• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL

4.11 Berat Gabah Kering Tanaman Padi 3 (tiga) Sampel Tanaman/plot

Pengaruh waktu penyiangan jajagoan dan populasi jajagoan dengan jarak tanam jajagoan yang berbeda berpengaruh nyata terhadap gabah kering tanaman padi 3 (tiga) sampel tanaman, sedangkan kombinasi perlakuan waktu penyiangan dan populasi jajagoan dengan jarak tanam jajagoan yang berbeda berpengaruh nyata terhadap berat gabah kering 3 (tiga) sampel tanaman. Daftar sidik ragam gabah kering 3 (tiga) sampel tanaman dapat dilihat pada Lampiran 98 dan data pengamatan berat gabah kering 3 (tiga) sampel tanaman pada Lampiran 97. Tabel 12. Pengaruh waktu penyiangan dan populasi jajagoan dengan jarak tanam

jajagoan yang berbeda serta kombinasi waktu penyiangan dan populasi jajagoan dengan jarak tanam jajagoan yang berbeda terhadap berat gabah kering 3 (tiga) sampel per tanaman padi per plot.

Populasi Jajagoan

Waktu Penyiangan Jajagoan

P0 P1 P2 P3 P4 Rataan ……….. g ……….. J0 12.27 bc 19.15 a 17.75 a 11.03 bcd 10.26 cde 14.09 J1 10.96 bcd 18.83 a 17.29 a 9.07 def 8.15 ef 12.86 J2 6.73 f 18.71 a 17.25 a 8.98 def 7.90 ef 11.91 J3 6.36 f 13.43 b 12.72 bc 6.58 f 6.47 f 9.11 Rataan 9.08 17.53 16.26 8.92 8.20

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama dan pada kolom yang sama berbeda nyata pada taraf uji 5 % berdasarkan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ).

J0 = Tanpa Populasi jajagoan

J1 = Populasi 105 jajagoan dengan jarak tanam jajagoan 22 cm J2 = Populasi jajagoan dengan jarak tanam jajagoan 16 cm J3 = Populasi jajagoan dengan jarak tanam jajagoan 12 cm

P2 = Waktu Penyiangan jajagoan berumur 6 MST P3 = Waktu Penyiangan jajagoan berumur 9 MST P0 = Tanpa Penyiangan P1 = Waktu Penyiangan jajagoan berumur 3 MST P4 = Waktu Penyiangan jajagoan berumur 12 MST

20 15 10 5 0 20.0 17.5 15.0 12.5 10.0 7.5 5.0 Kombinasi Perlakuan In te ra ks i ( P x K ) 6.47 6.58 12.72 13.43 6.36 7.90 8.98 17.25 18.71 6.73 8.15 9.07 17.29 18.83 10.96 10.26 11.03 17.75 19.15 12.27 Y = 15. 79 - 0. 3611 KP, r = 0. 21

Gambar 41. Hubungan pengaruh kombinasi perlakuan waktu penyiangan dan populasi jajagoan dengan jarak tanam jajagoan yang berbeda terhadap berat gabah kering 3 (tiga) sampel tanaman/plot

Hasil analisis regresi Lampiran 99 dan Gambar 41 menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan P1J0, merupakan perlakuan waktu penyiangan 3 MST dan bebas gulma jajagoan, tetapi penyiangan dilakukan pada jenis gulma lain yang tumbuh pada plot penelitian dengan rataan 19,15 g, sedangkan kombinasi perlakuan terendah terdapat P0J3 tanpa waktu penyiangan jajagoan dan populasi 210 jajagoan per plot dengan jarak tanam jajagoan 12 cm dengan rataan 6,36 g. 4.12 Berat Kering Gabah per Hektar

Pengaruh waktu penyiangan jajagoan dan populasi jajagoan dengan jarak tanam jajagoan yang berbeda serta interaksi waktu penyiangan jajagoan dan populasi jajagoan dengan jarak tanam jajagoan yang berbeda terhadap berat kering gabah per hektar berpengaruh nyata terhadap berat gabah kering per hektar. Data pengamatan berat gabah kering per hektar dapat dilihat pada Lampiran 100 dan daftar sidik ragam pada Lampiran 101.

