• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bagaimana Persepsi Siswa Tentang Kemampuan Mengajar Guru Pendidikan Agama Islam di SDN Rambutan 03 Pagi Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Bagaimana Persepsi Siswa Tentang Kemampuan Mengajar Guru Pendidikan Agama Islam di SDN Rambutan 03 Pagi Jakarta"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI SISWA TENTANG KEMAMPUAN MENGAJAR GURU

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SDN RAMBUTAN 03

PAGI JAKARTA TIMUR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan Islam (S,Pd.I)

Disusun Oleh :

M. BASRI

NIM: 809011000340

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTASILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

PERSEPSI SISWA TENTANG KEMAMPUAN MENGAJAR GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SDN RAMBUTAN 03 PAGI

JAKARTA TIMUR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S,Pd.I)

Oleh: M. BASRI NIM: 809011000340

Di bawah Bimbingan :

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

` Skirpsi yang berjudul Persepsi Siswa tentang Kemampuan Mengajar Guru Pendidikan Agama Islam di SDN Rambutan 03 Pagi Jakarta Timur disusun oleh M. Basri, Nomor Induk Mahasiswa 809011000340, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 21 April 2014 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana SI (S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama Islam.

Jakarta, 13 Mei 2014 Panitia Ujian Munaqasah

Mengetahui,

(4)

iii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi Berjudul Persepsi Siswa Ten tang Kemampuan Mengajar Guru Pendidik Agama Islam di SDN Rambutan 03 Pagi disusun oleh M.BASRI, NIM 809011000340, Jurusan Pendididkan Agama Islam ,Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak diuji pada siding munaqosah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh Fakultas

(5)

iv

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : M. BASRI NIM : 809011000340

Jurusan : Pendidikan Agama Islam Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Alamat : Tin . H. Kudun RT 009 RW 009 No. 104 Ciracas Kec. Ciracas Jakarta Timur

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa Skripsi yang berjudul Bagaimana Persepsi Siswa Tentang Kemampuan Mengajar Guru Pendidikan Agama Islam di SDN Rambutan 03 Pagi Jakarta

adalah benar hasil karya / di bawah bimbingan dosen:

Nama Pembimbing : Drs. H. Mu'arif SAM M.Pd.

NIP : 19650717 199403 1 005

(6)

v ABSTRAK

M. BASRI, NIM: 809011000340. Persepsi Siswa Tentang Kemampuan Mengajar Guru Pendidikan Agama Islam dl SDN Rambutan 03 Pagi Jakarta Timur,

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi secara empiris mengenai persepsi peserta didik tentang kemampuan mengajar guru Pendidikan Agama Islam di SDN Rambutan 03 Pagi Jakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif dilakukan dengan menururkan dan menafsirkan data yang berkenaan dengan fakta, keadaan, variable dan fenomena yang terjadi saat penelitian berlangsung dan dijelaskan apa adanya. Untuk memperoleh data, informasi, dan fakta yang mengungkapkan dan menjelaskan permasalahan dalam penelitian ini digunakan kuesioner.

Hasil penelitian mengungkapkan umumnya siswa berpersepsi guru PAI belum memiliki kemampuan mengajar secara optimal baik dalam rnembuka pelajaran, melakukan kegiatan inti pelajaran, maupun menurup pelajaran. Hal ini dapat diketahui dari nilai rata-rata kemampuan mengajar yang berada pada taraf "Cukup", atau dengan kata lain guru PAI cukup mampu melaksanakan kegiatan pembelajaran.

(7)

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt, yang telah menciptakan manusia sebaik-baiknya bentuk dan keajaiban, untuk menjadi khalifah di muka bumi ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan umat manusia, yaitu Nabi Muhammad SAW sang pemilik akhlak mulia, pembawa kebenaran dan kedamaian bagi seluruh alam.

Selama penyusunan skripsi ini tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang dihadapi dan dialami penulis, baik yang berkenaan dengan pengaturan waktu, pengumpulan data maupun biaya yang tidak sedikit. Namun dengan kerja keras dan dukungan serta motivasi dari berbagai pihak skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Dra. Nurlena Rifai MA,Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarip Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Abdul Majid Khon, M.Ag, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Drs. H. Mu'arif SAM, M.Pd, Pembimbing Skripsi yang telah memberikan bimbingan, perhatian dan nasehat yang penulis butuhkan selama pembuat skripsi ini dan bantuan yang teramat banyak diberikan selama penulis menempuh studi di fakultas ini.

4. Seluruh Dosen Jurusan PAI yang telah membimbing dan mendidik penulis 5. Hj. Sosilowati, S.Pd, Kepala SDN Rambutan 03 Pagi beserta guru-guru,

karyawan dan para siswa-siswi, yang telah memperkenankan penulis mengadakan penelitian dan membantu dalam pencarian data-data dan memberikan arahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. 6. Diding Sulaiman S.Pd.I, guru PAI SDN Rambutan 03 Pagi yang telah

bersedia dijadikan sebagai objek penelitian.

(8)

vii

8. Serta segenap pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan dan dukungannya kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga segala kebaikan tersebut mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT. Semoga rahmat, taufiq dan hidayah-Nya selalu dilimpahkan kepada kita semua sepanjang kehidupan kita. Amin.

(9)

viii DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI LEMBAR PENGESAHAN

SURAT PERNYATAAN KARYAILMIAH

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTARISI ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikas Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Perumusan Masalah ... E. Tujuan Penelitian ... F. Kegunaan Hasil Penelitian ... BAB II. KAJIAN TEORI A. Persepsi ... 8

1. Pengertian Persepsi 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi ... 9

B. Kemampuan Guru dalam Mengajar ... 11

1. Pengertian Pembelajaran 2. Prinsip-prinsip Pembelajaran ... 13

3. Berbagai Keterampilan dalam Mengajar... 18

4. Langkah-langkah Pembelajaran ... 30

BAB III. METODELOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian ... 38

(10)

ix

E. Teknik Pengumpulan Data ... 39

F. Instrumen Penelitian... 40

G. Teknik AnalisaData ... 42

H. Interpretasi Data ... 43

BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Sejarah SDN Rambutan 03 Pagi ... 45

B. Deskripsi dan Interprestasi Data 1. Kegiatan Pendahuluan ... 46

2. Kegiatan Inti ... 53

BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 72

B. Saran ... 73

(11)

BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah

Pendidikan merupakan hal penting dalam pengembangan sumberdaya manusia sebuah bangsa. Melalui pendidikanlah, setiap generasi muda dipersiapkan untuk menjadi lebih siap dalam menghadapi masa depannya. Hal inilah yang dimaksudkan oleh Azyumardi Azra bahwa pendidikan merupakan suatu proses penyiapan generasi muda untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien.1

Senada dengan pendapat Azyumardi Azra tersebut di atas, dalam pasal 1 ayat 1 UU. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa:

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.2 Proses pendidikan yang dimaksud dalan uraian di atas, bukan hanya pendidikan formal melalui lembaga pendidikan/persekolahan tertentu, tetapi juga termasuk pendidikan non formal (misalnya di keluarga) dan informal (di lembaga kursus atau pelatihan). Dalan kaitannya dengan penelitian ini, pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan persekolahan.

Esensi dari sebuah pendidikan persekolahan adalah proses pembelajaran. Kualitas pendidikan persekolahan yang baik tidak akan lahir tanpa kualitas pembelajaran yang baik pula. Berbagai upaya peningkatan mutu pendidikan persekolahan tidak dapat mencapai tujuan yang maksimal bila belum menyentuh perbaikan proses pembelajaran. Salah satu komponen yang berperan penting dalam pengembangan proses pembelajaran tersebut adalah

1

Azyumardi Azra, Pendidikan Mam, Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, (Jakarta: Penerbit Kalimah, 2001), Get. Ill, h. 3.

2

(12)

faktor guru. Kualitas pembelajaran yang baik dapat muncul dari adanya guru yang berkualitas.

