• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pergeseran Solidaritas Sosial Pada Masyarakat Yang Terkena Banjir (Studi Deskriptif Pada Masyarakat Sekitar Sungai Deli, Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Medan Maimun)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pergeseran Solidaritas Sosial Pada Masyarakat Yang Terkena Banjir (Studi Deskriptif Pada Masyarakat Sekitar Sungai Deli, Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Medan Maimun)"

Copied!
144
0
0

Teks penuh

(1)

Pergeseran Solidaritas Sosial pada Masyarakat yang

Terkena Banjir

(Studi Deskriptif pada Masyarakat Sekitar Sungai Deli, Kelurahan

Sukaraja, Kecamatan Medan Maimun)

SKRIPSI

Diajukan Oleh:

Debora Ernawati Siringo-ringo.

100901046.

GUNA MEMENUHI SALAH SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEH

GELAR SARJANA

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

i

ABSTRAK

Banjir merupakan bencana alam yang sering dialami masyarakat perkotaan di Indonesia,khususnya daerah pinggiran sungai di mana keadaan air berlebihan merendam daratan. Hal ini yang membuat pemerintah di Indonesia lebih memperhatikan penduduk pinggiran sungai untuk menangani banjir. Dan masyarakat yang berada dalam satu kawasan di Indonesia, menyadari perbedaan yang ada di antara mereka bukanlah menjadi penghalang untuk hidup saling tolong menolong terutama karena persamaan nasib yakni sering mengalami bencana banjir. Akan tetapi, penurunan jumlah bantuan terjadi saat banjir kecil (kategori sedang) yang membawa suatu permasalahan yang kompleks bagi masyarakat sekitar Sungai sehingga terjadilah pergeseran solidaritas masyarakat Sungai Deli pada masyarakat yang terkena banjir. Tujuan dari penelitian ini untuk mendeskripsikan pergeseran solidaritas sosial pada masyarakat yang terkena banjir untuk menjawab permasalahan tersebut. Penelitian ini menggunakan teori Emile Durkheim tentang Solidaritas Organis di kota yang didukung dengan studi-studi lain tentang solidaritas masyarakat saat terjadi banjir.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif yaitu menggunakan metode survei yang dilakukan dengan cara pengambilan sampel dengan total sampling sebanyak 94 orang dari total keseluruhan yang tinggal di sekitar Sungai Deli, Kelurahan Sukaraja, yang diteliti dari 3 lingkungan di Sukaraja yang terkena banjir, yaitu lingkungan IV sebanyak 28 orang, lingkungan V sebanyak 38 orang, dan lingkungan VIII sebanyak 28 orang. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan melalui wawancara terstruktur dengan menggunakan kuesioner.

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa bentuk pergeseran solidaritas sosial masyarakat Sungai Deli ini yaitu dengan berkurangnya jumlah bantuan makanan yang diberikan masyarakat sekitar saat banjir kecil (banjir sedang) terjadi dibandingkan bantuan makanan saat banjir besar. Dalam hal ini, dapat diketahui adanya pergeseran solidaritas sosial Sungai Delipada masyarakat yang terkena banjir. Seperti yang terlihat saat terjadi banjir besar di tahun 2011 bantuan makanan yang diberikan sangat banyak yaitu nilai rata-rata bantuan masyarakat sebesar 4,94. Sedangkan saat terjadi banjir kecil belakangan ini bantuan makanan yang diberikan masyarakat menurun jumlahnya dengan nilai rata-rata bantuan masyarakatmenjadi 1,18 dengan bantuannya sedikit. Selain dalam bentuk makanan, pergeseran solidaritas masyarakat Sungai Deli juga dapat dilihat dari berkurangnya rata-rata bantuan yang diberikan masyarakat sekitar dalam memberikan tumpangan rumah dan memindahkan barang-barang saat terjadinya banjir besar dan banjir kecil. Karena nilai rata-rata pemberian tumpangan rumah saat terjadi banjir besar sebesar 2,36 tergolong sedikit sedangkan saat banjir kecil belakangan ini, sebesar 1,0 yang tergolong tidak ada bantuan. Sedangkan bantuan pemindahan barang saat banjir besar nilai rata-ratanya sebesar 1,68 tergolong sedikit namun saat banjir kecil belakangan ini, nilai rata-rata sebesar 1,01 tergolong tidak ada bantuan. Dalam artian, saat banjir kecil, solidaritas sosial dalam pemberian bantuan makanan, tumpangan rumah dan pemindahan barang cenderung semakin sedikit dibandingkan saat terjadi banjir besar. Pergeseran solidaritas sosial pada masyarakat yang terkena banjir terjadi disebabkan oleh faktor-faktor seperti perekonomian yang menurun, dan semakin berkurangnya kesadaran/kepedulian masyarakat akan pentingnya memberikan bantuan kepada mereka yang terkena banjir atau adanya sikap egoistik yang mementingkan diri sendiri.

(3)

ii

KATA PENGANTAR

Dengan segala puji dan syukur, penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang

Maha Esa, sebab atas berkat, kasih dan karuniaNya lah, penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pergeseran Solidaritas Sosial pada

Masyarakat yang Terkena Banjirdi Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Medan

Maimun” dengan sebaik-baiknya.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa skripsi ini banyak

menghadapi hambatan, kesulitan, dan tantangan hal ini disebabkan oleh

keterbatasan wawasan penulis.Akan tetapi, karena berkat dan kasih karuniaNya,

semua hambatan dan kesulitan dapat penulis lalui sehingga penulisan skripsi ini

dapat selesai. Oleh karena itu, penulis dengan lapang dada menerima kritik dan

saran yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini. Penulis berharap

skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembacanya.

Dengan selesainya penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu proses

penyusunan skripsi ini. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan FISIP USU.

2. Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si, selaku Ketua Departemen SosiologiFISIP

USU sekaligus dosen wali saya yang telah memberikan masukan, nasehat dan

saran buat saya.

3. Ibu Dra. Linda Elida, M.Si, selaku Dosen Pembimbing saya. Saya

(4)

iii

memberikan pengarahanmemberikan pengarahan-pengarahan, ilmu, saran dan

evaluasi dalam penulisan skripsi saya. Terima kasih bu atas bimbingannya.

4. Bapak Drs. Henry Sitorus, M. Si, selaku dosen penguji saya yang telah

banyak memberi saran, pendapat dan kritik yang membangun dalam

penyusunan skripsi saya. Terima kasih Pak atas saran dan arahan yang bapak

berikan kepada saya.

5. Bapak dan Ibu Dosen FISIP USU, khususnya Dosen Departemen Sosiologi,

Dra. Lina Sudarwati, M.Si dan Dra. Ria Manurung, M.Si atas ilmu, sarandan

motivasi yang selama ini telah diberikan kepada penulis.

6. Kepada Kak Feny, Kak Betty, Pak Manan, dan seluruh staf Pegawai FISIP

USU yang telah banyak membantu dalam penyelesaian Administrasi juga

saya ucapkan terima kasih.

7. Terkhusus dan teristimewa kepada kedua orang tua penulis, Bapak

M.Siringo-ringo dan Mama D.Silaban yang selalu mendidik dan mendukung

penulis dengan kasih sayang dan selalu memberikan doa, motivasi, semangat

dan dananya selama ini, sehingga penulisdapat menyelesaikan skripsi ini.

Semoga penulis dapat membanggakan kedua orang tua penulis nantinya.

Terima kasih banyak ya Bapak dan Mama tersayang buat semua perhatian,

pengertian, semangat, dukungan dan dana yang telah diberikan selama ini.

8. Kepada Kepala Kelurahan Sukaraja yakni Bapak Hamdan, SP.MM dan

Sekretaris Lurah Sukaraja, Bu Ani dan staffnya juga penulis ucapkan terima

kasih telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian skripsi saya di

Kelurahan Sukaraja dan atas bantuan data kependudukannya.

9. Para Responden yang tinggal di sekitar Sungai Deli, Kelurahan Sukaraja,

(5)

iv

memberikan informasi kepada penulis mengenai Pergeseran Solidaritas Sosial

Masyarakat Sungai Deli pada Masyarakat yang Terkena Banjir, terima kasih

untuk pengertiannya yang telah bersedia menerima kehadiran penulis selama

proses penyelesaian skripsi ini.

10. Kepada sahabat penulis Sempati Tambunan, S.Sos, Heppy Berutu, Marlina

Sianturi, S.Sos, Kak Ana Situmorang S.TI, dan saudara-saudara saya Kak

Christina Silaban, Bang Andry Silaban, Kak Marisi Silaban, S.TP, Bang

Mangampu Silaban, S.T, M.BA, adik saya Bernando Ringo dan Cornelia

Siahaan dan seluruh keluarga besar yang selalu membantu dan memberikan

semangat, motivasi kepada penulis dan juga memberikan banyak

pengorbanan buat penulis baik tenaga, waktu dan pikirannya. Sekali lagi

terima kasih ya atas saran, motivasi, masukan dan semangat kalian sangat

berarti buat saya dalam penyelesaian skripsi ini.

11. Kepada teman penulis yakni Johan Simamora, S.Sos, dan Hening Kinasih,

S.Sos yang menemani penulis dalam penelitian lapangan dan pengurusan

ijinnya. Terima kasih atas waktu, tenaga, saran, pemikirannya buat saya.

12. Buat teman-teman 1 stambuk penulis di Departemen Sosiologi FISIP USU

2010 yakni Adian Sinambela, Sehadinggit, Febri S.Sos, Ana Rohana

S.Sos,Winandar Yoga, S.Sos, Juliah, S.Sos, Natalia, S.Sos, Hivo, S.Sos, dan

Afriyani, S.Sos, Nurli yang selalu memberikan saran, masukandan semangat

kepada penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas

saran, semangat dan kebersamaannya selama ini.

