PENGARUH METODE PERMAINAN TRADISIONAL
ENGKLEK TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA
MATA PELAJARAN IPS KELAS III SDI AL-FALAH 1 PAGI
(Kuasi Eksperimen Pada Siswa SDI Al-Falah I Pagi Jakarta Barat)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
DAENURI RIDWAN
NIM 1111015000007
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
iii
ABSTRAK
Daenuri Ridwan (1111015000007) Pengaruh Metode Perminan Tradisional Engklek Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Kelas III SDI Al-Falah I Pagi. Skripsi ini dibawah bimbingan Dr. Muhammad Arif, M.Pd. Jurusan Pendidikan IPS, program studi IPS Ekonomi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Permasalahan yang diteliti adalah bagaimana pengaruh metode permainan tradisional engklek terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Penulis hanya membatasi penelitian yang terkait dengan penggunaan metode ceramah yang masih sering digunakan oleh guru, sehingga menimbulkan kebosanan pada siswa dan hasil belajar IPS siswa yang masih rendah.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh metode permainan tradisional engklek terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas III di SDI Al-Falah I Pagi.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen kuasi yaitu penulis melakukan pengumpulan data selengkap mungkin tentang pengaruh metode permainan tradisional engklek dalam meningkatkan hasil belajar IPS di SDI Al-Falah I Pagi. Dalam pengumpulan data, teknik yang digunakan yaitu, tes pilihan ganda, observasi dan angket. Tes pilihan ganda diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sebanyak 20 soal. Observasi dilakukan di kelas eksperimen untuk melihat aktivitas belajar dengan menggunakan metode permainan tradisional engklek, dan observasi dilakukan di kelas kontrol untuk melihat aktivitas belajar dengan menggunakan metode ceramah. Angket yang digunakan menggunakan skala likert dan diberikan di kelas eksperimen untuk mendapatkan gambaran mengenai persepsi siswa terhadap metode permainan tradisional engklek.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perhitungan uji hipotesis pretest
iv
thesis is guiding by Dr. Muhammad Arif, M.Pd. Social Science Education Department, Economy Studies Program, Faculty of Tarbiyah
and Teacher’s Training, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta.
The problems in this research are how the influence of engklek traditional game method toward the result of students studying on Social Science Education lesson. The writer just limited the research that related to speech method that still used by teachers which make students bored and the result of student studying Social Science Education which still low.
The purpose of this research is to know the influence of engklek traditional game method toward the result of student studying on Social Science Education lesson of third class in SDI Al-Falah I Pagi.
The research method that used is quasi experiment, the writer collects all data about the influence of engklek traditional game method to improve the result of studying Social Science Education in SDI Al-Falah I Pagi. The technique that used in collecting data is multiple choice test, observation, and inquiry. The multiple choice test was given to the experiment class and control class as many as twenty questions. Observation was obtained in experiment class to see study activity by using engklek traditional game method and observation was obtained in control class to see study activity by using speech method. The inquiry that used was likert scale and given in the experiment class to get illustration
about student’s perception toward engklek traditional game method.
v
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim
Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan perkenankan-Nya penulisan skripsi dapat berjalan dengan lancar. Memang masih banyak kekurangan dan penulis sadar betapa lemah dihadapan-Nya karenanya penulis selalu memohon bantuan dan pertolongan agar selalu diberi kemudahan di dalam segala urusan baik secara lahiriah maupun secara bathiniah. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada bimbingan Nabi Muhammad SAW beserta para sahabat dan para pengikutnya sampai akhir zaman.
Selama penyusunan skripsi ini tidak sedikit hambatan dan kendala yang dialami penulis, namun berkat doa, kesungguhan hati, kerja keras dan bantuan dari berbagai pihak akhirnya penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Tidak ada kata yang dapat penulis ucapkan lagi, kecuali hanya rasa terima kasih yang tidak terkira atas bimbingan, dorongan serta masukan-masukan positif atas penyusunan skripsi ini, lebih khusus lagi penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. H. Ahmad Thib Raya, M.A., selaku dekan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd., selaku ketua jurusan prodi pendidikan IPS beserta Bapak Syaripulloh, M.Si., selaku sekretaris jurusan prodi pendidikan IPS. 3. Bapak Dr. Muhammad Arif, M.Pd., selaku dosen pembimbing. Dengan kesabaran
dan keikhlasannya telah membimbing, memberikan saran, masukan, meluangkan waktu, tenaga, dan fikiran serta mengarahkan penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Seluruh dosen yang telah membimbing, mendidik, dan memberikan ilmunya kepada penulis selama penulis masih melaksankan perkuliahan. Semoga ilmu yang telah diberikan kepada penulis menjadi amal ibadah dan pahala disisi Allah SWT.
vi
yang telah membantu peneliti dalam mengontrol peneliti selama kegiatan mengajar.
7. Teman-teman seperjuangan di Jurusan Pendidikan IPS angkatan 2011, khususnya Afaf Nazihah, Annisa Wihastin, Aristiana Indah K dan Nurlela (kumpulan kurcaci), yang selalu bersama dari awal kuliah sampai dengan saat ini. Sama-sama memberikan masukan dan semangat dalam perkuliahan khususnya dalam penulisan skripsi ini. Saling memberikan doa satu sama lain dan yang terpenting sukses bersama kita. Terimakasih atas pertemanan dengan kalian sampai dengan saat ini.
8. Teman seperjuangan sekolah, masuk kuliah dan sahabat tercinta Nuumah Apriliani, Elza Fauzah (oddod), yang dari awaal pendaftaran kuliah, ngurusin opak, berangkat kuliah bareng dan makan bareng. Yang selalu memberikan masukan, doa dan semangat untuk lulus bersama.
9. Teman sepermainan Lovina Azzahra, Azizah, Viria Agustin, Afifah, yang selalu memberikan semangat dalam mengerjakan skripsi ini. Terimakasih untuk kopi yang telah dibuatkan, terimakasih untuk rumahnya yang bersedia dijadikan tempat pengerjaan skripsi ini, terimakasih untuk hidangan makanan dan terimakasih untuk semuanya.
10. Murid-murid kelas IV SDI Al-Falah I Pagi yang telah membantu dalam uji instrument. Kelas III-B dan kelas III-D yang terlah membantu saya dalam melakukan penelitian. Semoga kalian suka dengan metode yang telah saya teliti ini. Tingkatkan prestasi kalian di dalam sekolah maupun di luar sekolah. Tanpa kalian skripsi ini mungkin tidak akan berhasil untuk diteliti.
vii
12. Semua pihak yang terkait yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, orang-orang terdekatku sekarang dan masa lalu yang selalu datang memberikan motivasi dan semangat.
Hanya doa yang penulis haturkan semoga semua pihak yang terlibat dalam penulisan skripsi ini mendapat balasan dan pahala yang berlipat Allah SWT.
Akhir kata penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi semua pihak yang membacanya. Amiin Yaa Rabbal ‘Alamiin.