Tabel 13. Pengaruh waktu penyiangan dan populasi jajagoan dengan jarak tanam jajagoan yang berbeda serta kombinasi waktu penyiangan dan populasi jajagoan dengan jarak tanam jajagoan yang berbeda terhadap berat gabah kering per hektar tanaman padi

Populasi Jajagoan

Waktu Penyiangan Jajagoan

P0 P1 P2 P3 P4 Rataan ……….. Ton/Ha ……….. J0 3.07 bc 4.79 a 4.44 a 2.76 bcd 2.57 cde 3.52 J1 2.74 bcd 4.71 a 4.32 a 2.27 def 2.04 ef 3.22 J2 1.68 f 4.68 a 4.31 a 2.25 def 1.98 ef 2.98 J3 1.59 f 3.36 b 3.18 bc 1.65 f 1.62 f 2.28 Rataan 2.27 4.38 4.06 2.23 2.05

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama dan pada kolom yang sama berbeda nyata pada taraf uji 5 % berdasarkan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ).

J0 = Tanpa Populasi jajagoan

J1 = Populasi 105 jajagoan dengan jarak tanam jajagoan 22 cm J2 = Populasi jajagoan dengan jarak tanam jajagoan 16 cm J3 = Populasi jajagoan dengan jarak tanam jajagoan 12 cm

P2 = Waktu Penyiangan jajagoan berumur 6 MST P3 = Waktu Penyiangan jajagoan berumur 9 MST P0 = Tanpa Penyiangan P1 = Waktu Penyiangan jajagoan berumur 3 MST P4 = Waktu Penyiangan jajagoan berumur 12 MST

20 15 10 5 0 5.0 4.5 4.0 3.5 3.0 2.5 2.0 1.5 Kombinasi Perlakuan In te ra k s i (P x K ) 1.62 1.65 3.18 3.36 1.59 1.98 2.25 4.31 4.68 1.68 2.04 2.27 4.32 4.71 2.74 2.57 2.76 4.44 4.79 3.07 Y = 3.948 - 0.09026 KP, r = 0.21

Gambar 42. Hubungan pengaruh kombinasi waktu penyiangan dan populasi jajagoan dengan jarak tanam jajagoan yang berbeda terhadap berat gabah kering per hektar tanaman

Hasil analisis regresi Lampiran 102 dan Gambar 42, kombinasi perlakuan berat gabah kering per hektar terberat terdapat pada kombinasi P1J0, merupakan perlakuan waktu penyiangan 3 MST dan bebas gulma jajagoan, tetapi penyiangan dilakukan pada jenis gulma lain yang tumbuh pada plot penelitian dengan rataan 4,79 Ton/Ha dan berat gabah terendah terdapat pada kombinasi perlakuan P0J3 tanpa waktu penyiangan jajagoan dan populasi 210 jajagoan per plot dengan jarak tanam jajagoan 12 cm dengan rataan 1,59 Ton/Ha.

4.13 Berat Gabah 1000 Biji Tanaman Padi

Pengaruh waktu penyiangan dan populasi jajagoan dengan jarak tanam jajagoan yang berbeda berpengaruh nyata terhadap berat gabah 1000 biji per plot tanaman, tetapi tidak berpengaruh nyata pada interaksi waktu penyiangan jajagoan dan populasi jajagoan dengan jarak tanam jajagoan yang berbeda. Data pengamatan berat gabah 1000 biji tanaman dapat dilihat pada Lampiran 103 dan daftar sidik ragam Lampiran 104.

Tabel 14. Pengaruh waktu penyiangan dan populasi jajagoan dengan jarak tanam jajagoan yang berbeda terhadap berat gabah 1000 biji per plot tanaman padi.

Populasi Jajagoan

Waktu Penyiangan Jajagoan

P0 P1 P2 P3 P4 Rataan ……….. g/plot ……….. J0 14.84 19.01 17.38 12.86 13.15 15.45 a J1 13.85 17.31 14.97 11.78 11.13 13.81 ab J2 10.46 16.07 13.47 10.37 9.96 12.07 bc J3 9.50 13.82 12.15 10.15 9.62 11.05 c Rataan 12.16 bc 16.55 a 14.49 ab 11.29 c 10.96 c

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama dan pada kolom yang sama berbeda nyata pada taraf uji 5 % berdasarkan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ).

