• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Pendekatan Scientific Melalui Metode Guided Discovery terhadap Hasil Belajar Matematika pada Siswa Kelas 4 SD Gugus Perahu Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung Semester II Tahun Pe

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Pendekatan Scientific Melalui Metode Guided Discovery terhadap Hasil Belajar Matematika pada Siswa Kelas 4 SD Gugus Perahu Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung Semester II Tahun Pe"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

10 BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori

2.1.1. Mata Pelajaran Matematika

Wahyudi & Kriswandani (2010: 10) menjelaskan “matematika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari konsep-konsep abstrak yang disusun dengan menggunakan simbol dan merupakan bahasa eksak, cermat, dan terbebas dari emosi. Matematika berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur dan

hubungan-hubungannya yang diatur menurut urutan yang logis, berpola deduktf, dan berupa bahasa yang dilambangkan dengan simbol-simbol”. Menurut Depdiknas (2004: 75), “matematika merupakan suatu bahan kajian yang memiliki objek abstrak dan dibangun melalui proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya yang sudah diterima, sehingga keterkaitan antar konsep dalam matematika bersifat sangat kuat dan jelas”.

Heruman menyatakan (2007), konsep-konsep pada kurikulum matematika SD dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu penanaman konsep dasar (penanaman konsep), pemahaman konsep, dan pembinaan keterampilan. 1) Penanaman Konsep Dasar (Penanaman Konsep) siswa mempelajari suatu konsep baru matematika yang belum pernah ia pelajari yang merupakan penghubung kemampuan kognitif siswa yang masih konkret dengan konsep baru yang abstrak, sehingga media dan alat peraga dapat digunakan untuk membantu. 2) Pemahaman Konsep, kelanjutan dari penanaman konsep baik dalam satu pertemuan maupun pertemuan yang berbeda tetapi masih konsep yang sama agar siswa lebih memahami konsep matematika yang sedang dipelajari. 3) Pembinaan Keterampilan, kelanjutan dari penanaman dan pemahaman konsep baik dalam

(2)

Menurut Gatot dalam Pangestuti (2012), pembelajaran matematika merupakan proses pembelajaran yang memberikan siswa pengalaman belajar secara langsung dengan berbagai kegiatan yang sudah terencana untuk memperoleh kompetensi mengenai materi yang dipelajari. Sementara Susanto (2013) juga menyatakan bahwa pembelajaran matematika merupakan proses belajar mengajar dalam rangka pengembangan kreatifitas berpikir sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa dan juga dapat mengonstruksi pengetahuan yang baru untuk meningkatkan kemampuaan dalam menguasai

materi matematika yang dipelajari.

Sejalan pendapat tersebut, pemerintah melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 dalam standar isi (BSNP, 2006) menyebutkan bahwa pemberian mata pelajaran matematika perlu dilakukan mulai dari tingkat sekolah dasar sehingga dapat menjadi bekal kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif, dan bekerjasama siswa sehingga mereka memiliki kemampuan untuk memperoleh dan mengelola serta memanfaatkan informasi yang didapat dalam mempertahankan hidupnya dengan keadaan yang selalu berubah tanpa kepastian dan perlunya persaingan.

Peraturan Manteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 dalam standar isi (BSNP, 2006: 148) tentang standar isi menyatakan bahwa:

“Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Mata pelajaran matematika bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:

1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.

2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

(3)

4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. BSNP (2006) tentang standar isi, ruang lingkup mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan SD/MI meliputi aspek-aspek 1) Bilangan, 2) Geometri dan pengukuran, 3) Pengolahan data”.

Berdasarkan pendapat para ahli tentang mata pelajaran matematika maka penulis dapat menyimpulkan bahwa mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang dapat mengembangkan pola pikir dan logika siswa yang dinyatakan dengan simbol-simbol melalui penanaman konsep, pemahaman konsep dan pembinaan keterampilan untuk memecahkan suatu masalah.

