• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

5. Pemeliharaan Persemaian Biji Jajagoan

Pemeliharaan persemaian biji jajagoan memiliki beberapa tahapan yaitu :

5.1) Penyiangan

Penyiangan dilakukan bila diareal lahan persemaian tumbuh jenis gulma lain (selain jajagoan), ini bertujuan agar bibit jajagoan dapat tumbuh dengan baik sesuai dengan yang diharapkan. Penyiangan yang dilakukan dengan kondisi air dalam keadaan tergenang agar gulma lain yang tumbuh dapat busuk dan mati, penggenangan lahan persemaian gulma jajagoan dilakukan dengan menjaga keadaan air yang optimum. Apabila gulma lain (selain gulma jajagoan) telah melewati keadaan air yang optimum pada

persemaian gulma jajagoan, maka penyiangan gulma dilakukan dengan menggunakan tangan.

5.2) Pengairan

Pengairan persemaian jajagoan sama dengan persemaian padi pengairan pada pesemaian dilakukan dengan cara bedengan digenangi air selama 24 jam dengan ketinggian 5 cm, setelah genagan itu berlangsung selama 24 jam, kemudian air dikurangi hingga keadakan macak-macak (nyemek-nyemek), kemudian biji jajagoan disebar.

Pengurangan air pada pesemaian hingga keadaan air menjadi macak-macak ini, dimaksudkan agar biji jajagoan yang disebar dapat merata, mudah melekat ditanah dan akar akan mudah masuk kedalam tanah sehingga biji gulma jajagoan tidak busuk akibat genagan air dan memudahkan biji gulma jajagoan bernafas/mengambil oksigen langsung dari udara, sehingga proses perkecambahan lebih cepat.

Untuk mencegah biji gulma jajagoan dalam bedengan tidak hanyut, maka air harus diatur sesuai dengan keadaan, misalnya : bila akan terjadi hujan maka bedengan perlu digenangi air, agar biji gulma jajagoan tidak hanyut dan terbuang akibat percikan air hujan. Penggenangan air dilakukan lagi pada saat menjelang pemindahan bibit jajagoan dari pesemaian kelahan pertanaman, untuk memudahkan pencabutan.

b. Persiapan dan Pengolahan Tanah Sawah

Pengolahan tanah bertujuan mengubah keadaan tanah pertanian dengan alat tertentu hingga memperoleh susunan tanah (struktur tanah) yang dikehendaki oleh tanaman. Pengolahan tanah dilakukan selama 15 hari sebelum pemindahan bibit, pengolahan tanah sawah dilakukan dengan beberapa tahap yaitu :

1). Pembersihan

Pembersihan lahan sawah dilakukan sebelum pengolahan tanah. Pematang sawah dibersihkan dari rerumputan, sisa-sisa jerami yang masih tinggal di lahan sawah. Membersihkan petakan sawah dan saluran air irigasi atau parit dari rerumputan, kegiatan tersebut bertujuan agar dapat memperlancar arus air serta menekan jumlah biji gulma yang terbawa masuk ke dalam petakan. Pembersihan sisa–sisa tanaman dapat dikerjakan dengan tangan, rembas dan cangkul pembersihan ini dilakukan selama satu hari.

2). Pencangkulan

Setelah dilakukan perbaikan pematang dan saluran, tahap berikutnya adalah pencangkulan. Pencangkulan merupakan bagian dari pengolahan tanah sawah, pencangkulan tanah dilakukan pada lahan persawahan dengan keadaan air macak-macak agar tanah tidak lengket atau tertinggal di alat pengolahan tanah (cangkul), serta mempermudahkan proses pencangkulan tanah sawah.

Lamanya pencangkulan dilahan sawah yang telah dilakukan selama 3 hari, setelah dilakukan pencangkulan tanah sawah lahan digenangi air

dengan kedalaman 5 cm diatas permukaan tanah olahan. Lamanya waktu penggenangan dilakukan selama dua hari pada hari ke empat dan ke lima sebelum dilakukan pembajakan dan penggaruan, penggenangan lahan sawah bertujuan agar tanah menjadi gembur dan lembek untuk memudahkan proses pembajakan dan penggaruan.