J0 = Tanpa Populasi jajagoan

J1 = Populasi 105 jajagoan dengan jarak tanam jajagoan 22 cm J2 = Populasi jajagoan dengan jarak tanam jajagoan 16 cm J3 = Populasi jajagoan dengan jarak tanam jajagoan 12 cm

P2 = Waktu Penyiangan jajagoan berumur 6 MST P3 = Waktu Penyiangan jajagoan berumur 9 MST P0 = Tanpa Penyiangan P1 = Waktu Penyiangan jajagoan berumur 3 MST P4 = Waktu Penyiangan jajagoan berumur 12 MST

Gambar 43. Hubungan pengaruh populasi jajagoan dengan jarak tanam jajagoan yang berbeda terhadap berat gabah 1000 biji tanaman

Pada Gambar 43 dan hasil analisis regresi pada Lampiran 105 dan Gambar 3.0 2.5 2.0 1.5 1.0 0.5 0.0 16 15 14 13 12 11 Populasi Jajagoan B e ra t G a b a h 1 0 0 0 B iji 11.05 12.07 13.81 15.45 Y = 15.34 - 1.494 J, r = 0.99

berbeda yang tumbuh menyebabkan penurunan berat gabah 1000 biji yang diperoleh yaitu dengan rataan 13,81 g, 12,07 g dan 11,05 g dibandingkan dengan bebas gulma jajagoan dengan rataan 15,45 g.

12 10 8 6 4 2 0 17 16 15 14 13 12 11 10

Wakt u Penyiangan Jajagoan

B e ra t G a b a h 1 0 0 0 B ij i 10.96 11.29 14.49 16.55 12.16

Gambar 44. Hubungan pengaruh waktu penyiangan jajagoan terhadap berat gabah 1000 biji tanaman

Pada gambar 44 dan hasil analisis regresi pada Lampiran 106, menunjukkan bahwa penundaan waktu penyiangan jajagoan berumur 12 MST mengakibatkan penurunan berat gabah 1000 g tanaman dengan rataan 10,96 g dibandingkan dengan waktu penyiangan berumur 3 MST rataan 16,55 g.

4.14 Bobot Kering Jajagoan

Pada pengaruh waktu penyiangan jajagoan terhadap bobot kering jajagoan umur 6, 9 dan 12 MST berpengaruh nyata, tetapi tidak berpengaruh nyata pada umur 3 MST dan pengaruh populasi jajagoan dengan jarak tanam jajagoan yang berbeda terhadap bobot kering jajagoan berpengaruh nyata pada umur 3, 6, 9 dan 12 MST. Sedangkan interaksi waktu penyiangan jajagoan dan populasi jajagoan dengan jarak tanam jajagoan yang berbeda berpengaruh nyata pada umur 6, 9 dan 12 MST. Daftar sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 108, 111, 114 dan 117. Sedangkan data pengamatan bobot kering jajagoan dapat dilihat pada Lampiran 107, 110, 113 dan 116.

Tabel 15. Pengaruh waktu penyiangan dan populasi jajagoan dengan jarak tanam jajagoan yang berbeda serta kombinasi waktu penyiangan dan populasi jajagoan dengan jarak tanam jajagoan yang berbeda terhadap bobot kering jajagoan setelah ditransformasi umur 3, 6, 9 dan 12 MST.

Populasi Jajagoan

Waktu Penyiangan Jajagoan

P0 P1 P2 P3 P4 Rataan Pengamatan 3 MST ……….. g/plot ……….. J0 0.707 0.707 0.707 0.707 0.707 0.707 c J1 1.237 1.394 1.361 1.260 1.370 1.324 a J2 1.188 1.204 1.263 1.207 1.091 1.191 b J3 1.143 1.122 1.152 1.088 1.170 1.135 b Rataan 1.069 1.107 1.121 1.066 1.084 Pengamatan 6 MST ……….. g/plot ……….. J0 0.707 b 0.707 0.707 b 0.707 b 0.707 b 0.707 J1 3.181 a 0.707 2.581 a 2.363 a 2.372 a 2.241 J2 3.104 a 0.707 2.645 a 2.518 a 2.400 a 2.275 J3 3.138 a 0.707 2.452 a 2.187 a 2.114 a 2.119 Rataan 2.533 0.707 2.096 1.944 1.898 Pengamatan 9 MST ……….. g/plot ……….. J0 0.707 b 0.707 0.707 0.707 b 0.707 b 0.707 J1 3.736 a 0.707 0.707 3.428 a 3.389 a 2.393 J2 3.643 a 0.707 0.707 3.444 a 3.432 a 2.387 J3 3.453 a 0.707 0.707 3.282 a 3.167 a 2.263 Rataan 2.885 0.707 0.707 2.715 2.674 Pengamatan 12 MST ……….. g/plot ……….. J0 0.707 b 0.707 0.707 0.707 0.707 b 0.707 J1 3.843 a 0.707 0.707 0.707 3.539 a 1.901 J2 3.827 a 0.707 0.707 0.707 3.485 a 1.887 J3 3.607 a 0.707 0.707 0.707 3.348 a 1.815 Rataan 2.996 0.707 0.707 0.707 2.770

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama dan pada kolom yang sama berbeda nyata pada taraf uji 5 % berdasarkan Uji Tukey.