Jakarta, September 2015
viii
ABSTRAK ... iii
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Pembatasan Masalah ... 5
D. Perumusan Masalah ... 5
E. Tujuan Penelitian ... 5
F. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA PIKIR, dan PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kajian Teori ... 7
1. Hakikat Metode Permainan Tradisional Engklek ... 7
a. Pengertian Metode Pembelajaran ... 7
b. Faktor Pemilihan Metode ... 8
c. Permainan Tradisional Engklek dan Sejarahnya ... 10
1) Pengertian Permainan Tradisional Engklek ... 10
2) Pemain dalam Permainan Tradisional Engklek ... 11
3) Lapangan untuk Bermain Permainan Tradisional Engklek ... 11
4) Cara Bermain Permainan Tradisional Engklek ... 12
ix
6) Manfaat yang Diperoleh dari Permainan
Tradisional Engklek ... 15
7) Pemanfaatan Permainan Tradisional Engklek sebagai Metode Pembelajaran ... 16
2. Hakikat Belajar dan Hasil Belajar ... 18
a. Pengertian Belajar ... 18
b. Jenis-Jenis Belajar ... 19
c. Pengertian Hasil Belajar ... 23
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 24
e. Cara Mengukur Evaluasi Hasil Belajar ... 25
f. Alat Evaluasi Hasil Belajar ... 27
3. Hakikat IPS ... 28
a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial ... 28
b. Karakteristik Mata Pelajaran IPS ... 29
c. Tujuan Pembelajaran IPS ... 30
B. Penelitian yang Relevan ... 31
C. Kerangka Pikir ... 34
D. Hipotesis Penelitian ... 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 37
1. Tempat Penelitian ... 37
2. Waktu Penelitian ... 37
B. Metode Penelitian dan Desain Penelitian ... 38
C. Populasi dan Sampel ... 39
D. Variabel Penelitian ... 40
E. Teknik Pengambilan Sampel ... 40
F. Teknik Pengumpulan Data ... 40
G. Instrumen Penelitian ... 42
H. Prosedur Penelitian ... 46
x
2. Pengujian Reliabilitas ... 48
J. Teknik Analisis Data ... 49
1. Uji Sampel Penelitian ... 50
2. Angket atau Kuesioner ... 53
3. Analisis Data ... 54
K. Hipotesis Statistik ... 55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Profil Sekolah ... 56B.
Deskripsi Hasil ...
581. Hasil Belajar IPS di SDI Al-Falah I Pagi dengan Metode Permainan Tradisional Engklek (Kelompok Eksperimen) .. 59
2. Hasil Belajar IPS di SDI Al-Falah I Pagi dengan Metode Konvensional (Kelompok Kontrol) ... 61
3. Normalized Gain <g> ... 63
4. Perhitungan Angket ... 64
C.
Pengujian Prasyarat Analisis ...
801. Uji Prasyarat Sampel Penelitian ... 80
2. Uji Prasyarat Analisis ... 82
D.
Pengujian Hipotesis ...
841. Uji-t Pretest ... 84
2. Uji-t Posttest ... 84
E.
Interpretasi Data ... 851. Hasil Pretest... 85
2. Hasil Posttest ... 85
3. Hasil Normalized Gain <g> ... 86
4. Hasil Uji Hipotesis ... 86
F.
Pembahasan ... 86xi
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 90 B. Saran ... 90
xii
Tabel 2.1 Hasil Penelitian Yang Relevan ... 32
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian ... 37
Tabel 3.2 Desain Penelitian ... 39
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Hasil Belajar Siswa ... 42
Tabel 3.4 Lembar Observasi Kelas Eksperimen ... 44
Tabel 3.5 Lembar Observasi Kelas Kontrol ... 44
Tabel 3.6 Instrumen Kuesioner atau Angket ... 45
Tabel 3.7 Interpretasi Nilai Validitas ... 48
Tabel 3.8 Interpretasi Nilai Reliabilitas ... 49
Tabel 3.9 Skor Alternatif Jawaban Responden ... 53
Tabel 4.1 Tenaga Pengajar SDI Al-Falah I Pagi ... 57
Tabel 4.2 Sebaran Data Hasil Pretest Kelompok Eksperimen ... 59
Tabel 4.3 Sebaran Data Hasil Posttest Kelompok Eksperimen ... 60
Tabel 4.4 Sebaran Data Hasil Pretest Kelompok Kontrol ... 61
Tabel 4.5 Sebaran Data Hasil Posttest Kelompok Kontrol ... 62
Tabel 4.6 Deskripsi Jumlah <g> Kelompok Eksperimen ... 63
Tabel 4.7 Deskripsi Jumlah <g> Kelompok Kontrol ... 63
Tabel 4.8 Rekap Nilai <g> kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 64
Tabel 4.9 Saya Menyukai Pelajaran IPS ... 64
Tabel 4.10 Saya Menyukai Belajar Menggunakan Metode Konvensional ... 65
Tabel 4.11 Saya Memahami Materi Saat Belajar Menggunakan Metode Konvensional ... 66
Tabel 4.12 Saya Lebih Fokus Belajar Menggunakan Metode Konvensional .... 66
Tabel 4.13 Saya Bosan Belajar Menggunakan Metode Konvensional ... 67
Tabel 4.14 Saya Tidak Berani Mengungkapkan Pendapat Saat Belajar Menggunakan Metode Konvensional... 68
xiii
Tradisional Engklek ... 69
Tabel 4.17 Saya Dapat Memahami Materi Karena Menggunakan Metode Permainan Tradisional Engklek ... 70
Tabel 4.18 Semangat Belajar Saya Bertambah Saat Belajar Menggunakan Metode Permainan Tradisional Engklek ... 71
Tabel 4.19 Saya Sangat Tertarik Belajar dengan Menggunakan Metode Permainan Tradisional Engklek ... 72
Tabel 4.20 Saya Dapat Fokus Belajar Menggunakan Metode Permainan Tradisional Engklek ... 72
Tabel 4.21 Saya Dapat Memahami Materi Karena Menggunakan Metode Permainan Tradisional Engklek ... 73
Tabel 4.22 Saya Dapat Belajar Sambil Bermaian dengan Menggunakan Metode Permainan Tradisional Engklek ... 74
Tabel 4.23 Saya Lebih Berani Mengungkapkan Pendapat Karena Menggunakan Metode Permainan Tradisional Engklek ... 75
Tabel 4.24 Saya Tidak Merasa Takut Saat Proses Belajar Mengajar Berlangsung Karena Menggunakan Metode Permainan Tradisional Engklek... 76
Tabel 4.25 Belajar Menggunakan Metode Permainan Tradisional Engklek Sangat Membosankan ... 77
Tabel 4.26 Saya Tidak Tertarik Belajar Menggunakan Metode Permainan Tradisional Engklek ... 77
Tabel 4.27 Saya Tidak Fokus Belajar Menggunakan Metode Permainan Tradisional Engklek ... 78
Tabel 4.28 Saya Tidak Memahami Materi Pelajaran Saat Belajar Menggunakan Metode Permainan Tradisional Engklek ... 79
Tabel 4.29 Hasil Uji Normalitas Data Pretest ... 80
Tabel 4.30 Hasil Uji Homogenitas Data Pretest ... 81
Tabel 4.31 Hasil Uji Normalitas Data Posttest ... 82
Tabel 4.32 Hasil Uji Homogenitas Data Posttest ... 83
Tabel 4.33 Hasil Uji-t Data Pretest ... 84
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Lapangan Permainan Tradisional Engklek ... 12
Gambar 2.2 Cabang Ilmu Pengetahuan Sosial ... 28
Gambar 2.3 Bagan Kerangka Pikir... 35
Gambar 4.1 Sebaran Hasil Pretest Kelompok Eksperimen ... 59
Gambar 4.2 Sebaran Hasil Posttest Kelompok Eksperimen ... 60
Gambar 4.3 Sebaran Hasil Pretest Kelompok Kontrol ... 61
Gambar 4.4 Sebaran Hasil Posttest Kelompok Kontrol ... 62
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang MasalahPendidikan merupakan salah satu bagian yang sangat penting bagi kehidupan manusia dalam mengembangkan kepribadian dan kemampuannya. Pendidikan juga dituntut untuk membentuk manusia yang berakhlak mulia, kreatif, mandiri dan bertanggung jawab, yang semuanya ini berdasarkan atas ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Menurut Muhibin Syah “Pendidikan merupakan sebuah proses
dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan”.1 Dapat dikatakan bahwa setiap Negara selalu menyelenggarakan pendidikan demi tercapainya cita-cita nasional. Sebagaimana yang terdapat dalam Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Bab II Pasal 3 Tahun 2003 yang berbunyi:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan bertanggung
jawab”.2
Dalam proses pendidikan, terdapat dua pelaku utama yakni pendidik dan peserta didik. keduanya saling berkaitan dan saling membutuhkan. Agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai, maka antara pendidik dan peserta didik bekerjasama dalam membangun sebuah tujuan. Dalam hal ini, guru yang menginformasikan materi kepada siswa, tetapi selain itu guru juga bertindak sebagai fasilitator yang bertugas
1
Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), Cet 15, h. 10
2
memberikan kemudahan belajar kepada seluruh peserta didik, agar peserta didik dapat belajar dalam suasana menyenangkan, gembira, penuh semangat dan berani mengemukakan pendapat.
