• Tidak ada hasil yang ditemukan

66%34%Berat Total 10 Ton

Dalam dokumen Perencanaan Jalan Raya ( 1 ) (Halaman 109-127)

PERHITUNGAN PERENCANAAN

66%34%Berat Total 10 Ton

4 Ton 8 Ton

3 Ton 7 Ton

Gambar 3.27 Bus 10 ton Roda : Depan = 3 Ton STRT

 Perhitungan Equivalen

Angka Equivalen (E) Masing – Masing Kendaraan

 Mobil Penumpang 2 ton = 1 Ton STRT + 1 Ton STRT = 0.0002 + 0.0002

= 0.0004

 Truk ringan 9 ton = 3 Ton STRT + 6 Ton STRT = 0.0183 + 0.2933

= 0.0.3106

 Truk berat 12 ton = 4 Ton STRT + 8 Ton STRG = 0.0577 + 0.0794

= 0.1371

 Truk 3-as 20 ton = 4 Ton STRT + 8 Ton STRG + 8 Ton STRG = 0.0577 + 0.0794 +0.0794

= 0.2165

 Bus 10 ton = 3 Ton STRT + 7 Ton STRG = 0.0183 + 0.0466

= 0.0649

Jumlah dan Koefisien Distribusi Kendaraan (C)

Jalur rencana merupakan salah satu jalur lalu lintas dari suatu ruas jalan raya, yang manampung lalu lintas terbesar. Jika jalan tidak memiliki tanda batas jalur, maka jumlah jalur ditentukan dari lebar perkerasan menurut daftar dibawah ini :

Sumber : Standar Nasional Indonesia; SNI 1732-1989-F . Tata Cara Perencanaan Tebal Perkerasan Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen. 1989.

Dalam perenanaan jalan ini memiliki lebar perkerasan 14,00 m maka digunkan 4 jalaru 2 arah.

Tabel 3.2Koefisien Distribusi Ke lajur Rencana (C)

Sumber : Standar Nasional Indonesia; SNI 1732-1989-F . Tata Cara Perencanaan Tebal Perkerasan Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen. 1989.

Perhitungan Lintas Equivalen Permulaan (LEP)

Rumus :

LEP : LHR x C x E Dimana:

LHR = Lalulintas Harian Rencana

C = Koefisian Distribusi kelajur Rencana E = Angka Ekivalen

Mobil Penumpang 2 ton = 569 x 0,5 x 0.00236 = 0,67142 Truk ringan 9 ton = 218 x 0,5 x 1.61942 = 176,516 Truk berat 12 ton = 116 x 0,5 x 1.22492 = 71,045 Truk 3-as 20 ton = 31 x 0,5 x 2.14877 = 33,305 Bus 10 ton = 216 x 0,5 x 0.63680 = 68,774 ∑ LEP = 350,311

= 350 Kendaraan  Perhitungan Lintas Equivalen Akhir (LEA)

Rumus =

LEA : LHR x C x E Dimana:

LHR = Lalulintas Harian Rencana

C = Koefisian Distribusi kelajur Rencana E = Angka Ekivalen

LHR Umur Rencana : LHR Awal Tahun Rencana :

Mobil Penumpang 2 ton = 935 x 0,5 x 0.00236 = 1,1033 Truk ringan 9 ton = 358 x 0,5 x 1.61942 = 289,876 Truk berat 12 ton = 191 x 0,5 x 1.22492 = 116,979 Truk 3-as 20 ton = 51 x 0,5 x 2.14877 = 54,793 Bus 10 ton = 355 x 0,5 x 0.63680 = 113,032

∑ LEP = 575,783 = 575 Kendaraan

Perhitungan Lintas Equivalen Tengah (LET)

Rumus :

LET =

(LEP + LEA) 2 Dimana :

LET = Lintasan Equivalen Tengah LEP = Lintasan Equivalen Permulaan LEA = Lintasan Equivalen Akhir

LET = (LEP + LEA) 2 = 350+575 2 = 462 kendaraan

Perhitungan Lintas Equivalen Rencana (LER)

Rumus :

LER = LET x

UmurRencana

10

Dimana :

LER = Lintasan Equivalen Rencana LER = LET x UmurRencana 10 = 462 x 10 10 = 462 Kendaraan

Perhitungan Faktor Regional (FR)

