• Tidak ada hasil yang ditemukan

Chapter II Persepsi Penyintas Banjir Terhadap Pergeseran Solidaritas Sosial (Studi Deskriptif Pada Masyarakat Sekitar Sungai Delielurahan Sukarajaecamatan Medan Maimun).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Chapter II Persepsi Penyintas Banjir Terhadap Pergeseran Solidaritas Sosial (Studi Deskriptif Pada Masyarakat Sekitar Sungai Delielurahan Sukarajaecamatan Medan Maimun)."

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

22 BAB II

KERANGKA TEORI

2.1. Pengertian Persepsi

Orang melihat sesuatu itu selalu berbeda antara yang satu dengan yang lainnya, bahkan fakta-fakta sekalipun mungkin tampak sangat berbeda bagi orang yang berlainan. Faktor yang paling penting dalam menentukan pandangan seseorang terhadap dunia adalah relevansinya dengan kebutuhan hidupnya, hal-hal yang memuaskan kebutuhan seseorang akan lebih cepat terlihat. Dalam pengertian sehari-hari, persepsi sering diartikan sebagai suatu pandangan, tanggapan, respon atau pendapat seseorang terhadap sesuatu hal tertentu. Pada dasarnya, tindakan seseorang atas sesuatu perbuatan (aktivitas) yang disadari bermula dari timbulnya apakah baik atau tidak, menarik atau tidak menarik. Selanjutnya, dari hasil persepsi ini akan diwujudkan dalam suatu bentuk tindakan yang nyata.

(2)

23

persepsi sesorang terhadap suatu objek, persepsi tidak hanya ditentukan oleh faktor personal dan faktor situasional akan tetapi persepsi ni sangat ditentukan oleh faktor perhatian. Bagaimana mungkin seseorang itu memberikan persepsinya terhadap sesuatu masalah/objek tanpa mempunyai perhatian sama sekali terhadap masalah atau objek tersebut. (dalam buku Jalaluddin Rakhmat, 2000).

Kretch dan Crutchfield secara bersama-sama merumuskan 4 hal pokok tentang persepsi yaitu:

a. Persepsi bersifat secara fungsional.

Dalam pengertian dalil ini bahwa objek-objek yang mendapat tekanan dari individu yang melakukan persepsi, yang dimaksud dalam hal ini yaitu pengaruh kebutuhan, kesiapan mental/suasana, emosional, dan latar belakang budaya.

b. Medan perseptual dan kognitif selalu diorganisasikan dan diberi arti. Dalam pengertian ini, orang yang memberikan persepsi mengorganisasikan stimuli atau rangsangan dengan melihat konteksnya, orang yang memberikan persepsi akan mengisinya dengan interpretasi yang konsisten dengan rangkaian stimuli yang dipersepsi.

c. Sifat-sifat perseptual dan kognitif dari sub struktur

(3)

24

demikian, bahwa persepsi suatu kelompok dapat menonjolkan atau melemahkan persepsi individu.

Dampak yang timbul dari dasar persepsi yang ketiga ini adalah munculnya dampak asimilasi dan kontras. Dampak asimilasi disini maksudnya sifat kelompok dapat mempengaruhi kuat lemahnya sifat individu. Sedangkan dampak yang kontras maksudnya seseorang akan cenderung memberikan penilaian yang berlebihan apabila seseorang melihat sifat objek yang bertolak belakang dengan sifat kelompoknya.

d. Objek atau peristiwa yang berdekatan dalam ruang dan waktu

(4)

25 2.2. Peristiwa Banjir Medan

Banjir ialah keadaan air yang menenggelami atau mengenangi sesuatu kawasan atau tempat yang luas. Ukuran danau atau badan air terus berubah-ubah sesuai perubahan curah hujan dan pencairan salju musiman, namun banjir yang terjadi tidak besar kecuali jika air mencapai daerah yang dimanfaatkan manusia seperti desa, kota, dan permukiman lain Banjir ada 2 peristiwa: Pertama, peristiwa banjir/genangan yang terjadi pada daerah yang biasanya tidak terjadi banjir dan kedua peristiwa banjir terjadi karena limpasan air banjir dari sungai karena debit banjir tidak mampu dialirkan oleh alur sungai atau debit banjir lebih besar dari kapasitas pengaliran sungai yang ada (Kodoatie, 2002). Peristiwa banjir sendiri tidak menjadi permasalahan, apabila tidak mengganggu terhadap aktivitas atau kepentingan manusia dan permasalahan ini timbul setelah manusia melakukan kegiatan pada daerah dataran banjir. Maka, perlu adanya pengaturan daerah dataran banjir, untuk mengurangi kerugian akibat banjir.