Guru merupakan ujung tombak dalam penyelenggaraan pendidikan. Guru merupakan sumber daya manusia yang sangat menentukan keberhasilan pembelajaran. Guru merupakan unsur pendidikan yang sangat dekat hubungannya dengan anak didik dalam upaya pendidikan sehari-hari di sekolah dan banyak menentukan keberhasilan anak didik dalam mencapai tujuan pendidikan. Gurulah yang berhadapan langsung dengan anak didik oleh sebab itulah maka wajar jika dikatakan bahwa guru merupakan aspek yang penting sebagai faktor yang menentukan bagi masa depan sebuah bangsa. Dengan demikian maka, "... pendidik (guru) mempunyai tanggung jawab yang sangat berat"3

Tanggungjawab yang sangat berat tersebut dikarenakan strategisnya peran guru dalam proses pendidikan. Begitu sangat strategisnya kedudukan guru ini dalam proses pendidikan, maka dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, tepatnya Bab III Pasal 7, diamanatkan bahwa profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut: (a) memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme; (b) memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia (c) memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas; (d) memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas; (e) memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan; (f) memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja; (g) memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat; (h) memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan; dan (i) memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.4

Dengan adanya guru yang profesional sebagaimana prinsip tersebut di atas maka diharapkan pembelajaran yang berkualitas akan lahir. Sebab pembelajaran merupakan inti dan muara segenap proses pengelclaan pendidikan. Pembelajaran harus pula melibatkan peserta didik dengan segala karakteristiknya, mulai dari kemampuan, motivasi, latar belakang keluarga,

3

Muhamad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional, (Yogyakarta: Primasophie, 2004), Cetakan I, h. 50.

4

(13)

lingkungan, ekonomi, dan sebagainya. Sehingga terjadi komunikasi yang seimbang antara guru dan peserta didik, peserta didik dengan sesama peserta didik, dan sebagainya. Dengan kinerja baik yang ditampilkan guru maka diharapkan dapat berdampak positif bagi pembelajaran peserta didik, sebab peserta didik dapat mengamati langsung kinerja guru dalam pembelajaran di kelas.

Namun terkadang, kinerja guru yang maksimal hanya ditunjukkan saat diamati oleh pimpinannya. Tidak dapat dipungkiri bahwa atasan guru seperti kepala sekolah dan pengawas sekali pun tidak mudah untuk mendapatkan data dan mengamati realitas keseharian performance guru di hadapan peserta. Memang program kunjungan kelas oleh kepala sekolah atau pengawas, tidak mungkin ditolak oleh guru. Akan tetapi tidak jarang terjadi guru berusaha menampakkan kinerja terbaiknya baik pada aspek perencanaan maupun pelaksanaan pembelajaran hanya pada saat dikunjungi. Selanjutnya ia akan kembali bekerja seperti sedia kala, kadang tanpa persiapan yang matang serta tanpa semangat dan antusiasme yang tinggi.

Dalam penyelenggaraan pendidikan di bangsa kita, proses pembelajaran di kelas masih merupakan otoritas guru sepenuhnya. Sangat jarang ditemukan pihak luar yang peduli, memerhatikan serta mencermati pelaksanaan pembelajaran guru di depan kelas. Bahkan sering dikatakan bahwa pekerjaan guru adalah merupakan profesi yang tidak dapat dilihat oleh orang lain, kecuali klien (peserta didik). Apabila ada pihak lain, baik itu pengawas, kepala sekolah, apa lagi sesama guru yang ingin tahu bagaimana seorang guru mengajar, maka hal ini dianggap tidak biasa atau karena memang ada tugas/tanggungjawab dari pihak yang akan mengamati kinerja guru tersebut dalam mengajar.

(14)

mengendalikan dirinya, menghargai dan mengembangkan dirinya. Tanggung jawab

sosial diwujudkan melalui kompetensi guru dalam memahami dirinya sebagi bagian

yang tak terpisahkan dari lingkungan sosial. Tanggung jawab intelektual diwujudkan

melalui penguasaan pengetahuan dan perangkat keterampilan yang diperlukan untuk

menunjang tugas. Tanggung jawab spiritual dan moral diwujudkan melalui

penampilan guru sebagai makhluk yang beragama, yang berperilaku senantiasa tidak

menyimpang dari norma-norma agama dan moral.5

Guru adalah orang tua kedua bagi para siswanya terutama di sekolah. Semua

yang dilakukan oleh orang tua secara otomatis akan diikuti oleh anak- anak mereka,

baik itu hal yang baik maupun hal yang buruk. Orang tua adalah model keteladanan

yang paling dekat dengan anak. Guru di sekolah juga memiliki peran dalam

pembentukan kepribadian dan perilaku para siswanya terutama di sekolah. Para siswa

menghabiskan cukup banyak waktu di sekolah dan mereka akan bertemu dan

berhadapan langsung dengan para guru yang rnengajar mereka. Para siswa akan

melihat dan bahkan cenderung mencontoh atau mengimitasi sikap dan perilaku dari

guru mereka.5

Peserta didik akan mempersepsikan bagaimana perilaku/sikap guru mereka

dalam proses pembelajaran, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Persepsi yang

baik dari seorang peserta didik cenderung akan menimbulkan sikap positif dalam

pembelajaran sehingga dapat berdampak pada minat yang baik untuk mengikuti

pelajaran yang diampu oleh guru bersangkutan. Sebaliknya, persepsi yang tidak baik

dari seorang peserta didik kepada guru, salah satunya dapat berdampak pada

menurunnya semangat belajar peserta didik tersebut dalam mengikuti pembelajaran

yang diampu oleh guru yang bersangkutan.

Mulanya minat anak-anak di SDN Rambutan 03 Pagi dalam mengikuti

pembelajaran Pendidikan Agama Islam sudah cukup baik dibandingkan sebelumnya

karena adanya peningkatan fasilitas sarana dan prasarana yang tersedia. Dengan

adanya minat ini maka perhatian dan usaha peserta didik akan lebih besar. Hal ini

senada dengan yang diungkapkan oleh Slameto bahwa

5

(15)

"minat merupakan suatu rasa ketertarikan pada suatu hal dan atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat".6

Pada perkembangan berikutnya banyak siswa yang kurang berminat dalam mengikuti pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SDN Rambutan 03 Pagi. Beberapa indikasinya adalah timbulnya kepasifan dalam proses belajar. Tentunya tidak hanya ditentukan oleh keinginan dan sikapnya terhadap pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah saja, banyak faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal maupun eksternal. Faktor internal berasal dari dalam diri individu peserta didik sedangkan faktor eksternal berasal dari luar individu peserta didik. Faktor-faktor tersebut ada yang mendukung dan ada pula yang menghambat peserta didik dalam belajar. Faktor pendukung misalnya adanya iming-iming hadiah dari pihak lain bila prestasi belajarnya meningkat, tersedianya saran dan prasarana yang baik, dan sebagainya. Sedangkan faktor yang menghambat peserta didik dalam belajar misalnya motivasi yang rendah, sarana dan prasarana yang terbatas, dan sebagainya.

Proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam diberikan oleh guru untuk menumbuhkembangkan minat belajar agama yang dirasakan masih belum optimal, karena tatap muka jam pelajaran PAI hanya 2 jam pelajaran dalam satu minggu. Oleh karena itu, sekolah terutama guru Pendidikan Agama Islam sangat besar peranannya dalam membantu mengembangkan minat siswa dalam belajar agama Islam. Upaya ini dapat dilakukan melalui berbagai macam cara dan metode pembelajaran yang diberikan kepada peserta didik agar tujuan pembelajaran yang telah ditentukan dapat dicapai.

Peserta didik yang menurun prestasi belajarnya terutama pada pembelajaran agama Islam bisa disebabkan oleh beberapa hal, misalnya rnenganggap pelajaran agama Islam tidak terlalu penting, pengelolaan kelas kurang baik, ditambah jam tatap muka pada pelajaran agama Islam cuma sedikit yaitu dengan alokasi waktu 2 x jam pelajaran (2 x 40 menit) dalam satu minggu.

6

(16)

Apabila kompetensi guru agama Islam rendah dan tidak mampu menciptakan pembelajaran yang menarik bagi peserta didik dapat berdampak pada minat belajar Pendidikan Agama Islam yang menurun diiringi dengan prestasi belajar yang tidak optimal. Idealnya, guru hams mampu menampilkan pembelajaran yang menyenangkan dan menarik minat/perhatian peserta didik. Dengan penampilan guru yang baik dalam pembelajaran di sekolah, maka diharapkan peserta didik akan melihat hal itu sehingga mereka menjadi tertarik dan lebih bersemangat dalam memahami materi yang disampaikan.

Memperhatikan latar belakang masalah di atas, maka peneliti sangat tertarik untuk mengadakan penelitian untuk mengetahui bagaimana "presepsi siswa tentang kemampuan mengajar guru Pendidikan Agama Islam di SDN Rambutan 03 Pagi Jakarta".