13. Terima kasih juga kepada teman-teman 1 kerjaan saya di BT/BS Medica: Kak

(6)

v

S.Pdsemangat kepada penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima

kasih atas saran, semangat dan kebersamaannya selama ini.

14. Dan juga terima kasih kepada senior saya di Departemen SOSIOLOGI FISIP

USU yakni Bang Alexender Giovani, S.Sos, Bang Hendra, S.Sos dan Bang

Theo, S.Sos yang telah memberikan motivasi dan pengarahan kepada penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

15. Dan atas semua pihak yang membantu penyusunan skripsi penulis yang tidak

dapat disebutkan satu-persatu.

Atas dukungan dan bantuan dari berbagai pihak tersebut, sekali lagi

penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Penulis menyadari masih

banyak terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Penulis mengharapkan

saran dan kritik yang berguna untuk penyempurnaan skripsi yang lebih baik lagi

di hari-hari yang akan datang. Penulis berharap skripsi ini dapat berguna bagi

berbagai pihak yang membutuhkan.

Medan, April 2015. Penulis

(7)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GRAFIK ... xv

Bab I PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 14

1.3. Tujuan Penelitian ... 14

1.4. Manfaat penelitian ... 14

1.5. Definisi Konsep ... 15

1.6. Definisi Operasional Variabel ... 17

Bab II KERANGKA TEORI ... 19

2.1. Peristiwa Banjir Medan ... 19

2.2. Solidaritas Sosial ... 21

2.2.1. Solidaritas Kelompok Masyarakat ... 27

2.3. Bentuk Solidaritas Masyarakat pada Masyarakat yang Terkena Banjir ... 29

2.3.1. Pergeseran Solidaritas Masyarakat Sekitar Sungai pada Masyarakat Banjir ... 32

2.4. Teori Aksi (Action Theory) ... 35

(8)

vii

2.6. Ketidakmampuan Masyarakat Dalam Membeli Rumah Sebagai

Alasan Mereka Tetap Bertahan Tinggal di Sekitar Sungai Deli Kota

Medan ... 43

Bab III METODE PENELITIAN ... 47

3.1. Jenis Penelitian ... 47

3.2. Lokasi Penelitian ... 48

3.3. Populasi dan Teknik Penarikan Sampel ... 48

3.3.1. Populasi ... 48

3.3.2.Teknik Penarikan Sampel ... 49

3.4.Teknik Pengumpulan Data ... 52

3.4.1. Data Primer ... .52

3.4.2. Data Sekunder ... .53

3.5. Analisis Data ... 53

3.6. Jadwal Kegiatan ... 55

3.7. Keterbatasan Penelitian ... 55

Bab IV HASIL DAN ANALISIS DATA PENELITIAN ... 57

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 57

4.1.1. Sejarah Singkat Kelurahan Sukaraja ... 57

4.1.2. Letak dan Luas Wilayah Kelurahan Sukaraja ... 58

4.1.3. Keadaan Penduduk ... 59

4.2. Penyajian Data Peneliitan ... 59

4.2.1. Identifikasi Responden ... 60

(9)

viii

4.3.1. Masyarakat yang Diberikan Bantuan Makanan Saat Banjir Besar dari

Sekitar Daerah Tempat Tinggal Berdasarkan Jenis Kelamin65

4.4. Solidaritas Warga Sekitar Sungai Deli dalamMemberikan Bantuan

Makanan Kepada Masyarakat yang Terkena Banjir Kecil ... 72

4.4.1. Masyarakat yang Diberikan Bantuan Makanan dari Masyarakat

Sekitar Saat BanjirKecil Berdasarkan Jenis Kelamin ... 72

4.5. SolidaritasWarga Sekitar Sungai Deli dalam MemberikanBantuan

Tumpangan Rumah Kepada Masyarakat Terkena Banjir ... 79

4.5.1. Masyarakat yang Diberikan Bantuan Tumpangan Rumah Untuk

Tempat Tinggal Saat Banjir Berdasarkan Jenis Kelamin ... 79

4.6. Solidaritas Warga Sekitar Sungai Deli dalam Memberikan Bantuan

Memindahkan Barang Saat Banjir Besar ... 86

4.6.1. Warga yang Dibantu Gotong royong dalam Memindahkan

Barang-barang Saat Banjir Besar pada Masyarakat yang Terkena Banjir ... 86

4.7. Solidaritas Masyarakat Sekitar Sungai dalam Memindahkan Barang

Saat BanjirKecil ... 93

4.7.1. Masyarakat yang Gotong royong Dibantu Memindahkan

Barang-barang Saat Banjir Kecil Berdasarkan Jenis Kelamin ... 93

4.8. AnalisisPergeseran Solidaritas Sosial Masyarakat Sekitar Sungai Deli

Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Medan Maimun ... 101

4.8.1. Analisis Pergeseran Solidaritas Sosial Masyarakat dalam

PemberianMakanan Saat Banjir Besar di Kelurahan Sukaraja,

(10)

ix

4.8.2. Analisis Pergeseran Solidaritas Sosial Masyarakat dalam

PemberianMakanan Saat Banjir Kecil di Kelurahan Sukaraja,

Kecamatan Medan Maimun ... 104

4.8.3. Analisis Pergeseran Solidaritas Sosial Masyarakat dalam PemberianTumpangan Saat Banjir Besar di Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Medan Maimun ... 105

4.8.4. Analisis Pergeseran Solidaritas Sosial Masyarakat dalam PemberianTumpangan Saat Banjir Kecil di Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Medan Maimun ... 107

4.8.5. Analisis Pergeseran Solidaritas Sosial Masyarakat dalam Membantu Memindahkan Barang-barang Saat Banjir Besardi Kelurahan Sukaraja,KecamatanMedan Maimun ... 108

4.8.6. Analisis Pergeseran Solidaritas Sosial Masyarakat dalam Membantu Memindahkan Barang-barang Saat Banjir Kecil di Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Medan Maimun ... 110

4.8.6.1. Analisis Pergeseran Solidaritas Sosial pada Masyarakat yang Terkena Banjirdi Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Maimun ... 112

Bab V KESIMPULAN DAN SARAN ... 116

5.1. Kesimpulan ... 116

5.2. Saran ... 117

DAFTAR PUSTAKA ... 119

(11)

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1. Jumlah Populasi ... 49

Tabel 3.2. Jumlah Sampel Penelitian ... 50

Tabel 4.1. Identitas Responden Berdasarkan Umur ... 60

Tabel 4.2. Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin. ... 61

Tabel 4.3. Identitas Responden Berdasarkan Agama ... 61

Tabel 4.4. Identitas Responden Berdasarkan Suku Bangsa ... 62

Tabel 4.5. Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan. ... 63

Tabel 4.6. Identitas Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 63

Tabel 4.7. Identitas Responden Berdasarkan Penghasilan ... 64

Tabel 4.8. Identitas Responden Berdasarkan Lama Tinggal ... 64

Tabel 4.9. Distribusi Responden terhadap Bantuan Makanan Yang Diberikan Saat Banjir BesarBerdasarkan Jenis Kelamin ... 65

Tabel 4.10. Distribusi Responden terhadap Bantuan Makanan Yang iberikan Saat BanjirBesar Berdasarkan Umur ... 66

Tabel 4.11. Distribusi Responden terhadap Bantuan Makanan Yang Diberikan Saat BanjirBesar Berdasarkan Agama. ... 67

Tabel 4.12. Distribusi Responden terhadap Bantuan Makanan Yang Diberikan Saat BanjirBesar Berdasarkan Suku Bangs ... 68

Tabel 4.13. Distribusi Responden terhadap Bantuan Makanan Yang Diberikan Saat BanjirBesar Berdasarkan Pendidikan. ... 69

Tabel 4.14. Distribusi Responden terhadap Bantuan Makanan Yang Diberikan Saat BanjirBesar Berdasarkan Jenis Pekerjaan. ... 70

Tabel 4.15. Distribusi Responden terhadap Bantuan Makanan Yang Diberikan Saat Banjir Besar Berdasarkan Lama Tinggal. ... 71

(12)

xi

Tabel 4.17. Distribusi Responden terhadap Bantuan Makanan Yang

Diberikan Saat Banjir Kecil Berdasarkan Umur ... 73

Tabel 4.18. Distribusi Responden terhadap Bantuan Makanan Yang

Diberikan Saat Banjir Kecil Berdasarkan Agama ... 74

Tabel 4.19. Distribusi Responden terhadap Bantuan Makanan Yang

Diberikan Saat Banjir Kecil Berdasarkan Suku Bangsa. ... 75

Tabel 4.20. Distribusi Responden terhadap Bantuan Makanan Yang

Diberikan Saat Banjir Kecil BerdasarkanPendidikan ... 76

Tabel 4.21. Distribusi Responden terhadap Bantuan Makanan Yang

Diberikan Saat Banjir Kecil Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 77

