• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Kemampuan Guru dalam Mengajar 1.Pengertian Pembelajaran 1.Pengertian Pembelajaran

3. Berbagai Keterampilan dalam Mengajar

Mengajar tidak hanya sebatas menyampaikan materi pelajaran semata, akan tetapi dimaknai juga sebagai proses kegiatan mengatur lingkungan agar anak didik belajar. Oleh karena itu, guru dituntut untuk memiliki kemampuan khusus di dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai tenaga pendidik. Hal tersebut dimaksudkan agar guru dapat menjalankan fungsinya sebagai tenaga pendidik dengan baik dan benar.

Menurut Moh. Uzer Usman kemampuan/keterampilan mengajar yang perlu dimiliki guru antara lain: keterampilan membuka dan menutup pelajaran, keterampilan mengelola kelas, keterampilan menjelaskan, keterampilan bertanya, keterampilan memberi penguatan, keterampilan mengadakan variasi, dan keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan.19

a. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran 1) Membuka Pelajaran

Menurut Ahmad Sabri, membuka pelajaran adalah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk menciptakan prakondisi bagi murid agar mental dan perhatian terpusat pada apa yang akan dipelajarinya sehingga usaha tersebut akan memberikan efek yang positif terhadap kegiatan belajar.20 Membuka pelajaran merupakan usaha untuk menciptakan suasana siap mental pada diri anak didik untuk mengikuti pembelajaran dan menimbulkan perhatian anak didik agar terpusat pada hal-hal yang akan dipelajarinya.

Menurut Ahmad Sabri, ada 4 (empat) komponen keterampilan membuka pelajaran yaitu: menarik perhatian siswa, menimbulkan motivasi, memberi acuan pelajaran, dan apersepsi.21

a) Menarik perhatian siswa, banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk mendapatkan perhatian siswa, antara lain: gaya mengaja guru, penggunaan alat bantu pembelajaran, dan pola interaksi guru yang bervariasi.

19

Moh. Uzer Usman, "Menjadi Guru Profesional", (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2011), cet. Ke-25, hal. 74

20

Ahmad Sabri, "Strategi Belajar MengajarMicro Teaching", (Ciputat, PT Ciputat Press, 2010), cet. Ke-3, hal. 99

21

b) Menimbulkan motivasi belajar siswa, yaitu dapat dilakukan dengan cara guru menunjukkan kehangatan dan keantusiasan dalam memulai pembelajaran, menimbulkan rasa ingin tahu anak didik, mengemukakan ide yang bertentangan dan memperhatikan minat siswa.

c) Memberi acuan melalui berbagai usaha, seperti: mengemukakan tujuan pelajaran dan batas-batas tugas, menyarankan langkah-langkah yang akan dilaksanakan, meningkatkan masalah pokok yang akan dibahas dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan.

d) Apersepsi, yaitu membuat kaitan atau hubungan antara materi pelajaran yang akan diajarkan dengan pengalaman dan pengetahuan yang telah dikuasai oleh anak didik.

2) Menutup Pelajaran

Menurut Moh. Uzer Usman, menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pelajaran atau kegiatan belajar mengajar.22 Dalam kegiatan ini guru berupaya untuk mengetahui pembentukan kompetensi dan pencapaian tujuan pembelajaran, serta pemahaman anak didik tentang materi pelajaran yang telah disampaikan sekaligus mengakhiri kegiatan tersebut.

Mengakhiri kegiatan pembelajaran bertujuan untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari anak didik dan keterkaitannya dengan pengalaman sebelumnya serta untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa.

Menurut Moh. Uzer Usman, ada 2 (dua) komponen keterampilan menutup pelajaran, yaitu: meninjau kembali penguasaan inti pelajaran dan mengevaluasi.23

a) Meninjau Penguasaan Inti Pelajaran

Peninjauan kembali penguasaan inti pelajaran merupakan kegiatan

22

Moh. Uzer Usman, "Menjadi Guru Profesional", (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, . 11.. cet. Ke-25, hal. 92

23

Moh. Uzer Usman, "Menjadi Guru Profesional", (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2011 cet. Ke-25, hal. 93

yang dilakukan oleh guru untuk mengetahui sejauh mana anak didik mengerti dan memahami materi pelajaran yang telah disampaikan oleh guru. Cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui hal tersebut antara lain dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada anak didik, menugaskan siswa untuk membuat kesimpulan atau menyampaikan ringkasan materi pelajaran yang telah disampaikan.