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka masalah yang diidentifikasi adalah :

1. Kurangnya minat belajar siswa terhadap pelajaran Pendidikan Agama Islam di SDN Rambutan 03 Pagi Jakarta

2. Minimnya alokasi waktu yang ada pada pembelajaran PAI di SDN Rambutan 03 Pagi Jakarta.

3. Belum terdapat kegiatan keagamaan yang maksimal yang sudah diterapkan oleh guru PAI di SDN Rambutan 03 Pagi Jakarta.

4. Guru PAI belum terampil dalam melaksanakan pembelajaran. C. Pembatasan Masalah

(17)

karena itu penelitian ini dibatasi hanya meneliti dua variabel yaitu supervisi anak didik kelas VI SDN Rambutan 03 Pagi dan kemampuan guru Pendidikan Agama Islam dalam mengajar.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: "Bagaimana persepsi siswa tentang kemampuan mengajar guru Pendidikan Agama Islam di SDN Rambutan 03 Pagi Jakarta?"

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi secara empiris mengenai persepsi peserta didik tentang kemampuan mengajar guru Pendidikan Agama Islam di SDN Rambutan 03 Pagi Jakarta.

F. Kegunaan Hasil Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, utamanya :

1. Bagi Kepala Sekolah Dasar Negeri Rambutan 03 Pagi Jakarta, sebagai sumbangan pikiran dalam usaha meningkatkan kinerja guru-guru secara umum dan guru Pendidikan Agama Islam secara khusus.

2. Bagi guru-guru SDN Rambutan 03 Pagi Jakarta, untuk dijadikan bahan masukan dalam memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada, khususnya tentang bagaimana cara pandang peserta didik terhadap guru mereka sehingga ada usaha yang sungguh-sungguh dari guru dalam meningkatkan proses pembelajaran di kelas.

(18)

BAB II KAJIAN TEORI A. Persepsi

1. Pengertian Persepsi

Dalam kamus besar bahasa Indonesia persepsi diartikan sebagai 1) tanggapan (penerima) langsung dari sesuatu atau bisa juga diartikan dengan serapan, 2) proses seorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya.7 Menurut Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib A. Wahab, "persepsi adalah proses yang menggabungkan dan mengorganisasikan data-data indera kita (penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari di sekeliling kita, termasuk sadar akan diri kita sendiri.8 Pengertian ini memberikan pemahaman bahwa persepsi sebuah proses memberi makna terhadap suatu obyek yang ada di sekeliling seseorang dengan cara menggabungkan dan mengorganisir terhadap data-data yang diperoleh melalui penginderaan.

Menurut Jalaluddin Rakhmat, "persepsi adaiah pengalaman tentang objek,

peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan

informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada

stimulasi inderawi (sensory stimuli)".9 Pengertian persepsi berdasarkan pandangan

ini, persepsi dapat difahami sebagai pengalaman seseorang terhadap suatu obyek

yang diperoleh dengan cara menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Hal

ini senada dengan pengertian persepsi menurut Abdul Rahaman Shaleh dan

Muhbib A. Wahab.

Definisi lain tentang persepsi dikemukakan oleh Rita L. Atkinson dkk, yang

menyatakann bahwa persepsi adalah "proses di mana kita mengorganisasikan dan

menafsirkan pola stimulus ini dalam lingkungan".10

7

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai pustaka, 2002), Ed 3, Get. 2, Hal. 863

8

Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib A. Wahab, Psikologi Suatu Pengantar (dalam perspektif Islam), (Jakarta: Kencana, 2004), Get. 1, Hal. 88

9

Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000), Get. 15, Hal. 51

10

(19)

M. Alisuf Sabri juga ikut menyumbangkan pendapatnya tentang pengertian

"persepsi atau pengamatan sebagai aktivitas jiwa yang memungkinkan manusia

mengenali objek-objek, fakta-fakta objektif dan rangsangan-rangsangan yang

sampai kepadanya melalui alat-alat indera".11

Beberapa pendapat para ahli tentang persepsi di atas menyiratkan pemahaman

bahwa persepsi merupakan kegiatan mengamati lingkungan sekitar (objek) yang

dilakukan dengan menggunakan panca indera sehingga mendapatkan informasi

untuk kemudian digabungkan dan selanjutnya diungkapkan kembali berdasarkan

pengalaman yang didapat.

Istilah persepsi biasanya digunakan untuk mengungkapkan tentang

pengalaman terhadap suatu benda ataupun suatu kejadian yang dialami. Di

samping itu, persepsi juga adalah kemampuan membeda-bedakan,

mengelompokkan, dan memfokuskan perhatian terhadap suatu objek rangsangan.

Dalam proses pengelompokkan dan membedakan ini persepsi dianggap sebagai

sebuah pengaruh ataupun sebuah kesan oleh benda yang semata-mata

menggunakan pengamatan penginderaan.

Nampaknya persepsi siswa berbeda antara satu sama lainnya objek yang

sama. Perbedaan pribadi seorang dengan yang lain merupakan bukti keunikan

manusia sehingga faktor pribadi ini mengakibatkan perbedaan persepsi terhadap

sesuatu yang ada dan terjadi di sekitarnya.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa persepsi

merupakan pengungkapan pengalaman seseorang melalui penglihatan untuk

menilai objek dan memberikan makna stimulus inderawi. Bentuk pengungkapan

pendapat dari seseorang sangat ditentukan oleh tingkat pemahaman yang ia miliki,

pemahaman tersebut berkaitan erat dengan persepsi.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Persepsi seseorang terhadap suatu objek tidak berdiri sendiri atau terjadi

begitu saja, akan tetapi dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang berasal dari

dalam (internal) maupun yang berasal dari luar dirinya

11

(20)

(eksternal). Setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda terhadap objek yang sama. Menurut Sarlito Wirawan Sarwono terdapat enam faktor yang dapat menyebabkan terjadinya perbedaan-perbedaan persepsi, yaitu: (a) Perhatian, (b) Set, (c) Kebutuhan, (d) Sistem nilai, (e) Ciri kepribadian dan, (f) Gangguan kejiwaan.12

a. Perhatian: manusia biasanya tidak dapat menangkap seluruh rangsangan yang terdapat disekitarnya secara sekaligus, hal tersebut disebabkan oleh keterbatasan manusia dalam menggunakan panca inderanya secara bersamaan. Di samping itu, perhatian yang terbagi mengakibatkan konsentrasi yang terpecah sehingga tidak dapat menerima informasi secara utuh. Oleh karena itu manusia hanya bisa memfokuskan perhatian pada satu atau dua objek saja. Perbedaan fokus antara satu degan orang lain menyebabkan perbedaan persepsi antara mereka.

b. Set: adalah harapan seseorang tentang rangsangan yang akan timbul. Misalnya, pada seorang pelari yang siap di garis start terdapat set bahwa akan terdengar bunyi pistol di saat mana ia harus mulai berlari.

c. Kebutuhan: kebutuhan merupakan sesuatu yang perlu untuk dipenuhi oleh seseorang. Baik kebutuhan yang sifatnya sesaat maupun yang menetap pada diri seseorang, dan kebutuhan tersebut dapat mempengaruhi persepsi seseorang mengenai suatu objek.

d. Sistem nilai: pandangan hidup suatu masyarakat dengan mayarakat yang lain memiliki perbedaan. Hal tersebut dipengaruhi oleh karakteristik budaya dan sistem nilai yang berlaku di dalam masyarakat tersebut. Sehingga budaya dan system nilai yang ada dapat mempengaruhi persepsi sesorang tentang suatu objek yang diamati.

e. Ciri kepribadian: ciri kepribadian juga mempengaruhi persepsi. Misalnya A dan B bekerja pada suatu kantor yang sama di bawah pengawasan satu orang atasan. A pemalu dan penakut mempersepsikan atasannya sebagai tokoh yang menakutkan dan perlu di jauhi, sedangkan B yang mempunyai

12

(21)

lebih kepercayaan diri menganggap atasannya sebagai tokoh yang bisa diajak bergaul seperti orang biasa lainnya.

f. Gangguan kejiwaan: gangguan kejiwaan dapat menimbulkan kesalahan persepsi yang disebut halusinasi. Berbeda dengan ilusi, halusinasi bersifat individual, jadi hanya dialami oleh penderitanya saja.

Dalam menentukan persepsi seseorang tidak terlepas dari pengaruh kondisi dalam diri orang tersebut, karena kondisi mempunyai pengaruh besar dalam diri seseorang dalam mempersepsikan sesuatu. Apabila keadaan dan kondisi orang tersebut baik, maka hasil persepsi atau kemampuan berpikir seseorang dalam mempersepsikan juga akan baik pula.

