• Tidak ada hasil yang ditemukan

Grafik Jumlah Daun Tanaman Sawi Caisim

3. Berat Basah Tanaman Sawi Caisim

Pengukuran berat basah tanaman sawi caisim dilakukan pada hari Jumat, 6 November 2015 di kebun Anggur. Pengukuran berat basah dilakukan segera setelah panen, karena jika dibiarkan terlalu lama maka sawi caisim akan kehilangan banyak air. Berikut ini merupakan berat basah tanaman sawi caisim:

Tabel 4.3 Berat Basah Tanaman Sawi Caisim (gram) Tanaman Ke- Air NPK MOL 1 % MOL 5% MOL 10% 1 142 66 186 177 105 2 89 282 131 253 112 3 93 360 122 99 132 4 147 269 197 130 117 5 64 201 90 127 85 6 126 209 128 157 137 7 34 248 65 89 182 Rata-Rata 99,28 233,57 131,28 147,42 124,28

Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa berat basah yang paling berat terdapat pada NPK dengan rata-rata berat 233, 57 gram dan berat basah yang terendah terdapat pada kontrol negatif (air) yaitu 99, 28 gram. Pada kontrol negatif (air) tanaman ke-4 menunjukkan jumlah berat basah 147 gram, sedangkan tanaman ke-7 memiliki jumlah berat basah 34 gram gram. Hal ini disebabkan karena tanaman ke-7 terserang hama daun yang menyebabkan jumlah daun menjadi berkurang dan menyebabkan berat kering yang rendah pada tanaman. Berikut adalah grafik berat basah tanaman sawi caisim pada masing-masing perlakuan.

Gambar 4.3 Berat Basah Tanaman Sawi Caisim (Brassica juncea L.)

Berdasarkan gambar 4.3 di atas, dapat dilihat bahwa perlakuan yang memiliki berat basah paling tinggi yaitu pada kelompok NPK sedangkan berat basah yang paling rendah terdapat pada kelompok air. Secara berurutan berat

99,28 233,57 131,28 147,42 124,28 0 50 100 150 200 250

Air NPK MOL 1% MOL 5% MOL 10%

Bera

t

(Gra

m

)

Kelompok

basah yang tertinggi hingga berat basah terendah pada masing-masing kelompok yaitu pada NPK, larutan MOL rebung bambu 5%, larutan MOL rebung bambu 1%, larutan MOL rebung bambu 10% dan air.

Berat basah berhubungan dengan kemampuan tanaman menyerap air dari media tanam. Berat basah tanaman sawi caisim dipengaruhi tinggi tanaman, jumlah daun dan tingkat kesuburan tanaman. Semakin tinggi tanaman, semakin banyak jumlah daun dan semakin subur tanaman maka berat basah tanaman juga akan semakin tinggi. Tanaman sawi caisim dengan pemberian NPK memiliki berat basah tertinggi bila dibandingkan dengan tanaman sawi caisim dengan perlakuan larutan MOL dan air. Pada tanaman sawi caisim yang diberi NPK, banyak terdapat tunas baru sehingga dapat meningkatkan berat tanaman sawi caisim, selain itu luas daun dan diameter batang juga turut mempengaruhi berat basah tanaman sawi. Daun sawi caisim yang diberi NPK lebih luas bila dibandingkan dengan daun sawi caisim pada perlakuan larutan MOL 1%, larutan MOL 5%, larutan MOL 10% dan kontrol negatif yaitu air dan diameter batangnya juga lebih besar bila dibandingkan dengan perlakuan larutan MOL 1%, larutan MOL 5%, larutan MOL 10% dan kontrol negatif yaitu air.

Kelompok yang menunjukkan hasil paling baik adalah NPK dengan berat rata-rata tanaman adalah 233,57 gr, larutan MOL rebung bambu 5% 147,42 gr, larutan MOL rebung bambu 1% 131,28 gr, larutan MOL rebung bambu 10% 124,28 gr dan air 99,28 gr. Hal ini dipengaruhi oleh kemampuan tanaman dalam menyerap air, jika tanaman dapat menyerap air secara optimal maka berat basah pada tanaman akan meningkat. Pada penelitian ini dilakukan 2 kali

penyiraman pada tanaman sawi caisim yaitu pada pagi dan sore air agar tanaman sawi caisim tidak mengalami kekurangan air. Kekurangan air dapat menyebabkan tanaman menjadi layu dan proses pertambahan tinggi dan jumlah daun juga terhambat. Pada perlakuan NPK didapatkan berat basah yang paling tinggi jika dibandingkan dengan perlakuan lain, hal ini dipengaruhi karena kandungan pada pupuk NPK yang tersedia sudah cukup baik bagi pertumbuhan tanaman sehingga dapat meningkatkan bobot tanaman. Kandungan kalium yang tinggi pada pupuk NPK juga berpengaruh dalam mencegah pengupan air, sehingga tanaman akan terhindar dari kekeringan.

Melalui uji Normalitas yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa data yang diperoleh merupakan data yang normal. Hal ini ditunjukkan oleh taraf signifikansi pada semua kelompok = 0.200 > 0.05 sehingga Ho diterima bahwa data berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Setelah dilakukan uji Normalitas maka dilanjutkan dengan melaukan uji Homogenitas. Berdasarkan hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa taraf signifikansi pada Based on Mean adalah 0.270 > 0.05. Maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis nol (H0) diterima, yang berarti asumsi bahwa kelima populasi adalah sama (homogen) dapat diterima. Dengan demikian data pada penelitian ini adalah homogen.

