• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi dan Perilaku Masyarakat Bantaran Sungai Deli Terhadap Pemanfaatan Jasa Lingkungan Sungai Deli (Studi Kasus Masyarakat Kelurahan Deli Tua Barat, Kelurahan Sukaraja, Kelurahan Sei Agul dan Kelurahan Labuhan Deli – Sumatera Utara)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Persepsi dan Perilaku Masyarakat Bantaran Sungai Deli Terhadap Pemanfaatan Jasa Lingkungan Sungai Deli (Studi Kasus Masyarakat Kelurahan Deli Tua Barat, Kelurahan Sukaraja, Kelurahan Sei Agul dan Kelurahan Labuhan Deli – Sumatera Utara)"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI DAN PERILAKU MASYARAKAT BANTARAN

SUNGAI DELI TERHADAP PEMANFAATAN JASA

LINGKUNGAN SUNGAI DELI

(Studi Kasus Masyarakat Kelurahan Deli Tua Barat, Kelurahan Sukaraja, Kelurahan Sei Agul dan Kelurahan Labuhan Deli – Sumatera Utara)

CAHYA WARDIAH

031201026 / MANAJEMEN HUTAN

JURUSAN KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan segala

rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga hasil penelitian yang berjudul “Persepsi

dan Perilaku Masyarakat Bantaran Sungai Deli Terhadap Pemanfaatan Jasa Lingkungan

Sungai Deli (Studi Kasus Masyarakat Kelurahan Deli Tua Barat, Kelurahan Sukaraja,

Kelurahan Sei Agul dan Kelurahan Labuhan Deli)“ dapat selesai dengan baik.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Nurdin Sulistiyono, S.Hut, M.Si

dan Ibu Masithah Dewi Ginting, S.Sos, M.Soc,Sc selaku komisi pembimbing yang telah

mengarahkan penulis dalam menyelesaikan hasil penelitian ini. Penulis juga mengucapkan

terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar, MS selaku ketua Departemen

Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada kedua orang tua, abang yang telah

memberi dukungan, kasih sayang dan doanya kepada penulis serta teman-teman yang telah

membantu dalam penulisan hasil penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih belum sempurna, oleh karena

itu penulis menerima kritikan dan saran yang bersifat membangun dari pembaca. Atas

kritikan dan sarannya penulis ucapkan terima kasih.

(3)

DAFTAR ISI

Perumusan Masalah ... Tujuan Penelitian ... 3

Manfaat Penelitian ... 3

Kerangka Pemikiran ... TINJAUAN PUSTAKA Defenisis Daerah Aliran Sungai ... 4

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai ... 5

Sungai ... 6

Kesehatan Lingkungan DAS ... 9

Masyarakat DAS Perkotaan ... Persepsi ...

Penyebaran Kuisioner ... 19

Wawancara Mendalam (Deep Interview) ... 19 Teknik Observasi ...

(4)

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Keadaan Fisik Lingkungan ... 20

Letak DAS Deli ... Luas dan Kemiringan DAS Deli ... Penutupan / Penggunaan Lahan DAS Deli ... Geomorfologi DAS Deli Kependudukan dan Sosial Ekonomi ... 23

Penduduk Menurut Kelas Umur ... Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Responden ... 26

Berdasarkan Kelas Umur... 26

Berdasarkan Pekerjaan ... Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 27

Berdasakan Lama Bermukim ... 27

Hubungan Persepsi Dengan Karakteristik Responden ... 28

Hubungan Persepsi Dengan Umur ... 32

Hubungan Persepsi Dengan Pekerjaan... 33

Hubungan Persepsi Dengan Pendidikan ... Hubungan Persepsi Dengan Lama Bermukim... Hubungan Perilaku Dengan Karakteristik Responden ... 43

Hubungan Perilaku Dengan Umur ... 32

Hubungan Perilaku Dengan Pekerjaan... 33

Hubungan Perilaku Dengan Pendidikan ... Hubungan Perilaku Dengan Lama Bermukim... Hubungan Persepsi dan Perilaku Responden... Pandangan Hidup dan Kehidupan Masyarakat Bantaran Sungai Deli . Teori Hubungan Antara Persepsi dan Perilaku ... Analisa Kelembagaan ... Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan Kota Medan... Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Medan ... Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup, Energi dan Sumber Daya Mineral Kota Medan ... Pengelolaan DAS Deli Terpadu ... KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 49

Saran ... 50

(5)

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Skoring Mata Pencaharian Responden ... 28 2. Skoring Data Pendidikan ... 30 3. Skoring Data Umur ... 44 4. Skoring Data Lama Bermukim ...