Berdasarkan kajian teori tentang persepsi, maka yang dimaksud dengan persepsi dalam penelitian ini adalah aktivitas jiwa yang memungkinkan manusia mengenali objek-objek, fakta-fakta objektif dan rangsangan-rangsangan yang sampai kepadanya melalui alat-alat indera. Persepsi seseorang diyakini berpengaruh pada perilakunya dan perilaku tersebut akan berpengaruh pada motivasinya.

B. Kemampuan Guru dalam Mengajar 1. Pengertian Pembelajaran

Dalam keseluruhan proses pelaksanaan pendidikan, kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang paling utama. Hal ini menunjukkan bahwa berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses belajar mengajar dirancang dan dijalankan secara profesional. Kegiatan belajar mengajar senantiasa melibatkan dua pelaku aktif yaitu guru dan siswa. Perpaduan dari keduanya tersebut melahirkan interaksi edukatif dengan memanfaatkan bahan ajar sebagai mediumnya.

(22)

seseorang.13 Senada dengan itu, menurut Miarso sebagaimana dikutip oleh Eveline Siregar dan Martini Nara pembelajaran adalah usaha pendidikan yang dilaksanakan secara sengaja, dengan tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu sebelum peroses dilaksanakan serta pelaksanaannya terkendali.14

Dari beberapa pendapat para ahli tentang pembelajaran di atas penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa pembelajaran adalah usaha yang dilakukan secara sengaja, terarah dan terencana yang di dalamnya terdapat interaksi edukatif antara pendidik dengan peserta didik yang diharapkan menghasilkan perubahan pada peserta didik, yaitu dari belum mampu menjadi mampu, dari belum terdidik menjadi terdidik, dari belum kompeten menjadi kompeten.

Interaksi edukatif yang terjadi dalam pelaksanaan pembelajaran disebut juga interaksi belajar mengajar, karena di dalam interaksi tersebut terjadi proses belajar dan proses mengajar yang berguna untuk mencapai tujuan pembelajaran. Adapun tugas siswa adalah belajar yaitu mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal sehingga tujuan dapat tercapai sesuai dengan apa yang dicita-citakan di dalam dirinya.

Oleh karena itu, guru yang memiliki peran sebagai sumber belajar, pengelola pembelajaran, fasilitator, pembimbing, motivator, demonstrator dan evaluator harus mampu untuk berinteraksi secara baik dengan para peserta didik. Hal ini perlu dilakukan agar proses pembelajaran berjalan secara efektif dan hal tersebut sejalan dengan prinsip-prinsip pembelajaran, yaitu mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran, memberikan peluang kepada siswa untuk berinovasi, menjadikan siswa sebagai manusia yang kreatif, membangun komunikasi pembelajaran yang efektif dan menciptakan lingkungan pembelajaran yang menyenangkan.15

13

Eveline Siregar & Hartini Nara, "Teori Belajar dan Pembelajaran", (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), Get. Ke-1, hal. 13

14

Eveline Siregar & Hartini Nara, "Teori Belajar dan Pembelajaran",... hai. 12-13

15

(23)

Guru harus mampu memotivasi anak didiknya sehingga anak didik merasa

termotivasi untuk mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas. Di

samping itu peserta didik diharapkan dapat mengikuti pembelajaran secara aktif

dengan menunjukkan keaktifannya melalui bertanya, menjawab pertanyaan dan

mengemukakan pendapat. Keaktifan anak didik mencakup kegiatan fisik dan

mental, individual dan kelompok. Oleh karena itu interaksi dikatakan maksimal

bila terjadi antara guru dengan semua anak didik, antara anak didik dengan guru,

antara anak didik dengan anak didik, anak didik dengan bahan dan media

pembelajaran bahkan anak didik dengan dirinya sendiri.

Dengan demikian guru harus mampu melibatkan para peserta didik dalam

pembelajaran secara maksimal tanpa mengabaikan perbedaan individual anak

didik, baik aspek intelektual dan psikologis sehingga partisipasi anak didik dapat

menjadi salah satu bentuk interaksi edukatif yang membantu dalam mancapai

tujuan pembelajaran.

Berdasarkan uraian tentang pembelajaran, penulis dapat mengambil

kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan pembelajaran dalam penelitian ini

adalah suatu usaha yang direncanakan dan dilaksanakan oleh guru secara sengaja,

terarah dan terencana, dengan tujuan yang telah ditetapkan dan pelaksanaannya

terkendali dengan maksud agar terjadi belajar pada diri seseorang sehingga guru

berperan penting dalam menciptakan kondisi belajar yang kondusif guna

membantu anak didik dalam menerima dan memahami materi pelajaran yang

disampaikan sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditentukan dapat tercapai.

2. Prinsip-Prinsip Pembelajaran

Agar aktivitas yang dilakukan guru dalam proses kegiatan pembelajaran

terarah pada upaya peningkatan potensi siswa secara komprehensip, maka

pembelajaran harus dikembangkan sesuai dengan prinsip-prinsip yang benar.

Prinsip-prinsip belajar menunjuk kepada hal-hal penting yang harus dilakukan

guru agar terjadi proses belajar siswa sehingga proses pembelajaran yang

dilakukan dapat mencapai hasil yang harapkan. Prinsip-prinsip belajar juga

memberikan arah tentang apa saja yang sebaiknya dilakukan oleh guru agar anak

(24)

Yudhi Munadi dan Farida Ham id mengungkapkan prinsip-prinsip

pembelajaran sebagai berikut: a) mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran,

b) memberikan peluang kepada siswa untuk berinovasi, c) menjadikan siswa

sebagai manusia yang kreatif, d) membangun komunikasi pembelajaran yang

efektif, e) dan menciptakan pembelajaran yang menyenangkan.16

Dari prinsip-prinsip yang telah dikemukakan di atas, maka setiap prinsip dapat

diuraikan sebagai berikut:

a. Mengaktifkan Siswa dalam Proses Pembelajaran

Belajar adalah wujud keaktifan siswa di dalam proses kegiatan

pembelajaran. Keaktifan belajar anak didik ditandai oleh adanya keterlibatan

secara optimal, baik intelektual, emosional dan fisik jika dibutuhkan.

Pandangan mendasar yang perlu menjadi kerangka pikir setiap guru adalah

bahwa pada prinsipnya anak-anak adalah makhluk yang aktif. Oleh karena itu,

keaktifan yang dimiliki anak dapat berkembang ke arah yang positif jika

lingkungannya memberikan pengaruh dan dukungan yang baik untuk

mendukung keaktifan anak didik tersebut. Dengan demikian peran serta anak

didik di dalam proses kegiatan pembelajran perlu untuk selalu ditingkatkan

agar anak didik teriibat aktif dalam pembelajaran tersebut.

Pendekatan belajar aktif, adalah pendekatan dalam pengelolaan sistem

pembelajaran melalui cara-cara belajar yang aktif menuju belajar mandiri.

Kemampuan belajar mandiri tersebut merupakan tujuan akhir dari belajar

aktif. Pembelajaran aktif dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan

semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak didik

dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik

pribadi yang mereka miliki.

Di samping itu, pembelajaran aktif juga dimaksudkan untuk menjaga

perhatian anak didik agar tetap berkonsentrasi pada proses kegiatan

pembelajaran. Peran guru dalam pelaksanaan pembelajran aktif menjadi

sangat penting. Guru berperan aktif sebagai fasilitator

16

(25)

yang membantu memudahkan siswa belajar, sebagai nara sumber yang mampu mengundang pemikiran dan daya kreasi anak didik, sebagai pengelola yang mampu merancang dan melaksanakan kegiatan belajar yang bermakna dan dapat mengelola sumber belajar yang diperlukan. Dengan pendekatan belajar aktif anak didik diharapkan akan mampu mengenal dan mengembangkan kemampuan belajar dan potensi yang dimilikinya. Dengan demikian, belajar aktif memiliki arti sebagai belajar yang efektif untuk dapat membentuk anak didik sebagai manusia seutuhnya yang mempunyai kemauan belajar sepanjang hidupnya.

Ciri-ciri pokok pembelajaran aktif yaitu:

1) Interaktif yang ditandai dengan adanya dialog antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan guru dengan menggunakan sumber belajar yang bervariasi.

2) Memotivasi anak didik untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. 3) Menantang bagi anak didik untuk mengikuti pembelajaran.