Tabel 4.22. Distribusi Responden terhadap Bantuan Makanan Yang

Diberikan Saat Banjir Kecil Berdasarkan Lama Tinggal ... 78

Tabel 4.23. Distribusi Responden terhadap Bantuan Tumpangan Rumah

Yang Diberikan untuk Tempat Tinggal Saat Banjir Berdasarkan

Jenis Kelamin. ... 79

Tabel 4.24. Distribusi Responden terhadap Bantuan Tumpangan Rumah

Yang Diberikan untuk Tempat Tinggal Saat Banjir Berdasarkan

Umur ... 80

Tabel 4.25. Distribusi Responden terhadap Bantuan Tumpangan

RumahYang Diberikan untuk Tempat Tinggal Berdasarkan

Agama ... 81

Tabel 4.26. Distribusi Responden terhadap Bantuan Tumpangan Rumah

Yang Diberikan untuk Tempat Tinggal Berdasarkan Suku

(13)

xii

Tabel 4.27. Distribusi Responden terhadap Bantuan Tumpangan Rumah

Yang Diberikanuntuk Tempat Tinggal Berdasarkan

Pendidikan………. ... 83

Tabel 4.28. Distribusi Responden terhadap Bantuan Tumpangan Rumah

Yang Diberikan untuk Tempat Tinggal Berdasarkan Jenis

Pekerjaan ... 84

Tabel 4.29. Distribusi Responden terhadapBantuan Tumpangan Rumah

Yang Diberikan untuk Tempat Tinggal Saat Banjir Berdasarkan

Lama Tinggal ... 85

Tabel 4.30. Distribusi Responden terhadap Gotong royong Masyarakat

dalam Memindahkan Barang-barang Saat Banjir Besar

Berdasarkan Jenis Kelamin. ... 86

Tabel 4.31. Distribusi Responden terhadap Gotong royong Masyarakat dalam

Memindahkan Barang-barang Saat Banjir BesarBerdasarkan

Umur ... 87

Tabel 4.32. Distribusi Responden terhadap Gotong royong Masyarakat

dalam Memindahkan Barang-barang Saat Banjir Besar

Berdasarkan Agama ... 88

Tabel 4.33. Distribusi Responden terhadap Gotong royong Masyarakat dalam

Memindahkan Barang-barang Saat Banjir Besar Berdasarkan

Suku Bangsa ... 89

Tabel 4.34. Distribusi Responden terhadap Gotong royong Masyarakat

dalam Memindahkan Barang-barang Saat Banjir Besar

(14)

xiii

Tabel 4.35. Distribusi Responden terhadap Gotong royong Masyarakat

dalam MemindahkanBarang-barang Saat Banjir Besar

Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 91

Tabel 4.36. Distribusi Responden terhadap Gotong royong Masyarakat

dalam Memindahkan Barang-barang Saat Banjir Besar

Berdasarkan Lama Tinggal ... 92

Tabel 4.37. Distribusi Responden terhadap Gotong royong Masyarakat

dalam Memindahkan Barang-barang Saat Banjir Kecil

Berdasarkan Jenis Kelamin. ... 93

Tabel 4.38. Distribusi Responden terhadap Gotong royong Masyarakat

dalam Memindahkan Barang-barang Saat Banjir Kecil

Berdasarkan Umur. ... 94

Tabel 4.39. Distribusi Responden terhadap Gotong royong Masyarakat

dalam Memindahkan Barang-barang Saat Banjir Kecil

Berdasarkan Agama. ... 95

Tabel 4.40. Distribusi Responden terhadap Gotong royong Masyarakat

dalam Memindahkan Barang-barang Saat Banjir Kecil

Berdasarkan Suku Bangsa ... . 96

Tabel 4.41. Distribusi Responden terhadap Gotong royong Masyarakat dalam

Memindahkan Barang-barang Saat Banjir Kecil Berdasarkan

Pendidikan ... 98

Tabel 4.42. Distribusi Responden terhadap Gotong royong Masyarakat

dalam Memindahkan Barang-barang Saat Banjir Kecil

(15)

xiv

Tabel 4.43. Distribusi Responden terhadap Gotong royong Masyarakat

dalam Memindahkan Barang-barang Saat Banjir Kecil

(16)

xv

DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik 4.1. Pergeseran Solidaritas Sosial Masyarakat dalam Pemberian

Makanan Saat Banjir Besar ... 104

Grafik 4.2. Pergeseran Solidaritas Sosial Masyarakat dalam Pemberian

Makanan Saat Banjir Kecil ... 105

Grafik 4.3. Pergeseran Solidaritas Sosial Masyarakat dalam Pemberian

Tumpangan RumahSaat BanjirBesar ... 106

Grafik 4.4. Pergeseran Solidaritas Sosial Masyarakat dalam Pemberian

Tumpangan RumahSaat Banjir Kecil ... 108

Grafik 4.5. Pergeseran Solidaritas Sosial Masyarakat dalam Pemberian

Tumpangan Rumah Saat Banjir Besar ... 109

Grafik 4.6. Pergeseran Solidaritas Sosial Masyarakat dalam Pemberian

(17)

i

ABSTRAK

Banjir merupakan bencana alam yang sering dialami masyarakat perkotaan di Indonesia,khususnya daerah pinggiran sungai di mana keadaan air berlebihan merendam daratan. Hal ini yang membuat pemerintah di Indonesia lebih memperhatikan penduduk pinggiran sungai untuk menangani banjir. Dan masyarakat yang berada dalam satu kawasan di Indonesia, menyadari perbedaan yang ada di antara mereka bukanlah menjadi penghalang untuk hidup saling tolong menolong terutama karena persamaan nasib yakni sering mengalami bencana banjir. Akan tetapi, penurunan jumlah bantuan terjadi saat banjir kecil (kategori sedang) yang membawa suatu permasalahan yang kompleks bagi masyarakat sekitar Sungai sehingga terjadilah pergeseran solidaritas masyarakat Sungai Deli pada masyarakat yang terkena banjir. Tujuan dari penelitian ini untuk mendeskripsikan pergeseran solidaritas sosial pada masyarakat yang terkena banjir untuk menjawab permasalahan tersebut. Penelitian ini menggunakan teori Emile Durkheim tentang Solidaritas Organis di kota yang didukung dengan studi-studi lain tentang solidaritas masyarakat saat terjadi banjir.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif yaitu menggunakan metode survei yang dilakukan dengan cara pengambilan sampel dengan total sampling sebanyak 94 orang dari total keseluruhan yang tinggal di sekitar Sungai Deli, Kelurahan Sukaraja, yang diteliti dari 3 lingkungan di Sukaraja yang terkena banjir, yaitu lingkungan IV sebanyak 28 orang, lingkungan V sebanyak 38 orang, dan lingkungan VIII sebanyak 28 orang. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan melalui wawancara terstruktur dengan menggunakan kuesioner.

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa bentuk pergeseran solidaritas sosial masyarakat Sungai Deli ini yaitu dengan berkurangnya jumlah bantuan makanan yang diberikan masyarakat sekitar saat banjir kecil (banjir sedang) terjadi dibandingkan bantuan makanan saat banjir besar. Dalam hal ini, dapat diketahui adanya pergeseran solidaritas sosial Sungai Delipada masyarakat yang terkena banjir. Seperti yang terlihat saat terjadi banjir besar di tahun 2011 bantuan makanan yang diberikan sangat banyak yaitu nilai rata-rata bantuan masyarakat sebesar 4,94. Sedangkan saat terjadi banjir kecil belakangan ini bantuan makanan yang diberikan masyarakat menurun jumlahnya dengan nilai rata-rata bantuan masyarakatmenjadi 1,18 dengan bantuannya sedikit. Selain dalam bentuk makanan, pergeseran solidaritas masyarakat Sungai Deli juga dapat dilihat dari berkurangnya rata-rata bantuan yang diberikan masyarakat sekitar dalam memberikan tumpangan rumah dan memindahkan barang-barang saat terjadinya banjir besar dan banjir kecil. Karena nilai rata-rata pemberian tumpangan rumah saat terjadi banjir besar sebesar 2,36 tergolong sedikit sedangkan saat banjir kecil belakangan ini, sebesar 1,0 yang tergolong tidak ada bantuan. Sedangkan bantuan pemindahan barang saat banjir besar nilai rata-ratanya sebesar 1,68 tergolong sedikit namun saat banjir kecil belakangan ini, nilai rata-rata sebesar 1,01 tergolong tidak ada bantuan. Dalam artian, saat banjir kecil, solidaritas sosial dalam pemberian bantuan makanan, tumpangan rumah dan pemindahan barang cenderung semakin sedikit dibandingkan saat terjadi banjir besar. Pergeseran solidaritas sosial pada masyarakat yang terkena banjir terjadi disebabkan oleh faktor-faktor seperti perekonomian yang menurun, dan semakin berkurangnya kesadaran/kepedulian masyarakat akan pentingnya memberikan bantuan kepada mereka yang terkena banjir atau adanya sikap egoistik yang mementingkan diri sendiri.

(18)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Lingkungan adalah suatu sistem kompleks yang berada di luar individu

yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan organisme. Lingkungan

bersifat dinamis dalam arti berubah-ubah setiap saat. Perubahan dan perbedaan

yang terjadi baik secara mutlak maupun relatif dari faktor-faktor lingkungan

terhadap tumbuh-tumbuhan akan berbeda-beda menurut waktu, tempat dan

keadaan tumbuhan itu sendiri. Lingkungan dipandang sebagai tempat beradanya

manusia dalam melakukan segala aktivitas kesehariannya. Menurut Enger dan

Smith (dalam Kodoatie Robert dan Sugiyanto, 2002), lingkungan juga

didefenisikan sebagai semuanya (everything) yang berdampak pada suatu

organisme dalam proses kehidupannya.

Menurut Keller(dalam Kodoatie Robert dan Sugiyanto,

2002:5),lingkungan dapat dipertimbangkan sebagai kondisi total yang

mengelilingi sebuah individu atau komunitas. Lingkungan dapat didefinisikan

meliputi dua bagian: Yang pertama, kondisi-kondisi fisik seperti udara, air,

daratan, lautan, udara, tumbuh-tumbuhan, binatang yang memberikan

efek/dampak pertumbuhan dan perkembangan dari sebuah individu atau sebuah

komunitas; dan yang kedua aspek sosial dan budaya seperti etika, ekonomi,

estetika yang memberikan dampak.Dengan demikian, lingkungan hidup diatur

secara hukum karena faktor biotik dan abiotik lingkungan harusnya tetap dijaga

dengan cara membuat kebijakan ataupun peraturan agar masyarakat yang merusak

(19)

2

UU No. 32 tahun 2009, lingkungan hidupadalah kesatuan ruang dengan

semua benda, daya, keadaan, dan makhluk

hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu

sendiri,kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk

hidup lain.

Lingkungan hidup menyediakan kebutuhan-kebutuhan hidup manusia.