J0 = Tanpa Populasi jajagoan

J1 = Populasi 105 jajagoan dengan jarak tanam jajagoan 22 cm J2 = Populasi jajagoan dengan jarak tanam jajagoan 16 cm J3 = Populasi jajagoan dengan jarak tanam jajagoan 12 cm

P2 = Waktu Penyiangan jajagoan berumur 6 MST P3 = Waktu Penyiangan jajagoan berumur 9 MST P0 = Tanpa Penyiangan P1 = Waktu Penyiangan jajagoan berumur 3 MST P4 = Waktu Penyiangan jajagoan berumur 12 MST

3.0 2.5 2.0 1.5 1.0 0.5 0.0 1.4 1.3 1.2 1.1 1.0 0.9 0.8 0.7 Populasi Jajagoan B o b o t K e ri n g J a ja g o a n 1.135 1.191 1.324 0.707

Gambar 45. Hubungan pengaruh populasi jajagoan dengan jarak tanam jajagoan yang berbeda terhadap bobot kering jajagoan umur 3 MST

Dari Gambar 45 dan hasil analisis regresi Lampiran 109 menunjukkan bahwa semakin rapat populasi jajagoan dengan jarak tanam jajagoan yang berbeda maka semakin menurun hasil bobot kering jajagoan, hasil berat kering jajagoan terberat terdapat pada populasi 105 jajagoan per plot dengan jarak tanam jajagoan 22 cm dengan rataan 1.324 g dan terendah pada populasi 210 jajagoan per plot dengan jarak tanam jajagoan 12 cm dengan rataan 1.135 g.

Gambar 46. Hubungan pengaruh kombinasi waktu penyiangan jajagoan dan populasi jajagoan dengan jarak tanam jajagoan yang berbeda terhadap bobot kering jajagoan umur 6 MST

Y = 0.7485 + 0.03099 P – 0.000421 P2, R2 = 0.84 20 15 10 5 0 3.5 3.0 2.5 2.0 1.5 1.0 Kombinasi Perlakuan In t e r a k s i ( P x K ) 2.114 2.187 2.452 0.707 3.138 2.400 2.518 2.645 0.707 3.104 2.372 2.363 2.581 0.707 3.181 0.707 0.707 0.707 0.707 0.707 Y = 0.9944 + 0.08011 KP, r = 0.23

Hasil analisis regresi Lampiran 112 dan Gambar 46, menunjukkan bahwa kombinasi hasil bobot kering jajagoan terberat terdapat pada P0J1 tanpa waktu penyiangan dan populasi 105 jajagoan dengan jarak tanam jajagoan 22 cm dengan rataan 3,181 g dan yang terendah terdapat pada kombinasi perlakuan P4J3 waktu penyiangan jajagoan berumur 12 MST dan populasi 210 jajagoan per plot dengan jarak tanam jajagoan 12 cm dengan rataan 2,114 g.

Gambar 47. Hubungan pengaruh kombinasi waktu penyiangan jajagoan dan populasi jajagoan dengan jarak tanam jajagoan yang berbeda terhadap bobot kering jajagoan umur 9 MST

Hasil Gambar 47 dan analisis regresi Lampiran 115, menunjukkan bahwa kombinasi hasil bobot kering jajagoan terberat terdapat pada P0J1 tanpa waktu penyiangan jajagoan dan populasi 105 jajagoan dengan jarak tanam jajagoan 22 cm dengan rataan 3,736 g dan yang terendah terdapat pada kombinasi P4J3 waktu penyiangan jajagoan berumu 12 MST dan populasi 210 jajagoan per plot dengan jarak tanam jajagoan 12 cm dengan rataan 3,167 g.