4) Guru memberikan keteladanan kepada anak didik sehingga anak didik memiliki pandangan yang positif terhadap gurunya.17

b. Memberikan Peluang kepada Siswa untuk Berinovasi

Di dalam prinsip ini, pembelajaran yang dilaksankan diharapkan mampu memberikan peluang sebesar-besarnya kepada anak didik untuk berinovasi. Inovasi memiliki arti pembaruan dan perubahan, inovasi adalah suatu gagasan atau tindakan perubahan menuju ke arah perbaikan atau berbeda dari yang sebelumnya, dilakukan secara sengaja dan berencana.

Memberikan peiuang kepada anak didik untuk melakukan inovasi bertujuan untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki anak didik agar dapat dikembangkan secara maksimal. Sehingga dengan demikian diharapkan pembelajaran yang dilaksanakan dapat berjalan dengan baik

17

(26)

dan anak didik merasa nyaman dan senang untuk mengikuti pembelajaran.

c. Menjadikan Siswa sebagai Manusia Kreatif

Anak didik merupakan manusia yang sedang tumbuh dan berkembang, oleh karena itu anak didik membutuhkan bantuan orang lain (guru) untuk membimbingnya. Dalam membentuk anak didik agar menjadi manusia yang kretif, guru harus mampu memfasilitasi belajar siswa sehingga suasana belajar yang dialami siswa kondusif.

Dalam hal ini, guru dituntut untuk menjadi seorang pendidik professional yang mampu menyampaikan materi pembelajaran dengan kreatif. Dengan penyampaian pembelajaran yang kreatif tersebut, diharapkan siswa mampu termotivasi untuk menjadi seorang yang

berbeda dan hasil yang maksimal. Sehingga dengan demikian, para anak didik diharapkan mampu menjadi seorang yang kreatif yang nantinya akan berguna bagi kehidupannya di masa mendatang.

d. Membangun Komunikasi Pembelajaran yang Efektif

Dilihat dari prosesnya, pembelajaran dapat diartikan sebagai komunikasi. Karena di dalam pembelajaran terdapat komunikator (guru) sebagai orang yang menyampaikan pesan, pesan (materi pelajaran) yang disampaikan oleh guru, dan komunikan (anak didik) sebagai orang yang menerima pesan yang disampaikan. Ke tiga komponen tersebut merupakan komponen-komponen di dalam komunikasi. Oleh karena itu, di dalam pembelajaran yang baik terdapat juga komunikasi yang efektif.

Menurut Yudhi Munadi dan Farida Hamid pembelajaran efektif adalah pembelajaran yang memberikan hasil atau dampak atau kesan terhadap siswa sesuai yang diinginkan dalam tujuan pembelajarannya.18 Komunikasi yang efektif diharapkan dapat membatu guru dan anak

18

(27)

didik di dalam melaksanakan pembelajaran. Bagi guru komunikasi yang efektif membantu dalam menyampaikan materi pelajaran kepada anak didik, dan begitu pula sebaliknya bagi anak didik dapat membantu dalam memahami materi pelajaran yang disampaikan. Dengan demikian pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan dapat mencapi tujuan yang telah ditetapkan.

Oleh karna itu, guru diharapkan mampu untuk membangun komunikasi yang baik kepada anak didiknya. Selain untuk membantu kegiatan pembelajaran, hal tersebut juga perlu dilakukan oleh guru sebagai contoh terhadap para anak didiknya.

e. Menciptakan Pembelajaran yang Menyenangkan

Pembelajaran merupakan sebuah kegiatan yang kompleks, sehingga di dalam pelaksanaannya dibutuhkan sebuah perencanaan yang matang dan dilanjutkan dengan pelaksanaan yang dilakukan secara kreatif sehingga anak didik merasa senang dan nyaman dalam mengikuti pembelajaran. Pembelajaran yang menyenangkan dapat dimulai dengan menciptakan kondisi belajar yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk belajar mandiri dengan menggunakan berbagai sumber belajar. Dalam hal ini guru berperan sebagai fasilitator dan juga motivator pembelajaran. Guru dituntut harus mampu merancang, menciptakan dan melaksanakan kegiatan yang bersifat menantang bagi anak didik sehingga membuat anak didik berpikir, menemukan jawaban dan mampu menyampaikan jawabanya dengan baik dan benar.

(28)

3. Berbagai Keterampilan dalam Mengajar

Mengajar tidak hanya sebatas menyampaikan materi pelajaran semata, akan

tetapi dimaknai juga sebagai proses kegiatan mengatur lingkungan agar anak didik

belajar. Oleh karena itu, guru dituntut untuk memiliki kemampuan khusus di

dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai tenaga pendidik. Hal

tersebut dimaksudkan agar guru dapat menjalankan fungsinya sebagai tenaga

pendidik dengan baik dan benar.

Menurut Moh. Uzer Usman kemampuan/keterampilan mengajar yang perlu

dimiliki guru antara lain: keterampilan membuka dan menutup pelajaran,

keterampilan mengelola kelas, keterampilan menjelaskan, keterampilan bertanya,

keterampilan memberi penguatan, keterampilan mengadakan variasi, dan

keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan.19

a. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran

1) Membuka Pelajaran

Menurut Ahmad Sabri, membuka pelajaran adalah usaha atau kegiatan yang

dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk menciptakan

prakondisi bagi murid agar mental dan perhatian terpusat pada apa yang akan

dipelajarinya sehingga usaha tersebut akan memberikan efek yang positif terhadap

kegiatan belajar.20 Membuka pelajaran merupakan usaha untuk menciptakan

suasana siap mental pada diri anak didik untuk mengikuti pembelajaran dan

menimbulkan perhatian anak didik agar terpusat pada hal-hal yang akan

dipelajarinya.

Menurut Ahmad Sabri, ada 4 (empat) komponen keterampilan membuka

pelajaran yaitu: menarik perhatian siswa, menimbulkan motivasi, memberi

acuan pelajaran, dan apersepsi.21

a) Menarik perhatian siswa, banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk mendapatkan perhatian siswa, antara lain: gaya mengaja guru,

penggunaan alat bantu pembelajaran, dan pola interaksi guru yang bervariasi.

19

Moh. Uzer Usman, "Menjadi Guru Profesional", (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2011), cet. Ke-25, hal. 74

20

Ahmad Sabri, "Strategi Belajar MengajarMicro Teaching", (Ciputat, PT Ciputat Press, 2010), cet. Ke-3, hal. 99

21

(29)

b) Menimbulkan motivasi belajar siswa, yaitu dapat dilakukan dengan cara guru menunjukkan kehangatan dan keantusiasan dalam memulai pembelajaran, menimbulkan rasa ingin tahu anak didik, mengemukakan ide yang bertentangan dan memperhatikan minat siswa.

c) Memberi acuan melalui berbagai usaha, seperti: mengemukakan tujuan pelajaran dan batas-batas tugas, menyarankan langkah-langkah yang akan dilaksanakan, meningkatkan masalah pokok yang akan dibahas dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan.

d) Apersepsi, yaitu membuat kaitan atau hubungan antara materi pelajaran yang akan diajarkan dengan pengalaman dan pengetahuan yang telah dikuasai oleh anak didik.

2) Menutup Pelajaran

Menurut Moh. Uzer Usman, menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pelajaran atau kegiatan belajar mengajar.22 Dalam kegiatan ini guru berupaya untuk mengetahui pembentukan kompetensi dan pencapaian tujuan pembelajaran, serta pemahaman anak didik tentang materi pelajaran yang telah disampaikan sekaligus mengakhiri kegiatan tersebut.

Mengakhiri kegiatan pembelajaran bertujuan untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari anak didik dan keterkaitannya dengan pengalaman sebelumnya serta untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa.

Menurut Moh. Uzer Usman, ada 2 (dua) komponen keterampilan menutup pelajaran, yaitu: meninjau kembali penguasaan inti pelajaran dan mengevaluasi.23

a) Meninjau Penguasaan Inti Pelajaran

Peninjauan kembali penguasaan inti pelajaran merupakan kegiatan

22

Moh. Uzer Usman, "Menjadi Guru Profesional", (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, . 11.. cet. Ke-25, hal. 92

23

(30)

yang dilakukan oleh guru untuk mengetahui sejauh mana anak didik mengerti

dan memahami materi pelajaran yang telah disampaikan oleh guru. Cara yang

dapat dilakukan untuk mengetahui hal tersebut antara lain dengan memberikan

pertanyaan-pertanyaan kepada anak didik, menugaskan siswa untuk membuat

kesimpulan atau menyampaikan ringkasan materi pelajaran yang telah

disampaikan.

b) Evaluasi Pembelajaran

Dalara hubungan dengan kegiatan pengajaran. Ahmad Sabri

mendefinisikan evaluasi adalah suatu proses untuk menentukan nilai belajar

dan pembelajaran yang dilaksanakan dengan melalui kegiatan penilaian atau

pengukuran belajar dan pembelajaran.24 Sedangkan rumusan yang lebih bersifat

operasional dikemukakan oleh Rcestiyah (1989), bahwa evaluasi adalah

kegiatan mengumpulkan data seluas-luasnya dan sedalam-dalamnya mengenai

kapabilitas siswa guna mengetahui sebab akibat dan hasil belajar guna

mendorong atau mengembangkan kemampuan belajar.25

Jadi evaluasi pembelajaran adalah suatu proses untuk mendapatkan

informasi tentang hasil pembelajaran. Fokus evaluasi pembelajaran adalah pada

hasil, baik hasil yang berupa proses atau produk. Informasi hasil pembelajaran

ini kemudian dibandingkan dengan hasil pembelajaran yang diharapkan

(ditetapkan).