Begitupun sebaliknya, kehidupan manusia sangat tergantung pada tersedianya

sumber daya alam yang memadai dalam lingkungan hidup. Manusia dan

lingkungan hidup selalu terjadi interaksi timbal balik, manusia mempengaruhi

lingkungan dan sebaliknya manusia dipengaruhi oleh lingkungan hidupnya.

Persoalan lingkungan mulai menjadi topik dunia ketika manusia mulai merasakan

dampaknya yang semakin meluas yakni terlihat pada banyaknya bencana yang

terjadi di muka bumi ini akibat berbagai aktivitas manusia itu sendiri seperti

banjir, pencemaran air akibat limbah industri, dan lain sebagainya. Dalam kondisi

seperti ini, lingkungan hidup perlu diatur dan dikelola dengan baik sehingga dapat

memberikan manfaat yang optimal, mencukupi kebutuhan generasi saat ini tanpa

harus mengurangi kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan kehidupan

generasi yang akan datang.

Masalah lingkungan hidup merupakan persoalan kolektif yang

membutuhkan partisipasi bersama dari semua komponen bangsa, dan harus ada

upaya serius untuk mengatasinya, misalnya dengan membudayakan kepekaan dan

cinta lingkungan hidup melalui institusi pendidikan, dengan tujuan untuk

menginternalisasikan dan menanamkan nilai-nilai budaya yang cinta akan

lingkungan hidup.Masalah lingkungan hidup sebenarnya sudah lama terjadi

(20)

3

makin dipercepat karena meningkatnya aktivitas manusia dan sifat manusia yang

serakah. Di negara-negara berkembang, umumnya pemerintah disibukkan dengan

program pengentasan kemiskinan, penyediaan lapangan kerja, permukiman

kumuh, namun dengan adanya kesepakatan internasional dan era globalisasi, juga

dituntut melakukan pengendalian dampak lingkungan sehingga masalah

lingkungan hidup dapat diatasi dengan baik.

Manusia dan lingkungan pada hakekatnya, satu bangunan yang seharusnya

saling menguatkan karena manusia amat bergantung pada lingkungan sedang

lingkungan juga bergantung pada aktivitas manusia. Namun, dilihat dari sisi

manusia maka lingkungan adalah sesuatu yang pasif, sedangkan manusia lah yang

aktif, sehingga kualitas lingkungan amat bergantung pada kualitas manusia.

Sayangnya, manusia sering lupa bahwa lingkungan yang berkualitas buruk juga

akan berpengaruh pada kualitas kehidupannya juga. Jelaslah, bahwa subyek dari

kehidupan manusia dan kondisi lingkungan pada dasarnya adalah manusia itu

sendiri. Lebih baik manusia, akan lebih baik pula kualitas kehidupan dan

lingkungannya, sedangkan lebih buruk manusia tentu akan lebih buruk kualitas

kehidupan lingkungannya.Peristiwa pencemaran lingkungan mempunyai beberapa

komponen pokok untuk biasa disebut sebagai pencemaran, yakni: (1) lingkungan

yang terkena adalah lingkungan hidup manusia; (2) yang terkena akibat negatif

adalah manusianya; (3) di dalam lingkungan tersebut terdapat bahan berbahaya

yang juga disebabkan oleh aktivitas manusia.Bahan pencemar tersebut seperti

plastik, kaleng dan semacamnya.

Manusia tidak dapat melepaskan diri dari alam dan akan selalu tergantung

pada lingkungan alamnya. Menurut Enger dan Smith(dalam Kodoatie dan

(21)

4

merupakan material yang membuat kehidupan terjadi di bumi. Semua organisme

yang hidup tersusun dari sel-sel yang berisi air sedikitnya 60% dan aktivitas

metaboliknya mengambil tempat di larutan air. Untuk kepentingan manusia dan

kepentingan komersial lainnya, ketersediaan air dari segi kualitas maupun

kuantitas mutlak diperlukan.Di sisi lain, akibat pengelolaan yang salah, air bisa

menjadi bencana bagi kehidupan. Air yang berlebihan di suatu tempat akibat

hujan yang besar dapat menjadi banjir dan genangan yang menimbulkan kerugian

yang besar. Menurut Grigg (dalam Kodoatie dan Sugiyanto, 2002: 31), di

Amerika, secara umum banjir menyebabkan kerusakan yang lebih parah

dibandingkan dengan bencana alam lainnya. Lebih jauh, banjir merupakan

bencana alam yang paling merusak dan mahal.Karena kebutuhan untuk hidup

manusia akan mengeksploitasi sumber daya alam. Alam akan selalu memberi

semua miliknya yang diambil manusia. Namun, pada dewasa ini dengan

perkembangan penduduk yang demikian pesat aktivitas untuk mengeksploitasi

habis-habisan cenderung meningkat. Manusia lebih mementingkan pemenuhan

kebutuhannya tanpa melihat turunnya keseimbangan alam. Akibatnya, alam

membentuk keseimbangan baru yang pada intinya merugikan manusia. Degradasi

lingkungan meningkat, banjir dan longsor bertambah baik secara kualitas maupun

kuantitas.

Bencana alam merupakan permasalahan yang terjadi di seluruh negara,

sepertiyang terjadi di Indonesia. Letak Indonesia yang berada di pertemuan dua

lempeng benua menjadikan bangsa Indonesia sangat rentan terhadap bencana

alam. Letak geografis, terutama geologi Indonesia sangat berpengaruh besar yaitu

tempat bertemunya lempeng Australia, lempeng Asia, lempeng Pasifik yang

(22)

5

Bencana (BNPB) merilis jumlah bencana alam yang terjadi di Indonesia

sepanjang tahun 2011 mencapai angka 1.598. Jumlah tersebut memang terbilang

cukup besar namun lebih kecil ketimbang 2010 dengan jumlah 2.232 kasus.

Bencana hidrometeorologi seperti banjir, banjir bandang, kekeringan, tanah

longsor, puting beliung dan gelombang pasang merupakan jenis bencana yang

dominan di Indonesia. Data bencana tahun 2001-2011 menunjukkan bahwa

sekitar 89% dari total bencana di Indonesia didominasi Kota Medan merupakan

salah satu kota terbesar di Indonesia yang terdiri dari berbagai masyarakat yang

berasal dari suku dan budaya yang berbeda. Terutama di kota Medan cenderung

terjadi bencana banjir. Karena banjir tidak hanya menggenangi pemukiman warga

di kawasan bantaran sungai. Sejumlah kawasan juga terendam banjirseperti di

Kecamatan Sunggal, Maimun, Polonia, Marelan dan Kecamatan Tuntungan.

Ketinggian air di pemukiman warga rata-rata 30 cm.

Sejumlah jalan protokol seperti Jl. Krakatau Ujung, Jl. Keretaapi dan Jl. Letda

Sujono juga sempat terendam banjir pada Rabu malam. Air mulai surut menjelang

Kamis pagi. Ratusan personil TNI pagi itu,(6/1/2011), masih turun kelokasi untuk

mencari korban yang tenggelam di Perumahan Felamboyan, Kelurahan Tanjung

Selamat, Kecamatan Medan Sunggal, akibat banjir bandang dari sungai Belawan

yang berada dikawasan itu yang terjadi rabu malam, (5/1), tersebut

Beragam masyarakat yang ada di Kota Medan disebabkan oleh berbagai faktor

penarik yang ada sehingga banyak orang yang tertarik untuk pindah ke kota

tersebut. Penduduk kota memiliki ciri penting yaitu meliputi unsur agama, suku

(23)

6

sebagian besar penduduk kota Medan bersifat terbuka, karena banyak ragam suku

yang telah bermukim di kota Medan dan bertambah di setiap tahunnya.

Banjir merupakan permasalahan umum terjadi di sebagian wilayah

Indonesia, terutama di daerah padat penduduk misalnya di kawasan perkotaan.

Oleh karena itu, kerugian yang ditimbulkannya besar baik dari segi materi

maupun kerugian jiwa, maka sudah selayaknya permasalahan banjir perlu

mendapatkan perhatian yang serius dari kita. Dengan anggapan bahwa

permasalahan banjir merupakan masalah umum, sudah semestinya dari berbagai

pihak perlu memperhatikan hal-hal yang dapat mengakibatkan banjir dan sedini

mungkin diantisipasi, untuk memperoleh kerugian yang ditimbulkan(Kodoatie

Robert, 2002). Menurut data dari Kelurahan Sukaraja, banjir di kota Medan

cenderung terjadi, seperti yang dialami masyarakat Sungai Deli, kelurahan

Sukaraja. Mereka mengakui banjir besar (kategori gawat) terjadi pada tahun 1991,

2001, 2007, 2010, dan 2011 dengan ketinggian air 1,2 m-2 m lebih memasuki

rumah dan banjir kecil (kategori sedang) terjadi hampir setiap tahunnya setelah

banjir besar (kategori gawat) dengan ketinggian 0,5 m-1,2 m (Mistra, 2007).

Banjir kecil (kategori sedang) yang terjadi di kelurahan Sukaraja pada tahun 2000,

2003, 2009, 2014, 2015.

Program pengendalian banjir membutuhkan dana besar yang diperlukan

untuk pembiayaan pekerjaan-pekerjaan yang berkaitan dengan pengamanan

maupun pengendalian banjir. Di samping itu, masyarakat yang berada pada daerah

rawan banjir setiap saat memerlukan rasa aman dari pengaruh akibat banjir.

Dengan dana yang terbatas, pengendalian banjir harus dilakukan seoptimal

mungkin dan dilaksanakan menurut rencana dan prioritas yang baik.Akibat

(24)

7

meningkatkan nilai ekonomis penggunaan lahan. Oleh karena itu, di daerah yang

padat penduduknya, pekerjaan pengendalian banjir perlu ditingkatkan. Dengan

perkataan lain, pengendalian ini bertujuan untuk memperkecil tingkat resiko

bahaya/kerugian akibat banjir yang akan timbul(Kodoatie, 2002).