20 15 10 5 0 4.0 3.5 3.0 2.5 2.0 1.5 1.0 Kombinasi Perlakuan In te ra k s i (P x K ) 3.167 3.282 0.707 0.707 3.453 3.432 3.444 0.707 0.707 3.643 3.389 3.428 0.707 0.707 3.736 0.707 0.707 0.707 0.707 0.707 Y = 0.9173 + 0.09717 KP, r = 0.17

20 15 10 5 0 4.0 3.5 3.0 2.5 2.0 1.5 1.0 Kombinasi Perlakuan In te ra k s i (P x K ) 3.348 0.707 0.707 0.707 3.607 3.485 0.707 0.707 0.707 3.827 3.539 0.707 0.707 0.707 3.843 0.707 0.707 0.707 0.707 0.707 Y = 0.9525 + 0.05951 KP, r = 0,7

Gambar 48. Hubungan pengaruh kombinasi waktu penyiangan jajagoan dan populasi jajagoan dengan jarak tanam jajagoan yang berbeda terhadap bobot kering jajagoan umur 12 MST

Hasil Gambar 48 dan analisis regresi Lampiran 118, menunjukkan bahwa kombinasi hasil bobot kering jajagoan terberat terdapat pada P0J1 tanpa waktu penyiangan dan populasi 105 jajagoan per plot dengan jarak tanam jajagoan 22 cm dengan rataan 3,843 g dan yang terendah terdapat pada kombinasi P4J3 waktu penyiangan jajagoan berumur 12 MST dan populasi 210 jajagoan per plot dengan jarak tanam jajagoan 12 cm dengan rataan 3,348 g.

PEMBAHASAN

Pengaruh Waktu Penyiangan Jajagoan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Padi Sawah

Pengaruh perbedaan waktu penyiangan jajagoan berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman padi. Pengaruh negatif ini ditunjukkan dengan perbedaan hasil tinggi tanaman, luas daun tanaman, bobot kering tajuk, bobot kering akar tanaman, laju asimilasi bersih, laju tumbuh relatif, jumlah anakan tanaman, jumlah anakan tanaman padi produktif, jumlah gabah berisi per malai dan berat gabah 1000 biji tanaman padi terjadi penurunan. Menurut Buhaira (2009) hal ini disebabkan oleh adanya waktu penundaan penyiangan yang dilakukan.

Penundaan waktu penyiangan jajagoan berumur 6, 9 dan 12 MST dibandingkan dengan waktu penyiangan jajagoan berumur 3 MST menyebabkan perbedaan hasil tinggi tanaman umur 6 MST masing-masing mencapai 15,1%, 18,7% dan 26,5% (Tabel 2) yang cenderung menurun. Perbedaan hasil tinggi tanaman yang dihasilkan menurut Natasamsoran dan Moody (1993) disebabkan keterlambatan waktu penyiangan dan adanya persaiangan gulma, pasokan air serta keadaan iklim.

Pengaruh waktu penyiangan jajagoan terhadap laju asimilasi bersih dan laju tumbuh relatif, berpengaruh nyata pada waktu penyiangan jajagoan 3 dan 6 MST. Ketika padi memasuki umur 9 dan 12 MST laju asimilasi dan laju tumbuh relatif mengalami penurunan yang cukup tajam pada perlakuan waktu penundaan penyiangan jajagoan (Gambar 29 dan 30) . Terjadinya penurunan laju asimilasi bersih dan laju tumbuh relatif disebabkan kurangnya intensitas cahaya

akibat persaingan antara tanaman dan populasi jajagoan dengan jarak tanam jajagoan yang berbeda. Namun demikian laju asimilasi bersih padi pada perlakuan waktu penyiangan jajagoan berumur 3 dan 6 MST yang dilakukan, tetapi tidak berpengaruh nyata pada pengamatan 6-9 MST dan 9-12 MST hal ini disebabkan oleh terjadinya pertambahan luas daun, tetapi diantara daun-daun tersebut sudah ada yang saling menaungi, sehingga pada bagian daun yang ternaungi proses fotosintesis tidak dapat berlangsung (Gardner, et. al, 1991).

Hasil pengamatan luas daun tanaman umur 6 MST akibat penundaan waktu penyiangan jajagoan berumur 6, 9 dan 12 MST dibandingkan dengan waktu penyiangan jajagoan 3 MST menyebabkan perbedaan luas daun tanaman masing-masing mencapai 24,3%, 28,9% dan 31,6% (Tabel 3). Pada pengamatan luas daun tanaman umur 9 MST penundaan waktu penyiangan jajagoan berumur 6, 9 dan 12 MST dibandingkan dengan waktu penyiangan jajagoan berumur 3 MST menyebabkan perbedaan luas daun tanaman masing-masing mencapai 19,8%, 45,5% dan 49,6%, (Tabel 3) sedangkan pengamatan luas daun tanaman umur 12 MST penundaan waktu penyiangan jajagoan berumur 6, 9 dan 12 MST dibandingkan dengan waktu penyiangan jajagoan berumur 3 MST menyebabkan perbedaan luas daun tanaman masing-masing mencapai 18,3%, 44,0% dan 48,3% (Tabel 3), sehingga hasil perbedaan luas daun tanaman akibat adanya penundaan waktu penyiangan jajagaon berumur 6, 9 dan 12 MST menyebabkan terjadinya penurunan luas daun tanaman dibandingkan dengan waktu penyiangan jajagoan 3 MST.