b) Evaluasi Pembelajaran

Dalara hubungan dengan kegiatan pengajaran. Ahmad Sabri mendefinisikan evaluasi adalah suatu proses untuk menentukan nilai belajar dan pembelajaran yang dilaksanakan dengan melalui kegiatan penilaian atau pengukuran belajar dan pembelajaran.24 Sedangkan rumusan yang lebih bersifat operasional dikemukakan oleh Rcestiyah (1989), bahwa evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan data seluas-luasnya dan sedalam-dalamnya mengenai kapabilitas siswa guna mengetahui sebab akibat dan hasil belajar guna mendorong atau mengembangkan kemampuan belajar.25

Jadi evaluasi pembelajaran adalah suatu proses untuk mendapatkan informasi tentang hasil pembelajaran. Fokus evaluasi pembelajaran adalah pada hasil, baik hasil yang berupa proses atau produk. Informasi hasil pembelajaran ini kemudian dibandingkan dengan hasil pembelajaran yang diharapkan (ditetapkan).

Sebagai evaluator guru berperan untuk untuk mengumpulkan data dan informasi tentang keberhasilan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Data yang diperoleh guru dapat dijadikan bahan evaluasi terhadap pembelajaran yang akan dilaksanakan sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai.

Menurut Ngalim Purwanto, evaluasi pembelajaran dibagi menjadi 2 (dua) jenis yaitu: "evaluasi formatif dan evaluasi sumatif'.26

24

Ahmad Sabri, "Strategi Belajar MengajarMicro Teaching", (Ciputat, PT Ciputat Press. 2010), cet.Ke-3, hal. 133

25

25Pupuh Fathurrohman dan M Sobry Sutikno, "Strategi Belajar Mengajar Melalui penanaman Konsep Umum & Konsep Islami", (Bandung: PT Refika Aditama, 2007), cet. Ke-2, hal 17

26

Nagalim Purwanto, "Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran", (Bandung: PT .snaja Rosdakarya, 2009), cet. Ke-15, hal. 26

1) Evaluasi Formatif

Evaluasi formatif adalah kegiatan penilaian yang bertujuan untuk mencari umpan balik (feedback), yang selanjutnya hasil penilaian tersebut dapat digunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar yang sedang atau yang sudah dilaksanakan.27

Evaluasi formatif secara prinsip merupakan evaluasi yang dilaksanakan ketika program masih berlangsung. Evaluasi formatif tersebut dilakukan untuk memberikan informasi evaluatif sejauh mana program yang telah dirancang dapat berlangsung dan berjalan. Selain itu, untuk mengetahui hambatan dan masalah yang dihadapi dalam melaksanakan program tersebut sehingga informasi yang diperoleh dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk memperbaiki suatu program.

Di samping itu, hasil evaluasi formatif akan diperoleh gambaran siswa yang telah berhasil dan siswa yang dianggap belum berhasil untuk selanjutnya diambil tindakan-tindakan yang tepat. Tindak lanjut dari evaluasi ini adalah bagi para siswa yang belum berhasil maka akan diberikan remedial, yaitu bantuan khusus yang diberikan kepada siswa yang mengalami kesulitan memahami suatu pokok bahasan tertentu. 2) Evaluasi Sumatif

Evaluasi sumatif adalah penilaian yang dilakukan untuk memperoleh data atau informasi sampai di mana penguasaan atau pencapaian belajar siswa terhadap bahan pelajaran yang telah dipelajarinya selama jangka waktu tertentu.28

Evaluasi sumatif dilakukan pada setiap akhir satu satuan waktu yang didalamnya mencakup lebih dari satu pokok bahasan, dan dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana peserta didik telah dapat berpindah dari suatu unit ke unit berikutnya. Selain itu, fungsi dan tujuan evaluasi sumatif adalah untuk menentukan apakah siswa dapat dapat dikatakan lulus atau tidak berdasarkan

27

Ibid

28

Nagalim Purwanto, "Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengqjaran", (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), cet. Ke-15, hal. 26

hasil evaluasi yang telah dilakukannya.