2.1.2. Pendekatan Scientific/Saintifik

Yanti Triana (2014) pembelajaran dengan pendekatan scientific

merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah. Pembelajaran saintifik tidak hanya memandang hasil belajar sebagai muara akhir, namum proses pembelajaran dipandang sangat penting. Oleh karena itu, pembelajaran saintifik menekankan pada keterampilan proses. Penguatan pendekatan saintifik perlu diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning).

Menurut Kurniasih, dkk (2014: 28) mengenai pendekatan saintifik dikemukakan bahwa :

(4)

Sedangkan menurut Dadang JSN (2014) pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah pembelajaran yang terdiri atas kegiatan mengamati (untuk mengidentifikasi hal-hal yang ingin diketahui), merumuskan pertanyaan (dan merumuskan hipotesis), mencoba/mengumpulkan data (informasi) dengan berbagai teknik, mengasosiasi/ menganalisis/mengolah data (informasi) dan menarik kesimpulan serta mengkomunikasikan hasil yang terdiri dari kesimpulan untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap. Langkah-langkah tersebut dapat dilanjutkan dengan kegiatan mencipta.

Sehingga penulis dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah pembelajaran yang bukan hanya menekankan hasil belajar namun pada proses pembelajaran melalui metode ilmiah yaitu dengan proses mengamati, merumuskan pertanyaan/hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan informasi yang yang ditemukan.

Pembelajaran dengan metode saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut (Daryanto, 2014: 53) :

1) Berpusat pada siswa.

2) Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip.

3) Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.

(5)

Gambar 2.1

Hasil belajar melahirkan siswa yang produktif, kreatif, inovatif, dan efektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Langkah-langkah pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam proses pembelajaran meliputi menggali informasi melalui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta.

Tabel 2.1

Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik beserta kompetensi yang dikembangkan (Kurniasih, dkk, 2014: 53). Langkah

Pembelajaran dengan Pembelajaran

Saintifik

Kegiatan Belajar Kompetensi yang Dikembangkan

Mengamati Membaca, mendengar,

menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat).

Melatih kesungguhan, ketelitian, mencari informasi.

Menanya Mengajukan pertanyaan

tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau

pertanyaan untuk

Mengembangkan

kreatifitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan

pertanyaan untuk

(6)

mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). menghargai pendapat orang

lain, kemampuan

berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan mengamati dan kegiatan mengumpulkan data.  Pengolahan informasi

yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman

sampai kepada

pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan.

Mengembankan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.

Mengkomunikasikan Menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.

Mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat

dan jelas, dan

mengembangkan

(7)

2.1.3. Metode Guided Discovery 2.1.3.1. Pengertian

Metode penemuan yang dipandu oleh guru (penemuan terbimbing/guided discovery) ini pertama kali dikenalkan oleh Plato dalam suatu dialok antara Socrates dan seorang anak, (Conney dan Davis, 1975). Metode ini melibatkan suatu interaksi antara siswa dan guru di mana siswa mencari kesimpulan yang diinginkan melalui suatu urutan pertanyaan yang diatur oleh guru. Pada pembelajaran penemuan terbimbing, siswa dihadapkan pada situasi ia bebas

menyelidiki dan menarik kesimpulan, guru bertindak sebagai penunjuk jalan, membantu siswa agar menggunakan ide, konsep dan keterampilan yang sudah mereka pelajari sebelumnya untuk mendapatkan pengetahuan yang baru.

Proses belajar penemuan, seseorang memanipulasi, membuat struktur mentransformasi informasi-informasi, sehingga mendapatkan penemuan baru. Hal ini juga sejalan dengan yang diuraikan oleh Bruner (Dalam Markaban, 2006: 9), bahwa penemuan bukanlah suatu produk atau hasil dari pengetahuan tertentu melainkan proses memperoleh hasil dari pengetahuan atau cara dalam mendekati suatu permasalahan. Kemampuan proses penemuan tersebut melalui latihan pemecahan masalah dan praktek untuk menguji hipotesis yang dilakukan dengan siswa dihadapkan pada suatu permasalahan atau situasi yang memerlukan pemecahan sehingga siswa dapat mencari cara penyelesaiannya.