(5)

26

periodik. Banjir berlaku apabila sesuatu kawasan, selalunya kawasan rendah, ditenggelami dengan air. Banjir yang buruk biasanya akan berlaku apabila air sungai melimpah tebing sungai berkenaan. Banjir berlaku apabila tanah dan tumbuh-tumbuhan tidak dapat menyerap ke semua air di atas tanah berkenaan. Air ini tidak dapat ditampung oleh aliran sungai atau kolam semula jadi atau disimpan dalam tempat takungan air buatan manusia.

Akibat hujan deras yang melanda Medan, ribuan rumah yang ada di lima daerah Kecamatan Kota Medan terendam banjir. Debit air di pemukiman warga, terutama di bantaran Sungai Deli cenderung naik. Warga dihimbau mengungsi dan tidak bertahan di rumah mengantisipasi hal yang tidak diinginkan. Imbauan untuk mengungsi telah disampaikan kepada warga di lokasi banjir di Kecamatan Medan Polonia sejak Kamis (4/1/2011) siang. Sebagai antisipasi, pihak kecamatan mendirikan tenda penampungan di sejumlah titik, termasuk di samping kantor Camat Medan Polonia. Pihak kecamatan juga mendirikan dapur umum karena peralatan masak warga ikut terendam banjir.

(6)

27

juga sempat terendam banjir. Saat itu, Sungai Deli yang meluap juga sempat mencapai ketinggian hingga satu meter dan merendam ratusan rumah di kawasan itu. Bahkan, Dinas Kesehatan Medan juga sempat menurunkan tim medis untuk mengantisipasi munculnya berbagai penyakit. Pada saat banjir tahun 2011 lalu terjadi puluhan posko sudah didirikan di sekitar Kecamatan Medan Maimun tersebut untuk menampung para korban banjir. Selain itu, sejumlah dapur umum juga dibuat untuk menyediakan makanan bagi para korban. Dapur umum yang terdapat di Jalan Brigjen Katamso menjadi yang terbanyak dan di Kantor Lurah Sukaraja dijadikan dapur untuk memasak mie instan, nasi dan ikan. Kota Medan dilanda banjir terbesar dalam satu dekade terakhir. Ribuan rumah warga terendam akibat luapan sungai yang tak mampu menampung debit air dari hulu.

2.3. Solidaritas Sosial

Menurut Jhonson, konsep solidaritas sosial merupakan kepedulian secara bersama kelompok yang menunjukkan pada suatu hubungan antara individu dan/atau kelompok yang didasarkan pada persamaan moral, kolektif yang sama, dan kepercayaan yang dianut serta diperkuat oleh pengalaman emosional (dalam buku Zulkarnain, 2009). Prinsip solidaritas sosial adalah saling tolong menolong, bekerja sama, saling membagi hasil panen, menyokong proyek, secara keuangan dan tenaga kerja dan lainnya. Menurut Redfield (dalam Laiya, 1983:5), solidaritas sosial adalah kekuatan persatuan internal dari suatu kelompok.

(7)

28

dirinya dengan sebanyak mungkin orang dalam kelompok tersebut, sehingga ke semuanya dapat menyebutkan dirinya sebagai kelompok kami (warga); Sepenanggungan, yaitu setiap individu sadar akan peranannya dalam kelompok dan keadaan masyarakat sendiri sangat memungkinkan peranannya dalam kelompok yang dijalankan; dan saling butuh, yaitu individu yang tergantung dalam masyarakat setempat merasakan dirinya tergantung pada komunitasnya meliputi fisik maupun psikologinya.

(8)

29

Pada umumnya, dikenal adanya dua tipe mendasar solidaritas sosial, dalam bentuk ekstrimnya, sehingga dalam kenyataan ditemukan derajat-derajat tertentu di antara kedua tipe mendasar itu. Herbert Spencer mengingatkan pada fakta bahwa unsur-unsur solidaritas sosial berubah apabila kebudayaan berakumulasi dan peradaban bertambah rumit. Defenisi evolusi sebagai suatu transisi, menunjukkan hakikat perubahan. Menurut Spencer, evolusi merupakan transisi: Spenser menganggap perubahan dari suatu persatuan persamaan ke arah taraf kohesi disebabkan karena pengkhususan, pembagian kerja, dan saling ketergantungan antara berbagai bagian masyarakat.