Sebagai evaluator guru berperan untuk untuk mengumpulkan data dan

informasi tentang keberhasilan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Data

yang diperoleh guru dapat dijadikan bahan evaluasi terhadap pembelajaran

yang akan dilaksanakan sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan

dapat tercapai.

Menurut Ngalim Purwanto, evaluasi pembelajaran dibagi menjadi 2 (dua) jenis

yaitu: "evaluasi formatif dan evaluasi sumatif'.26

24

Ahmad Sabri, "Strategi Belajar MengajarMicro Teaching", (Ciputat, PT Ciputat Press. 2010), cet.Ke-3, hal. 133

25

25Pupuh Fathurrohman dan M Sobry Sutikno, "Strategi Belajar Mengajar Melalui penanaman Konsep Umum & Konsep Islami", (Bandung: PT Refika Aditama, 2007), cet. Ke-2, hal 17

26

(31)

1) Evaluasi Formatif

Evaluasi formatif adalah kegiatan penilaian yang bertujuan untuk mencari umpan balik (feedback), yang selanjutnya hasil penilaian tersebut dapat digunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar yang sedang atau yang sudah dilaksanakan.27

Evaluasi formatif secara prinsip merupakan evaluasi yang dilaksanakan ketika program masih berlangsung. Evaluasi formatif tersebut dilakukan untuk memberikan informasi evaluatif sejauh mana program yang telah dirancang dapat berlangsung dan berjalan. Selain itu, untuk mengetahui hambatan dan masalah yang dihadapi dalam melaksanakan program tersebut sehingga informasi yang diperoleh dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk memperbaiki suatu program.

Di samping itu, hasil evaluasi formatif akan diperoleh gambaran siswa yang telah berhasil dan siswa yang dianggap belum berhasil untuk selanjutnya diambil tindakan-tindakan yang tepat. Tindak lanjut dari evaluasi ini adalah bagi para siswa yang belum berhasil maka akan diberikan remedial, yaitu bantuan khusus yang diberikan kepada siswa yang mengalami kesulitan memahami suatu pokok bahasan tertentu. 2) Evaluasi Sumatif

Evaluasi sumatif adalah penilaian yang dilakukan untuk memperoleh data atau informasi sampai di mana penguasaan atau pencapaian belajar siswa terhadap bahan pelajaran yang telah dipelajarinya selama jangka waktu tertentu.28

Evaluasi sumatif dilakukan pada setiap akhir satu satuan waktu yang didalamnya mencakup lebih dari satu pokok bahasan, dan dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana peserta didik telah dapat berpindah dari suatu unit ke unit berikutnya. Selain itu, fungsi dan tujuan evaluasi sumatif adalah untuk menentukan apakah siswa dapat dapat dikatakan lulus atau tidak berdasarkan

27

Ibid

28

(32)

hasil evaluasi yang telah dilakukannya.

Dari uaraian di atas dapat disimpulkan bahwa, evaluasi formatif ialah

penilaian yang berfungsi dan bertujuan untuk memperoleh umpan balik dan

selanjutnya digunakan untuk memperbaiki proses pembelajaran. Sedangkan

evaluasi sumatif adalah ialah penilaian yang berfungsi dan bertujuan untuk

mendapatkan informasi sampai sejauh mana keberhasilan atau pencapaian

hasil belajar siswa yang selanjutnya digunakan untuk pengambilan keputusan

dalam menentukan lulus atau tidaknya seorang siswa.

b. Mengelolaan Kelas

Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu pengelolaan dan kelas.

Istilah lain dari pengelolaan adalah manajemen, yaitu kata yang aslinya

merupakan berasal dari bahasa inggris yaitu management. Manejemen atau

pengelolaan menurut Suharsimi Arikunto sebagaimana dikutip oleh Syaiful Bahri

Djamarah dan Aswan Zain, adalah pengadministrasian, pengaturan, atau

penataan suatu kegiatan29 Sedangkan kelas menurut Oemar Hamalik

sebagaimana dikutip oleh Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, suatu

kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama nyang mendapat

pengajaran dari guru.30

Menurut Ahmad Sabri, pengelolaan kelas adalah keterampilan guru

untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan

mengembalikannya apabila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar.31

Sementara itu menurut Yudhi Munadi dan Farida Hamid mengelola kelas adalah

suatu kegiatan yang dilaksanakan guru untuk menciptakan dan memelihara

kondisi belajar yang optimal, serta mengembalikan kondisi belajar yang

terganggu.32

Dari beberapa pendapat para ahli tentang pengelolaan kelas di atas

penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa pengelolaan kelas adalah

29

Syaiful Bahri Djamarah&Aswan Zain, "Strategi Belajar Mengajar", (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996), cet. Ke-2, hal.196

30

Syaiful Bahri Djamarah&Aswan Zain, "Strategi Belajar Mengajar", ... hal.196

31

Ahmad Sabri, "Strategi Belajar MengajarMicro Teaching", (Ciputat, PT Ciputat Press, 2010) cet. Ke-3, hal. 86

32

(33)

keterampilan guru dalam menciptakan kondisi belajar yang aman, nyaman dan kondusif bagi anak didik serta mampu mengatasi berbagai masalah yang timbul di dalam pelaksanaan pembelajaran sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan baik.

Suatu kondisi belajar optimal akan dicapai apa bila guru mampu mengatur siswa dengan suasana pembelajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hubungan interaksi yang baik antara guru dengan anak didik merupakan syarat keberhasilan pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi berlangsungnya proses kegiatan pembelajaran yang efektif.

c. Keterampilan Menyampaikan/Menjelaskan Materi Pelajaran

Keterampilan menjelaskan dalam pengajaran adalah penyajian informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistematik untuk menunjukkan adanya hubungan yang satu dengan yang lainnya, misalnya antara sebab-akibat, definisi dengan contoh atau dengan sesuatu yang belum diketahui.33

Menyampaikan atau menjelaskan pelajaran merupakan salah satu aspek sangat penting dari kegiatan guru dalam menjalankan tugasnya sebagai tenaga pengajar. Penyampaian informasi yang terencana dengan baik dan disajikan dengan urutan yang cocok merupakan ciri utama kegiatan menjelaskan. Di samping itu, penggunaan bahasa yang baik dan benar serta mudah dimengerti menjadi salah satu kunci keberhasilan guru di dalan menjelaskan pelajaran kepada peserta didik. Karena dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar anak didik akan lebih mengerti tentang mated pelajran yang disampaikan oleh guru.

Menurut Moh Uzer Usman ada 2 (dua) komponen keterampilan menjelaskan harus dimiliki oleh seorang guru, yaitu: "merencanakan dan penyajian suatu penjelasan".34

1) Merencanakan

33

Moh. Uzer Usman, "Menjadi Guru Profesional", (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, cet. Ke-25, hal. 88-89

34

(34)

Sebelum guru menjelaskan materi pelajaran kepada anak didik guru

perlu untuk merencanakannya terlebih dahulu, terutama yang berkenaan

dengan isi pesan (materi pelajaran) dan penerima pesan (anak didik).

Berkenaan dengan isi pesan guru harus mampu menguasai materi pelajaran

secara keseluruhan sebelum menyampaikannya kepada anak didik.

Mengenai yang berhubungan dengan penerima pesan sebaiknya guru

memperhatikan anak didik sebelum menyampaikan materi pelajara. Hal

tersebut perlu dilakukan karena anak didik memiliki perbedaan antara satu

dengan yang lainnya yang memungkinkan juga timbulnya perbedaan terhadap

diri anak didik di dalam menerima materi pelajaran yang disampaikan oleh

guru. Hal tersebut dipengaruhi faktor usia jenis kelamin, kemampuan, latar

beakang sosial, bakat, minat dan Hngkungan belajr anak.