Guided discovery (penemuan terbimbing) adalah pelaksanaan discovery

dengan arahan dari guru. Hanafiah dan Suhana (2009: 77) menguraikan bahwa pelaksanaan dalam pembelajaran dimulai dengan guru mengajukan berbagai pertanyaan tentang informasi yang dipelajari untuk mengarahkan siswa mendapatkan kesimpulan yang diharapkan, kemudian dilanjutkan dengan percobaan oleh siswa untuk membuktikan pendapat yang dikemukakan.

(8)

Guided discovery sendiri merupakan cara komunikasi dari pembelajaran

discovery (penemuan). Menurut Dr. Oemar Hamalik dalam Mohammad Takdir

Illahi (2012): discovery dapat dilaksanakan melalui komunikasi sistem satu arah dan komunikasi dua arah. Discovery dengan komunikasi sistem satu arah, siswa memecahkan masalah dan menjawab pertanyaan dari guru dan melakukan kegiatan penemuan sendiri untuk mencari informasi tanpa bimbingan dari guru. Sedangkan discovery dengan komunikasi sistem dua arah, siswa terlibat dalam menjawab pertanyaan guru, melakukan kegiatan penemuan melalui bimbingan

dari guru yang disebut guided discovery.

2.1.3.2. Langkah-Langkah

Langkah-langkah pembelajaran penemuan terbimbing (guided discovery)

yang telah diadaptasi menurut Jamil Suprihatiningrum (2014: 248) adalah sebagai berikut :

Tabel 2.2

Tahap-Tahap Pembelajaran Penemuan Terbimbing yang Dikembangkan

No. Tahap-Tahap Kegiatan Guru

1. Menjelaskan tujuan/ mempersiapkan siswa

Menyampaikan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa dengan mendorong siswa untuk terlibat dalam kegiatan 2. Orientasi siswa pada masalah Menjelaskan masalah sederhana yang

berkenaan dengan materi pembelajaran 3. Merumuskan hipotesis Membimbing siswa merumuskan

hipotesis sesuai permasalahan yang dikemukakan

4. Melakukan kegiatan penemuan

Membimbing siswa melakukan kegiatan penemuan dengan mengarahkan siswa untuk memperoleh informasi yang diperlukan

5. Mempresentasikan hasil kegiatan penemuan

Membimbing siswa dalam menyajikan hasil kegiatan, merumuskan kesimpulan/ menemukan konsep

6. Mengevaluasi kegiatan penemuan

(9)

2.1.3.3. Kelebihan dan Kelemahan

Kelebihan metode guided discovery menurut Markaban (2006: 16) adalah sebagai berikut :

a. Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang disajikan. b. Menumbuhkan sekaligus menanamkan sikap inquiry (mencari-temukan). c. Mendukung kemampuan problem solving siswa.

d. Memberikan wahana interaksi antar siswa, maupun siswa dengan guru, dengan demikian siswa juga terlatih untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik

dan benar.

e. Materi yang dipelajari dapat mencapai tingkat kemampuan yang tinggi dan lebih lama membekas karena siswa dilibatkan dalam proses menemukanya.

Kelemahan metode guided discovery menurut Markaban (2006: 16-17) sebagai berikut:

a. Untuk materi tertentu, waktu yang tersita lebih lama.

b. Tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini. Di lapangan, beberapa siswa masih terbiasa dan mudah mengerti dengan model ceramah. c. Tidak semua topik cocok disampaikan dengan model ini. Umumnya

topik-topik yang berhubungan dengan prinsip dapat dikembangkan dengan model

guided discovery.