(9)

30

hampir tak ada pembagian kerja. Misalnya, pada bidang ekonomi, persamaan mengakibatkan terjadinya persaingan dan pertikaian dan bukan kohesi.

Tipe solidaritas kedua oleh Durkheim dinamakan solidaritas organis. Solidaritas ini didasarkan pada perbedaan. Akan tetapi, perlu dicatat bahwa tidak semua perbedaan sosial mengakibatkan terjadinya kohesi, oleh karena ada unsur tertentu yang efeknya berbeda. Perbedaan yang berperan terhadap kohesi sosial adalah yang saling melengkapi/merupakan pasangan. Misalnya, perbedaan antara wanita dengan pria menyebabkan kedua jenis kelamin itu saling tergantung satu dengan lainnya.

(10)

31

Solidaritas di kota metropolitan cenderung dilandaskan pada hubungan formal dan kontraktual yang timbul dari pembagian kerja, spesialisasi, dan suatu taraf interdependensi tertentu antara berbagai unit sosial. Tipe solidaritas tersebut agak kurang stabil, karena mudah terpengaruh oleh proses-proses dan kekuatan perubahan sosial. Apabila solidaritas timbul dari persamaan, maka efeknya positif. Efek negatif terjadi apabila solidaritas itu tidak timbul dari persamaan tetapi dari perbedaan. Menurut Durkheim, sosiolog Prancis (1858-1917), masyarakat kota berbeda dengan masyarakat pedesaan pada jenis solidaritasnya. Di pedesaan yang dominan adalah solidaritas mekanis, sedangkan di perkotaan solidaritas organis. Solidaritas mekanis adalah suatu solidaritas dari kemiripan (resemblance). Ciri-ciri utamanya adalah bahwa perbedaan di antara para individunya amat kecil. Mereka sebagai anggota dari kolektivitas yang sama, memiliki kemiripan karena merasakan emosi yang sama, mendambakan nilai-nilai yang sama dan mensucikan perkara-perkara yang sama.

Masyarakat sederhana memiliki bentuk solidaritas sosial yang berbeda dengan bentuk solidaritas sosial pada masyarakat modern. Masyarakat sederhana mengembangkan bentuk solidaritas sosial mekanis, sedangkan masyarakat modern mengembangkan bentuk solidaritas sosial organis. Jadi, solidaritas sosial masyarakat terdiri dari dua bentuk yaitu:

1. Solidaritas sosial mekanis.

(11)

32 2. Solidaritas sosial organis

Solidaritas organis berasal dari semakin terdiferensiasi dan kompleksitas dalam pembagian kerja yang menyertai perkembangan sosial. Durkheim merumuskan gejala pembagian kerja sebagai manifestasi dan konsekuensi perubahan dalam nilai-nilai sosial yang bersifat umum.

Pada solidaritas organis terdapat konsensus mufakat serta kesatuan keterlibatan pada kolektivitas. Ini sebagai ekspresi dari diferensiasi tadi. Durkheim menyebut solidaritasnya yang dihasilkan oleh diferensiasi itu organis, karena ia mengasosiasikannya dengan organisme hidup yang bagian-bagiannya tidak sama (memiliki tugas yang berbeda-beda). Masyarakat dengan solidaritas organis berlainan sekali dengan masyarakat primitif (sederhana) yang bercirikan solidaritas mekanis. Masyarakat pedesaan dalam kondisi demikian itu bersifat segmental, artinya situasinya serba lokal, serba terpencil. Karena komunikasinya

(12)

33

Kekuatan mufakat kolektif itu berimpit dengan luas jangkauannya. Makin kuat mufakat kolektif, maka hiduplah kemarahan orang terhadap kejahatan, dan orang loyal terhadap pengetatan larangan sosial. Tiap perbuatan dalam kehidupan kemasyarakatan, khususnya pada upacara-upacara keagamaan terdapat ketelitian yang ekstrim, yaitu apa-apa yang harus dilakukan dan dipercaya. Sebaliknya, menurut Durkheim pada solidaritas organis terjadilah pengurangan suasana yang dikehendaki oleh mufakat kolektif serta pelembekan terhadap reaksi kolektif terhadap pengetatan larangan. Di situ, individu memiliki keleluasan untuk menafsirkan suatu keharusan sosial. Misalnya, jika dalam masyarakat bersolidaritas mekanis orang menerima saja upah sebagai hasil kerjanya, maka pada masyarakat bersolidaritas organis orang harus menerima upahnya sesuai dengan haknya yang pantas. Dengan demikian, Durkheim menyimpulkan bahwa sebenarnya individu itu tak terjadi karena masyarakat, tetapi masyarakat terjadi karena individu (http://tutorialkuliah.blogspot.com/2009/06/teori-tindakan-dan teori sistem-talcott.html).