Penurunan hasil luas daun hasil penelitian yang telah dilakukan menurut Buhaira (2009) akibat adanya pengaruh waktu perbedaan penyiangan gulma yang mulai terlihat ketika padi memasuki umur 2-3 MST, hasil luas daun yang diperoleh lebih tinggi dibandingkan dengan waktu penundaan penyiangan jajagoan berumur 6 MST hal ini disebakan oleh proses fotosintesis yang tidak optimal.

Pengaruh penundaan waktu penyiangan jajagoan juga menyebabkan terjadinya proses persaingan unsur hara antara tanaman dan gulma jajagoan yang berakibat pada penurunan laju asimilasi bersih dan laju tumbuh relatif, hal ini dijelaskan oleh Sitompul dan Guritno (1995) bahwa ketersediaan unsure hara berpengaruh sangat besar terhadap nilai luas daun dan terhadap produksi biomassa tanaman. Nilai luas daun, bobot kering tajuk dan bobot kering akar menentukan laju asimilasi bersih dan laju tumbuh relatif tanaman, penurunan hasil terhadap hasil bobot kering tajuk tanaman umur 6 dan 12 MST akibat penundaan waktu penyiangan jajagoan berumur 6, 9 dan 12 MST menyebabkan perbedaan hasil bobot kering tajuk tanaman umur 6 MST masing-masing 46,0%, 58,0% dan 60,9% (Tabel 4), pada umur 12 MST perbedaan hasil bobot kering tajuk mencapai 19,5%, 45,4% dan 54,5% (Tabel 4) dibandingkan dengan waktu penyiangan jajagoan berumur 3 MST.

Hasil bobot kering akar tanaman umur 6, 9 dan 12 MST akibat penundaan waktu penyiangan jajagoan berumur 6, 9 dan 12 MST menyebabkan terjadinya penurunan bobot kering akar pada tanaman umur 6 MST dengan perbedaan mencapai 27,0%, 34,0% dan 42,9% (Tabel 5) dibandingkan dengan waktu penyiangan jajagoan berumur 3 MST, pada umur 9 MST perbedaan bobot kering

diperoleh yaitu 14,6%, 43,0% dan 50,1% (Tabel 5) dibandingkan dengan waktu penyiangan jajagoan berumur 3 MST, sedangkan pada tanaman umur 12 MST perbedaan bobot kering diperoleh mencapai 13,6%, 38,5% dan 46,8% (Tabel 5) dibandingkan dengan waktu penyiangan jajagoan berumur 3 MST.

Bobot tanaman menggambarkan banyaknya bahan kering tanaman yang meliputi bobot kering tajuk dan bobot kering akar. Bahan kering merupakan bentuk penimbunan fotosintat dalam tanaman, sehingga dengan meningkatnya jumlah fotosintat dapat meningkatkan bahan kering tanaman (Faozi et al., 2010). Penurunan hasil bobot kering tajuk dan bobot kering akar tanaman pada hasil penelitian yang telah dilakukan akibat penundaan waktu penyiangan jajagoan yang dilakukan. Menurut Imelda et al., (2013) perbedaan hasil bobot kering dan bobot kering akar dipengaruhi oleh adanya persaingan gulma dengan tanaman padi dalam ruang nutrisi, udara, air dan cahaya. Sitompul dan Guritno (1995) menambahkan kekurangan unsur hara berkaitan erat dengan perkembangan akar dan mempertahankan respirasi sehingga dapat menghambat unsur hara dan air yang diperlukan bagi metabolisme tanaman. Kekurangan unsur hara akibat adanya persaingan menyebabkan kurangnya bobot kering tajuk dan jumlah akar, juga panjang akar sehingga bobotnya akan berkurang (Raun dan Johnson, 1999).