Meningkatkan mutu pendidikan menjadi tanggungjawab semua pihak yang terlibat dalam pendidikan terutama bagi guru. Guru adalah orang yang berperan dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas yang dapat bersaing di zaman yang teknologinya sudah semakin canggih. Dengan mutu pendidikan yang baik akan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.
Agar pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan baik dan hasilnya berkualitas, maka perbaikan pengajaran diarahkan pula pada pengelolaan proses pembelajaran. Dalam hal ini, bagaimana peran metode pembelajaran yang dikembangkan di sekolah dapat menghasilkan proses pembelajaran yang menyenangkan dan sesuai dengan apa yang diharapkan.
Pembelajaran harus memperhatikan minat, motivasi dan kemampuan siswa. Penggunaan metode yang tepat akan turut menentukan efektifitas dan efisiensi pembelajaran. Penggunaan metode yang bervariasi akan sangat menentukan peserta didik dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran harus dipilih dan dikembangkan untuk meningkatkan aktivitas dan kreativitas peserta didik. Oleh karena itu penggunaan metode harus sesuai dan selaras dengan karakteristik siswa, materi, dan kondisi lingkungan pengajaran serta sarana dan prasarana yang digunakan.
3
dalam mencapai tujuan pendidikan sesuai dengan kurikulum yang dicanangkan.
Dalam pembelajaran IPS di sekolah SDI Al-Falah I Pagi, dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas penggunaan metode pembelajaran yang bervariatif masih sangat rendah dan guru cederung menggunakan metode konvensional (ceramah) pada setiap pembelajaran yang dilakukannya. Hal ini mungkin disebabkan kurangnya penguasaan guru terhadap metode pembelajaran yang ada, padahal penguasaan terhadap metode pembelajaran sangat diperlukan untuk meningkatkan kemampuan profesional guru. Hal ini diperkuat oleh hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti sebelum melakukan penelitian dan terbukti saat pelajaran dimulai masih ada peserta didik yang mengobrol dan belum siap untuk menerima materi oleh guru mata pelajaran IPS dan diperkuat lagi oleh keterangan dari beberapa siswa yang berdiskusi dengan peneliti bahwa peserta didik merasa kesulitan dalam belajar, jenuh, bosan dan merasa takut dengan guru mata pelajaran IPS serta guru hanya memberikan tugas kepada peserta didik untuk mengerjakan LKS (Lembar Kerja Siswa), padahal materi tersebut belum sepenuhnya disampaikan oleh guru mata pelajaran IPS sehingga hasil belajar peserta didik rendah.
Guru pun tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya pada saat pembelajaran berlangsung. Jadi, pada saat pembelajaran telah selesai guru langsung memberikan tugas atau latihan kepada peserta didik tanpa bertanya terlebih dahulu kepada peserta didik apakah peserta didik telah paham dengan pelajaran yang telah disampaikan oleh guru. Dengan sikap guru yang seperti itu maka peserta didik menjadi kurang aktif atau tidak aktif dalam pembelajaran yang sedang berlangsung, dan peserta didik menjadi tidak paham apa yang telah diajarkan oleh guru.
paham dalam pembelajaran yang telah disampaikan oleh guru. Tetapi ketika guru memberikan soal ulangan kepada peserta didik, banyak peserta didik yang mendapat nilai kurang dari memuaskan atau di bawah KKM. Agar dapat mengajar efektif, guru harus meningkatkan kesempatan belajar bagi peserta didik. kesempatan belajar peserta didik dapat ditingkatkan dengan cara melibatkan peserta didik secara aktif dalam pembelajaran di kelas.
Kondisi pembelajaran tersebut tentu saja tidak bisa dibiarkan berlangsung terus menerus. Dengan kondisi tersebut seharusnya guru mencari alternatif-alternatif metode pembelajaran yang memungkinkan peserta didik dapat berperan aktif di dalam kelas dan dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran di kelas dan penggunaan metode haruslah menarik, menyenangkan dan sesuai dengan materi ajar.
Dengan seringnya peserta didik tidak memahami penjelasan tentang materi ajar yang menggunakan metode yang kurang tetap dan mendapatkan hasil belajar yang kurang memuaskan, maka pada penelitian
ini peneliti akan menggunakan “metode permainan tradisional engklek”. Alasan dipilihnya metode permainan tradisional engklek adalah untuk meningkatkan minat, motivasi, serta hasil belajar peserta didik dalam mengikuti proses belajar IPS di kelas. Peneliti sengaja menciptakan suasana yang menyenangkan dan kompetitif, agar peserta didik mampu bersaing antara sesama mereka serta dapat membantu peserta didik dalam memahami materi pembelajaran. Untuk melihat keberhasilan metode ini maka dilakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Metode Permainan Tradisional Engklek Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Kelas III SDI Al-Falah I Pagi”.
B. Identifikasi Masalah
5
1. Penggunaan metode ceramah yang sering digunakan oleh guru, sehingga menimbulkan kebosanan pada siswa.
2. Hasil belajar IPS siswa yang masih rendah.
3. Masih banyak siswa yang beranggapan bahwa pelajaran IPS yang membosankan.
4. Kurangnya aktivitas dalam pembelajaran IPS. 5. Kurangnya pemahaman siswa akan materi IPS.
6. Guru mata pelajaran IPS tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya pada saat pembelajaran berlangsung.
C. Pembatasan Masalah
Dari berbagai permasalahan diatas agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda, maka peneliti membatasi permasalahan penelitian ini sebagai berikut:
1. Penggunaan metode ceramah yang masih sering digunakan oleh guru, sehingga menimbulkan kebosanan pada siswa.
2. Hasil belajar IPS siswa yang masih rendah.
Berdasarkan dua masalah di atas, mendorong peneliti untuk melakukan eksperimen dengan melihat pengaruh metode permainan tradisional engklek terhadap hasil belajar IPS siswa.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
”Bagaimanakah pengaruh metode permainan tradisional engklek terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas III di SDI Al-Falah I Pagi?”