2.3.1. Solidaritas Kelompok Masyarakat

(13)

sikap-34

sikap para anggotanya terhadap norma-norma kegiatan kelompok. Dalam hipotesa sosiologi mengenai kehidupan kelompok dan hubungannya dengan solidaritas kelompok Sutherland mengemukakan sebuah ilustrasi sbb:

“Dalam kehidupan petani di pedesaan-pedesaan, tiap individu dikelilingi sanak keluarganya, dan keluarga besar ini menentukan karier serta cita-cita hidupnya, kepuasan utama yang dirasakan tiap individu adalah kerjasama dengan kelompoknya, di dalam kelompoknya inilah tiap individu memperoleh keamanan/ketenteraman yang sempurna, karena tiap kelompok memelihara bila ia sakit atau tertimpa kecelakaan, hari tua atau keadaan-keadaan darurat lainnya. Amal yang demikian ini dianggap mereka sebagai hal yang sewajarnya, mereka tidak malu atau merasa rendah diri pada saat-saat menderita sakit dsb-nya itu. Bahkan kelompok keluarga besar ini dibantu oleh masyarakat di sekelilingnya yang juga harmonis dalam tradisi kebudayaannya.”

(14)

35

Begitu juga dengan solidaritas masyarakat di sekitar pemukiman sungai Deli ini, mereka saling tolong menolong di saat warga yang lain kesusahan. Mereka rajin mengikuti perkumpulan STM (Serikat Tolong Menolong) Al Muklish dan anggotanya saling membantu jika ada warga sekitarnya yang tertimpa kemalangan (meninggal) dan membantu masyarakat yang tergenang banjir berupa bantuan makanan, bantuan memindahkan baranag-barang ke tempat yang aman, dan memberikan tumpangan tinggal sementara. Masyarakat atas (etnis Cina dan pribumi) yang tinggalnya agak jauh dari sungai dan kepala lurah juga bersedia menolong warga dalam memberikan tumpangan tinggal di rumahnya yang lebih aman dari banjir. Dan masyarakat atas/yang tinggal agak jauh dari Sungai seperti etnis Cina juga turut membantu dalam hal memberikan makanan berupa mie instan, nasi bungkus, dan beras dan gula kepada mereka yang terkena banjir karena rasa empati dan kepedulian kepada tetangganya.

2.4. Bentuk Solidaritas Sosial Pada Masyarakat Yang Terkena Banjir.

(15)

36

masyarakat adalah solidaritas organik karena ada kontrak kerja/pembagian kerja, dan keinginan golongan.

(16)

37

Etnis Cina menganut Confucianism menjadi maju karena ajarannya yang tidak menyukai kekerasan. Salah satu hal penting yang diajarkan ialah "Janganlah berbuat sesuatu yang kau tak inginkan orang berbuat kepadamu". Prinsip lainnya adalah "Kalau kamu hidup mampu, jangan sampai saudara-saudaramu hidup berkekurangan". Itulah salah satu prinsip yang menyebabkan keluarga keturunan Cina selalu memperhatikan saudara-saudara, jadi kalau yang satu kaya akan membantu yang kekurangan: memberikan pekerjaan, membantu secara moral dan finansial. Hal-hal yang telah dipaparkan di atas dilakukan masyarakat Cina dalam menghadapi berbagai bencana alam yang terjadi di sekitar lingkungannya termasuk dalam menghadapi banjir. Masyarakat Cina biasa tidak panik di dalam menghadapi bencana alam seperti pula bencana banjir yang terjadi yang sering terjadi beberapa kurun waktu terakhir. Masyarakat Cina pun cenderung bersikap ulet di dalam menghadapi bencana banjir. Mereka menghadapi bencana yang banjir dengan segera bertindak dibanding mengeluh. Seperti pada kejadian banjir besar yang terjadi pada tahun 2011 lalu (01/04) di Lingkungan VIII, Kelurahan Sukaraja, Medan Maimun, masyarakat Cina yang mengetahui bahwa air mulai masuk ke dalam rumah segera mengambil tindakan agar tidak terjebak di dalam banjir yang bisa dikatakan merupakan banjir yang paling parah dalam beberapa kurun waktu terakhir dengan ketinggian air 2 m lebih sampai bubungan atap.