Nampaknya upaya pemerintah untuk mengendalikan banjir kalah cepat

dengan dampak akibat perubahan alam oleh aktivitas manusia. Sehingga untuk ke

depan semua orang harus merenung dan mengkaji ulang lagi konsep-konsep tata

ruang kota dikaitkan dengan peningkatan banjir dan genangan. Pada awal musim

penghujan (bulan November) tahun 2000 dan bulan-bulan awal tahun 2001,

bencana banjir terjadi di beberapa propinsi di Indonesia meliputi wilayah-wilayah

di Jawa Tengah (Semarang, Kebumen, Rembang), DIY (Bantul), Sumatera Barat,

Aceh, Manado dan juga Sumatera Utara.Dalam kurun waktu satu tahun, kerugian

akibat bencana alam di Indonesia tercatat Rp 1,5 trilyun. Bencana alam itu berupa

33 kali banjir, 25 kali tanah longsor, 14 kali gempa bumi, dll. Bencana alam itu

telah merenggut korban 692 jiwa manusia, ucap mantan WapresMegawati

Soekarnoputri pada pertemuan Badan Koordinasi Nasional (Bakornas)

Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi dengan gubernur, di Istana

Merdeka Selatan, Jakarta, Selasa (6/3) (Kompas, 7 Maret 2001).

Di Indonesia, walaupun waktu terjadinya banjir bervariasi hampir semua

daerah menghadapi bahaya banjir yang signifikan.Berdasarkan data Departemen

Sosial (dalam Kodoatie dan Sugiyanto, 2002), kerugian dan kerusakan akibat

banjir adalah sebesar 2/3 dari semua bencana alam yang terjadi. Setiap tahun,

hampir 300 peristiwa banjir terjadi menggenangi 150.000 ha merugikan sekitar

satu juta orang.Banjir merupakan peristiwa alam yang dapat menimbulkan

(25)

8

merusak bangunan sarana dan prasarana, dan lingkungan hidup serta merusak tata

kehidupan masyarakat. Banjir yaitusuatu keadaan aliran sungai dimana

permukaan airnya lebih tinggi daripada suatuketinggian tertentu (pada umumnya

disamakan dengan ketinggian bantaran) sungai.Untuk mengatasi permasalahan

banjir yang sesungguhnya perlu diketahui secara pasti faktor-faktor penyebab

terjadinya banjir.

Banjir yang terjadi di Kota Medan merupakan permasalahan yang sampai

saat ini belum bisa diatasi oleh Pemerintahan Kota Medan. Permasalahan tersebut

ditimbulkan beberapa diantaranya karena sistem drainase yang buruk, dan sampah

yang menumpuk di berbagai kawasan termasuk di sungai-sungai yang mengalir

sepanjang kota. Banjir di Medan sendiri merupakan suatu hal yang sudah biasa

terjadi di beberapa wilayah di Kota Medan. Kota Medan secara hidrologi

dipengaruhi dan dikelilingi oleh beberapa sungai besar dan anak sungai seperti

Sungai Percut, Sungai Deli, Sungai Babura, Sei Belawan dan sungai

lainnya.Misalnya banjir Medan terjadi akibat hujan deras yang mengguyur Medan

sejak Rabu (5/1/2011) malam hingga Kamis (6/1/2011) pagi mengakibatkan

ribuan rumah terendam banjir. Banjir terparahterjadi di kawasan bantaran Sungai

Deli dan Sungai Babura.Sungai Deli meluap akibat hujan deras yang terus

mengguyur Medan sehingga tidak dapat menampung debitair. Luapan itu juga

diduga akibat banjir kiriman dari arah hulu sungai sepanjang 71 kilometer

tersebut. Ketinggian air di kawasan Sungai Deli, terutama di Kelurahan Aur,

Kampung Baru dan kelurahan Sei Mati mencapai 1 meter.Namun di beberapa

tempat, terutama yang berada persis di tepian sungai, air terlihat hingga bubungan

(26)

9

medan.html). Sepertibanjir besar (kategori gawat) yang terjadi di Kelurahan Sukaraja yang mengakibatkan sebagian rumah dan barang warga hanyut.

Dalam pengendalian banjir, perlu diketahui kearifan lokal masyarakat di

sekitar sungai dalam menangani banjir. Berdasarkan UU Lingkungan Hidup No.

32 tahun 2009,kearifan lokal adalah nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tataa

kehidupan masyarakat untuk antara lain melindungi dan mengelola lingkungan

hidup secara lestari.Kearifan lokal yang dilakukan masyarakat sekitar sungai

yakni dengan menanam pohon bambu di pinggir sungai untuk menahan air

banjiragar tidak menggenangi rumahnya, sebagian wargaada yang membuang

sampah ke tempat sampah dan membakar sampah domestiknya di samping

rumahnya, dan sudah ada dibangun kanal di Delitua.Tetapi masyarakat sekitar

Sungai Deli cenderung membuang sampahnya ke sungai daripada membuang ke

tempat sampah karena petugas sampah tidak mengambil sampah mereka ke

daerah bawah, begitulah pengakuan mereka. Suksesnya program pengendalian

banjir juga tergantung dari aspek lainnya yang menyangkut sosial, ekonomi,

lingkungan, institusi, kelembagaan, hukum dan lainnya.

Sungai Deli merupakan salah satu dari delapan sungai di Kota Medan.

Belum diperoleh konfirmasi mengenai penyebab kiriman air dari hulu. Namun,

hutan di hulu sungai kian menyusut, area hutan di sana tinggal 7,5% dari 48

hektar Daerah Aliran Sungai Deli. Padahal, setidaknya diperlukan 30% area DAS

untukresapan air. Air sungai Deli kini sudah tercemar oleh berbagai macam

limbah baik itu dari pabrik maupun limbah rumah tangga. Sungai kini terkesan

kumuh dan menjijikkan. Hal ini menyebabkan air sungai Deli menjadi berwarna

keruh kehitam-hitaman dengan bau busuk yang menyengat, tak hanya itu sampah

(27)

10

ini. Kondisi Sungai Deli masih sangat memprihatinkan. Kondisinya mirip seperti

tong sampah umum, dimana segala macam sampah dibuang begitu saja oleh

orang-orang yang tak bertanggung jawab ke Sungai Deli. Hal ini terbukti dari

banyaknya sampah yang berhasil diangkat dari sungai dalam kegiatan

pembersihan sampah dari aliran Sungai dalam hitungan jam saja. Seperti yang

dilakukan masyarakat belakangan ini, aksi bersih sungai, satu ton sampah

diangkat dari Sungai Deli oleh warga kampung Aur, Kecamatan Medan Maimun

(SIB, 8/2/2015). Banyaknya sampah yang dibuangke Sungai Deli tersebutlahyang

menghambataliran air sungai saat hujan terus-menerus sehingga terjadilah banjir

di Sungai Deli.

Setiap manusia pasti melakukan interaksi sosial antar sesamanya. Interaksi

sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan

antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia maupun

antara orang-perorangan dengan kelompok manusia. Salah satu akibat bentuk

pertentangan (konflik), antara lain: tambahnya solidaritas dari in-grup. Apabila

suatu kelompok bertentangan dengan kelompok lain, maka solidaritas antara

warga-warga kelompok tersebut biasanya akan bertambah erat. Mereka bahkan

bersedia untuk berkorban demi keutuhan kelompoknya, dalam menghadapi

ancaman-ancaman yang datang dari luar (Soerjono Soekanto, 1982: 98). Salah

satu bentuk solidaritas sosial adalah bentuk kerja sama gotong royong. Gotong

royong merupakan ciri khas perilaku yang berhubungan dengan kehidupan

masyarakat kita sebagai petani (agraris). Gotong royong sebagai bentuk kerja

sama antar individu, antar individu dengan kelompok, dan antar kelompok,

membentuk suatu norma saling percaya untuk melakukan kerjasama dalam

(28)

11

2009:2). Begitu juga dengan solidaritas masyarakat sekitar yang rumahnya agak

jauh dari sungai, pada saat terjadi banjir, merekayang tidak terkena banjir

memberikan tumpangan rumahnya agar masyarakat yang terkena banjir tinggal

sementara di rumah mereka khususnya anak-anak dan para ibu karena rasa empati

dan kepedulian mereka, memberikan bantuan makanan dan gotong royong

memindahkan barang-barang warga yang terkena banjir. Oleh karena itu, dalam

pengendalian banjirdibutuhkanpartisipasi masyarakat sekitar sungai dalam

menjaga kebersihan sungai dan solidaritas sosial (kesetiakawanan) masyarakat

Sungai Delidalam menangani banjir yang disebabkan dari meluapnya sungai

akibat banyaknya sampahdibuang ke sungai dan sedimentasi sungai.Selain itu,

dibutuhkan juga solidaritas masyarakat atasyang tinggalnyaagak jauh dari sungai

Deli dalam membantu masyarakat yang terkena banjir seperti memberikan

bantuan makanan berupa mie instan, beras,nasi bungkus, tumpangan tinggal, dan

pemindahan barang-barang sementarake rumah atas.