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Adapun manfaat yang diharapkan adalah:
1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai suatu karya ilmiah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan mengenai pengaruh metode permainan tradisional engklek dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman untuk kegiatan penelitian berikutnya yang sejenis.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan solusi nyata untuk menerapkan metode baru untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi siswa, guru, dan sekolah.
a. Bagi siswa
1. Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS. 2. Memudahkan siswa untuk memahami konsep IPS.
b. Bagi guru
Sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi guru dalam memilih metode pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa.
c. Bagi sekolah
Penelitian ini dapat memberikan sumbangan dalam rangka perbaikan pembelajaran terhadap hasil belajar siswa kelas III SDI Al-Falah I Pagi.
d. Bagi Jurusan Pendidikan IPS
7
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA PIKIR, dan PENGAJUAN
HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Hakikat Metode Permainan Tradisional Engklek a. Pengertian Metode Pembelajaran
Secara etimologi metode berasal dari bahasa Yunani meta yang berarti sesudah dan kata hodos yang berarti jalan. Dengan demikian, metode merupakan langkah-langkah yang diambil, menurut urutan tertetu, untuk mencapai pengetahuan yang telah dirancang dan dipakai dalam proses memperoleh pengetahuan jenis apa pun.1 Dalam bahasa Arab istilah metode dikenal dengan istilah
thoriqah yang berarti langkah-langkah startegis untuk melakukan suatu pekerjaan. Akan tetapi menurut Ahmad Tafsir jika dipahami dari asal kata method ini mempunyai pengertian yang lebih khusus, yakni cara yang tepat dan cepat dalam mengerjakan sesuatu.2
Metode pembelajaran adalah sebagai cara yang digunakan guru, sehingga dalam menjalankan fungsinya, metode merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tetapi pelaksanaan sesungguhnya, metode dan teknik memiliki perbedaan. Metode pembelajaran lebih bersifat prosedural yang berisi tahap-tahap tertentu.3
Adapun pengertian dan definisi metode pembelajaran menurut para ahli antara lain :
1
Dadang Supardan, Pengantar Ilmu Sosial: Sebuah Kajian Pendekatan Struktural,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2011) h. 42
2
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter, (Bandung: Alfabeta, 2012), Cet. 2, h. 87
3
1) M. Bayiruddin Usman
Metode pembelajaran adalah suatu cara penyampaian bahan pelajaran untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
2) Nana Sunjana
Metode pembelajaran adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran.
3) Ahmad Sabri
Metode pembelajaran adalah cara-cara atau teknik penyajian bahan pelajaran, baik secara individual atau kelompok.
4) M. Sobri Sutikno
Metode pembelajaran adalah cara-cara menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses pembelajaran pada diri siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan.
5) Gerlach dan Elly
Metode pembelajaran adalah rencana yang sistemastis untuk menyampaikan informasi.4
Dari pengertian di atas menurut para ahli, dapat ditarik kesimpulan bahwa metode pembelajaran adalah suatu cara yang digunakan atau pakai oleh pendidik (guru) dalam menyampaikan suatu materi ajar kepada para peserta didik secara sistematis guna untuk mencapai tujuan pembelajaran di kelas.
b. Faktor Pemilihan Metode
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi atau yang harus diperhatikan dalam penetapan metode yang akan digunakan, yaitu:
4
, Pengertian Metode Pembelajaran Menurut Para Ahli,
9
1) Tujuan Instruksional Khusus
Tujuan instruksional khusus merupakan unsur utama yang harus dikaji dalam rangka menetapkan metode. Cara-cara atau metode-metode yang hendak dipergunakan itu harus disesuaikan dengan tujuan, karena tujuan itulah yang menjadi tumpuan dan arah untuk memperhitungkan efektivitas suatu metode.
2) Keadaan Murid-murid
Murid merupakan unsur yang harus diperhitungkan, karena metode-metode yang hendak ditetapkan itu merupakan alat
untuk menggerakkan mereka agar dapat
mencerna/mempelajari bahan yang akan disajikan. 3) Materi atau Bahan Pengajaran
Penguasaan bahan oleh guru hendanya mengarah kepada sifat spesialisasi atas ilmu atau kecakapan yang diajarkan. Penyusunan unsur atau informasi yang baik itu bukan saja akan memudahkan murid untuk mempelajarinya, melainkan juga memberikan gambaran yang jelas sebagai petunjuk dalam menetapkan metode mengajar.
4) Situasi
Suansana belajar atau suasana kelas dan juga yang bersangkut-paut dengan keadaan murid-murid.
5) Fasilitas
Segala sesuatu yang dapat mempermudah upaya atau memperlancar kerja dalam rangka mencapai suatu tujuan. 6) Guru
untuk menetapkan, mengembangkan dan mempergunakan semua metode-metode mengajar sehingga terjadilah kombinasi-kombinasi dan variasinya yang efektif.
7) Kebaikan atau kelemahan metode-metode
Tidak ada metode yang jelek dan tidak ada metode yang baik. Yang penting diperhatikan guru dalam menetapkan metode ialah mengetahui batas-batas kebaikan dan kelemahan metode yang akan dipergunakannya, sehingga memungkinkan ia merumuskan kesimpulan mengenai hasil penelitian/pencapaian tujuan dari putusannya itu.5
c. Permainan Tradisional Engklek dan Sejarahnya 1) Pengertian Permainan Tradisional Engklek
Permainan tradisional engklek yang juga disebut dengan sunda manda ini diyakini mempunyai nama asli “Zondang
Maandag” yang merupakan bahasa Belanda. Berdasarkan
sejarahnya memang permainan tradisional engklek ini masuk ke Indonesia melalui Belanda yang pada masa lalu menjajah Indonesia. Diyakini pada masa inilah permainan tradisional engklek dibawa masuk ke Indonesia oleh Belanda. Memang sampai dengan saat ini tidak ada bukti sejarahnya yang otentik yang dapat menyimpulkan mengenai sejarah engklek. Namun permainan tradisional engklek ini sudah sangat populer di kalangan anak perempuan di Eropa pada masa perang dunia.6
Sedangkan di Indonesia pada masa penjajahan Belanda banyak dijumpai anak-anak perempuan Belanda bermain permainan tradisional engklek ini. Memang permainan ini lebih
5
Zakiah Daradjat, Metode Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h. 137-143
6
, Pengertian Tradisional Engklek dan Sejarahnya,
11
banyak dimainkan oleh anak perempuan, walaupun ternyata kemudia anak-anak lelaki pun banyak turut bermain permainan tradisional engklek. Setelah Indonesia merdeka dari penjajah, permainan tradisional engklek tetap bertahan di Indonesia dan menjadi semakin terkenal oleh anak-anak kecil di Indonesia. Begitupun dalam hal penyebarannya, semakin lama permainan tradisional engklek semakin populer dan menyebar ke seluruh pelosok negeri ini. Hingga akhirnya bisa dibilang tidak ada anak kecil yang tidak tahu permainan tradisional engklek.7
2) Pemain dalam Permainan Tradisional Engklek
Permainan tradisional engklek biasanya dimainkan oleh anak perempuan. Jarang sekali permaian tradisional engklek dilakukan oleh anak laki-laki atapun anak remaja. Mungkin karena permainan tradisional ini lebih identik dengan perempuan. Engklek bisa dimainkan hanya oleh 1 orang anak saja, bisa lebih dari 1 anak, tapi bisa juga dimainkan beregu akan dimainkan oleh regu yang masing-masing terdiri dari beberapa anak.8
3) Lapangan untuk Bermain Permainan Tradisional Engklek Untuk dapat memainkannya, para pemain harus memainkan engklek di halaman. Permaian ini memang sebuah permaian
outdoor atau permaian yang harus dilakukan di luar rumah. Memerlukan sebuah pekarangan kecil untuk dapat memainkan permaian tradisional engklek. Diperlukan sebuah tanah
7
, Pengertian Tradisional Engklek dan Sejarahnya,
(http://permainantradisional1.blogspot.com/2013/01/permainan -tradisional-engklek.html?m=1), diakses pada tanggal 03 Maret 2015 jam 12.40.