(17)

38

berjalannya penyelamatan diri dan keluarganya dalam menghadapi banjir. Masyarakat Cina juga tidak segan membantu orang lain di luar dari lingkungan keluarga mereka. Alasannya adalah masyarakat Cina percaya bahwa apa yang mereka lakukan terhadap orang lain juga akan mereka terima di dalam perlakuan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Sikap yang mau menolong tidak hanya pada keluarga sendiri yang membuat masyarakat ini juga akan mendapat bantuan apabila ada bencana yang datang secara tidak terduga. Jadi, masyarakat Cina yang terkenal ahli di dalam perdagangan pun memiliki keahlian tertentu di dalam kehidupan sehari-hari.

Setiap manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain di dalam kehidupannya, karena masyarakat ini juga menerapkan prinsip tersebut di dalam kehidupan sehari-hari, termasuk di dalam menghadapi berbagai bencana alam yang bisa datang sewaktu-waktu tanpa bisa diperkirakan. Masyarakat Cina segera memberikan bantuan berupa beberapa kilo beras, telur dan nasi bungkus kepada masyarakat yang terkena banjir di sana yang berbeda etnis dengan mereka seperti masyarakat Jawa, Batak, Mandailing, dan India Selain masyarakat Cina, lurah juga memberikan bantuan makanan kepada masyarakat yang terkena banjir yaitu berupa nasi bungkus, mie instan, tumpangan tempat tinggal, dapur umum di Kantor lurah. Mereka saling memberikan bantuannya tanpa memandang perbedaan etnis dan agama mereka.

2.4.1. Pergeseran Solidaritas Sosial Sekitar Sungai pada Masyarakat Banjir.

(18)

39

(role expectation). Sebab itu, prinsip solidaritas sosial masyarakat meliputi: saling membantu, saling peduli, bisa bekerja sama, saling membagi hasil panen, dan bekerja sama dalam mendukung pembangunan di desa baik secara keuangan maupun tenaga dan sebagainya. Tradisi solidaritas sosial yang telah ada pada masyarakat kita secara terus menerus harus tetap dilestarikan dari generasi ke generasi berikutnya akan tetapi karena dinamika budaya tidak ada yang statis, terjadilah beberapa perubahan secara eksternal dan internal. Unsur kekuatan yang merubah adalah modernisasi yang telah mempengaruhi tradisi solidaritas sosial. Selain itu, perubahan solidaritas sosial tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: (a) meningkatnya tingkat pendidikan anggota keluarga sehingga dapat berpikir lebih luas dan lebih memahami arti dan kewajiban mereka sebagai manusia yaitu memenuhi kebutuhan hidup, (b) perubahan tingkat sosial dan corak gaya hidup kadang-kadang menciptakan kerenggangan di antara sesama anggota keluarga, (c) Sikap egoistik, bila seseorang individu terlalu mementingkan diri sendiri dan keluarganya, lalu mengorbankan kepentingan masyarakat (Zulkarnain Nst, 2009:3).

(19)

40

partisipasi masyarakat dalam pembangunan tidaklah semudah yang dibayangkan, karena solidaritas sosial akan terus berkembang menuju kehidupan sosial yang modern.

Nilai-nilai solidaritas sosial pada masyarakat desa transisi: (1) tumbuh dari pertautan (integrasi) antara nilai tradisi lokal dengan nilai modern, akibat terjadinya interaksi antar kedua warga tersebut, (2) Nilai-nilai solidaritas yang memiliki kearifan lokal pada masyarakat desa dan masyarakat kota yang positif harus dipelihara seiring dengan banyaknya pembangunan perumahan baru di wilayah pedesaan, karena nilai-nilai tersebut cenderung meningkatkan partisipasi dalam pembangunan. Pihak pengembang perumahan berkewajiban mengontrol dan melakukan kerjasama dengan aparat desa dan tokoh masyarakat di lingkungan masing-masing terhadap proses sosial yang berkembang di pemukiman baru, agar segala gejala negatif yang muncul dapat segera diantisipasi, misalnya gejala segregasi sosial (mengabaikan kelangsungan sosial dan budaya karena menurut perhitungan ekonomi dianggap tidak menguntungkan developer), konflik sosial dan dislokasi sosial (perubahan pemukiman penduduk dalam jumlah besar dan waktu relatif cepat) sehingga menimbulkan masalah sosial.