Pengaruh waktu penyiangan jajagoan yang berbeda menyebabkan terjadinya persaingan tanaman dan gulma dalam mendapatkan unsur hara yang menyebabkan pembentukan anakan padi terhambat. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa waktu penyiangan jajagoan berumur 6, 9 dan 12 MST menyebabkan terjadinya perbedaan jumlah anakan tanaman umur 6 MST yang diperoleh yaitu 34,6%, 40,1% dan 47,3% (Tabel 8) dibandingkan waktu

penyiangan jajagoan berumur 3 MST. Sebagai akibat luas daun yang rendah, pembentukan tunas terhambat sehingga jumlah anakan terbentuk sedikit (Hadirochmat, 2004).

Lebih tingginya laju asimilasi bersih selama fase vegetatife pada padi yang dilakukan penyiangan jajagoan berumur 3 dan 6 MST menyebakan laju akumulasi bahan kering selama fese vegetatif lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan waktu penyiangan jajagoan berumur 9 dan 12 MST. Bahan kering yang diakumulasikan selama fase vegetatif dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan reproduktif yaitu pembentukan dan pengisian malai tanaman padi. Tingginya akumulasi bahan kering pada fese vegetatif dipengaruhi oleh waktu penyiangan jajagoan yang berbeda dimana waktu penyiangan jajagoan berumur 6, 9 dan 12 MST menyebabkan perbedaan jumlah anakan produktif yang diperoleh yaitu 6,9%, 22,2% dan 30,8% (Tabel 9), perbedaan jumlah gabah berisi per malai tanaman yaitu 16,8%, 43,2% dan 45,7% (Tabel 10) dan perbedaan berat gabah 1000 biji tanaman padi yaitu 12,4%, 31,8% dan 33,8% (Tabel 14) dibandingkan dengan waktu penyiangan jajagoan berumur 3 MST. Memasuki fase generatif (reproduktif) waktu penyiangan jajagoan 3 MST menyebabkan serapan hara lebih tinggi karena tingkat persaingan tanaman dengan gulma lebih rendah dibandingkan dengan waktu penyiangan jajagoan berumur 6, 9 dan 12 MST. Serapan hara yang lebih optimal dan luas daun lebih tinggi menyebabkan laju fotosintesis lebih tinggi selama fase reproduktif, sehingga fotosintat yang dihasilkan lebih banyak. Produksi fotosintat yang lebih tinggi selama fase reproduktif akan meningkatkan jumlah gabah berisi per malai tanaman berisi per malai. Menurut Suseno (1975) menyatakan bahwa jumlah anakan produktif

sebagian besar ditentukan selama fase vegetatif, jumlah gabah per malai selama fase reproduktif, dan bobot satu gabah selama fase masak. Pati dalam biji berasal dari dua sumber, yaitu (a) produk yang diasimilasi dan diakumulasi dalam batang dan daun sebelum stadium mekar bunga, kemudian diubah menjadi gula dan ditranslokasikan ke biji (yang disebut pati terakumulasi), dan (b) produk yang diasimilasi dan dihasilkan selama fase masak. Hasil luas daun yang tinggi berhubungan dengan asimilasi yang dibutuhkan untuk perkembangan suatu malai yang berbulir banyak dan cukup berisi. Dengan luas daun yang lebih besar dan serapan unsur hara yang lebih tinggi, padi akan menghasilkan karbohidrat yang banyak selama fase reproduktif dan pemasakan mengakibatkan jumlah bulir berisi per malai lebih tinggi dan berat gabah.

Pengaruh Populasi Jajagoan Dengan Jarak Tanam Jajagoan Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Padi Sawah

Tanaman padi yang ditanam bersamaan dengan jajagoan berpengaruh nyata terhadap hasil tinggi tanaman, luas daun tanaman, bobot kering tajuk, bobot kering akar tanaman, jumlah anakan tanaman, jumlah anakan tanaman padi produktif, jumlah gabah berisi per malai dan berat gabah 1000 biji. Pengaruh nyata tersebut disebabkan oleh adanya tingkat populasi jajagoan dengan jarak tanam jajagoan yang berbeda yang tumbuh bersamaan dengan tanaman padi sehingga menyebabkan terjadinya kompetisi antara tanaman dan gulma dalam mendapatkan unsur hara, air dan cahaya (Perera et al,. 1992).