Dari uaraian di atas dapat disimpulkan bahwa, evaluasi formatif ialah penilaian yang berfungsi dan bertujuan untuk memperoleh umpan balik dan selanjutnya digunakan untuk memperbaiki proses pembelajaran. Sedangkan evaluasi sumatif adalah ialah penilaian yang berfungsi dan bertujuan untuk mendapatkan informasi sampai sejauh mana keberhasilan atau pencapaian hasil belajar siswa yang selanjutnya digunakan untuk pengambilan keputusan dalam menentukan lulus atau tidaknya seorang siswa.

b. Mengelolaan Kelas

Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu pengelolaan dan kelas. Istilah lain dari pengelolaan adalah manajemen, yaitu kata yang aslinya merupakan berasal dari bahasa inggris yaitu management. Manejemen atau pengelolaan menurut Suharsimi Arikunto sebagaimana dikutip oleh Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, adalah pengadministrasian, pengaturan, atau penataan suatu kegiatan29 Sedangkan kelas menurut Oemar Hamalik sebagaimana dikutip oleh Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama nyang mendapat pengajaran dari guru.30

Menurut Ahmad Sabri, pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya apabila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar.31 Sementara itu menurut Yudhi Munadi dan Farida Hamid mengelola kelas adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal, serta mengembalikan kondisi belajar yang terganggu.32

Dari beberapa pendapat para ahli tentang pengelolaan kelas di atas penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa pengelolaan kelas adalah

29

Syaiful Bahri Djamarah&Aswan Zain, "Strategi Belajar Mengajar", (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996), cet. Ke-2, hal.196

30

Syaiful Bahri Djamarah&Aswan Zain, "Strategi Belajar Mengajar", ... hal.196

31

Ahmad Sabri, "Strategi Belajar MengajarMicro Teaching", (Ciputat, PT Ciputat Press, 2010) cet. Ke-3, hal. 86

32

Yudhi Munadi & Farida Hamid, "Bahan Ajar PLPG Pembelajaran Aktif, Inovatif,Kreatif, Efektif dan Menyenangkan", (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), Cet. Ke-2,

keterampilan guru dalam menciptakan kondisi belajar yang aman, nyaman dan kondusif bagi anak didik serta mampu mengatasi berbagai masalah yang timbul di dalam pelaksanaan pembelajaran sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan baik.

Suatu kondisi belajar optimal akan dicapai apa bila guru mampu mengatur siswa dengan suasana pembelajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hubungan interaksi yang baik antara guru dengan anak didik merupakan syarat keberhasilan pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi berlangsungnya proses kegiatan pembelajaran yang efektif.

c. Keterampilan Menyampaikan/Menjelaskan Materi Pelajaran

Keterampilan menjelaskan dalam pengajaran adalah penyajian informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistematik untuk menunjukkan adanya hubungan yang satu dengan yang lainnya, misalnya antara sebab-akibat, definisi dengan contoh atau dengan sesuatu yang belum diketahui.33

Menyampaikan atau menjelaskan pelajaran merupakan salah satu aspek sangat penting dari kegiatan guru dalam menjalankan tugasnya sebagai tenaga pengajar. Penyampaian informasi yang terencana dengan baik dan disajikan dengan urutan yang cocok merupakan ciri utama kegiatan menjelaskan. Di samping itu, penggunaan bahasa yang baik dan benar serta mudah dimengerti menjadi salah satu kunci keberhasilan guru di dalan menjelaskan pelajaran kepada peserta didik. Karena dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar anak didik akan lebih mengerti tentang mated pelajran yang disampaikan oleh guru.

Menurut Moh Uzer Usman ada 2 (dua) komponen keterampilan menjelaskan harus dimiliki oleh seorang guru, yaitu: "merencanakan dan penyajian suatu penjelasan".34

1) Merencanakan

33

Moh. Uzer Usman, "Menjadi Guru Profesional", (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, cet. Ke-25, hal. 88-89

34

Sebelum guru menjelaskan materi pelajaran kepada anak didik guru perlu untuk merencanakannya terlebih dahulu, terutama yang berkenaan dengan isi pesan (materi pelajaran) dan penerima pesan (anak didik). Berkenaan dengan isi pesan guru harus mampu menguasai materi pelajaran secara keseluruhan sebelum menyampaikannya kepada anak didik.