(20)

41

Keluarga tetapi setahun belakangan ini pada saat banjir terjadi, masyarakat atas (etnis Cina), lurah, pengusaha Lion, dan pengurus partai politik sedikit yang memberikan bantuan kepada masyarakat yang terkena banjir terkadang ada warga yang tidak mendapat bantuan. Warga mengakui, hanya pada saat banjir besar (dengan ketinggian air di atas 1,2 m- 2 m lebih memasuki rumah) saja masyarakat atas (etnis Cina), pengusaha dan pengurus partai politik banyak memberikan bantuan makanan kepada mereka yang terkena banjir sedangkan pada saat banjir kecil (dengan ketinggian air 0,5-1,2 m memasuki rumah) atau kategori sedang, sedikit bantuan makanan yang diberikan masyarakat dalam membantu mereka yang terkena genangan banjir bahkan hanya kepala lingkungannya saja yang memberikan nasi bungkus, mie instan, telur, dan beras. Pergeseran yang terjadi dengan berkurangnya solidaritas masyarakat atau bantuan tersebut cenderung disebabkan oleh perubahan tingkat sosial dan corak gaya hidup masyarakatnya yang menciptakan kerengganan antar masyarakatnya, dan faktor perekonomian yang menurun karena biasanya banjir terjadi pada awal dan akhir tahun (Oktober-Februari) saat menurunnya perekonomian masyarakat saat itu sehingga pengusaha sekitarnya dan lurah semakin sedikit memberikan bantuan.

2.5. Teori Aksi (Action Theory)

Teori ini sepenuhnya mengikuti karya Weber. Dalam hal ini, ada beberapa asumsi fundamental teori aksi yang dikemukakan oleh Hinkle dengan merujuk pada karya Mac Iver, Znaicki dan Parsons sebagai berikut:

(21)

42

b. Sebagai subyek manusia bertindak atau berperilaku untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu, tindakan manusia bukan tanpa tujuan.

c. Dalam bertindak manusia menggunakan cara, teknik, prosedur, metode serta perangkat yang diperkirakan cocok untuk mencapai tujuan tersebut.

d. Kelangsungan tindakan manusia hanya dibatasi oleh kondisi yang tak dapat diubah dengan sendirinya.

e. Manusia memilih, menilai dan mengevaluasi terhadap tindakan yang akan sedang, dan yang telah dilakukannya (Ritzer, 2002:46).

Teori Max Weber ini dikembangkan oleh Talcott Parsons yang menyatakan bahwa aksi/action itu bukan perilaku/behaviour. Aksi merupakan tindakan mekanis terhadap suatu stimulus sedangkan perilaku adalah suatu proses mental yang aktif dan kreatif. Talcott Parsons beranggapan bahwa yang utama bukanlah tindakan individu melainkan norma-norma dan nilai-nilai sosial yang menuntut dan mengatur perilaku itu. Kondisi objektif disatukan dengan komitmen kolektif terhadap suatu nilai akan mengembangkan suatu bentuk tindakan sosial

tertentu.(http://ekowahyono.blog.fisip.uns.ac.id/2012/09/12/teori-aksi-oleh-parson-dan-teori-tindakan-oleh-max-weber/).

Talcott Parsons menjelaskan bahwa walaupun teori aksi berurusan dengan urusan-urusan yang paling mendasar dari kehidupan sosial, namun ia mengakui bahwa unsur-unsur yang mendasar itu tidak berurusan dengan keseluruhan struktur sosial. Parsons dalam hal ini menyusun skema unit-unit dasar tindakan sosial dengan karakteristik sebagai berikut:

(22)

43

b. Aktor mempunyai alternatif cara, alat serta teknik untuk mencapai tujuannya.

c. Aktor berhadapan dengan sejumlah kondisi situasional yang membatasi tindakannya dalam mencapai tujuan. Kendala tersebut berupa situasi dan kondisi, sebagian ada yang tidak dapat dikendalikan oleh individu.

d. Aktor berada di bawah kendala dari nilai-nilai, norma-norma dan berbagai ide abstrak yang mempengaruhinya dalam memilih dan menentukan tujuan serta tindakan alternatif untuk mencapai tujuan. (http://ekowahyono.blog.fisip.uns.ac.id/2012/09/12/teori-aksi-oleh-parson-dan-teori-tindakan-oleh-max-weber/).