Besarnya pengaruh kompetisi antara tanaman dan gulma dalam mendapatkan unsur hara, air dan cahaya tergantung dari tingkat populasi jajagoan dengan jarak tanam jajagoan yang berbeda yang tumbuh bersamaan dengan tanaman padi. Tingkat populasi jajagoan dengan jarak tanam jajagoan yang

berbeda menyebabkan hasil tinggi tanaman yang berbeda pada tanaman umur 3 MST dengan perbedaan masing-masing mencapai 8,3%, 24,5% dan 35,4% (Tabel 2) dibandingkan dengan bebas gulma jajagoan. Sedangkan hasil tinggi tanaman umur 6 MST pada tingkat populasi jajagoan dengan jarak tanam jajagoan yang berbeda, perbedaan hasil tinggi tanaman yang diperoleh yaitu 7,3%, 14,4% dan 32,3% (Tabel 2) dibandingkan dengan bebas gulma jajagoan, hal ini sesuai dengan menurut pendapat Purba (2009) bahwa perbedaan hasil tanaman dipengaruhi kemampuan tanaman dalam berkompetisi (beda jenis/kultivar berbeda kemampuan bersaing) dan durasi mereka berkompotisi.

Penurunan hasil tinggi tanaman akibat tingkat populasi jajagoan dengan jarak tanam jajagoan yang berbeda berpengaruh juga terhadap perbedaan hasil bobot kering tajuk dan bobot kering akar tanaman. Pada hasil perbedaan bobot kering tajuk menunjukkan terjadinya penurunan hasi bobot kering tajuk tanaman umur 3 MST yang diperoleh yaitu 28,3%, 33,7% dan 42,2% (Tabel 4) dibandingkan dengan bebas gulma jajagoan, sedangkan pada umur 12 MST perbedaan penurunan bobot kering tajuk mencapai 17,4%, 33,2% dan 41,9% (Tabel 4). Hasil penelitian Novianti dan Guntoro (2009) bahwa pengamatan 3 BST menunjukkan bahwa gulma E. crus-galli menurunkan bobot kering tajuk tanaman padi mulai populasi 2 bibit gulma per pot dengan penurunan sebesar 30.9% dibandingkan E.crus-galli pada terhadap kontrol.

Hasil bobot kering akar akibat adanya tingkat populasi jajagoan dengan jarak tanam jajagoan yang berbeda pada umur tanaman 3 MST menyebabkan perbedaan mencapai 11,9%, 20,0% dan 28,9% (Tabel 5). Perbedaan bobot kering akar akibat tingkat populasi jajagoan dengan jarak tanam jajagoan yang berbeda

umur 6 MST menyebabkan perbedaan mencapai 5,1%, 20,2% dan 42,9% (Tabel 5), perbedaan bobot kering akar akibat tingkat populasi jajagoan dengan jarak tanam jajagoan yang berbeda pada tanaman umur 9 dan 12 MST masing-masing mencapai 23,3%, 38,3% dan 49,3% (Tabel 5) sedangkan tanaman umur 12 MST perbedaan bobot kering akar tanaman mencapai 19,9%, 35,6% dan 43,4% (Tabel 5). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Novianti dan guntoro (2009) bahwa populasi E.crus-galli berpengaruh terhadap bobot kering akar umur 4 MST mencapai 35,7%.

Pengaruh negatif dengan adanya tingkat populasi jajagoan dengan jarak tanam jajagoan yang berbeda yang ditanam bersamaan dengan penanaman padi mempengaruhi bobot biomasa yang merupakan cerminan dari nutrisi suatu tanaman. Rendahnya hasil dari bobot biomasa dipengaruhi oleh tingkat populasi jajagoan dengan jarak tanam jajagoan yang berbeda yang berdampak pada penurunan hasil luas daun tanaman yang berbeda. Hasil penelitian yang telah dilakukan perbedaan luas daun tanaman cenderung menurun pada umur tanaman 6 MST mencapai 10,5%, 16,9% dan 21,1% (Tabel 3) dibandingkan dengan bebas gulma jajagoan. Pada umur 9 MST perbedaan hasil luas daun yang diperoleh mencapai 8,1%, 17,8% dan 24,9% (Tabel 3), sedangkan pada umur 12 MST pengaruh tingkat populasi jajagoan dengan jarak tanam jajagoan yang berbeda, perbedaan luas daun tanaman diperoleh yaitu 8,3%, 17,1 dan 23,9% (Tabel 3) dibandingkan dengan bebas gulma jajagoan. Tingkat populasi jajagoan dengan jarak tanam jajagoan yang berbeda membuat luas daun tanaman semakin kecil, sehingga semakin kecilnya hasil fotosintesis yang ditranslokasikan dan disimpan Novianti dan Guntoro (2009).

Penurunan hasil bobot biomasa terjadi akibat adanya tingkat populasi jajagoan dengan jarak tanam berbedayang ditunjukkan dengan menurunya hasil

Dokumen terkait