Melalui uji Anova diperoleh taraf signifikansi sebesar 0.002. Dalam uji Anova jika probabilitas atau signifikansi < 0.05 maka Hi diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan berat basah terhadap perlakuan yang diberikan.

Jika uji Anova menunjukkan hasil yang signifikan maka dilanjutkan dengan uji Bonfferoni untuk mengetahui kelompok mana yang memberikan pengaruh signifikan terhadap berat basah tanaman sawi. Dari tabel uji Bonfferoni menunjukkan bahwa kelompok yang paling baik dalam meningkatkan berat basah tanaman sawi caisim yaitu NPK, larutan MOL 5%, larutan MOL 1%, larutan MOL 10% dan air.

Menurut Salisbury dan Ross (2005), berat basah merupakan total berat tanaman yang merupakan hasil aktivitas metabolik tanaman. Berat basah tanaman sawi caisim terdiri dari daun, tangkai daun dan batang. Berat basah tanaman merupakan berat tanaman yang masih segar dan diperoleh dengan cara menimbang tanaman setelah panen dan ditimbang sebelum tanaman layu, karena jika ditimbang setelah tanaman layu maka akan kehilangan kadar air yang banyak.

Menurut Dewi (2008), giberelin memiliki fungsi utama yaitu mendorong perkembangan biji, perkembangan kuncup, pemanjangan batang dan pertumbuhan daun, mendorong pembungaan dan perkembangan buah, mempengaruhi pertumbuhan dan diferensiasi akar. Berdasarkan hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa perlakuan yang paling berpengaruh terhadap berat basah tanaman sawi adalah perlakuan dengan menggunakan NPK. Pada konsentrasi 5 %, ketersediaan unsur hara yang disediakan oleh mikroorganisme lokal serta Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) telah memenuhi komposisi yang seimbang namun beratnya tidak melebihi berat basah tanaman sawi caisim yang diberi NPK. Menurut Rahardi (2007), komposisi dan kadar unsur hara

makro atau pun mikro sangat berpengaruh terhadap tanaman, oleh karena itu pemberian pupuk harus seimbang sesuai dengan kebutuhan tanaman.

Rendahnya berat basah pada pemberian larutan MOL rebung bambu dengan konsentrasi 1 % dan pada perlakuan kontrol disebabkan oleh kekurangan hara pada media tanam. Sedangkan rendahnya berat basah pada tanaman sawi dengan pemberian larutan MOL rebung bambu dengan konsentrasi 10 % disebabkan oleh komposisi hara yang terlalu berlebihan.

Menurut Pracaya (2010) Jika unsur hara yang ada dalam tanah hanya sedikit maka timbul tanda-tanda kekurangan unsur-unsur hara (defisiensi). Dalam keadaan yang demikian, tanaman tidak tumbuh dengan baik dan hasilnya (produksi) rendah. Sementara, kelebihan unsur-unsur hara seringkali ditandai dengan adanya air yang berlebih, akibatnya yaitu bertambahnya perkembangan vegetatif, bertambahnya warna hijau melebihi normal, jaringan lebih berair dan tertundanya fungsi reproduksi. Tanaman yang berlebihan unsur hara sering kali lebih sensitif pada faktor-faktor iklim yang tidak baik dan mudah terserang penyakit. Umumnya kelebihan unsur hara menyebabkan penimbunan yang berlebihan zat-zat dalam tanaman yang dapat merubah morfologi. Oleh sebab itu, unsur hara yang jumlahnya berlebihan berpengaruh terhadap pertambahan jumlah berat basah tanaman sawi caisim pada perlakuan NPK karena jaringan yang memiliki kandungan air yang tinggi.

Proses pengamatan dilakukan pada musim kemarau dimana curah hujan rendah dengan suhu udara yang tinggi dengan rata-rata 31-340 C (lampiran 7), sedangkan menurut Sutanto (2005) 20%-90% berat basah berasal dari

kandungan air. Meskipun penyiraman sudah dilakukan secara teratur namun tingginya intensitas sinar matahari menyebabkan proses transpirasi tanaman menjadi lebih cepat sehingga kandungan air menjadi menurun. Latifa dan Anggarwulan (2009) menjelaskan bahwa perlakuan naungan berpengaruh pada kandungan nitrogen jaringan, berat basah tanaman, dan rasio pucuk/akar. Pemberian naungan pada tanaman bertujuan untuk mengurangi intensitas sinar matahari yang mengenai tanaman sehingga tidak terjadi proses transpirasi berlebih yang dapat menurunkan berat basah tanaman. Pada penanaman sawi caisim ini tidak dilakukan perlakuan naungan sehingga jumlah intensitas penyinaran matahari sangat besar pada tanaman.

Berat basah berhubungan dengan kemampuan tanaman menyerap air dari media tanam. Berat basah tanaman sawi caisim dipengaruhi tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah tunas baru dan tingkat kesuburan tanaman. Semakin tinggi tanaman, semakin banyak jumlah daun, jumlah tunas baru dan semakin subur tanaman maka berat basah tanaman juga akan semakin tinggi. Selain itu, berat basah tanaman dipengaruhi juga oleh luas daun dan diameter batang. Dalam penelitian ini tidak dilakukan pengukuran mengenai luas daun dan diameter batang. Tetapi secara morfologi, diameter batang yang paling besar terdapat pada tanaman sawi caisim yang diberi NPK, begitu juga pada luas daun terdapat pada tanaman sawi caisim yang diberi perlakuan NPK

Dokumen terkait