Aktor mengejar tujuan dalam situasi dimana norma-norma mengarahkannya dalam memilih alternatif cara dan alat untuk mencapai tujuan. Norma-norma itu tidak menetapkan pilihannya terhadap cara atau alat. Tetapi ditentukan oleh kemampuan aktor untuk memilih. Kemampuan inilah yang disebut Parsons sebagai voluntarism yakni kemampuan individu melakukan tindakan dalam arti menetapkan cara atau alat dari sejumlah alernatif yang tersedia dalam rangka mencapai tujuannya. Aktor menurut konsep voluntarisme ini adalah pelaku aktif dan kreatif serta mempunyai kemampuan menilai dan memilih dari alternatif tindakan. Walaupun aktor tidak mempunyai kebebasan total, namun ia mempunyai kemauan bebas dalam memilih berbagai alternatif tindakan. Aktor adalah manusia yang aktif, kreatif dan evaluatif (Ritzer, 2002).

(23)

44

mengacu pada pendekatan individu, dinyatakan bahwa baik buruk lingkungan tergantung pada perilaku individu. Mengadaptasi dari Parsons, dapat dinyatakan bahwa individu bisa melakukan peran penting baik itu merusak maupun memelihara lingkungan sebab individu memiliki peran voluntaristik. Talcott Parsons juga beranggapan bahwa tindakan individu dan kelompok itu dipengaruhi oleh sistem sosial, sistem budaya dan sistem kepribadian dari masing-masing individu tersebut. Talcott Parsons juga melakukan klasifikasi tentang tipe peranan dalam suatu sistem sosial yang disebutnya Pattern Variables, yang di dalamnya berisi tentang interaksi yang afektif, berorientasi pada diri sendiri dan orientasi kelompok (http://tutorialkuliah.blogspot.com/2009/06/teori-tindakan dan teori sistem talcott.html).

Maka, dapat dijelaskan bahwa dalam mengendalikan banjir memerlukan aksi atau tindakan sosial dari tiap individu di dalam masyarakat di Sekitar Sungai Deli untuk menjaga kebersihan sungai dengan tidak membuang sampah ke sungai agar banjir dapat dikendalikan dan adanya aksi/tindakan dalam memberikan bantuan sebagai solidaritas masyarakat pada masyarakat yang terkena banjir.

2.6. Teori Perubahan Sosial

(24)

45

perubahan sosial dan kebudayaan selalu berkaitan erat dengan pertumbuhan ekonomi. Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, bahwa perubahan-perubahan di luar bidang ekonomi tidak dapat dihindarkan oleh karena setiap perubahan dalam suatu lembaga kemasyarakatan akan mengakibatkan pula perubahan-perubahan di dalam lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya, oleh karena antara lembaga-lembaga kemasyarakatan tersebut selalu ada proses saling mempengaruhi secara timbal balik. Perubahan-perubahan pada dewasa ini nampak sangat cepat, sehingga semakin sulit untuk mengetahui bidang-bidang manakah yang akan berubah terlebih dahulu dalam kehidupan masyarakat. Namun demikian secara umum, perubahan-perubahan itu biasanya bersifat berantai dan saling berhubungan antara satu unsur dengan unsur kemasyarakatan yang lainnya.

Yang dimaksud dengan perubahan sosial itu adalah perubahan fungsi kebudayaan dan perilaku manusia dalam masyarakat dari keadaan tertentu ke keadaan yang lain. Gillin dan Gillin mengatakan bahwa perubahan-perubahan sosial adalah suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, yang disebabkan baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat tersebut. Pada dasarnya perubahan-perubahan sosial terjadi, oleh karena anggota masyarakat pada waktu tertentu merasa tidak puas lagi terhadap keadaan kehidupannya yang lama, norma-norma dan lembaga-lembaga sosial, atau sarana penghidupan yang lama dianggap tidak memadai lagi untuk memenuhi kehidupan yang baru.

(25)

46

(26)

47

b. Setiap komponen masyarakat biasanya menunjang kestabilan masyarakat. c. Kestabilan sosial sangat tergantung pada kesepakatan bersama (konsensus) di kalangan anggota kelompok masyarakat.

Ada dua faktor penyebab utama dalam perubahan sosial, yaitu penimbunan (akumulasi) kebudayaan dan penemuan baru, pertambahan penduduk.