8
, Pengertian Tradisional Engklek dan Sejarahnya,
pekarangan yang datar dengan ukuran kurang lebih 3 – 4 . Bisa di atas tanah, pelataran, ataupun aspal.9
Lapangan atau arena engklek biasanya berupa kotak-kotak atau persegi panjang dengan ukuran sekitar 30 – 60 . Untuk membuat lapangan, anak-anak biasanya menggunakan kapur tulis, pecahan genteng, arang, atau apapun untuk menggambar lapangan engklek.10
Gambar 2.1
Lapangan Permainan Tradisional Engklek
4) Cara Bermain Permainan Tradisional Engklek
Permainan tradisional engklek adalah sebuah permaian tradisional sederhana yang dilakukan dengan cara melemparkan sebuah pecahan genteng atau batu berbentuk pipih. Satu anak hanya akan memiliki pecahan genting (kreweng) yang disebut “gacuk”.11
9
, Pengertian Tradisional Engklek dan Sejarahnya,
(http://permainantradisional1.blogspot.com/2013/01/permainan -tradisional-engklek.html?m=1), diakses pada tanggal 03 Maret 2015 jam 12.40.
10
, Pengertian Tradisional Engklek dan Sejarahnya,
(http://permainantradisional1.blogspot.com/2013/01/permainan -tradisional-engklek.html?m=1), diakses pada tanggal 03 Maret 2015 jam 12.40.
11
, Pengertian Tradisional Engklek dan Sejarahnya,
13
Permainan dilakukan secara bergantian. Para pemaian akan mengundi urutan pemain yang akan bermain. Pemain pertama harus melemparkan pecahan gentingnya ke kotak pertama yang terdekat. Setelah itu dia harus melompat-lompat ke semua kotak secara berurutan hanya dengan menggunakan 1 kaki, sedangkan kaki yang lain harus diangkat dan tidak boleh turun menyentuh tanah. Kotak yang terdapat gacuk milik pemain tersebut yang sedang bermain dengan meloncat dilarang untuk menyentuh atau menginjak garis pembatas.12
Pemain permainan tradisional engklek harus melompat ke setiap kotak sampai di ujung terjauh yang biasanya berbentuk setengah lingkaran atau kotak yang besar. Dari sana dia harus kembali deengan cara melompat lagi. Saat sampai di kotak yang terdapat gacuk miliknya, dia harus mengambil gacuk itu dengan tangannya, semestara itu sebelah kakinya harus tetap terangkat dan tidak boleh menyentuh tanah. Kemudian dan tidak boleh melanjutkan membawa gacuk tersebut sampai keluar kotak pertama.13
Pemain permainan tradisional engklek yang sedang bermain harus mengulang permainan ini dengan melempar gacuk dari mulai kotak pertama terus sampai semua kotak dan akhirnya selesai kembali ke kotak pertama lagi. Namun bagi pemain yang melanggar aturan tidak boleh melanjutkan permainan dan digantikan oleh pemain berikuttnya. Tapi dia
12
, Pengertian Tradisional Engklek dan Sejarahnya,
(http://permainantradisional1.blogspot.com/2013/01/permainan -tradisional-engklek.html?m=1), diakses pada tanggal 03 Maret 2015 jam 12.40.
13
, Pengertian Tradisional Engklek dan Sejarahnya,
boleh melanjutkan permainannya setelah semua pemain mendapat giliran bermain.14
Pemain selesai jika gacuk seorang pemain telah melalui semua kotak sampai kembali lagi ke kotak pertama dengan selamat. Selain itu pemain tersebut akan berdiri membelakangi lapangan engklek dan melemparkan gacuknya ke belakang. Jika beruntung gacuk itu akan berhenti di dalam salah satu yang kosong dan kotak tersebut akan menjadi miliknya sendiri atau rumahnya.15 Tapi jika lemparan gacuknya melesat keluar arena atau menyentuh garis batas, maka pemain itu harus mengulang lemparanya setelah pemain berikutnya melempar. Aturan lainnya adalah kotak yang sudah ada pemiliknya tidak boleh diinjak pemain lain ataupun disentuh oleh gacuk pemain lain yang dilempar.16
5) Filosofi Permainan Tradisional Engklek
Permainan tradisional engklek sebenarnya juga memiliki makna filosofi. Permainan tradisional engklek bisa diartikan sebagai simbol dari usaha manusia untuk membangun tempat tinggalnya atau rumahnya. Selain itu permainan tradisional engklek juga memiliki filosofi sebagai simbol usaha manusia untuk mencapai kekuasaan.17
Namun dalam pencapaian usaha itu tentu saja manusia tidak bisa sembarangan dengan menabrak semua tata aturan
14
, Pengertian Tradisional Engklek dan Sejarahnya,
(http://permainantradisional1.blogspot.com/2013/01/permainan -tradisional-engklek.html?m=1), diakses pada tanggal 03 Maret 2015 jam 12.40.
15
, Pengertian Tradisional Engklek dan Sejarahnya,
(http://permainantradisional1.blogspot.com/2013/01/permainan -tradisional-engklek.html?m=1), diakses pada tanggal 03 Maret 2015 jam 12.40.
16
, Pengertian Tradisional Engklek dan Sejarahnya,
(http://permainantradisional1.blogspot.com/2013/01/permainan -tradisional-engklek.html?m=1), diakses pada tanggal 03 Maret 2015 jam 12.40.
17
, Pengertian Tradisional Engklek dan Sejarahnya,
15
yang telah ada. Namun selalu tetap berusaha selaras dengan aturan yang telah dibuat. Dalam permainan tradisional engklek ini juga ada aturan-aturan baku yang menjadi patokan saat bermain permainan tradisional engklek.18
6) Manfaat yang Diperoleh dari Permainan Tradisional Engklek
Permainan tradisional merupakan simbolisasi dari pengetahuan yang turun temurun dan mempunyai bermacam-macam fungsi atau pesan di baliknya. Pada prinsipnya permianan anak tetap merupakan permainan anak, dengan demikian bentuk atau wujudnya tetap menyenangkan dan menggembirakan anak karena tujuannya sebagai media permainan. Aktivitas permainan yang dapat mengembangkan aspek-aspek psikologis anak dapat dijadikan sarana belajar sebagai persiapan menuju dunia orang dewasa.19
Apabila dikaitkan dengan multiple intelegensis (kecerdasan majemuk), permainan engklek dapat mengembangkan beberapa kecerdasan majemuk, antara lain :
a) Kecerdasan Bodily (Kinestetik Jasmani)
Pada permaian engklek banyak terdapat gerakan-gerakan, dengan kata lain dengan melakukan permaian engklek anak-anak telah melakukan olahraga, meningkatkan koordinasi dan keseimbangan tubuh, serta mengembangkan keterampilan dalam pertumbuhan anak. Hal ini dapat membantu untuk perkembangan kecerdasan kinestetik anak.
18
, Pengertian Tradisional Engklek dan Sejarahnya,
(http://permainantradisional1.blogspot.com/2013/01/permainan -tradisional-engklek.html?m=1), diakses pada tanggal 03 Maret 2015 jam 12.40.
