• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambar 4.1 Tinggi Batang Tanaman Sawi caisim

Gambar 4.1 menunjukkan bahwa tinggi batang tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan larutan MOL rebung bambu dengan konsentrasi 5% yaitu 3,82 cm. Sedangkan tinggi tanaman terendah terdapat pada perlakuan kontrol negatif yaitu 2,6 cm. Secara keseluruhan, berdasarkan grafik di atas tanaman sawi caisim dengan perlakuan larutan MOL rebung bambu dengan konsentrasi 5% memiliki tinggi batang yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan tinggi batang pada perlakuan lain. Secara berurutan tinggi tanaman dari tanaman yang mempunyai batang paling tinggi ke tanaman yang memiliki batang yang paling rendah yaitu perlakuan larutan MOL rebung bambu 5%, larutan MOL rebung

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 T in g g i B a ta n g ( cm ) Waktu Pengukuran

Grafik Tinggi Batang Tanaman Sawi

Caisim

Air NPK MOL Rebung 1% MOL Rebung 5% MOL Rebung 10%

bambu 1%, larutan MOL rebung bambu 10%, NPK dan terakhir adalah dengan menggunakan air biasa.

Sebelum dilakukan pengujian dengan uji Anova, perlu dilakukan uji Normalitas dan uji Homogenitas. Uji normalitas bertujuan untuk memperlihatkan bahwa data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Berdasarkan hasil yang diperoleh melalui uji Normalitas menunjukkan bahwa data berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hal ini dibuktikan dengan taraf signifikansi > 0.05, dimana pada kontrol negatif (air) memiliki

nilai ρ value (sig) = 0.200 > 0.05 sehingga Ho diterima bahwa data diambil

dari populasi yang berdistribusi normal. Pada NPK memiliki nilai ρ value (sig)

= 0.200 > 0.05 sehingga Ho diterima bahwa data diambil dari populasi yang

berdistribusi normal. Pada perlakuan larutan MOL 1% memiliki nilai ρ value

(sig) = 0.075 > 0.05 sehingga Ho diterima bahwa data diambil dari populasi

yang berdistribusi normal. Pada perlakuan larutan MOL 5% memiliki nilai ρ

value (sig) = 0.200 > 0.05 sehingga Ho diterima bahwa data diambil dari populasi yang berdistribusi normal, dan perlakuan larutan MOL 10% nilai ρ

value (sig) = 0,109 > 0.05 sehingga Ho diterima bahwa data diambil dari populasi yang berdistribusi normal.

Setelah dilakukan uji normalitas, maka dilanjutkan dengan melakukan uji Homogenitas yang bertujuan untuk mengetahui apakah perlakuan memiliki varians yang sama (homogen) dan dapat diterima.

Berdasarkan pada hasil yang diperoleh melalui test of homogenity of variances, dimana hasil probabilitas atau signifikannya adalah 0.301 yang

berarti lebih besar dari 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis nol (H0) diterima, yang berarti asumsi bahwa kelima varians populasi adalah sama (homogen) dapat diterima. Setelah kelima perlakuan terbukti sama, maka dilakukan uji Anova untuk menguji apakah kelima perlakuan tersebut mempunya rata-rata yang sama.

Berdasarkan hasil yang diperolah pada uji Anova nilai probabilitas atau signifikan = 0.031 < 0.05, jadi hipotesis nol (H0) ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan rata-rata tinggi batang dengan menggunakan kelompok yang berbeda. Kontrol negatif (air), NPK, larutan MOL 1 %, larutan MOL 5% dan larutan MOL 10 % mempunyai pengaruh terhadap tinggi batang tanaman sawi caisim.

Setelah uji anova maka dilakukan uji Bonfferoni yang digunakan untuk mengetahui kelompok mana yang berbeda dan yang tidak berbeda, atau dalam hal ini, perlakuan mana yang memberikan pengaruh signifikan terhadap tinggi batang tanaman sawi. Berdasarkan hasil dari uji Bonfferoni dapat disimpulkan bahwa kelompok yang paling baik untuk meningkatkan tinggi tanaman sawi caisim adalah menggunakan larutan MOL 5%. Sedangkan kelompok yang kurang baik dalam meningkatkan tinggi tanaman sawi caisim adalah air biasa. Berikut adalah urutan kelompok yang paling baik dalam meningkatkan tinggi batang tanaman sawi caisim, yaitu perlakuan dengan menggunakan larutan MOL 5%, larutan MOL 1%, larutan MOL 10%, NPK dan air.