Setiapkehidupan masyarakat, manusia senantiasa mengalami suatu

perubahan. Perubahan-perubahan pada kehidupan masyarakat tersebut merupakan

fenomena sosial yang wajar, oleh karena setiap manusia mempunyai kepentingan

yang tak terbatas. Perubahan-perubahan akan nampak setelah tatanan sosial dan

kehidupan masyarakat yang baru. Kehidupan masyarakat desa, dapat

dibandingkan dengan tatanan dan kehidupan masyarakat yang baru. Dahulu

masyarakat desadalam khasanah sosiologidisebut masyarakat primer sebagai pola

solidaritasnya adalah solidaritas mekanis. Namun, kini proses solidaritas sosial

dan tingkat partisipasi tidak berjalan sebagaimana mestinya. Proses memudarnya

ikatan kerjasama itu disebabkan berbagai faktor, misalnya: masuknya nilai-nilai

(29)

12

globalisasi dan informasi telah terjadi perubahan pada berbagai aspek dan sistem

kehidupan manusia, termasuk pada masyarakat desa dan kota. Pengaruh

globalisasi menyebabkan masyarakat desa transisi dan kota. Masyarakat desa

transisi merupakan masyarakat yang di dalamnya terdapat masyarakat asli yang

sudah turun-temurun tinggal didesa tersebut dan masyarakat pendatang yang baru

bertempat tinggal di desa tersebut. Karakteristik masyarakat transisi ini meliputi:

terjadinya tumpang tindih antara nilai-nilai tradisional dengan prosesmodern

(Zulkarnain, 2009). Begitu juga dengan solidaritas masyarakat kota transisi yang

berarti terdapat tumpang tindih antara nilai-nilai tradisional yang dianut

masyarakat asli yang lahir dikota dengan nilai-nilai modern yang dianut

masyarakat pendatang yang dari desa dan berpadulah solidaritas mekanis dan

organisnya.

Di satu sisi, nilai-nilai modern yang mempengaruhi perilaku kehidupan

masyarakat kelurahan/kota untuk meninggalkan nilai-nilai tradisional, di sisi lain

nilai-nilai tradisional yang positif harus bisa dipertahankan dan tidak harus

dihilangkan, akan tetapi dikelola secara proporsional dan fungsional, seperti

solidaritas dalam bentuk gotong royong dan tolong menolong, serta partisipasi

secara sukarela. Kondisi tersebut di masyarakat yang letaknya di pinggiran kota.

Karena kemajuan komunikasi dan kecenderungan menjadi pusat perdagangan

serta lalu lintas komunikasi yang akan mengalami perubahan drastis. Perubahan

ini akan paling terasa pada masyarakat desa transisi dan masyarakat kota tersebut

dalam pergeseran solidaritas (Zulkarnain, 2009:3). Begitu juga dalam masyarakat

Sungai Deli, Kelurahan Sukaraja pun terjadipergeseran solidaritas masyarakat

sekitar Sungai dalam hal memberikan bantuan makanan, tumpangan rumah dan

(30)

13

keseringan terjadi banjir di sana.Pergeseran solidaritas masyarakat yang dirasakan

masyarakat sekitar adalah semakin berkurangnya bantuan yang diberikan kepada

mereka yang terkena banjir kecil (banjir sedang). Dulunya pada tahun 1991, 2001,

2007, 2010 dan 2011, saat terjadinya banjir besar/kategori banjir gawat (dengan

ketinggian air di atas 1,2 m- 2 m lebih memasuki rumah), banyak bantuan

makanan yang diberikan dari etnis Cina di daerah atas, perusahaan Lion Air,

lurah, partai politik. Tetapi kalau terjadi banjir kecil/banjir sedang (ketinggian

air0,5-1,2 m memasuki rumah),semakin sedikit masyarakat yang membantu

korban yang terkena banjir bahkan hanya kepala lingkungan mereka yang

memberikan bantuan berupa mie instan, nasi bungkus, tumpangan rumah

sementara, dan pemindahan barang, begitu lah pengakuan Bu Mardiana, warga

lingkungan V yang sering terkena banjir.Hal ini terjadi karena penghuni masih

bisa berdiam di rumah paling tidak di bawah atap rumah (loteng). Berkurangnya

solidaritas masyarakat dalam bentuk bantuan makanan yang diberikan tersebut

karena faktor keuangan keluarga yang mengalami penurunan nilaidisebabkan

karenabiasanya banjir terjadi di awal dan akhir tahun.

Karena permasalahan banjir dan pergeseran solidaritassosial tersebut lah

yang menarik perhatian penulis meneliti tentang Pergeseran Solidaritas Sosial

pada Masyarakat yang Terkena Banjir.Agar masyarakat dapat mengendalikan

banjir dengan menjaga kelestarian sungai,masyarakat sekitar dan pengguna jalan

raya diharapkantidak membuang sampah ke sungai, menanam bambu, dan

menggunakan kanal di Delitua untuk mencegah terjadinya banjir jika hujan terus

menerus sehingga masyarakat yang terkena banjir tidak selalu bergantung pada

bantuan orang lain meskipunjika terjadi banjir besar, solidaritas masyarakat

(31)

14

1.2.Rumusan Masalah:

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah penelitian ini

adalah:

1. Apakah ada atau tidak pergeseran solidaritas sosialsekitar Sungai

DeliKelurahan Sukaraja, Kecamatan Medan Maimun, pada masyarakat

yang terkena banjir?

2. Bagaimana pergeseran solidaritas sosial sekitar Sungai Deli pada

masyarakat yang terkena banjir?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan yang

diharapkan dan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah ada atau tidak pergeseran solidaritas sosial

sekitarSungai Deli Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Medan Maimun, pada

masyarakat yang terkena banjir?

2. Bagaimana pergeseran solidaritas sosial sekitar Sungai Deli pada

masyarakat yang terkena banjir?

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan akan memenuhi manfaat penelitian antara lain:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan

kajian ilmiah untukmeningkatkan dan mengembangkan konsep-konsep sosiologi,

(32)

15

yang juga dijadikan sebagai bahan rujukan untuk penelitian bagi mahasiswa

sosiologi selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari hasil penelitian ini diharapkan memberi kontribusi

sebagai bahan pertimbangan dalam menangani terjadinya banjir agar masyarakat

sekitar daerah aliran sungai tidak kesulitan menanggulanginya jika bantuan

solidaritas masyarakat dari luar kelurahan berkurang dan agar mereka tetap

menjaga solidaritas masyarakat sekitarnya dalam bantuan makanan dan tolong

menolong yang diberikan dalam menangani banjir yang terjadi.

1.5. Defenisi Konsep

Dalam penelitian ilmiah, defenisi konsep sangat diperlukan untuk

memfokuskan penelitian sehingga memudahkan penelitian. Konsep adalah

defenisi abstraksi mengenai gejala atau realita ataupun pengertian yang nantinya

akan menjelaskan suatu gejala (Moleong, 2006:667). Berdasarkan uraian di atas

dan berdasarkan topik permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, dapat

diambil batasan dalam konseptual, yaitu sebagai berikut:

1.5.1. Banjir

Banjir adalahperistiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan

merendam darata

perendaman sementara oleh air pada daratan yang biasanya tidak terendam

air.Dalam arti "air mengalir", juga dapat berarti masuknya

(33)

16

meluap/menjebol bendungan sehingga air keluar dari batasan alaminya.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir).

1.5.2. Solidaritas Sosial

Solidaritas sosial adalah kesetiakawanan yang menunjuk pada satu

keadaan hubungan antara individu atau kelompok yang didasarkan pada perasaan

moral dan kepercayaan yang dianut bersama yang diperkuat oleh pengalaman

emosional bersama. Solidaritas sosial dibagi dua yaitu: pertama, mekanik adalah

solidaritas sosial yang didasarkan pada suatu “kesadaran kolektif” bersama yang

menunjuk pada totalitas kepercayaan-kepercayaan dan sentimen-sentimen

bersama yang rata-rata ada pada warga masyarakat yang sama itu, cita-cita, dan

komitmen moral. Sedangkan yang kedua, organik adalah solidaritas yang muncul

dari ketergantungan antara individu atau kelompok yang satu dengan yang lainnya

akibat spesialisasi jabatan (pembagian kerja).

1.5.3. Pergeseran Solidaritas Sosial

Pergeseran solidaritas sosial adalah perubahan yang terjadi dalam

masyarakat dalam hal memberikan bantuan dan tolong menolongyang semakin

sedikit kepada masyarakat yang terkena banjir. Dalam kehidupannya, masyarakat

yang memberikan bantuan kepada warga yang terkena banjir semakin berkurang

jumlahnya dari tahun ke tahun.

1.5.4. Masyarakat Sekitar Sungai

Masyarakat sekitar sungai adalah sekelompok orang yang tinggal/ hidup

(34)

17

sungainyadengan jarak 50 sampai 100 meter dan merupakan kawasan sempadan

sungai dan daerah Slum area yang ditempati oleh masyarakat.

Masyarakatsekitar Sungaimerupakan masyarakat yang sering terkena

genangan air banjir termasuk yang tinggal di dekat sungai. Masyarakat banjir

biasanya mengetahui kapan banjir akan terjadi dan telah terbiasa menghadapi

banjir tersebut. Berbagai faktor mempengaruhi terjadinya banjir di tempat tinggal

mereka seperti tanah tempat tinggal mereka yang rendah. Akibatnya apabila hujan

terus-menerus, banjir akan menggenangi jalanan yang berada di depan rumah

masyarakat ini bahkan sampai masuk ke dalam halaman dan rumah.

1.6. Defenisi Operasional Variabel

Defenisi operasional adalah merupakan unsur-unsur penelitian yang

memberitahukan bagaimana caranya mengukur variabel (Singarimbun, 1989:34).

Konkritnya, defenisi operasional variabel adalah berisikan tentang

indikator-indikator (pengukur) suatu variabel sedangkan indikator-indikator adalah faktor-faktor atau

kejadian-kejadian yang digunakan untuk mengukur variabel.Adapun variabel

penelitian ini menurut kebutuhan penelitian ini, yaitu:

a. Variabel Solidaritas Sosial Sekitar Sungai Deli .

Untuk dapat mengukur variabel ini, maka peneliti memberikan

indikator-indikator solidaritas masyarakat sebagai berikut:

1. Masyarakat yang memberikan bantuan makanan berupa mie instan, beras, nasi

bungkus, telur,dan gula.