19
b) Kecerdasan Interpersonal
Ada beberapa keterampilan sosial yang dapat dipelajari anak ketika anak bermain engklek, yaitu kompetensi, negosiasi, komunikasi dan empati. Hal ini dapat meningkatkan kecerdasan interpersonal anak untuk bersosialisasi dengan orang-orang di sekitar.
c) Kecerdasan Intrapersonal
Pada permainan engklek anak-anak dituntut untuk melatih kesabaran, pengendalian diri, mengurangi rasa cemas, dan melatih konsentrasi. Dengan begitu anak dapat mengukur sejauh mana kemampuan dirinya dalam menghadapi masalah. Hal ini bisa meningkatkan kecerdasan intrapersonal pada anak.
d) Kecerdasan Naturalis
Engklek adalah permainan yang biasanya dimainkan di alam terbuka. Hal ini dapat meningkatkan kecerdasan naturalis anak-anak karena dapat mengenalkan bentuk-bentuk alam disekitarnya, merasakan keadaan alam dan meyakinkan bahwa adanya pencipta alam yaitu Tuhan Yang Maha Esa.20
7) Pemanfatan Permainan Tradisional Engklek sebagai Metode Pembelajaran
Dengan menggunakan permainan tradisional engklek sebagai media pembelajaran Bahasa Inggris, guru dapat mengajarkan kosa kata (vocabulary) sesuai dengan materi yang telah dipelajari. Dengan permainan engklek ini, dapat melatih hafalan, membaca (reading), menyebutkan kata (spelling), dan juga mendengarkan (listening). Yaitu dengan cara menuliskan
20
17
atau meletakkan kata (words) dalam Bahasa Inggris di dalam kotak-kotak yang ada dalam permainan engklek tersebut. Kemudian setiap anak yang bermain mengucapkan kata-kata yang ada dalam setiap kotak engklek tersebut. Dengan kata lain, pada saat permainan berlangsung pemain harus menyebutkan kata yang ada di dalam kotak pada saat melompat sampai selesai. Dengan begitu pemain anak terus mengucapkan kata dan secara tidak lansung akan mengingat dan bahkan hafal dengan cara penulisannya, sedangkan pemain lainnya secara langsung akan terus mendengarkan kata yang diucapkan oleh pemain yang sedang bermain.21
Penggunaan permainan tradisional engklek pada mata pelajaran IPS tidak jauh berbeda dengan penerapan pada pelajaran Bahasa Inggris. Penerapan dalam pelajaran IPS yaitu peserta didik dibagi kedalam beberapa kelompok dengan cara diacak dan setiap kelompok menentukan urutan kelompok dan urutan anggota kelompoknya untuk bermain.
Permainan dimulai saat anak (yang bermain) melemparkan gacuk dan berhentik pada salah satu kotak yang bernomor. Setiap nomor tersebut terdapat satu pertanyaan yang sudah disiapkan oleh guru, dan guru memberikan pertanyaan bersamaan dengan anak tersebut bermain. Disini anak dilatih untuk berkonsentrasi menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru sambil bermain engklek.
Jika anak berhasil menjawab pertanyaan tersebut. Maka kotak itu menjadi rumah atau tempat tinggalnya dan mendapatkan nilai untuk kelompoknya. Permainan ini dilakukan hingga semua anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk bermain.
21
, Permainan Tradisional,
2. Hakikat Belajar dan Hasil Belajar a. Pengertian Belajar
Belajar selalu berkenaan dengan perubahan-perubahan pada diri orang yang belajar. Perubahan-perubahan dapat tertuju kepada yang lebih baik atau pun yang kurang baik, direncanakan atau tidak direncanakan. Hal lain yang selalu terkait dalam belajar adalah pengalaman yang berbentuk interaksi dengan orang lain atau lingkungannya. 22 Belajar menurut bahasa adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.23 Dalam buku yang ditulis oleh Muhibin Syah “belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan”.24
Menurut pengertian secara psikologis, “belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya”.25 Belajar adalah sebuah proses yang kompleks yang di dalamnya terkandung beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut adalah:
a) Bertambahnya jumlah pengetahuan.
b) Adanya kemampuan mengingat dan mereproduksi. c) Ada penerapan pengetahuan.
d) Menyimpulkan makna.
e) Menafsirkan dan mengkaitkan dengan realitas, dan f) Adanya perubahan sebagai pribadi.26
22
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 155
23
Nurochim, Perencanaan Pembelajaran Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 6
24
Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), h. 87
25
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempenngaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 2
26
19
Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar merupakan aktivitas yang memberikan dampak terhadap orang yang melakukan kegiatan ini untuk mendapatkan ilmu dan perubahan tingkah laku yang baik atau sebaliknya dari hasil interaksi dengan lingkungannya pada setiap jenjang pendidikan.
b. Jenis-jenis Belajar
Berbagai jenis belajar menurut para ahli dapat dijabarkan sebagai berikut, yaitu:
1) Menurut Robert M. Gagne
a) Belajar isyarat (signallearning)
b) Belajar stimulus respon. Memberikan respon yang tepat terhadap stimulus yang diberikan.
c) Belajar merantaikan (chaining). Belajar dengan membuat gerakan-gerakan motorik sehingga akhirnya memberikan rangkaian gerak dalam urutan tertentu.
d) Belajar asosiasi verbal (verbal association). Belajar menghubungkan suatu kata dengan suatu objek yang berupa benda, orang atau kejadian dengan merangkaikan sejumlah kata dalam urutan yang tepat.
e) Belajar membedakan (discrimination). Memberikan reaksi yang berbeda-beda pada stimulus yang mempunyai kesamaan.
f) Belajar konsep (concept learning). Belajar mengklasifikasikan stimulus atau objek-objek dalam kelompok tertentu yang membentuk suatu konsep.
h) Belajar memecahkan masalah (problem solving). Tipe belajar yang menggabungkan beberapa kaidah untuk memecahkan masalah.
2) Menurut Bloom
Benyamin S Bloom adalah ahli pendidikan yang terkenal sebagai pencetus konsep taksonomi belajar. Taksonomi belajar adalah pengelompokan tujuan belajar berdasarkan domain atau kawasan belajar.27
a) Cognitive Domain (kawasan kognitif) adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek intelektual, terdiri dari: 1) Pegetahuan (knowledge)
2) Pemahaman (comprehension) 3) Penerpan (aplication)
4) Penguraian (analysis) 5) Memadukan (synthesis) 6) Penilaian (evaluation)
b) Affective Domain (kawasan afektif) adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek emosional, terdiri dari: 1) Penerimaan (receiving/attending)
2) Sambutan (responding) 3) Penilaian (valuing)
4) Pengorganisasian (organization) 5) Karakterisasi (characterization)
c) Psychomotor Domain (kawasan psikomotorik) adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang melibatkan fungsi sistem saraf dan otot dan fungsi psikis, terdiri dari:
1) Kesiapan (set) 2) Meniru (imitation)
27
21
3) Membiasakan (habitual) 4) Adaptasi (adaption)
3) Penggabungan dari Tiga Ahli (A. De Block, Robert M. Gagne, C. Van Parreren)
a) Belajar dari kata-kata. Orang mulai menangkap arti yang terkandung dalam kata-kata yang digunakan.
b) Belajar kognitif. c) Belajar menghafal.
d) Belajar teoritis. Bertujuan untuk menempatkan semua data dan fakta dalam suatu kerangka organisasi mental.
e) Belajar konsep. f) Belajar kaidah. g) Belajar berpikir. 4) Menurut John Dewey
Konsep Dewey tentang berpikir menjadi dasar unutk pemecahan masalah adalah sebagai berikut:
a) Adanya kesulitan yang dirasakan dan kesadaran akan adanya masalah.
b) Masalah itu diperjelas dan dibatasi.
c) Mencari informasi atau data dan kemudian data itu diorganisasikan.
d) Mencari hubungan-hubungan untuk merumuskan hipotesis-hipotesis, kemudian dinilai, diuji, agar dapat ditentukan untuk diterima atau ditolak.
e) Penerapan pemecahan terhadap masalah yang dihadapi sekaligus berlaku sebagai penguji kebenaran pemecahan tersebut untuk dapat sampai pada kesimpulan.