Tinggi merupakan salah satu parameter pertumbuhan tanaman. Tanaman setiap waktu terus tumbuh yang menunjukkan bahwa telah terjadi pembelahan

dan pembesaran sel. Pertumbuhan sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, fisiologi dan genetik. Pada sawi caisim, tinggi tanaman mencerminkan panjang batang yang beruas dan berbuku sehingga juga mencerminkan kuantitas daun.

Berdasarkan hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa perlakuan yang paling baik untuk meningkatkan tinggi batang tanaman sawi adalah perlakuan dengan menggunakan larutan MOL 5%. Tinggi batang pada pemberian MOL dengan konsentrasi 5% memperlihatkan bahwa kebutuhan unsur hara makro dan mikro yang diperlukan untuk pertumbuhan tinggi tanaman sawi caisim terpenuhi. Pada konsentrasi 5 %, ketersediaan unsur hara yang disediakan oleh mikroorganisme lokal serta Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) telah memenuhi komposisi yang seimbang. Menurut Rahardi (2007), komposisi dan kadar unsur hara makro ataupun mikro sangat berpengaruh terhadap tanaman, oleh karena itu pemberian pupuk harus seimbang sesuai dengan kebutuhan tanaman. Rendahnya tinggi batang pada pemberian larutan MOL rebung bambu dengan konsentrasi 1 % dan pada perlakuan air disebabkan oleh kekurangan hara pada media tanam. Rendahnya tinggi batang pada tanaman sawi caisim dengan pemberian larutan MOL rebung bambu dengan konsentrasi 10 % disebabkan oleh komposisi hara yang terlalu berlebihan. Rendahnya tingi batang pada tanaman sawi caisim dengan perlakuan NPK disebabkan karena unsur hara yang tersedia jumlahnya lebih banyak bila dibandingkan dengan larutan MOL rebung bambu dengan konsentrasi 5%, 1% dan 10%. Pemberian pupuk NPK dalam penelitian ini menggunakan 1 sendok pupuk NPK dan ditambah 2 liter air. Unsur hara N, P dan K yang terkandung di dalam pupuk kimia tersebut

merupakan unsur hara essensial yang dibutuhkan oleh tanaman dalam pertumbuhan. Tinggi tanaman merupakan salah satu parameter yang memiliki kaitan dengan unsur hara N, P dan K.

Menurut Lakitan (2002), Nitrogen merupakan salah satu unsur pembentuk klorofil. Klorofil merupakan pigmen yang dibutuhkan sebagai absorben cahaya matahari yang digunakan dalam proses fotosintesis. Apabila N meningkat maka klorofil juga meningkat sehingga fotosintat yang dihasilkan dan diakumulasikan ke pertumbuhan tinggi tanaman juga meningkat. Gardner dkk (2008) menyatakan bahwa pertambahan tinggi tanaman terjadi karena pembelahan sel, peningkatan jumlah sel dan pembesaran ukuran sel yang membutuhkan energi dalam bentuk ATP. P merupakan unsur yang dibutuhkan dalam pembentukan ATP tersebut. selanjutnya Salisbury dan Ross (2005), menyatakan bahwa unsur K berperan penting dalam membuka dan menutupnya stomata serta berperan sebagai aktivator dari berbagai enzim yang terlibat di dalam sintesis protein dan karbohidrat. Apabila K meningkat maka karbohidrat juga meningkat sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman. Sehingga dalam hal ini, unsur N, P dan K yang dibutuhkan oleh tanaman sawi caisim untuk pertambahan tinggi tanaman sawi kandungannya berlebihan, melalui pemberian pupuk NPK yang unsur haranya melebihi jumlah yang seharusnya dibutuhkan oleh tanaman sawi sehingga pertumbuhan tinggi tanaman sawi tidak dapat berlangsung secara optimal.

Menurut Maspary (2012), larutan MOL rebung bambu mempunyai kandungan C organik dan giberelin yang tinggi sehingga mampu merangsang

pertumbuhan tanaman. Selain itu MOL rebung bambu juga mengandung mikroorganisme yang sangat penting untuk membantu pertumbuhan tanaman yaitu Azotobacter dan Azospirillium. Bakteri Azotobacter dan Azospirillum merupakan bakteri yang dapat menambat nitrogen.