2. Masyarakat yang memberikanbantuan berupa tumpangan tinggal di rumahnya.

3. Masyarakat yang memberikan bantuan dengan memindahkan barang-barang

(35)

18

b. VariabelMasyarakat yang Terkena Banjir

Yang menjadi indikator masyarakat yang terkena banjir adalah:

1. Masyarakat berdasarkan jenis kelamin.

2. Masyarakat berdasarkan usia.

3. Masyarakat berdasarkan agama.

4. Masyarakat berdasarkan suku bangsa.

5. Masyarakat berdasarkan pendidikan terakhir.

6. Masyarakat berdasarkan pekerjaan.

(36)

19

BAB II

KERANGKA TEORI

2.1. Peristiwa Banjir Medan

Banjir ialah keadaan air yang menenggelami atau mengenangi sesuatu

kawasan atau tempat yang luas. Ukuran danau atau badan air terus berubah-ubah

sesuai perubahan curah hujan dan pencairan salju musiman, namun banjir yang

terjadi tidak besar kecuali jika air mencapai daerah yang dimanfaatkan manusia

seperti desa, kota, dan permukiman lain

banjir/genangan yang terjadi pada daerah yang biasanya tidak terjadi banjir dan

kedua peristiwa banjir terjadi karena limpasan air banjir dari sungai karena debit

banjir tidak mampu dialirkan oleh alur sungai atau debit banjir lebih besar dari

kapasitas pengaliran sungai yang ada (Kodoatie, 2002). Peristiwa banjir sendiri

tidak menjadi permasalahan, apabila tidak mengganggu terhadap aktivitas atau

kepentingan manusia dan permasalahan ini timbul setelah manusia melakukan

kegiatan pada daerah dataran banjir. Maka, perlu adanya pengaturan daerah

dataran banjir, untuk mengurangi kerugian akibat banjir.

Banjir juga dapat terjadi di sungai, ketika alirannya melebihi kapasitas

saluran air, terutama di kelokan sungai. Banjir sering mengakibatkan kerusakan

rumah dan pertokoan yang dibangun di dataran banjir sungai alami. Meski

kerusakan akibat banjir dapat dihindari dengan pindah menjauh dari sungai dan

badan air yang lain, orang-orang menetap dan bekerja dekat air untuk mencari

(37)

20

lancar dekat perairan. Manusia terus menetap di wilayah rawan banjir adalah bukti

bahwa nilai menetap dekat air lebih besar daripada biaya kerusakan akibat banjir

periodik. Banjir berlaku apabila sesuatu kawasan, selalunya kawasan rendah,

ditenggelami dengan air. Banjir yang buruk biasanya akan berlaku apabila air

sungai melimpah tebing sungai berkenaan. Banjir berlaku apabila tanah dan

tumbuh-tumbuhan tidak dapat menyerap ke semua air

di atas tanah berkenaan. Air ini tidak dapat ditampung oleh aliran sungai atau

kolam semula jadi atau disimpan dalam tempat takungan air buatan manusia.

Akibat hujan deras yang melanda Medan, ribuan rumah yang ada di lima

daerah Kecamatan kota Medan terendam banjir. Debit air di pemukiman warga,

terutama di bantaran Sungai Deli cenderung naik. Warga dihimbau mengungsi

dan tidak bertahan di rumah mengantisipasi hal yang tidak diinginkan. Imbauan

untuk mengungsi telah disampaikan kepada warga di lokasi banjir di Kecamatan

Medan Polonia sejak Kamis (4/1/2011) siang. Sebagai antisipasi, pihak kecamatan

mendirikan tenda penampungan di sejumlah titik, termasuk di samping kantor

Camat Medan Polonia. Pihak kecamatan juga mendirikan dapur umum karena

peralatan masak warga ikut terendam banjir.

Wilayah Kecamatan Medan Maimun menjadi kawasan terparah akibat

bencana banjir besar yang melanda Kota Medan dan sekitar di Sumatera Utara.

Enam kelurahan di kecamatan ini ikut diterjang luapan air Sungai Deli yang

mengalir di tengah Kota Medan. Enam kelurahan tersebut adalah Kelurahan Aur,

Kelurahan Kampung Baru, Kelurahan Jati, Kelurahan Sukaraja, Kelurahan

Hamdan dan Kelurahan Sei Mati. Totalnya, hampir sekitar 3.000 rumah warga

(38)

21

kota, namun dalam bencana banjir kali ini, wilayah Kecamatan Medan Maimun

terkena dampak paling buruk. Sebelumnya, di akhir tahun 2010, Kelurahan Aur

juga sempat terendam banjir. Saat itu, Sungai Deli yang meluap juga sempat

mencapai ketinggian hingga satu meter dan merendam ratusan rumah di kawasan

itu. Bahkan, Dinas Kesehatan Medan juga sempat menurunkan tim medis untuk

mengantisipasi munculnya berbagai penyakit. Pada saat banjir tahun 2011 lalu

terjadi puluhan posko sudah didirikan di sekitar Kecamatan Medan Maimun

tersebut untuk menampung para korban banjir. Selain itu, sejumlah dapur umum

juga dibuat untuk menyediakan makanan bagi para korban. Dapur umum yang

terdapat di Jalan Brigjen Katamso menjadi yang terbanyak dan di kantor lurah

Sukaraja dijadikan dapur untuk memasakmie instan, nasi dan ikan. Kota Medan

dilanda banjir terbesar dalam satu dekade terakhir. Ribuan rumah warga terendam

akibat luapan sungai yang tak mampu menampung debit air dari hulu.

2.2. Solidaritas Sosial

Konsep solidaritas sosial merupakan kepedulian secara bersama kelompok

yang menunjukkan pada suatu hubungan antara individu dan/atau kelompok yang

didasarkan pada persamaan moral, kolektif yang sama, dan kepercayaan yang

dianut serta diperkuat oleh pengalaman emosional (Jhonson, 1981). Prinsip

solidaritas sosial adalah saling tolong menolong, bekerja sama, saling membagi

hasil panen, menyokong proyek, secara keuangan dan tenaga kerja dan lainnya.

Menurut Redfield (dalam Laiya, 1983:5), solidaritas sosial adalah kekuatan

persatuan internal dari suatu kelompok.

Solidaritas juga dipengaruhi interaksi sosial yang berlangsung karena

(39)

22

(community sentiment), unsur-unsurnyamenurut Redfield (dalam Laiya, 1983)

meliputi: (1) Seperasaan, yaitu karena seseorang berusaha mengidentifikasi

dirinya dengan sebanyak mungkin orang dalam kelompok tersebut, sehingga

kesemuanya dapat menyebutkan dirinya sebagai kelompok kami (warga);

Sepenanggungan, yaitu setiap individu sadar akan peranannya dalam kelompok

dan keadaan masyarakat sendiri sangat memungkinkan peranannya dalam

kelompok yang dijalankan; dan saling butuh, yaitu individu yang tergantung

dalam masyarakat setempat merasakan dirinya tergantung pada komunitasnya

meliputi fisik maupun psikologinya.

Kelompok sosial sebenarnya merupakan sel-sel suatu masyarakat.

Ketahanan seseorang tergantung pada partisipasinya dalam kehidupan sosial atau

pada penggunaan hasil kehidupan bersama. Suatu kelompok sosial merupakan

suatu masyarakat dalam bentuknya yang paling kecil.Solidaritas sosial merupakan

kohesi yang ada antara anggota suatu asosiasi, kelompok, kelas sosial atau kasta,

dan di antara berbagai pribadi, kelompok, maupun kelas-kelas yang membentuk

masyarakat atau bagian-bagiannya. Kohesi ini berakar pada struktur dan

proses-proses esensial seperti kelompok kekerabatan, bahasa atau agama yang sama, dan

wilayah tempat tinggal. Selain itu, akarnya adalah hubungan antara pria dan

wanita dan saling ketergantungannya, partisipasi dalam suatu organisasi ekonomi

yang rumit, maupun pengalaman hidup yang pahit dan membahagiakan.

Solidaritas sosial ini menghasilkan persamaan, saling ketergantungan, dan

pengalaman yang sama, merupakan unsur pengikat bagi unit-unit kolektif seperti

keluarga, rukun tetangga, komuniti, dan negara. Walaupun tampak samar, gejala

(40)

23

kekuatannya, menentukan sampai sejauh mana suatu masyarakat dan

bagian-bagiannya merupakan kesatuan yang terintegrasi.

Pada umumnya, dikenal adanya dua tipe mendasar solidaritas sosial, dalam

bentuk ekstrimnya, sehingga dalam kenyataan ditemukan derajat-derajat tertentu

di antara kedua tipe mendasar itu. Herbert Spencer mengingatkan pada fakta

bahwa unsur-unsur solidaritas sosial berubah apabila kebudayaan berakumulasi

dan peradaban bertambah rumit. Defenisi evolusi sebagai suatu transisi,

menunjukkan hakikat perubahan. Menurut Spencer, evolusi merupakan transisi:

Spenser menganggap perubahan dari suatu persatuan persamaan ke arah taraf

kohesi disebabkan karena pengkhususan, pembagian kerja, dan saling

ketergantungan antara berbagai bagian masyarakat. Hal itu semua merupakan

faktor utama dalam evolusi.

Walaupun terdapat perbedaan kecil, menurut Emile Durkheim, terdapat

dua tipe solidaritas sosial mendasar. Yang satu dilandaskan pada persamaan,

sedangkan yang lain didasarkan pada perbedaan sebagai kurang mandirinya

berbagai bagian masyarakat. Kohesi yang timbul karena persamaan ras, kerabat,

bahasa, tempat tinggal, kepercayaan politik, agama, pengalaman, dan ciri-ciri,

timbul secara serta merta. Durkheim menamakannya solidaritas mekanis.