Mengenai yang berhubungan dengan penerima pesan sebaiknya guru memperhatikan anak didik sebelum menyampaikan materi pelajara. Hal tersebut perlu dilakukan karena anak didik memiliki perbedaan antara satu dengan yang lainnya yang memungkinkan juga timbulnya perbedaan terhadap diri anak didik di dalam menerima materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Hal tersebut dipengaruhi faktor usia jenis kelamin, kemampuan, latar beakang sosial, bakat, minat dan Hngkungan belajr anak.

2) Penyajian suatu penjelasan

Penyajian suatu penjelasan dapat ditingkatkan hasilnya dengan memperhatikan hal-hal berikut:

a) Kejelasan, penjelasan hendaknya hendaknya diberikan dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh siswa, dan menghindari penggunaan istilah-istilah yang tidak di mengerti oleh anak didik.

b) Penggunaan contoh dan ilustrasi, dalam memberikan penjelasan sebaiknya digunakan contoh-contoh yang ada hubungannya dengan sesuatu yang ditemui oleh anak didik dalam kehidupan sehari-hari.

c) Pemberian tekanan, dalam memberikan penjelasan guru harus memusatkan perhatian anak didik pada maslah pokok dan mengurangi informasi yang tidak begitu penting.

d)

Penggunaan balikan, guru hendaknya memberikan kesempatan kepada anak didik untuk menunjukkan pemahaman, keraguan atau ketidak mengertiannya ketika penjelasan itu diberikan.35

d. Keterampilan Bertanya

Dalam proses kegiatan pembelajaran, bertanya memiliki peranan

35

Uzer Usman, "Menjadi Guru Profesional", (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, . at. Ke-25, hal. 90

penting. Pertanyaan yang tersusun dengan balk dan disampaikan dengan cara yang tepat akan memberikan dampak positif terhadap siswa. Pertanyaan yang sesuai dan tepat merupakan salah satu alat komunikasi yang efektif antara guru dengan siswa.

Guru dituntut untuk dapat menguasai berbagai teknik bertanya dan guru juga harus mendengarkan dengan sungguh-sungguh apa yang dikemukakan oleh siswa, serta memberikan tanggapan yang positif terhadap siswa.36 Menurut Moh. Uzer Usman, pertanyaan yang disampaikan oleh guru memiliki peran sebagai beikut:

1) Meningkatkan pertisipasi siswa dalam belajar mengajar

2) Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu masalah yang sedang dihadapi atau sedang dibicarakan.

3) Mengembangkan pola dan cara belajar aktif dari siswa sebab berpikir itu sendiri sesungguhnya bertanya.

4) Menuntun berpikir siswa, sebab pertanyaan yang baik akan membentuk siswa agar dapat menentukan jawaban yang baik.

5) Memusatkan perhatian siswa terhadap masalah yang sedang dibahas.37 Melihat penjelasan di atas, peran pertanyaan berkaitan erat dengan partisipasi anak didik di dalam proses kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu guru harus mampu membangkitkan semangat dan motivasi siswa sebelum melaksanakan pembelajaran agar pembelajaran berjalan secara aktif.

Menurut Moh. Uzer Usman terdapat 6 (enam) komponen yang berkaitan dengan keterampilan bertanya dasar, yaitu: "penggunaan pertanyaan secara jelas dan singkat, pemberian acuan, pemindahan giliran, penyebaran, pemberian waktu berpikir, dan pemberian tuntunan.38

1) Penggunaan pertanyaan secara jelas dan singkat, pertanyaan yang disampaikan oleh guru kepada anak didik harus disampaikan secara jelas

36

Ahmad Sabri, "Strategi Belajar MengajarMicro Teaching", (Ciputat, PT Ciputat Press, 2010), cet. Ke-3,hal. 79

37

Moh. Uzer Usman, "Menjadi Guru Profesional", (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2011), cet. Ke-25, hai. 74

38

Moh. Uzer Usman, "Menjadi Guru Profesional", (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2011), cet. Ke-25, hal. 77-78

dan singkat. Penggunaan kata-kata yang mudah dipahami dan sesuai dengan taraf perkembangan anak didik, akan membantu anak didik dalam memahami dan memberikan jawaban atas pertanyaan yang guru berikan.

2) Pemberian acuan, sebelum guru memberikan sebuah pertanyaan sebaiknya guru memberikan acuan yang berkaitan dengan pertanyaan yang akan diberikan. Hal tersebut bertujuan agar anak didik memiliki gambaran jawaban tentang pertanyaan yang diberikan berdasarkan taraf kemampuan yang dimilikinya.