Menurut Dewi (2008), giberelin memiliki fungsi utama yaitu mendorong perkembangan biji, perkembangan kuncup, pemanjangan batang dan pertumbuhan daun, mendorong pembungaan dan perkembangan buah, mempengaruhi pertumbuhan dan diferensiasi akar. Berdasarkan pengaruh pemberian larutan MOL rebung bambu 5% dengan hasil tinggi tanaman yang paling baik, disebabkan karena aktivitas giberelin yang memenuhi kebutuhan untuk pertumbuhan tinggi tanaman sawi caisim. Pada kondisi ini, keberadaan mikroorganisme lokal yang tersedia di dalam tanah dengan konsentrasi di bawah 5% belum mampu memenuhi ketersedian unsur hara serta Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) yang dibutuhkan oleh tanaman. Pemberian larutan larutan MOL rebung bambu dengan konsentrasi di atas 5% menjadikan jumlah mikroorganisme melimpah sehingga aktivitas meneralisasi atau pengendapan mineral menjadi sangat maksimal, akibatnya tanaman mengalami kelebihan ketersediaan unsur hara serta ZPT sehingga pertumbuhannya menjadi tidak optimal.

2. Jumlah Daun Tanaman Sawi Caisim

Pengukuran pada jumlah daun tanaman sawi caisim dilakukan bersamaan dengan pengukuran tinggi batang yaitu dilakukan setiap 3 hari sekali, dimulai

pada tanggal 12, 15, 18, 21, 24, 27, 30 Oktober dan 2 serta 5 November 2015. Pengukuran pada tinggi tanaman sawi caisim dilakukan saat sawi berumur 14 hari hingga panen. Berikut merupakan tabel pertambahan jumlah daun tanaman sawi caisim:

Tabel 4.2 Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Sawi Caisim Tanggal Rata-rata Jumlah daun tanaman sawi caisim

Air NPK MOL 1% MOL 5% MOL 10% 12 September 4,43 4,86 4,57 4,71 4,71 15 September 5,14 5,43 5,5 5,71 5,85 18 September 5,71 6 6,14 6,71 6,42 21 September 6 5,43 6,57 7 6,28 24 September 6,57 6,14 6,42 7,14 6,57 27 September 7,28 7,28 7,57 8,14 7,28 30 September 8,71 9,57 8,85 10,14 10 2 November 9,14 10,14 11,28 12,42 12,14 5 November 11,42 13,42 12,85 14,14 13,71

Berdasarkan tabel 4.2 di atas, dapat dilihat bahwa pertambahan jumlah daun yang paling tinggi terdapat pada perlakuan larutan MOL rebung bambu 5% sedangkan pertambahan jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada control negatif (air). Pada perlakuan kontrol pada pengamatan tanggal 21 September, rata-rata jumlah daun mengalami penurunan, hal ini disebabkan karena banyak daun yang layu karena terserang hama. Pada perlakuan larutan MOL 10 % terjadi penurunan rata-rata jumlah daun pada tanggal 21 september hal ini disebabkan karena hama yang menyebabkan penurunan jumlah daun tanaman sawi caisim. Pertambahan jumlah daun berdasarkan rata-rata jumlah

daun ≤ 2 helai daun dalam setiap pengamatan. Berikut adalah grafik jumlah daun tanaman sawi caisim.

Gambar 4.2 Jumlah Daun Tanaman Sawi Caisim (Brassica juncea L.)

Berdasarkan gambar 4.2 di atas, dapat dilihat bahwa tanaman sawi caisim yang memiliki jumlah daun paling banyak terdapat pada perlakuan larutan MOL rebung bambu 5% bila dibandingkan dengan jumlah daun pada kelompok lainnya. Secara berurutan jumlah daun paling banyak sampai jumlah daun yang paling sedikit adalah sebagai berikut, perlakuan larutan MOL rebung bambu 5%, larutan MOL rebung bambu 10%, NPK, larutan MOL rebung bambu 1% dan jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada kontrol negatif (air). Jika dilihat pada grafik di atas, menunjukkan bahwa perbedaan jumlah daun pada masing-masing kelompok tidak berbeda nyata.

Sebelum dilakukan uji Anova, perlu dilakukan uji Normalitas dan uji Homogenitas. Berdasarkan uji Normalitas yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa data yang diperoleh merupakan data yang berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hal ini dapat dibuktikan dengan taraf signifikan > 0.05.

0 2 4 6 8 10 12 14 16

J

um

la

h

Da

un

(

hela

i)

Dokumen terkait