3). Pembajakan dan penggaruan

Pembajakan dan penggaruan merupakan kegiatan yang berkaitan dilakukan pada hari ke enam dan ke tujuh dilakukan setelah penggenangan lahan sawah selesai di cangkul. Pembajakan dan penggaruan ini merupakan pembajakan dan penggaruan pertama yang bertujuan untuk gumpal-gumpalan tanah sawah dapat hancur menjadi kecil-kecil, gumpalan tanah tersebut kemudian dihancurkan dengan garu sehingga menjadi lumpur halus dan rata, kemudian lahan sawah digenangi dengan air 5 cm diatas permukaan tanah. Lamanya pembajakan dan penggarauan dilakukan selama dua hari pada hari ke delapan dan ke sembilan dengan tujuan agar sisa-sisa rumput atau jerami yang masih tertinggal cepat membusuk.

Pembajakan dan penggaruan ke dua dilakukan pada hari ke sepuluh dan ke sebelas, tanah dibajak dan digaru kembali agar tanah sawah menjadi lebih halus dan lebih rata. Proses meratakan tanah pada saat menggaru keadaan air sawah dengan kondisi macak-macak, selama digaru saluran pemasukan dan pengeluaran air ditutup agar lumpur tidak hanyut terbawa air keluar, penggaruan yang dilakukan berulang kali akan memberikan keuntungan permukaan tanah menjadi rata, air yang

merembes kebawah menjadi berkurang, setelah pembajakan dan penggarauan ke dua dilakukan pada hari ke sebelas sampai hari ke lima belas, setelah lahan sawah di bajak dan digaru kemudian lahan dibiarkan bertujuan untuk menetralkan kondisi tanah sawah yang siap di tanam dengan kondisi air macak-macak (BPP Teknologi, 2000).

c. Pemupukan Tanaman Padi

Pemupukan tanaman padi non hibrida dilakukan dengan dosis 250 kg Urea/ha, 80 kg SP-36/ha dan 100 kg kcl/ha. Pupuk Urea diberikan tiga kali yaitu 100 kg/ha pada saat tanam, 90 kg/ha pada saat 4 MST, dan 60 kg/ha pada saat 8 MST. Pupuk SP-36 diberikan seluruhnya pada saat tanam. Pupuk kcl diberikan 80 kg/ha pada saat tanam dan 20 kg/ha pada saat 8 MST, pemupukan dilakukan dengan cara sebar dan dengan kondisi air macak-macak agar pupuk tidak tererosi oleh air sehingga pupuk dapat terserap oleh tanah sawah.

d. Penanaman Bibit Padi dan Jajagoan

Bibit padi non hibrida varietas ciherang berumur 21 hari setelah semai (HSS) ditanam pada plot percobaan dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm, bibit jajagoan di tanam pada hari yang sama dengan penanaman bibit padi, jajagoan di tanam pada umur 21 HSS pada plot percobaan sesuai dengan perlakuan populasi jajagoan dengan jarak tanam jajagoan yang berbeda dengan kondisi air macak-macak.

e. Penyiangan Gulma Lain

Penyiangan gulma dilakukan apabila di areal lahan penelitian tumbuh jenis gulma lain (selain jajagoan). Gulma disiangi dengan cara manual yaitu

mencabut gulma menggunakan tangan sehingga gulma lain tidak dapat tumbuh.

f. Pengendalian Hama Tanaman Padi

Pengendalian hama dilakukan dengan menggunakan bahan racun insektisida BONA 500 EC dengan bahan aktif BPMC, dengan dosis anjuran 1,5 ml/ha per 4,5 liter air (total dosis BONA yang digunakan adalah 81 ml per 24,6 liter air). Pembuatan larutan semprot dilakukan dengan mencampurkan insektisida sekaligus dalam tong yang berisi pelarut air. Aplikasi dilakukan dengan alat sprayer tipe gendong pada pagi hari dengan kondisi air dilahan tanaman padi dalam keadaan macak-macak.

g. Panen

Menurut Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (2008), panen padi dilakukan pada saat tanaman padi berumur 125 hari HST, dengan keadaan butir padi sudah menguning merata dan tangkai buah padi sudah merunduk. Pemanenan dilakukan dengan memotong batang menggunakan sabit, setelah dilakukan pemanenan hasil padi, benih akan diproses sesuai dengan pedoman parameter pengamatan penelitian.

h. Penentuan Tanaman Sampel Pengamatan Hasil Produksi

Penentuan tanaman sampel hasil produksi pada plot penelitian dilakukan dengan cara acak dengan mengambil tanaman padi yang telah siap dipanen berjumlah 3 tanaman setiap plot penelitian.

i. Parameter Pengamatan Tanaman Padi

Dokumen terkait