2.1.4. Pendekatan Scientific Melalui Metode Guided Discovery

Pendekatan saintifik menekankan pada proses pembelajaran yang di dalamnya terdapat proses ilmiah untuk mendapatkan sebuah pengetahuan. Siswa diajarkan untuk dapat menemukan sendiri pengetahuannya dengan bimbingan guru. Metode yang membelajarkan siswa untuk dapat menemukan sendiri pengetahuannya salah satunya adalah metode discovery learning yang di dalamnya terdapat metode guided discovery yang menuntut anak didik menemukan pengetahuan dengan bimbingan/ bantuan dari guru. Metode

(10)

kejenuhannya melihat praktik pengajaran yang tidak melibatkan anak didik secara langsung, sehingga diharapkan dengan munculnya metode ini dapat memperbaiki pengajaran yang selama ini hanya mengarah pada menghafal fakta-fakta dan memberikan pengertian tentang konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang terdapat dalam pelajaran. Ia juga meyakini bahwa implikasi discovery learning dalam proses pembelajaran akan mampu memberikan jaminan ideal bagi kematangan anak didik dalam mengikuti materi pelajaran, sehingga pada perkembangan selanjutnya dapat memperkuat wacana intelektual mereka.

Discovery dapat dilaksanakan melalui komunikasi satu arah maupun dua arah. Pendapat ini disampaikan oleh Oemar Hamalik dalam Mohammad (2012:91) yang mengatakan discovery learning dapat dilaksanakan melalui komunikasi satu arah dan komunikasi dua arah, bergantung besarnya kelas. Mohammad (2012: 92) menambahkan apabila di dalam kelas terdapat 30 anak maka dapat digunakan penemuan terbimbing (guided discovery). Sistem dua arah melibatkan para anak didik dalam menjawab pertanyaan dari guru sementara guru membimbing mereka ke arah yang tepat dalam menemukan pengetahuan.

Berdasarkan langkah-langkah pendekatan saintifik dan langkah-langkah metode Guided Discovery dapat diintegrasikan sebagai berikut :

a. Menjelaskan tujuan/ mempersiapkan siswa

Siswa dijelaskan mengenai tujuan pembelajaran, diberikan motivasi dan dorongan untuk terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran.

b. Mengamati untuk pengenalan terhadap masalah

Siswa mengamati baik melalui membaca, mendengar, menyimak, melihat untuk mempelajari masalah sederhana berkaitan dengan materi pembelajaran. c. Menanya berkaitan dengan masalah untuk membuat hipotesis

Siswa mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa

yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi untuk dapat digunakan merumuskan hipotesis sesuai permasalahan yang dikemukakan. d. Melakukan kegiatan penemuan untuk mengumpulkan informasi

(11)

sumber lain selain buku teks, mengamati objek/kejadian, aktifitas, wawancara dengan narasumber.

e. Mengolah informasi hasil penemuan

Siswa mengolah informasi yang sudah dikumpulkan melalui bimbingan dari guru untuk menambah keluasan dan kedalaman informasi sampai dengan mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan.

f. Menyampaikan hasil kegiatan dan merumuskan kesimpulan

Siswa menyajikan hasil pencarian informasi, data, fakta dan menjawab permasalahan atau hipotesis dan merumuskan kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.

g. Evaluasi kegiatan penemuan

Siswa bersama guru mengevaluasi langkah-langkah kegiatan yang dilakukan.

2.1.5. Hasil Belajar

Menurut Sudjana (2009: 22), “bahwa hasil belajar adalah kemampuan kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan untuk mengukur tingkat ketercapaian tujuan pembelajaran oleh siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran”. Sudjana (2009) membagi tiga macam hasil belajar mengajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengarahan, dan (c) sikap dan cita-cita.

Menurut Sudjana (2008) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Sedangkan menurut Hamalik (2001) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.

Menurut teori Bloom berdasarkan kajian dari Suprijono (2011), hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan,ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis

(12)

merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respons),

valuing (nilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi). Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan routinized. Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual.