2) Penyajian suatu penjelasan

Penyajian suatu penjelasan dapat ditingkatkan hasilnya dengan

memperhatikan hal-hal berikut:

a) Kejelasan, penjelasan hendaknya hendaknya diberikan dengan

menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh siswa, dan menghindari

penggunaan istilah-istilah yang tidak di mengerti oleh anak didik.

b) Penggunaan contoh dan ilustrasi, dalam memberikan penjelasan sebaiknya

digunakan contoh-contoh yang ada hubungannya dengan sesuatu yang

ditemui oleh anak didik dalam kehidupan sehari-hari.

c) Pemberian tekanan, dalam memberikan penjelasan guru harus memusatkan

perhatian anak didik pada maslah pokok dan mengurangi informasi yang

tidak begitu penting.

d)

Penggunaan balikan, guru hendaknya memberikan kesempatan kepada

anak didik untuk menunjukkan pemahaman, keraguan atau ketidak

mengertiannya ketika penjelasan itu diberikan.35

d. Keterampilan Bertanya

Dalam proses kegiatan pembelajaran, bertanya memiliki peranan

35

(35)

penting. Pertanyaan yang tersusun dengan balk dan disampaikan dengan cara yang tepat akan memberikan dampak positif terhadap siswa. Pertanyaan yang sesuai dan tepat merupakan salah satu alat komunikasi yang efektif antara guru dengan siswa.

Guru dituntut untuk dapat menguasai berbagai teknik bertanya dan guru juga harus mendengarkan dengan sungguh-sungguh apa yang dikemukakan oleh siswa, serta memberikan tanggapan yang positif terhadap siswa.36 Menurut Moh. Uzer Usman, pertanyaan yang disampaikan oleh guru memiliki peran sebagai beikut:

1) Meningkatkan pertisipasi siswa dalam belajar mengajar

2) Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu masalah

yang sedang dihadapi atau sedang dibicarakan.

3) Mengembangkan pola dan cara belajar aktif dari siswa sebab berpikir itu

sendiri sesungguhnya bertanya.

4) Menuntun berpikir siswa, sebab pertanyaan yang baik akan membentuk

siswa agar dapat menentukan jawaban yang baik.

5) Memusatkan perhatian siswa terhadap masalah yang sedang dibahas.37

Melihat penjelasan di atas, peran pertanyaan berkaitan erat dengan partisipasi

anak didik di dalam proses kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu guru harus

mampu membangkitkan semangat dan motivasi siswa sebelum melaksanakan

pembelajaran agar pembelajaran berjalan secara aktif.

Menurut Moh. Uzer Usman terdapat 6 (enam) komponen yang berkaitan

dengan keterampilan bertanya dasar, yaitu: "penggunaan pertanyaan secara

jelas dan singkat, pemberian acuan, pemindahan giliran, penyebaran,

pemberian waktu berpikir, dan pemberian tuntunan.38

1) Penggunaan pertanyaan secara jelas dan singkat, pertanyaan yang

disampaikan oleh guru kepada anak didik harus disampaikan secara jelas

36

Ahmad Sabri, "Strategi Belajar MengajarMicro Teaching", (Ciputat, PT Ciputat Press, 2010), cet. Ke-3,hal. 79

37

Moh. Uzer Usman, "Menjadi Guru Profesional", (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2011), cet. Ke-25, hai. 74

38

(36)

dan singkat. Penggunaan kata-kata yang mudah dipahami dan sesuai dengan taraf perkembangan anak didik, akan membantu anak didik dalam memahami dan memberikan jawaban atas pertanyaan yang guru berikan.

2) Pemberian acuan, sebelum guru memberikan sebuah pertanyaan sebaiknya guru memberikan acuan yang berkaitan dengan pertanyaan yang akan diberikan. Hal tersebut bertujuan agar anak didik memiliki gambaran jawaban tentang pertanyaan yang diberikan berdasarkan taraf kemampuan yang dimilikinya.

3) Pemindahan giliran, pemberian pertanyaan secara bergiliran merupakan suatu bentuk tindakan yang menunjukkan bahwa guru berlaku adil dan tidak membeda-bedakan anak didik di dalam proses kegiatan pembelajaran. Di samping itu, pemindahan giliran pertanyaan guru bertujuan agar masing-masing anak didik memiliki kesempatan untuk memberikan tanggapannya mengenai pertanyaan yang disampaikan sehingga dengan demikian pembelajaran akan terlihat lebih aktif.

4) Penyebaran, penyebaran bertujuan untuk melibatkan siswa sebanyak-banyaknya dalam pelaksanaan pembelajaran. Guru sebaiknya berusaha agar semua anak didik mendapatkan giliran secara merata. Perbedaannya dengan pemindahan giliran adalah pemindahan giliran beberapa siswa diminta untuk menjawab satu pertanyaan yang sama. Sedangkan pada penyebaran pertanyaan yang diberikan kepada anak didik berbeda-beda dan disebarkan giliran menjawabnya kepada anak didik yang berbeda pula.

(37)

6) Pemberian tuntunan, apa bila terdapat anak didik yang salah atau kesulitan dalam menjawab pertanyaan sebaiknya guru memberikan tuntunan kepada anak didik tersebut agar dia menemukan sendiri jawaban yang benar.

e. Keterampilan Memberikan Penguatan

Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respons apakah bersifat verbal ataupun non verbal yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik (feed back) bagi penerima (siswa) atas perbuatannya sebagai suatu dorongan atau pun koreksi.39

Sedangkan menurut Moh Uzer Usman penguatan adalah respons terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut.40

Jadi pengutaan adalah suatu tindakan guru yang merupakan respons terhadap tingkah laku yang dilakukan oleh anak didik yang bertujuan untuk memberikan informnasi dan umpan balik kepada anak didik agar mereka merasa berbesar hati dan lebih giat berpartisipasi dalam interaksi pembelajaran.

Menurut Moh. Uzer Usman terdapat 3 (tiga) prinsip penggunaan

pengutan, yaitu: "kehangatan dan keantusiasan, kebermaknaan, dan

menghindari penggunaan respons yang negative".41

1) Kehangatan dan keantusiasan, sikap an gaya guru, termasuk suara, mimik,

dan gerak badan akan menunjukkan adanya kehangatan dan keantusiasan

dalam memberikan pengutan. Dengan demikian diharapkan murid

beranggapan bahwa guru melakukannya dengan menyenangkan.

2) Kebermaknaan, pengutan sebaiknya diberikan sesuai dengan tingkah laku

dan penampilan siswa sehingga dia mengerti dan yakin bahwa dia patut

39

Ahmad Sabri, "Strategi Belajar MengajarMicro Teaching", (Ciputat, PT Ciputat Press2010), cet. Ke-3, hal. 82,

40

Moh. Uzer Usman, "Menjadi Guru Profesional", (Bandung, PT Remaia Rosdakarya, 2011), cet. Ke-25, hal. 80-81

41

(38)

diberi penguatan. Dengan demikian pengutan menjadi bermakna untuk

dirinya.

3) Menghindari penggunaan respons yang negatif, sebaiknya guru

menghindari hal-hal negatif seperti menghina, menjatuhkan dan

sebagainya di dalam merespons tingkah laku anak didiknya, hal tersebut

perlu dilakukan agar guru tidak mematahkan semangat anak didik untuk

mengembangkan dirinya.

f. Keterampilan Mengadakan Variasi

Menurut Moh. Uzer Usman, variasi stimulus adalah kegiatan guru

dalam konteks proses interaksi belajar-mengajar yang ditujukan untuk

mengatasi kebosanan murid, sehingga dalam situasi belajar-mengajar murid

senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme, serta penuh partisipasi.42

Di dalam kegiatan pembelajaran guru memiliki peran yang dominan,

oleh karena itu suasana belajar yang kondusif sangat dipengaruhi oleh peran

guru di dalam menciptakan iklim belajar yang sebaik-baiknya. Penggunaan

berbagai macam variasi oleh guru di dalam pelaksanaan kegiatan

pembelajaran dapat membantu siswa tetap fokus, termotivasi dan antusias

terhadap materi pelajaran yang disampaikan oleh guru.