Persamaan mendasar tersebut juga menjadi sumber bagi bentuk kehidupan

bersama yang oleh Tonnies disebut gemeinschaft yang merupakan kreasi

kehendak kelompok yang alamiah. Tipe solidaritas ini penting bagi kelompok

kecil yang terisolasi,homogen dan statis. Tipe solidaritas itu lemah pada

masyarakat yang populasinya besar, heterogen, mobilitas tinggi, dan yang

kompleks, dan mempunyai mobilitas tinggi, maka tipe solidaritas ini akan

(41)

terus-24

menerus. Apabila masyarakat yang kecil, bersahaja, elementer, dan stabil berubah

menjadi besar, interdependen, solidaritas sosial ini kuat di tempat-tempat yang

hampir tak ada pembagian kerja. Misalnya, pada bidang ekonomi, persamaan

mengakibatkan terjadinya persaingan dan pertikaian dan bukan kohesi. Tipe

solidaritas kedua oleh Durkheim dinamakan solidaritas organis. Solidaritas ini

didasarkan pada perbedaan. Akan tetapi, perlu dicatat bahwa tidak semua

perbedaan sosial mengakibatkan terjadinya kohesi, oleh karena ada unsur tertentu

yang efeknya berbeda. Perbedaan yang berperan terhadap kohesi sosial adalah

yang saling melengkapi atau merupakan pasangan. Misalnya, perbedaan antara

wanita dengan pria menyebabkan kedua jenis kelamin itu saling tergantung satu

dengan lainnya.

Kedua tipe solidaritas tersebut dapat ditemukan pada hampir setiap

kehidupan bersama atau kelompok sosial. Akan tetapi, pada kasus tertentu, tipe

pertama lebih relevan, sedangkan pada kasus lain, yang lebih penting adalah tipe

yang kedua. Pada umumnya, pada kelompok kecil yang terisolasi, peranan

solidaritas mekanis sangat besar. Pada titik ekstrim lain, pada urbanisasi

hampir-hampir tidak ada solidaritas mekanis, dan masyarakat tergantung pada solidaritas

organis. Oleh karena itu, contoh masyarakat yang solidaritas mekanisnya berperan

adalah masyarakat bersahaja yang masih kurang berhubungan dengan dunia luar.

Akan tetapi, pengaruh solidaritas masih ada pada masyarakat pedesaan, yang

warganya masih bertani untuk konsumsi keluarga atau bagi pasaran setempat.

Secara umum, konsepsi Spencer dapat diperbaiki dengan menafsirkan bahwa

kalau terjadi perkembangan sosial evolusioner, maka solidaritas berdasarkan

homogenitas akan pudar. Selanjutnya, akan terjadi pembagian kerja yang akan

(42)

25

Solidaritas di kota metropolitan cenderung dilandaskan pada hubungan

formal dan kontraktual yang timbul dari pembagian kerja, spesialisasi, dan suatu

taraf interdependensi tertentu antara berbagai unit sosial. Tipe solidaritas tersebut

agak kurang stabil, karena mudah terpengaruh oleh proses-proses dan kekuatan

perubahan sosial. Apabila solidaritas timbul dari persamaan, maka efeknya positif.

Efek negatif terjadi apabila solidaritas itu tidak timbul dari persamaan tetapi dari

perbedaan. Menurut Durkheim, sosiolog Prancis (1858-1917), masyarakat kota

berbeda dengan masyarakat pedesaan pada jenis solidaritasnya. Di pedesaan yang

dominan adalah solidaritas mekanis, sedangkan di perkotaan solidaritas organis.

Solidaritas mekanis adalah suatu solidaritas dari kemiripan (resemblance).

Ciri-ciri utamanya adalah bahwa perbedaan di antara para individunya amat kecil.

Mereka sebagai anggota dari kolektivitas yang sama, memiliki kemiripan karena

merasakan emosi yang sama, mendambakan nilai-nilai yang sama dan

mensucikan perkara-perkara yang sama.

Masyarakat sederhana memiliki bentuk solidaritas sosial yang berbeda

dengan bentuk solidaritas sosial pada masyarakat modern. Masyarakat sederhana

mengembangkan bentuk solidaritas sosial mekanik, sedangkan masyarakat

modern mengembangkan bentuk solidaritas sosial organik. Jadi, solidaritas sosial

masyarakat terdiri dari dua bentuk yaitu:

1. Solidaritas sosial mekanik.

Pada saat solidaritas mekanik memainkan peranannya, kepribadian tiap

individu boleh dikatakan lenyap, karena ia bukanlah diri indvidu lagi, melainkan

hanya sekedar makhluk kolektif. Jadi, masing-masing individu diserap dalam

(43)

26 2. Solidaritas sosial organik

Solidaritas organik berasal dari semakin terdiferensiasi dan kompleksitas

dalam pembagian kerja yang menyertai perkembangan sosial. Durkheim

merumuskan gejala pembagian kerja sebagai manifestasi dan konsekuensi

perubahan dalam nilai-nilai sosial yang bersifat umum.

Pada solidaritas organis terdapat konsensus mufakat serta kesatuan

keterlibatan pada kolektivitas. Ini sebagai ekspresi dari diferensiasi tadi.

Durkheim menyebut solidaritasnya yang dihasilkan oleh diferensiasi itu organis,

karena ia mengasosiasikannya dengan organisme hidup yang bagian-bagiannya

tidak sama (memiliki tugas yang berbeda-beda). Masyarakat dengan solidaritas

organis berlainan sekali dengan masyarakat primitif (sederhana) yang bercirikan

solidaritas mekanis. Masyarakat pedesaan dalam kondisi demikian itu bersifat

segmental, artinya situasinya serba lokal, serba terpencil. Karena komunikasinya

dengan dunia luar juga serba terbatas. Tetapi pembagian kerja menurut Durkheim

adalah diferensiasi mata pencaharian dan pembiakan kegiatan berindustri

merupakan ekspresi saja dari diferensiasi sosial. Adapun ini bersumber pada

solidaritas mekanis dan struktur segmental. Pada masyarakat yang bercirikan

diferensiasi pada individunya, setiap orang memiliki kebebasan untuk percaya,

menginginkan dan berbuat sesuai dengan yang dikehendakinya sendiri dalam

segala situasi. Sebaliknya di dalam masyarakat yang bersolidaritas mekanis,

sebagian besar dari eksistensi diatur oleh berbagai keharusan, perintah dan

larangan atau pantangan sosial. Sebutan sosial di sini adalah keharusan dan

larangan tersebut dikenakan atas mayoritas dari kelompok. Adapun individu

diharapkan mengakui aneka keharusan dan larangan tadi sebagai kekuasaan pihak

(44)

27

Kekuatan mufakat kolektif itu berimpit dengan luas jangkauannya. Makin

kuat mufakat kolektif, maka hiduplah kemarahan orang terhadap kejahatan, dan

orang loyal terhadap pengetatan larangan sosial. Sebenarnya mufakat kolektif itu

mengenalpengkhususannya pula. Tiap perbuatan dalam kehidupan

kemasyarakatan, khususnya pada upacara-upacara keagamaan terdapat ketelitian

yang ekstrim, yaitu apa-apa yang harus dilakukan dan dipercaya.Sebaliknya,

menurut Durkheim pada solidaritas organis terjadilah pengurangan suasana yang

dikehendaki oleh mufakat kolektif serta pelembekan terhadap reaksi kolektif

terhadap pengetatan larangan. Di situ, individu memiliki keleluasan untuk

menafsirkan suatu keharusan sosial. Misalnya, jika dalam masyarakat

bersolidaritas mekanis orang menerima saja upah sebagai hasil kerjanya, maka

pada masyarakat bersolidaritas organis orang harus menerima upahnya sesuai

dengan haknya yang pantas. Dengan demikian, Durkheim menyimpulkan bahwa

sebenarnya individu itu tak terjadi karena masyarakat, tetapi masyarakat terjadi

karena individu(http://tutorialkuliah.blogspot.com/2009/06/teori-tindakan dan

teorisistem talcott.html).

2.2.1. Solidaritas Kelompok Masyarakat

Dalam kehidupan bersama manusia terdapat solidaritas kelompok atau

kesetiakawanan antar individu dalam kelompoknya. Terdapat solidaritas

kelompok yang tinggi, apabila tiap anggota kelompok mengalami bahwa tugas

kewjiban yang diserahi kepada masing-masing, dalam berbagai macam keadaan,

memang dikerjakan baik sesuai yang diharapkan sebelumnya; dengan kata lain

terdapat solidaritas yang tinggi dalam kelompok, tergantung kepercayaan

Gambar

Tabel 3.1. Jumlah Populasi.
Tabel 4.1 IdentitasRespondenBerdasarkan Batasan Umur
Tabel 4.4 Identitas RespondenBerdasarkan Suku Bangsa
Tabel 4.12
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi Adaptasi Masyarakat dalam mengahadapi bencana banjir pada masyarakat di Daerah Aliran Sungai (DAS) Deli Kota Medan Kelurahan

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka diperlukan adanya informasi mengenai persepsi dan perilaku masyarakat bantaran sungai terhadap pemanfaatan jasa lingkungan Sungai

Tingkat solidaritas yang terjadi didalam Lembaga Keuangan Masyarakat Kota (LKMK) Keska juga dapat digambarkan pengurus dan anggota kelompok memiliki kepedulian secara bersama

Hasil penelitian ini menyimpulkan antara lain: bahwa (1) dalam melakukan aksi menentang normalisasi sungai Deli, masyarakat dan para organizer menggunakan strategi yang

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui makna dan perilaku terhadap sampah bagi masyarakat di bantaran

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi Adaptasi Masyarakat dalam mengahadapi bencana banjir pada masyarakat di Daerah Aliran Sungai (DAS) Deli Kota Medan Kelurahan

Adaptasi yang dilakukan oleh masyarakat dalam menghadapi masalah banjir merupakan pilihan bagi mereka yang tidak memiliki tempat tinggal selain di Daerah Aliran

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi Adaptasi Masyarakat dalam mengahadapi bencana banjir pada masyarakat di Daerah Aliran Sungai (DAS) Deli Kota Medan Kelurahan