3) Pemindahan giliran, pemberian pertanyaan secara bergiliran merupakan suatu bentuk tindakan yang menunjukkan bahwa guru berlaku adil dan tidak membeda-bedakan anak didik di dalam proses kegiatan pembelajaran. Di samping itu, pemindahan giliran pertanyaan guru bertujuan agar masing-masing anak didik memiliki kesempatan untuk memberikan tanggapannya mengenai pertanyaan yang disampaikan sehingga dengan demikian pembelajaran akan terlihat lebih aktif.

4) Penyebaran, penyebaran bertujuan untuk melibatkan siswa sebanyak-banyaknya dalam pelaksanaan pembelajaran. Guru sebaiknya berusaha agar semua anak didik mendapatkan giliran secara merata. Perbedaannya dengan pemindahan giliran adalah pemindahan giliran beberapa siswa diminta untuk menjawab satu pertanyaan yang sama. Sedangkan pada penyebaran pertanyaan yang diberikan kepada anak didik berbeda-beda dan disebarkan giliran menjawabnya kepada anak didik yang berbeda pula.

5) Pemberian waktu berpikir, setelah guru memberikan pertanyaan kepada seluruh anak didik guru perlu untuk memberikan waktu beberapa saat sebelum guru memberikan pertanyaan kepada salah satu anak didik. Hal ini perlu dilakukan untuk memberikan kesempatan kepada anak didik agar memiliki gambaran tentang pertanyaan yang diberikan.

6) Pemberian tuntunan, apa bila terdapat anak didik yang salah atau kesulitan dalam menjawab pertanyaan sebaiknya guru memberikan tuntunan kepada anak didik tersebut agar dia menemukan sendiri jawaban yang benar.

e. Keterampilan Memberikan Penguatan

Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respons apakah bersifat verbal ataupun non verbal yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik (feed back) bagi penerima (siswa) atas perbuatannya sebagai suatu dorongan atau pun koreksi.39

Sedangkan menurut Moh Uzer Usman penguatan adalah respons terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut.40

Jadi pengutaan adalah suatu tindakan guru yang merupakan respons terhadap tingkah laku yang dilakukan oleh anak didik yang bertujuan untuk memberikan informnasi dan umpan balik kepada anak didik agar mereka merasa berbesar hati dan lebih giat berpartisipasi dalam interaksi pembelajaran.

Menurut Moh. Uzer Usman terdapat 3 (tiga) prinsip penggunaan pengutan, yaitu: "kehangatan dan keantusiasan, kebermaknaan, dan menghindari penggunaan respons yang negative".41

1) Kehangatan dan keantusiasan, sikap an gaya guru, termasuk suara, mimik, dan gerak badan akan menunjukkan adanya kehangatan dan keantusiasan dalam memberikan pengutan. Dengan demikian diharapkan murid beranggapan bahwa guru melakukannya dengan menyenangkan.

2) Kebermaknaan, pengutan sebaiknya diberikan sesuai dengan tingkah laku dan penampilan siswa sehingga dia mengerti dan yakin bahwa dia patut

39

Ahmad Sabri, "Strategi Belajar MengajarMicro Teaching", (Ciputat, PT Ciputat Press2010), cet. Ke-3, hal. 82,

40

Moh. Uzer Usman, "Menjadi Guru Profesional", (Bandung, PT Remaia Rosdakarya, 2011), cet. Ke-25, hal. 80-81

41

Moh. Uzer Usman, "Menjadi Guru Profesional", (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2011), cet. Ke-25, hal. 82

diberi penguatan. Dengan demikian pengutan menjadi bermakna untuk dirinya.

3) Menghindari penggunaan respons yang negatif, sebaiknya guru menghindari hal-hal negatif seperti menghina, menjatuhkan dan sebagainya di dalam merespons tingkah laku anak didiknya, hal tersebut perlu dilakukan agar guru tidak mematahkan semangat anak didik untuk mengembangkan dirinya.

f. Keterampilan Mengadakan Variasi

Menurut Moh. Uzer Usman, variasi stimulus adalah kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajar-mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan murid, sehingga dalam situasi belajar-mengajar murid senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme, serta penuh partisipasi.42

Di dalam kegiatan pembelajaran guru memiliki peran yang dominan, oleh karena itu suasana belajar yang kondusif sangat dipengaruhi oleh peran guru di dalam menciptakan iklim belajar yang sebaik-baiknya. Penggunaan berbagai macam variasi oleh guru di dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran dapat membantu siswa tetap fokus, termotivasi dan antusias terhadap materi pelajaran yang disampaikan oleh guru.