Dari beberapa pendapat di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri seseorang sebagai hasil dari

proses belajar yang tercermin dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

2.2.Kajian Penelitian yang Relevan

Fransiskus Redi (2012) dengan penelitian berjudul “Pengaruh Penggunaan Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing (Guided Discovery) Terhadap Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Matematika Kelas III SDN Tlogo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Semester Tahun Ajaran 2011/2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Penggunaan Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing (Guided Discovery) Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Matematika Kelas III SD Negeri Tlogo. Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen. Data siswa diperoleh dari data Semester II Tahun Ajaran 2011/2012. Kelas eksperimen dalam pembelajaran menggunakan metode pembelajaran penemuan terbimbing (guided discovery), sedangkan kelas kontrol menggunakan metode pembelajaran konvensional. Dalam eksperimen ini menggunakan metode Nonequuivalent Control Group Design, yaitu jenis penelitian yang menggunakan dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, dan menggunakan tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest). Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan analisis data dapat disimpulkan

(13)

perbedaan hasil belajar yang sangat signifikan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Artinya bahwa rata-rata nilai kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Hasil Uji t-test (Independent Samples T Test) nilai posttest diketahui bahwa nilai t Equal variances assumed adalah 5,627 dan tingkat signifikansi (Sig. 2-tailed) 0,000. Berdasarkan hasil nilai posttest uji t dan tingkat signifikansi 0,000 < 0,05 maka ada pengaruh yang sangat signifikan.

Ni Nym. Sumarniti, dkk (2014) dengan penelitian berjudul “Pengaruh

Metode Guided Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas V di SD Gugus VII Kecamatan Sawan Tahun Pelajaran 2013/2014”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan yang signifikan pada hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan metode pembelajaran

Guided Discovery Learning dengan kelompok siswa yang dibelajarkan metode

pembelajaran konvensional di kelas V SD Gugus VII Kecamatan Sawan Tahun Pelajaran 2013/2014. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dengan rancangan non equivalent post test only control group design. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajar dengan metode guided

discovery learning dan kelompok siswa yang dibelajar dengan metode

pembelajaran konvensional. Besarnya thitung adalah 2,92 sedangkan ttabel dengan db = 47 dan taraf signifikansi 5% adalah 1,67793. Hal ini berarti, thitung lebih besar dari ttabel (2,92>1,67793) sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian, metode guided discovery learning berpengaruh terhadap hasil belajar IPA yang diperoleh pada siswa kelas V tahun pelajaran 2013/2014 di Gugus VII Kecamatan Sawan.

Siti Mutoharoh (2011) dengan penelitian berjudul “Pengaruh Metode

Guided Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar KIMIA Siswa pada Konsep

(14)

dan kelompok kontrol. Desain penelitian dalam penelitian ini adalah control group pretes-posttest. Instrumen yang digunakan adalah instrumen tes hasil belajar. Hasil belajar siswa kelompok eksperimen (rata-rata=72,8 dan simpangan baku=9,53 ) lebih tinggi dari kelompok kontrol (rata-rata=54,86 dan simpangan baku=8,06 ) dan setelah dilakukan uji-t diperoleh nilai thitung sebesar 8,8 sedangkan ttabel pada taraf signifikansi 0,05 sebesar 2 atau thitung > ttabel . Maka dapat disimpulkan menolak Ho, dan Ha yang menyatakan terdapat pengaruh penerapan metode guided discovery learning terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep

laju reaksi diterima. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan metode guided discovery learning memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep laju reaksi.

Dari beberapa penelitian di atas, peneliti juga melakukan penelitian tentang pengaruh dari pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing atau

guided discovery terhadap hasil belajar siswa. Dalam penelitian ini bukan hanya menggunakan metode guided discovery tetapi juga dengan pendekatan scientific. Pendekatan scientific tersebut diintegrasikan dengan metode guided discovery

untuk mengetahui pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa. Judul dari penelitian

tersebut adalah “pengaruh pendekatan scientific melalui metode guided discovery

terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas 4 SD Gugus Perahu Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung semester II tahun pelajaran 2014/2015”.

