagi keuntungan penanggung utangnya. Percampuran yang terjadi pada diri penanggung utang tidak menghapuskan utang pokok.121

6. Pembebasan utangnya

Biasanya suatu pembebasan utang membayangkan suatu pembuatan dengan percuma (om niet) akan tetapi ada kalanya suatu pembebasan utang terjadi berhubungan dengan suatu keuntungan.122

Pembebasan utang bagi kreditur tidak dapat dipersangkakan, tetapi harus dibuktikan karena jangan sampai utang tersebut sudah cukup lama tidak ditagih, debitur menyangka bahwa terjadi pembebasan utang. Hanya saja pengembalian sepucuk tanda piutang asli secara sukarela oleh kreditur. Maka, hal itu sudah merupakan suatu bukti tentang pembebasan utangnya bahkan terhadap orang lain yang turut berutang secara tanggungjawab

118

Wirjono Prodjodikoro, Op.Cit, hal 147 119 Salim. H.S. Op.Cit, hal 197

120 Ahmadi Miru, Op.Cit, hal 104

121 Mariam Darus Badrulzman, Op.Cit, hal 150 122

menanggung.123 Keabsahan suatu pembebasan utang harus didukung oleh alat bukti. Pembebasan utang ialah perbuatan atau pernyataan kehendak dari kreditur untuk membebaskan debitur dari perikatan dan pernyataan kehendak tersebut diterima oleh debitur.124

7. Musnahnya barang yang terutang

Jika suatu barang tertentu yang dijadikan objek perjanjian musnah, tidak dapat lagi diperdagangkan atau hilang, hapuslah perikatannya, kecuali kalau hal tersebut terjadi karena kesalahan debitur atau debitur telah lalai menyerahkan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.125Musnahnya barang terutang adalah hancurnya, tidak dapat diperdagangkan atau hilangnya terutang, sehingga tidak diketahui sama sekali apakah barang itu masih ada atau tidak ada. Syaratnya, bahwa musnahnya barang itu di luar kesalahan debitur dan sebelum dinyatakan lalai oleh kreditur.126Apabila benda yang menjadi objek dari suatu perikatan musnah, tidak dapat lagi diperdagangkan, atau hilang maka berarti telah terjadi suatu “keadaan memaksa” atau “force majeure” sehingga undang-undang perlu mengadakan peraturan tentang akibat-akibat dari perikatan tersebut.127

8. Pembatalan perikatan

Apabila benda yang menjadi obyek dari suatu perikatan musnah tidak dapat lagi diperdagangkan atau hilang.

Pembatalan membawa akibat bahwa para pihak tidak berkewajiban untuk melaksanakan prestasinya dan apabila (sebagian) prestasi telah dilaksanakan,

123

Ahmadi Miru, Op.Cit, hal 105

124 Mariam Darus Badrulzman, Op.Cit, hal 188 125Ahmadi Miru, Op.Cit, hal 106

126 Salim. H.S. Op.Cit, hal 198

prestasi demikian haruslah dikembalikan atau jika hal itu tidak dimungkinkan, dilakukan pengembalian senilai prestasi yang telah dilakukan.128 Suatu pembatalan mutlak (absolute nietigheid), apabila suatu perjanjian harus dianggap batal, meskipun tidak diminta oleh suatu terhadap siapapun. Batal mutlak adalah suatu perjanjian, yang diadakan tidak dengan mengindahkan cara apapun yang dikehendaki oleh undang-undang secara mutlak.129 Pembatalan kontrak sangat terkait dengan pihak yang melakukan kontrak, dalam arti apabila pihak yang melakukan kontrak tersebut tidak cakap menurut hukum, baik itu karena belum cukup umur atau karena di bawah pengampuan, kontrak tersebut dapat dimintakan pembatalan oleh pihak yang tidak cakap tersebut.130Istilah batal demi hukum (van rechtswege nietig, null and void) yang tercantum dalam Pasal 1446 KUHPerdata adalah tidak tepat dan yang tepat adalah dapat dibatalkan (vernietigbaar).131

9. Berlakunya syarat batal

Syarat batal adalah suatu yang dipenuhi akan menghapuskan dan membawa segala sesuatu pada keadaan semula, seolah-olah tidak ada suatu perjanjian. Biasanya syarat batal berlaku pada perjanjian timbal balik, seperti pada perjanjian jual beli, sewa-menyewa dan lain-lain.132

128

Herlien Budiono, Op.Cit, hal 206 129Wirjono Prodjodikoro, Op.Cit, hal 151 130 Ahmadi Miru, Op.Cit, hal 107

131 Mariam Darus Badrulzman, Op.Cit, hal 193 132

Hapusnya perikatan yang dilakukan oleh berlakunya syarat batal terjadi jika kontrak yang dibuat oleh para pihak adalah kontrak dengan syarat batal dan apabila syarat itu terpenuhi, maka kontrak dengan sendirinya batal, yang berarti mengakibatkan hapusnya

kontrak tersebut.133 Hal ini berbeda dari kontrak dengan syarat tangguh, karena apabila syarat terpenuhi pada kontrak dengan syarat tangguh, maka kontraknya bukan batal melainkan tidak lahir.134

Daluarsa adalah suatu alat untuk memperoleh sesuatu atau membebaskan dari suatu perikatan dengan lewatnya suatu tertentu dan atas syarat-syarat yang ditentukan dalam undang-undang.

10. Daluarsa atau lewatnya waktu

135

Kadaluwarsa atau lewat waktu juga dapat mengakibatkan hapusnya kontrak antara para pihak.136

133Wirjono Prodjodikoro, Op.Cit, hal 153 134 Ahmadi Miru, Op.Cit, hal 109 135 Salim. H.S, Op.Cit, hal 201 136 Ahmadi Miru, Op.Cit, hal 110

Dokumen terkait