Menurut Ahmad Sabri, terdapat 3 (tiga) komponen yang berkaitan dengan keterampilan mengadakan variasi, yaitu: variasi dalam mengajar guru, variasi dalam penggunaan media dan alat pengajaran, dan variasi pola interaksi dan kegiatan siswa.43

1) Variasi dalam Mengajar Guru

Menurut Udin S. Winataputra (2004), variasi adalah keanekaragaman yang tidak monoton.44 Sebagai seorang tenaga pendidik guru diharapkan mampu untuk dapat menjadi seorang yang menyenangkan dan mampu untuk membuat anak didik merasa nyaman dan senang dalam mengikuti

42

42Moh. Uzer Usman, "Menjadi Guru Profesional", (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2011), cet. Ke-25...hal. 84

43

Ahmad Sabri, "Strategi Belajar MengajarMlcro Teaching", (Ciputat, PT Ciputat Press, 2010), cet. K.e-3, hal. 94-99

44

Pupuh Fathurrohman dan M Sobry Sutikno, "Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islami", (Bandung: PT Reflka Aditama, 2007), cet. Ke-2, hal. 91

kegiatan pembelajaran dengan melakukan perubahan-perubahan yang sengaja dilakukan untuk memberikan kesan unik. Oleh karena itu, dalam melaksanakan pembelajaran guru sebaiknya menggunakan berbagai macam variasi yang bertujuan untuk menghilangkan rasa jenuh dan bosan yang dialami oleh para anak didik sehingga mereka dapat tetap fokus dalam mengikuti pembelajaran.

2) Variasi dalam Penggunaan Media dan Alat Pengajaran

Penggunaan media dan alat pengajaran oleh guru diharapkan relevan dengan tujuan pengajaran. Pemilihan media dan alat pengajaran yang tepat dapat membantu anak didik di dalam memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Pemilihan media dan alat pengajaran yang tepat dapat memotivasi anak didik di dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, anak didik akan merasa senang, tertarik dan yang terpenting adalah memahami materi pelajarana yang diajarkan. 3) Variasi Pola Interaksi dan Kegiatan Siswa

Interaksi guru dan anak didik dalam kegiatan pembelajaran sangat beraneka ragam, dari kegiatan yang sepenuhnya dibimbing oleh guru sampai pada kegiatan yang dilakukan sendiri oleh anak didik. Hal tersebut tergantung bagaimana guru mengelola kegiatan pembelajaran dengan sebaik-baiknya. Penggunaan interaksi yang bermacam-macam bertujuan agar tidak menimbulkan kebosanan dan kejenuhan serta untuk menghidupkan suasana belajar yang intinya adalah untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

g. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perseorangan

Menurut Moh. Uzer Usman, secara fisik bentuk pengajaran kelompok kecil dan perseorangan adalah bila jumlah yang dihadapi oleh guru terbatas yaitu berkisar antara 3-8 orang untuk kelompok kecil, seorang untuk perseorangan.45 Pengajaran kelompok kecil dan perseorangan memungkinkan guru memberikan perhatian kepada anak

45

Moh. Uzer Usman, "Menjadi Guru Profesional", (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2011), cet. Ke-25, hal. 102

didik dan terjadinya hubungan yang lebih akrab antara guru dengan anak didik maupun antara anak didik dengan anak didik yang lainnya.

Pengajaran kelompok kecil diharapkan mampu membuat anak didik belajar lebih aktif, memberikan rasa tanggung jawab yang lebih besar, berkembangnya daya kreatif dan sifat kepemimpinan pada siswa serta dapat memenuhi kebutuhan anak didik secara optimal. Dengan demikian, kombinasi pengajaran klasikal, kelompok kecil dan perseorangan memberikan peluang yang lebih besar bagi tercapainya tujuan pembelajaran.

Berdasarkan uraian teori tentang keterampilan mengajar di atas,

Dokumen terkait