1. Timbunan kebudayaan dan penemuan baru.

(27)

48

2. Perubahan jumlah penduduk.

(28)

49

Jadi, jika dilihat dari pergeseran (perubahan) solidaritas masyarakat ini maka pergeseran solidaritas masyarakat yang terjadi semakin berkurang disebabkan karena berkurangnya penduduk yang tinggal di sekitar sungai dan karena menurunnya ekonomi keluarga pemberi bantuan kepada mereka yang terkena banjir dalam jumlah yang banyak dan timbunan kebudayaan yang baru menuntut kemandirian hidup masyarakat. Karena menurut warga yang terkena banjir, banjir sering terjadi pada awal dan akhir tahun di saat banyak pengeluaran keluarga dan pengusaha yang membantu makanan lagi sedikit pelanggan.

2.7. Ketidakmampuan Membeli Rumah Bagus Sebagai Alasan Masyarakat

Tetap Bertahan Tinggal Menghadapi Resiko Banjir di Sekitar DAS Deli.

(29)

50

yang kaya sampai miskin, membuat kehidupan kota begitu kontras dengan perbedaan dan mencoloknya kesenjangan para masyarakat, khususnya menyangkut aspek ekonomi atau kemiskinan. Faktor ekonomi membawa dampak yang besar bagi terciptanya strata sosial ekonomi sehingga membuat kesenjangan masyarakat nampak nyata hadir dalam kehidupan kota.

(30)

51

Kelurahan Petisah Tengah dan Sungai Deli, Kelurahan Sukaraja Medan juga terbentuk dibarengi dengan keadaan dan kondisi lingkungannya baik struktur masyarakat, historis/sejarah, kenyamanan, serta kebersamaan masyarakat yang terikat dalam sifat Gemeinschaft/paguyuban.

Tetapi, pemukiman di pinggiran sungai yang tadinya banyak dihuni oleh masyarakat yang kurang sanggup untuk tinggal di tempat yang lebih baik dan membeli lahan yang berizin, lambat laun justru diisi oleh masyarakat yang bahkan mampu mendirikan rumah yang cukup bagus, seperti bangunannya yang permanen seakan-akan kontras dengan lingkungan dan keadaan sekitarnya yang masih bertetangga dengan rumah-rumah yang sangat sederhana, masih ada yang semi permanen dan non permanen, misalnya rumah-rumah seperti pada umumnya namun disalahgunakan. Di pemukiman kumuh (Slum area) adalah rumahnya kecil, terbuat dari papan, tepas-tepas, untuk di pinggiran sungai rumah sengaja ditinggikan dengan menggunakan tiang-tiang penyangga seperti kayu karena pinggiran sungai memang rendah dan sekaligus tiang penyangga dibuat untuk mensiasati rumah dari banjir maupun luapan sungai.

(31)

52

lahan yang sah menjadi milik pribadi tidak dapat diperoleh mereka karena harga rumahnya mahal. Dan alasan mereka bertahan tinggal di sekitar sungai karena di sana mencari makan mudah karena dengan dengan pasar, harga sewa rumah murah, begitulah pengakuan Bu Mardiana, warga lingkungan V Kelurahan Sukaraja yang sering terkena banjir. Pemukiman kumuh menandakan adanya

kemiskinan yang terjadi di kota

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi Adaptasi Masyarakat dalam mengahadapi bencana banjir pada masyarakat di Daerah Aliran Sungai (DAS) Deli Kota Medan Kelurahan

Hasil penelitian ini menyimpulkan antara lain: bahwa (1) dalam melakukan aksi menentang normalisasi sungai Deli, masyarakat dan para organizer menggunakan strategi yang

Penelitian ini berjudul ” Analisis Potensi Luapan Banjir Lahar Gunungapi Tangkuban Perahu untuk Menentukan Area Evakuasi di Sekitar Sungai Cimuja Kabupaten Subang“

(2013) Analisis Potensi Luapan Banjir Lahar Gunungapi Tangkuban Perahu untuk Menentukan Area Evakuasi di Sekitar Sungai Cimuja Kabupaten Subang Mengetahui potensi luapan banjir

Penelitian ini berjudul ”Analisis Potensi Luapan Banjir Lahar Gunungapi Tangkuban Perahu untuk Menentukan Area Evakuasi di Sekitar Sungai Cimuja Kabupaten Subang“

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui makna dan perilaku terhadap sampah bagi masyarakat di bantaran

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi Adaptasi Masyarakat dalam mengahadapi bencana banjir pada masyarakat di Daerah Aliran Sungai (DAS) Deli Kota Medan Kelurahan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi Adaptasi Masyarakat dalam mengahadapi bencana banjir pada masyarakat di Daerah Aliran Sungai (DAS) Deli Kota Medan Kelurahan