Curah hujan >900 mm/thn Kelandaian 2 ( 6 – 10 % ) Rumus : % KB =

KendaraanBerat

Kendaraan

x100

Dimana : KB : Kendaraan Berat

% KB =

KendaraanBerat

Kendaraan

x100

=

(Truck.Berat+Truck.3as+Bus)

Kendaraan

x100

= 116 + 31+ 216 515+218+116+31+216 x100 = 363 1096 x100 = 33,120 %

Kelandaian I Kelandaian II Kelandaian III

(<6%) (6-10%) (>10%)

IKLIM %kendaraan berat %kendaraan berat %kendaraan berat

≤30% >30% ≤30% >30% ≤30% >30%

Iklim I 0.5 1.0-1.5 1 1.5-2.0 1.5 2.0-2.5

<900mm/thn

Iklim II 1.5 2.0-2.5 2 2.5-3.0 2.5 3.0-3.5

>900mm/thn

Sumber : Standar Nasional Indonesia; SNI 1732-1989-F . Tata Cara Perencanaan Tebal Perkerasan Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen. 1989.

Jadi didapat FR = 2,5 ( Sesuai Tabel 3.1)

Penentuan Indeks Permukaan Akhir (Ipt)

Tabel 3.4 Nilai Indeks Permukaan Akhir (Ipt)

Sumber : (Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen)

Indeks Permukaan ini menyatakan daripada kerataan/kehalusan serta kekokohan permukaan yang bertalian dengan tingkat pelayanan bagi lalu lintas yang lewat. Adapun beberapa nilai IP beserta artinya adalah seperti yang tersebut dibawah ini:

IP = 1,0 : adalah menyatakan permukaan jalan dalam keadaan rusak berat sehingga sangat mengganggu lalu lintas kendaraan.

IP = 1,5 : adalah tingkat terendah yang masih mungkin (jalan tidak terputus). IP = 2,0 : adalah tingkat pelayanan rendah bagi jalan yang masih mantap. IP = 2,5 : adalah menyatakan permukaan jalan masih cukup stabil dan baik.

Perhitungan Nilai CBR

Diketahui dari soal :

3,1 3,1 4,1 3,1 4 3,1 4,1 4,1 3,1 3,1

4,1 3,1 3,1 4 3,1 4,1 4,1 5 6 5

Perhitungan Persen dan Jumlah yang Sama serta Persentasi kumulatif Dari Nilai CBR Nilai CBR Jumlah Persen yang

sama atau lebih besar

Jumlah yang sama atau lebih besar

Persentasi Komulatif ( % ) 3,1 1 3,1 1 3,1 1 3,1 1 45 % 20 100

3,1 1 3,1 1 3,1 1 3,1 1 3,1 1 4 1 10% 11 55 4 1 4,1 1 4,1 1 4,1 1 30% 9 45 4,1 1 4,1 1 4,1 1 5 1 10% 3 15 5 1 6 1 5% 1 5 Total 20 100% 3.2 3.7 4.2 4.7 5.2 5.7 6.2 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Nilai CBR P er se n Ya ng S am a A ta u L eb ih B es ar

Grafik Perbandingan nilai CBR dan Persentase nilai yang sama Jadi nilai CBR yang mewakili adalah 3,31

Dari Grafik 3.1 diatas didapatkan nilai CBR sebesar 3,31 dan untuk nilai DDT dapat dihitung dengan rumus dibawah ini :

DDT = 1,6649 + 4,359 log ( 3,31 ) = 3,931

Perhitungan indeks Tebal Perkerasan (ITP) Dari data-data yang diperoleh:

o LER= 462 o DDT = 3,931 o FR = 2.5 o IPt = 2 Diagram DDT dan CBR 3,93 1 3,2

Sumber : Standar Nasional Indonesia; SNI 1732-1989-F . Tata Cara Perencanaan Tebal Perkerasan Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen. 1989.

Diagram nomogram

Sumber : Standar Nasional Indonesia; SNI 1732-1989-F . Tata Cara Perencanaan Tebal Perkerasan Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen. 1989.

