• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. Memeriksa keabsahan data

9. Berakhirx seluruh proses dukacita

Disamping sebagai kesempatan untuk mengungkapkan dukacita yang tertunda akibat beban kebutuhan untuk upacara pemakaman, ma‟nenek juga

101

sesungguhnya merupakan ritual yang menandai berakhirnya masa duka. Titik sentral dari pesan ritual ini adalah pembersihan diri dari situasi “panas” akibat dari kematian. Dengan kata lain pemulihan dari kondisi kehidupan yang “tidak normal” menjadi keadaan normal di mana keberlangsungan kehidupan dengan segala kegiatan keseharian seperti pekerjaan di sawah atau kebun diperbolehkan kembali dan pesta sukacita seperti pernikahan kembali memperoleh tempatnya di dalam kehidupan masyarakat di kampung To‟Nakka‟. Hal tersebut ditandai dengan mengganti pakaian, mencuci muka, tangan dan kaki setelah ritual sebagaimana yang penulis juga lakukan ketika mengikuti ritual tersebut.

Tindakan simbolis itu menandai dimulainya babak baru kehidupan tanpa orang yang meninggal lagi. Terjadi pemulihan yang memungkinkan keluarga yang berduka memasuki proses reintegrasi ke dalam dunia sekitar dan komunitasnya dan sekaligus memasuki kembali kehidupan keseharian “yang normal”.

10.Merayakan kehidupan, dipakaraya tu katuoan,

Ma‟nenek menandai berakhirnya seluruh proses dukacita. Saat – saat terakhir dari seluruh prosesi ritual ma‟nenek adalah kesempatan untuk merayakan kembali kehidupan yang pernah dinikmati bersama keluarga yang telah meninggal. Kenangan itu dikisahkan kembali oleh keluarga sambil mengikat bungkusan jenazah sebelum disimpan kembali. Hal tersebut nampak dari ungkapan:

Kutonganni kumalasi tonna sementara dibungku’ tu papa’ masannang na’ kilalai tonna sisolapakan. Kupakaraya meoli-oli.

102

(saya meluapkan kegembiraan sambil meoli - pekikan khas orang Toraja sebagai ungkapan kegembiraan, ketika mengingat dan mendengar kisah-kisah baik dan lucu saat papa masih hidup. Saya merayakannya).

P4/W4/18/2/2014 No 59-61

oo matoto’ mo’ yaa mangka kupakaraya tu kamasannanganku belanna na benna’ Puang Matua tu attu tuo sola anak sa adingku te diomai. Kurre. Kurre.

(oo saya sudah kuat. Saya sudah merayakan kebaikan Tuhan yang telah memberi kesempatan kepada saya menikmati hidup bersama anak dan adekku, trimaksih, terima kasih).

P6/W6/24/2/2014 No 41-43

Ma‟nenek sebagai kesempatan untuk mengekspresikan dukacita dan kehilangan pada orang Toraja memiliki makna konstruktif. Hal tersebut membuktikan pandangan Hofstede (1991) bahwa dukacita akibat kematian merupakan sesuatu yang dibutuhkan juga oleh manusia untuk meringankan kehidupannya menghadapi kesedihan mendalam. Dukacita adalah nafas manusia yang merupakan gerakan yang simultan seperti ketika mengeluarkan udara yang kotor lalu kemudian menghirup udara yang bersih. Ada nafas dalam, sebagaimana ada duka yang dalam dan ringan untuk dapat melajutkan kehidupan sekalipun tanpa orang terkasih lagi. Tugas proses berduka yakni memutus ikatan psikososial terhadap orang yang dicintai akan membentuk suatu ikatan yang baru, menambah peran dan mengintegrasikan kehilangan ke dalam kehidupan. sebagaimana yang dikatakan Rando (1984) menjadi penting sebagai suatu bentuk pemulihan yang sesungguhnya dijumpai dalam ritual ma‟nenek. Sebagaimana juga yang dikatakan oleh Kubler-Ross (1969) bahwa tahapan berduka itu terdiri atas penyangkalan,

103

kemarahan, tawar-menawar dan penerimaan. Tahapan dukacita yang juga dialami oleh masyarakat Toraja yang mememilihara ritual ma‟nenek.

Salah seorang keluarga menggunakan tali, topi dan baju yang akan dikenakan pada jenasah

Mengangkat balun sambil tersenyum sebelum menyimpannya kembali

Senada dengan itu Bowlby (1980) berpendapat bahwa pada fase re-organisasi, yakni setelah tiga tahap sebelumnya : mati rasa; penyangkalan, kerinduan terhadap orang yang dicintai; memprotes kehilangan yang tetap ada, sulit melakukan fungsi maka keluarga yang berduka mulai membangun

104

kembali rasa identitas personal, arah dan tujuan hidup, percaya diri dan mandiri. Pengalaman emosional dan afektif ini terkait erat dengan pengakuan bahwa kehidupan tanpa orang yang dicintai adalah suatu realitas dan karena itu perlu berbeda. Pada fase ini orang yang meninggal masih dirindukan tetapi memikirkannya tidak lagi menimbulkan duka yang dalam. Penulis sepakat dengan pernyataan tersebut karena hal yang sama juga dialami oleh semua partisipan.

Sekarang ini kalau ingat papa langsung telpon adek-adek sebagai pengobat rindu, sesudah bicara dengan mereka hatiku jauh lebih tenang.

P4/W4/18/2/2014/No.57-59

P4 masih sangat merindukan ayahnya tetapi setelah ma‟nenek dia merasa jauh lebih mampu menerima kenyataan sehingga kalau rindu kepada ayahnya ia cukup menelpon dan ngobrol dengan adeknya maka kerinduannya itu akan terobati.

Lebih tenang mi kurasa...bisa menangis sepuasnya di kuburan papa ....lega...ringan, jadi enak makan tidak kayak dulu lagi

P5/W5/2/2/2014/No.12-15

Seluruh prosesi dari ma‟nenek diakhiri dengan membungkus lalu mengikat kembali tulang-tulang jenazah yang telah dijemur dalam bungkusan yang baru. Hal tersebut baru dapat dilakukan setelah tak ada lagi yang menangis. Sambil mengganti pakaian jenazah dan selanjutkan mengikat akan kedengaran gelak tawa dari semua yang hadir di sekitar kuburan itu karena masing-masing akan menceritakan kembali kenangan-kenangan indah, lucu dan lain sebagainya dari yang telah meninggal.

105

Menurut Rambe (2014) pada momen ini kehidupan seseorang diberi makna dan diangkat sama seperti ketika ia masih hidup. Di sini terjadi ko-memorasi atau pengenangan kembali kehidupan seseorang serta pemberian penghargaan atas kehidupan itu sendiri. Disini ada ruang untuk glorifikasi bagi yang meninggal sebagai bagian dari proses pengolahan duka. Tindakan ini dilakukan secara bersama-sama sebagai bentuk pengesahan bersama bagi pemberian penghargaan atas kehidupan seseorang. Hal ini nampak dari percakapan keluarga yang peneliti saksikan saat ritual ma‟nenek dimana keluarga yang mengelilingi jenazah pada saat membungkus lalu mengikatnya bercanda, bersahut-sahutan secara spontan sambil tertawa menceritakan kembali kenangan-kenangan tentang orang yang meninggal itu lalu saling mengingatkan tentang pesan-pesan almarhum semasa hidupnya.

Dokumen terkait