2.3.Kerangka Pikir

Proses pembelajaran yang perlu dilakukan adalah pembelajaran yang bermakna bagi siswa. Siswa dilibatkan secara aktif dalam proses belajar mengajar, guru hanya membimbing siswa dalam mengonstruksi pengetahuannya tidak lagi mendominasi dalam pembelajaran, mengaitkan materi dengan kehidupan

sehari-hari di sekitar siswa.

(15)

mendengarkan dan mencatat apa yang telah disampaikan. Terkadang pendidik bertanya dan siswanya menjawab, begitu juga sebaliknya. Apabila ada yang belum dimengerti, siswa yang bertanya dan pendidiknya yang menjawab. Pendidik juga memberikan contoh-contoh soal selanjutnya memberikan soal-soal latihan untuk dikerjakan. Nilai yang didapat siswa juga masih banyak yang dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal. Pendidik juga masih jarang menjelaskan materi yang dikaitkan dengan benda-benda yang ada di sekitar ataupun pengalaman yang dialami oleh siswa. Pendidik hanya menjelaskan materi dan

mencatatnya atau menggambarkan pada papan tulis. Sedangkan murid selalu bertindak sebagai penerima.

Berdasarkan kajian teori, dapat diketahui salah satu upaya untuk menyelesaikan masalah ini adalah dengan penerapan pendekatan scientific melalui metode guided discovery.

Gambar 2.2. Paradigma Penelitian Nilai

Raport Kelas

Eksperimen

Kelas Kontrol

Pembelajaran dengan Pendekatan Scientific

melalui Metode Guided Discovery

(X1)

Posttest

Pembelajaran Konvensional

Hasil Belajar

(16)

2.4.Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian, yaitu :

Ho : Ada pengaruh positif dan signifikan penggunaan pendekatan scientific melalui motode guided discovery terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas 4 SD Gugus Perahu Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015.

Ha : Tidak ada pengaruh positif dan signifikan penggunaan pendekatan

Gambar

Gambar 2.1 Hasil belajar melahirkan siswa yang produktif, kreatif, inovatif, dan efektif
Tabel 2.2 Tahap-Tahap Pembelajaran Penemuan Terbimbing yang Dikembangkan
Gambar 2.2. Paradigma Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Sistem pendistribusian tak langsung merupakan sistem penyaluran tenaga listrik yang dilakukan jika pusat pembangkit tenaga listrik jauh dari pusat-pusat beban, sehingga

Maka, dapat dijelaskan bahwa dalam mengendalikan banjir memerlukan aksi atau tindakan sosial dari tiap individu di dalam masyarakat di Sekitar Sungai Deli untuk menjaga

Dengan dukungan kuat dan aliansi strategis antara PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dengan PT Tunas Ridean Tbk serta hadirnya brand baru &#34;Mandiri Tunas

Surat sangat rahasia adalah surat yang berisi dokumen penting yang berhubungan dengan rahasia atau keamanan Negara .Surat itu ditandai dengan kode SRHS singkatan dari

The following Table 2 presents that the current poverty line of Rp 233 thousand (US$ 26) per month have included about 30 millions of people (12.5 percent) in the poverty

Dalam proses modulasi ini besarnya frekuensi gelombang pembawa berubah-ubah sesuai dengan perubahan ada atau tidak adanya sinyal informasi digital.. FSK merupakan metode

Perhatian orang tua di MI Ma‟had Islam Kopeng Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2018/2018 dalam kategori tinggi perhatian orang tua kepada

Perbedaan nil ai vari abel ant arperl akuan diket ahui dengan mel ihat ni l ai gal at baku ni l ai t engah ( st andar d.. PROSIDING Hasil Penelitian dan Pengabdian Kepada