Dari Nomogram 9 PPTPLJR didapat nilai ITP

= 11,1

Perhitungan indeks permukaan awal (IPo)

Menentukan indeks permukaan awal (Ipo) dengan mempergunakan tabel dibawah ini yang ditentukan sesuai dengan jenis lapisan permukaan yang akan di pergunakan :

Menentukan Jenis Lapisan Yang Akan di Pergunakan Pemilihan jenis lapisan perkerasan di tentukan dari :

a. Material Yang tersedia b. Dana awal yang tersedia

c. Tenaga kerja dan peralatan yang tersedia d. Fungsi Jalan

Menentukan koefisien kekuatan relatif (a) dari setiap jenis lapisan perkerasan yang dipilih. Besarnya koefisien kekuatan relatif dapat dilihat pada tabel Berikut :

Rumus : ITP = a1 . D1 + a2 . D2 + a3 . D3 Bahan Perkerasan

 LASTON MS 744 : a1 = 0,40

 Batu Pecah Kelas A (CBR 100% ) : a2 = 0,14  Sirtu (CBR 70%) : a3 = 0,13

Batas minimum tebal lapisan perkerasan untuk ITP 11,1

 LASTON MS 744 : D1 = 10 cm

 Batu Pecah Kelas A (CBR 100% ) : D2 = 20 cm

 Sirtu (CBR 70%) : D3 = 25 cm ITP = ( a1 x D1 ) + ( a2 . D2 ) + ( a3 . D3 ) 11,1 = (0,4 . D1) + (0,14 . 20) + (0,13 . 25) 11,1 = 0,4 D1 + 2,8 + 3,25 11,1 = 0,4 D1 + 6,05 11,1 – 6,05 = 0,4 D1 5,05 = 0,4 D1 D1 = 5,05 / 0,4 D1 = 12,625 ≈ 13 cm Susunan perkerasan :  LASTON MS 744 = 13 cm

 Batu Pecah Kelas A (CBR 100% ) = 20 cm

Gambar 3.15 Susunan Perkerasan Batu pecah (CBR 100%) = 20 cm Sirtu (CBR 70%) = 25 cm Laston MS 744 = 13 cm

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Setelah penyusunan laporan ini kami selesaikan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu :

 Jalan akan dibuka pada tahun 2018 dengan tingkat pertumbuhan lalu lintas 5,6% dan diprediksi akan mengalami kenaikan setelah jalan di buka pada umur 10 tahun..  Jalan Kolektor dengan medan perbukitan dan kecepatan (Vr) = 60 km/jam.  Alinyemen Horizontal

1. Tikungan PI-1 (S-C-S) ; Sta 0+775 Ts = 162,844 m Es = 84,844 m Lc = 94,28 m Ls = 50 m e = 8,8% Rc = 70 m

2. Tikungan PI-2 (FC) ; Sta 1+175 Tc = 55,692 m Ec = 1,894 m Lc = 110,731 m Ls = 50 m e = 10% Rc = 819 m

3. Tikungan PI-3 (FC) ; Sta 1+525 Tc = 190,456 m Ec = 24,950 m Lc = 372,315 m Ls = 50 m e = 10% Rc = 600 m  Alinyemen Vertikal

Dari perhitungan alinyemen vertikal didapat elavasi rencana untuk mencari galian dan timbunan dengan kelandaian maksimal 10%

 Drainase

Dari perhitungan drainase di dapat dimensi saluran h = 1,6 m , b = 0,8 m. Dan untuk gorong-gorong didapat diameter 1 m pada titik PPV 2 dan PPV 4 (setiap cekungan)

Volume galian yang diperoleh 7524,744 m3 dan diperoleh volume timbunan 7301,359 m3.

 Perkerasan Jalan

Dari perhitungan perkerasan didapat setiap lapis perkerasan jalan

1. LASTON MS 744 = 16 cm

2. Batu Pecah Kelas A (CBR 100%) = 20 cm

3. Sirtu (CBR 70%) = 25 cm

4.2 Saran

Saran yang dapat kami berikan untuk pengerjaan tugas ini berikutnya adalah :

1. Sebaiknya dalam perhitungan, mahasiswa menggunakan program-program penunjang seperti Microsoft office excel agar data yang diperoleh cepat dan tepat.

2. Mahasiswa dituntut lebih teliti pada perencanaan alinemen horizontal dan alinemen vertical,karena jalan berawal dari perencanaan tersebut termasuk kenyamanan jalan akan baik jika perencanaan keduanya seimbang dan baik.

3. Penggambaran sebaiknya dilakukan dengan program autocad, selain hasil lebih bagus, gambarpun lebih akurat dan terpercaya untuk perhitungan yang digunakan program bantu ini, karena program bantu tersebut mendukung perhitungan luas untuk menghitung luas galian dan timbunan.

Dalam dokumen Perencanaan Jalan Raya ( 1 ) (Halaman 109-127)

Dokumen terkait