Menurut Ahmad Sabri, terdapat 3 (tiga) komponen yang berkaitan

dengan keterampilan mengadakan variasi, yaitu: variasi dalam mengajar guru,

variasi dalam penggunaan media dan alat pengajaran, dan variasi pola

interaksi dan kegiatan siswa.43

1) Variasi dalam Mengajar Guru

Menurut Udin S. Winataputra (2004), variasi adalah keanekaragaman

yang tidak monoton.44 Sebagai seorang tenaga pendidik guru diharapkan

mampu untuk dapat menjadi seorang yang menyenangkan dan mampu

untuk membuat anak didik merasa nyaman dan senang dalam mengikuti

42

42Moh. Uzer Usman, "Menjadi Guru Profesional", (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2011), cet. Ke-25...hal. 84

43

Ahmad Sabri, "Strategi Belajar MengajarMlcro Teaching", (Ciputat, PT Ciputat Press, 2010), cet. K.e-3, hal. 94-99

44

(39)

kegiatan pembelajaran dengan melakukan perubahan-perubahan yang sengaja dilakukan untuk memberikan kesan unik. Oleh karena itu, dalam melaksanakan pembelajaran guru sebaiknya menggunakan berbagai macam variasi yang bertujuan untuk menghilangkan rasa jenuh dan bosan yang dialami oleh para anak didik sehingga mereka dapat tetap fokus dalam mengikuti pembelajaran.

2) Variasi dalam Penggunaan Media dan Alat Pengajaran

Penggunaan media dan alat pengajaran oleh guru diharapkan relevan dengan tujuan pengajaran. Pemilihan media dan alat pengajaran yang tepat dapat membantu anak didik di dalam memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Pemilihan media dan alat pengajaran yang tepat dapat memotivasi anak didik di dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, anak didik akan merasa senang, tertarik dan yang terpenting adalah memahami materi pelajarana yang diajarkan. 3) Variasi Pola Interaksi dan Kegiatan Siswa

Interaksi guru dan anak didik dalam kegiatan pembelajaran sangat beraneka ragam, dari kegiatan yang sepenuhnya dibimbing oleh guru sampai pada kegiatan yang dilakukan sendiri oleh anak didik. Hal tersebut tergantung bagaimana guru mengelola kegiatan pembelajaran dengan sebaik-baiknya. Penggunaan interaksi yang bermacam-macam bertujuan agar tidak menimbulkan kebosanan dan kejenuhan serta untuk menghidupkan suasana belajar yang intinya adalah untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

g. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perseorangan

Menurut Moh. Uzer Usman, secara fisik bentuk pengajaran kelompok kecil dan perseorangan adalah bila jumlah yang dihadapi oleh guru terbatas yaitu berkisar antara 3-8 orang untuk kelompok kecil, seorang untuk perseorangan.45 Pengajaran kelompok kecil dan perseorangan memungkinkan guru memberikan perhatian kepada anak

45

(40)

didik dan terjadinya hubungan yang lebih akrab antara guru dengan anak

didik maupun antara anak didik dengan anak didik yang lainnya.

Pengajaran kelompok kecil diharapkan mampu membuat anak didik

belajar lebih aktif, memberikan rasa tanggung jawab yang lebih besar,

berkembangnya daya kreatif dan sifat kepemimpinan pada siswa serta dapat

memenuhi kebutuhan anak didik secara optimal. Dengan demikian,

kombinasi pengajaran klasikal, kelompok kecil dan perseorangan

memberikan peluang yang lebih besar bagi tercapainya tujuan pembelajaran.

Berdasarkan uraian teori tentang keterampilan mengajar di atas,

penulis mengambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan keterampilan

mengajar adalah keahlian-keahlian khusus yang perlu dimiliki oleh seorang

guru yang dapat membantunya dalam menjalankan tugas dan

kewajibannya sebagai tenaga pendidik agar pembelajaran yang

dilaksanakan dapat berjalan dengan baik dan benar sehingga tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai.

4. Langkah-Langkah Pembelajaran

Pembelajaran atau proses belajar mengajar adalah proses yang diatur dengan

langkah-langkah tertentu, agar pelaksanaanya dapat berjalan dengan baik dan

mencapai hasil yang diharapkan. Mennrut Wina Sanjaya pembelajaran adalah

proses yang bertujuan, proses kerja sama, proses yang kompleks, dan proses

memanfaatkan berbagai sumber belajar.46 Berdasarkan pengertian pembelajaran

tersebut, maka di dalam proses pelaksanaan pembelajaran perlu dilakukan

langkah-langkah sistematis yang dapat mendukung pelaksanaan pembelajaran

tersebut agar tujuan pembelajar yang telah diietapkan dapat tercapai.

Menurut Abdul Majid, langkah-langkah pembelajaran pada umumnya

meliputi tiga kegiatan, yaitu: (a) kegiatan pembukaan, (b) kegiatan inti, dan (c)

kegiatan penutup.47

a. Kegiatan Pendahuluan

Pembukaan merupakan kegiatan awal yang harus dilakukan guru untuk

46

Wina Sanjaya, "Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran", (Jakarta, Kencana 2008), Get. Ke-l,hal. 31-32

47

(41)

memulai atau membuka pembelajaran. Membuka pelajaran merupakan suatu

kegiatan untuk memberikan motivasi kepada anak didik, menciptakan

kesiapan mental dan menarik perhatian anak didik secara optimal, agar

mereka memusatkan diri sepenuhnya untuk belajar.

Menurut Ahmad Sabri, membuka pelajaran adalah usaha atau

kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk

menciptakan prakondisi bagi murid agar mental maupun perhatian terpusat

pada apa yang akan dipelajarinya sehingga usaha tersebut akan memberikan

efek yang positif terhadap kegiatan belajar, kegiatan yang dilakukan oleh guru

untuk menciptakan suasana siap mental dan menimbulkan perhatian siswa

agar terpusat pada hal-hal yang akan dipelajarinya.48 Membuka pelajaran

merupakan suatu kegiatan untuk menciptakan kesiapan mental agar mereka

memusatkan diri sepenuhnya untuk belajar.

Menurut Abdul Majid, ada 3 (tiga) komponen keterampilan membuka

pelajaran, yaitu: menarik perhatian siswa, menimbulkan motivasi, dan

appersepsi.49

1) Menurut Eveline Siregar dan Hartini Nara, perhatian adalah dorongan

rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu orang ini muncul karena dirangsang

melalui elemen-elemen baru, aneh, lain dengan yang sudah ada, dan

kompleks.50

2) Menarik perhatian siswa bertujuan untuk memfokuskan perhatian siswa

pada proses kegiatan pembelajaran, hal ini perlu dilakukan agar siswa

dapat mengikuti pembelajaran dengan baik tanpa memikirkan sesuatu di

luar pembelajaran. Banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk

men dapat k an perhatian para siswa, antara lain: gaya mengajar yang

dilakukan guru, penggunaan alat bantu pembelajaran dan pola interaksi

yang bervariasi.

48

48Ahmad Sabri, "Strategi Belajar MengajarMcro Teaching", (Ciputat, PT Ciputat Press, 2010), cet. Ke-3,hal.99

49

Abdul Majid, "Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetewi Guru". (Bandung, PT. Remaja Rosda Karya 2009), Cet. Ke-6, hal. 104

50

Gambar

TABEL 1 Kisi-Kisi Angket
Tabel.1 Memulai Pembelajaran dengan Mengucap Salam
Tabel. 3 Berdoa Bersama Sebelum Memulai Pembelajaran
Tabel. 5 Memastikan Kerapian Tempat Duduk Siswa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Rachmawati (2014) Provinsi DIY pada 2006-2011 dalam rangka penerapan cyber province juga telah mengangkat layanan unggulan salah satunya bidang pariwisata.

Dari hasil observasi yang telah dilaksanakan melalui pengamatan, pembelajaran Bahasa Indonesia pada aspek membaca dengan penggunaan metode ceramah dan media papan

Seperti yang sudah dijelaskan diatas peneliti akan menganalisis lirik lagu ‘Menoleh’ menggunakan teori semiotika Ferdinand De Saussure untuk melihat makna

[r]

(2) Dalam hal contoh label yang disampaikan pelaku usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah memenuhi ketentuan, Direktur Pengawasan Barang Beredar dan Jasa

Untuk menelusuri adanya kepentingan patriarkal dalam ketidakcocokan antara pengalaman kaum perempuan dan hukum yang berlaku, tiga pertanyaan lanjutan dikemukakan yakni (a)

Dengan demikian, dua faktor yang memicu terjadi masalah perburuhan tersebut telah berhasil dipecahkan oleh Islam, dengan mengharamkan konsep kebebasan kepemilikan dan

ambar 6. Alat yang dijatuhkan&ditebarkan *falling gear+ merupakan alat penangkapan ikan yang  pengoperasiannya dilakukan dengan cara ditebarkan & dijatuhkan untuk