5) Menurut UNESCO
b) Learning to do. Dikaitkan dengan dunia kerja, membantu seseorang mampu mempersiapkan diri untuk bekerja atau mencari nafkah. Menekankan perkembangan keterampilan untuk yang berhubungan dengan dunia kerja.
c) Learning to live together. Belajar ini ditekankan seseorang atau pihak yang belajar mampu hidup bersama, dengan memahami orang lain, sejarahnya, budayanya, dan mampu berinteraksi dengan orang lain secara harmonis.
d) Learning to be. Belajar ini ditekankan pada pengembangan potensi insani secara maksimal.28
Menurut Muhibibin Syah dalam bukunya Psikologi Pendidikan, jenis-jenis belajar, dibedakan menjadi:
1) Belajar Abstrak ialah belajar yang menggunakan cara-cara berpikir asbtrak.
2) Belajar Keterampilan ialah belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik yakni yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot.
3) Belajar Sosial adalah belajar memahami masalah-masalah dan teknik-teknik untuk memecahkan masalah tersebut.
4) Belajar Pemecahan Masalah adalah belajar yang menggunakan metode-metode ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis, teratur, dan teliti.
5) Belajar Rasional ialah belajar dengan menggunakan kemampuan berpikir secara logis dan rasional (sesuai dengan akal sehat).
6) Belajar Kebiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan-kebiasaan-kebiasaan yang telah ada.
28
23
7) Belajar Apresiasi adalah belajar mempertimbangkan arti penting atau nilai suatu objek.
8) Belajar Pengetahuan adalah belajar dengan cara melakukan penyelidikan mendalam terhadap objek pengetahuan tertentu.29
c. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar. Horward Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yaitu
1) Keterampilan dan kebiasaan. 2) Pengetahuan dan pengertian. 3) Sikap dan cita-cita.30
Menurut Suprijono, hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. 31 Menurut Gagne, hasil belajar berupa hal-hal berikut:
1) Informasi verbal, yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. 2) Keterampilan intelektual, yaitu kemampuan mempresentasikan
konsep dan lambang.
3) Strategi kognitif, yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya.
4) Keterampilan motorik, yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi sehingga tewujud otomatisme gerak jasmani.
29
Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), h. 120-122
30
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), Cet. 14, h. 22
31
5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.32
Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang relatif menetap dalam diri seseorang sebagai akibat dari interaksi seseorang dengan lingkungannya. Hasil belajar siswa yang tampak dalam sejumlah kemampuan atau kompetensi setelah melewati kegiatan belajar mengajar sering hanya dinilai dari aspek kognitif saja, padalah dalam kenyataannya siswa yang belajar pengetahuan tertentu sebenarnya tidak hanya memperoleh keterampilan kognitif saja, tetapi pada saat yang sama juga memperoleh keterampilan psikomotorik.33
Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa yang diperoleh dari proses pembelajaran yang didapatkan saat kegiatan belajar mengajar di kelas.
d. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Secara umum, hasil belajar siswan dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu faktor-faktor yang ada dalam diri siswa dan faktor eksternal, yaitu faktor-faktor yang berada di luar diri siswa. Yang tergolong faktor internal ialah:
1) Faktor fisiologis atau jasmani individu baik bersifat bawaan maupun yang diperoleh engan melihat, mendengar, struktur tubuh, cacat tubuh, dan sebagainya.
2) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun keturunan yang meliputi:
a) Faktor intelektual terdiri atas:
1) Faktor potensial, yaitu inteligensi dan bakat.
32
Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa, Belajar dan Pembelajaran: Pengembangan Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), Cet. 1, h. 23
33
25
2) Faktor actual yaitu kecakapan nyata dan prestasi.
b) Faktor non-intelektual yaitu komponen-komponen kepribadian tertentu seperti sikap, minat, kebiasaan, motivasi, kebutuhan, konsep diri, penyesuaian diri, emosional, dan sebagainya.
3) Faktor kematangan baik fisik maupun psikis. Yang tergolong faktor eksternal ialah: a) Faktor sosial yang terdiri dari:
1) Faktor lingkungan keluarga. 2) Faktor lingkungan sekolah. 3) Faktor lingkungan masyarakat. 4) Faktor kelompok.
b) Faktor budaya seperti: adat istiadat, ilmu pengetahuan dan teknologi, kesenian, dan sebagainya.
c) Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim, dan sebagainya.
d) Faktor spiritual atau lingkungan keagamaan.34
e. Cara Mengukur Evaluasi Hasil Belajar 1) Menyusun rencana evaluasi hasil belajar
Sebelum evaluasi hasil belajar dilaksanakan, harus disusun terlebih dahulu perencanaan secara baik dan matang. Perencanaannya mencakup enam jenis kegiatan,yaitu:
a) Merumuskan tujuan dilaksanakannya evaluasi. b) Menetapka aspek-aspek yang akan dievaluasi.
c) Memilih dan menentukan teknik yang akan digunakan. d) Menyusun alat pengukur yang akan dipergunakan dalam
evaluasi.
34
Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran, Kurikulum dan Pembelajaran,
e) Menentukan tolak ukur, norma atau kriteria yang akan dijadikan pegangan dalam memberikan interpretasi terhadap data hasil evaluasi.
f) Menentukan frekuensi dari kegitan evaluasi hasil belajar. 2) Menghimpun data
Wujud nyata dari kegiatan menghimpun data adalah melaksanakan pengukuran. Apabila evaluasi hasil belajar itu menggunakan teknik tes, pengamatan, wawancara atau angket dengan mengunakan instrument-intrumen tertentu berupa
rating scale, check list, interview guide atau questionnaire. 3) Melakukan verifikasi data
Data yang telah berhasil dihimpun harus disaring terlebih dahulu sebelum diolah. Verifikasi data dimaksudkan untuk dapat memisahkan data yang baik dari data yang kurang baik. 4) Mengolah dan menganalisis data
Mengolah dan menganalisis hasil evaluasi dilakukan dengan maksud untuk memberikan makna terhadap data yang telah berhasil dihimpun dalam kegiatan evaluasi. Dalam mengolah dan menganalisis data hasil evaluasi itu dapat digunakan teknik statistik dan/atau teknik nonstatistik, tergantung kepada jenis data yang akan diolah dan dianalisis. 5) Memberikan interpretasi dan menarik kesimpulan
Penafsiran atau interpretasi terhadap data hasil evaluasi belajar pada hakikatnya adalah merupakan verbalisasi dari makna yang terkandung dalam data yang mengalami pengolahan dan penganalisisan.
6) Tindak lanjut hasil evaluasi
27
dianggap perlu sebagai tindak lanjutan dari kegiatan evaluasi tersebut.35
f. Alat Evaluasi Hasil Belajar 1) Teknis Tes
a) Pengertian Tes
Tes adalah cara yang dipergunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas berupa pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh testee, sehingga dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasti testee.36
2) Teknik Nontes
a) Pengamatan atau Observation
Adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.37
b) Wawancara
Adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan.38
35
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), Cet. 13, h. 59-62
36
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), Cet. 13, h. 67
37
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), Cet. 13, h. 76
38
c) Angket
Adalah suatu teknik pengumpulan data dengan memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan atau pernyataan kepada responden dengan haraapan memberikan respon atas daftar pertanyaan atau peryataan tersebut.39
3. Hakikat IPS
a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial
[image:44.595.153.510.261.618.2]Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial. 40
Gambar 2.2
Cabang Ilmu Pengetahuan Sosial
39
Husein Umar, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011) Cet. 11, h. 47
40
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 171
Ilmu Pengetahuan
Sosial Sejarah
Geografi
Sosiologi
Antropologi Ilmu Politik
Ekonomi
Psikologi Sosial
29
b. Karakteristik Mata Pelajaran IPS
Kurikulum pendidikan IPS tahun 1994 sebagaimana dikatakan oleh Hamid Hasan, merupakan fungsi dari berbagai disiplin ilmu. Martoella mengatakan bahwa pembelajaran Pendidikan IPS lebih menekankan pada aspek pendidikan daripada transfer konsep, karena pembelajaran IPS diharapkan memperoleh pemahaman terhadap sejumlah konsep dan mengembangkan serta melatih sikap, nilai, moral, dan keterampilannya berdasarkan konsep yang telah dimilikinnya.41
Konsep IPS, yaitu (1) interaksi, (2) saling ketergantungan, (3)
kesinambungan dan perubahan, (4)
keragaman/kesamaan/perbedaan, (5) konflik dan konsesus, (6) pola (patron), (7) tempat, (8) kekuasaan (power), (9) nilai kepercayaan, (10) keadilan dan pemerataan, (11) kelangkaan (scarcity), (12) kekhususan, (13) budaya (culture), dan (14) nasionalisme.42
Karakteristik mata pelajaran IPS di SMP/MTs, antara lain: 1) Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari
unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan juga bidang humaniora, pendidikan dan agama.
2) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi, yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik.
3) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner.
41
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 172-173
42
4) Standar Kompeteni dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan, struktur, proses dan masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan hidup agar survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan dan jaminan keamanan.43
c. Tujuan Pembelajaran IPS
Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial ialah untuk mengembangkan peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala kepentingan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program pelajaran IPS di sekolah diorganisasikan secara baik.44
Para ahli mengkaitkan tujuan IPS dengan berbagai sudut kepentingan dan penekanan dari program pendidikan, Gross menyebutkan bahwa tujuan pendidikan IPS adalah untuk mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang baik dalam kehidupannya di masyarakat.45
Trianto dalam Model Pembelajaran Terpadu, menyebutkan dan merincikan tujuan pembelajaran IPS, yakni:
1) Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat.
43
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 174-175
44
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Bumi Aksara, 2010),h. 176
45
31
2) Mengetahui dan memahami kosep dasar dan mampu menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial.
3) Mampu menggunakan metode-metode dan proses berpikir serta membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat.
4) Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat.
5) Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggungjawab membangun masyarakat.
6) Memotivasi seseorang untuk bertindak berdasarkan moral. 7) Fasilitator didalam satu lingkungan yang terbuka dan tidak
bersifat menghakimi.
8) Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik dalam kehidupan “to prepar students to be well-functioning citizens in a democratic society” dan mengembangkan kemampuan siswa
menggunakan penalaran dalam mengambil keputusan pada setiap persoalan yang dihadapi.
9) Menekankan perasaan, emosi, dan derajat penerimaan atau penolakan siswa terhadap materi pembelajaran IPS yang diberikan.46
B. Penelitian yang Relevan
Terdapat beberapa penelitian yang berkaitan dengan “Pengaruh Metode Permainan Tradisional Engklek Tehadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Kelas III SDI Al-Falah I Pagi”.
46
Tabel 2.1
Hasil Penelitian yang Relevan
No Nama Judul Hasil Perbedaan Persamaan
1. Aisyah “Peningkatan
Kemampuan
Gerak Dasar
Melompat
Melalui
Permainan
Tradisional
Engklek”
Dari hasil tes lompat jauh tanpa awalan diketahui nilai t hitung > t tabel (3,5377 > 1,708). Terjadi perubahan secara signifikan peningkatan pada tes lompat jauh tanpa awalan sebesar 7,95%, sehingga disimpulkan terdapat peningkatan
kemampuan gerak dasar melompat melalui permainan Engklek ke arah depan.47
Meneliti lompat jauh tanpa awalan Meneliti penggunaan permainan tradisional engklek
2. Darnayeti, Busri Endang dan Halida
“Peningkatan
Kemampuan
Motorik Kasar
Melalui
Permainan
Engklek Pada
Anak Usia 5 –
6 Tahun”
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa motorik kasar pada anak meningkat setelah melakukan permainan engklek dengan hasil observasi perencanaan
mencapai 80%,
observasi pelaksanaan 85,31% dan observasi
Meneliti motorik kasar Meneliti penggunaan permainan tradisional engklek 47
33
peningkatan
kemampuan motoric kasar mencapai 90%.48 3. Juliatun
Nafilah “Pengaruh Model Pembelajaran Tematik Terhadap
Hasil Belajar
Ekonomi dan
Sosiologi”
Bahwa model
pembelajaran tematik dalam pembelajaran ekonomi dan sosiologi memiliki pengaruh terhadap hasil belajar siswa. Berdasarkan perhitungan uji hipotesis pretest
menggunakan uji-t diperoleh harga thitung = 2,38 dan ttabel = 2,01. Berdasarkan kriteria pengujian, karena nilai thitung > ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima. Sedangkan dalam pengujian hipotesis
posttest dengan menggunakan uji-t diperoleh harga thitung = 3,75 dan ttabel = 2,01, berdasarkan kriteria pengujian thitung > ttabel maka Ho ditolak dan
Meneliti pengaruh model pembelajaran tematik Meneliti hasil belajar siswa
48
Ha diterima. Sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh model pembelajaran tematik terhadap hasil belajar ekonomi dan sosiologi siswa.49
C. Kerangka Pikir
Proses belajar setidaknya meliputi tiga tahapan, yaitu tahap input,
proses, dan output. Ketiga tahap ini saling berhubungan dan saling memperngaruhi satu sama lainnya. Faktor utama yang mempengaruhi hasil belajar (output), disamping kualitas input-nya adalah prses pembelajarannya.
Oleh karena itu, dalam proses belajar mengajar siswalah yang berperan aktif sebagai pencipta gagasan-gagasan, sedangkan guru sebagai fasilitator dan mediator yang seyogyanya memberikan bimbingan dan memilih serta merancang metode pembelajaran yang sesuai dan tepat sehingga terciptanya proses belajar yang menyenangkan.
Dalam hal ini guru hendaknya guru menyadari peranannya dalam interasi belajar yaitu sebagai orang yang dianggap memberikan bantuan pada siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Guru kreatif dituntut memilih serta merancang metode pembelajaran yang dapat mengapai tujuan pembelajaran tersebut. Salah satu cara yang dapat membantu yaitu dengan metode permainan tradisional engklek. Dimana metode permainan tradisional engklek jika diterapkan dalam proses pembelajaran akan membuat siswa merasa tertarik dan senang. Sebab jika siswa merasa tertarik dan senang dalam proses pembelajaran, maka materi ajar yang
49
35
disampaikan akan dengan mudah mereka mengerti dan dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa.
Proses pembelajaran yang biasa digunakan (konvensional) oleh guru bisa diindikasikan sebagai salah satu faktor yang dapat menghambat proses pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Pemberian materi sering kali diajarkan dengan menggunakan metode ceramah yang terus menerus dan menimbulkan kebosanan pada siswa, sehingga hasil belajar IPS siwa rendah.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa siswa yang diajar dengan metode perminan tradisional engklek akan lebih baik dibandingkan dengan siswa yang masih diajar dengan metode ceramah (konvensional), sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan demikian metode permainan tradisional engklek berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
[image:51.595.149.511.291.728.2]Dari uraian di atas, maka kerangka pikir penelitian dapat disusun bagan berikut:
Gambar 2.3 Bagan Kerangka Pikir
Siswa Belajar
Belajar
Input Output
Metode Permainan Tradisional Engklek
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka teori dan alur berfikir, sebagai upaya untuk menemukan jawaban dalam penelitian ini peneliti mengajukan hipotesis sebagai jawaban sementara dari masalah yang telah dirumuskan, peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut:
Ho : tidak terdapat pengaruh metode permainan tradisional engklek terhadap hasil belajar IPS siswa.
37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian
1) Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDI Al-Falah I Pagi, Sukabumi Selatan, Kebon Jeruk, Ja