(6)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Jumlah Jenis Tumbuhan Obat yang Dimanfaatkan Oleh

Masyarakat Desa Sibanggor Julu dan Desa Aek Nangali ... 33

2. Cara Perlakuan Penggunaan Tumbuhan Obat Secara Langsung... 34

3. Cara Perlakuan Penggunaan Tumbuhan Obat Secara Tidak Langsung ... 35

4. Selaginella sp... 36

5. Loranthus sp. ... 36

6. Lourentia langiflora (L.) Peterm ... 37

7. Loranthus chrysanthus BL ... 38

8. Oryza granulata NEES et ARN ... 39

9. Piper ungaramense (Miq.)C.BC ... 39

10.Chloranthus elatior RBR ... 40

11.Physalis minima Linn ... 41

12.Chinchona spp. ... 41

(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Karakteristik Responden Kunci dan Masyarakat

Desa Sibanggor Julu ... 53

2. Karakteristik Responden Kunci dan Masyarakat

Desa Aek Nangali... 55

3. Kuisioner Penelitian Pemanfaatan Tumbuhan Obat Oleh Masyarakat Sekitar Taman Nasional Batang

(8)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Skripsi : Persepsi dan Perilaku Masyarakat Bantaran Sungai Deli Terhadap

Pemanfaatan Jasa Lingkungan Sungai Deli (Studi Kasus

Masyarakat Kelurahan Deli Tua Barat, Kelurahan Sukaraja,

Kelurahan Sei Agul dan Kelurahan Labuhan Deli)

Nama : Cahya Wardiah

NIM : 031201026

Program Studi : Manajemen Hutan

Menyetujui,

Komisi Pembimbing

Nurdin Sulistiyono, S. Hut, M.Si Masithah Dewi Ginting, S.Sos, M.Soc.Sc.

Ketua Anggota

Mengetahui,

Ketua Departemen Kehutanan

(9)
(10)

ABSTRAK

CAHYA WARDIAH. Persepsi dan Perilaku Masyarakat Bantaran Sungai Deli

Terhadap Pemanfaatan Jasa Lingkungan Sungai Deli (Studi Kasus Masyarakat Kelurahan Deli Tua Barat, Kelurahan Sukaraja, Kelurahan Sei Agul dan Kelurahan Labuhan Deli – Sumatera Utara).

Debit air yang melaju ke hilir akan sangat ditentukan seberapa luas hutan dapat menangkap, meresapkan dan menahan serta menyimpan air di kawasan hulu dan tengah. Saat ini, luas hutan di hulu Sungai Deli hanya tinggal 3.655 hektar, atau tinggal 7,59 % dari 48.162 hektar areal DAS Deli. Padahal, dengan luas 48.162 hektar, panjang 71,91 km, dan lebar 5,58 km, DAS Deli seharusnya memiliki hutan alam untuk kawasan resapan air sedikitnya seluas 14.449 hektar, atau 30 % dari luas DAS.

Selain itu, kini limbah mencemari sungai. Pencemaran Sungai Deli, 70 % diantaranya diakibatkan limbah padat dan cair. Kondisi masyarakat yang tinggal di bantaran Sungai Deli bisa dikatakan memprihatinkan, karena sejumlah warga melakukan aktivitas seperti mencuci pakaian, buang hajat dan mandi di sungai, padahal air sungai tersebut sudah tercemar. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka diperlukan adanya informasi mengenai persepsi dan perilaku masyarakat bantaran sungai terhadap pemanfaatan jasa lingkungan Sungai Deli sehingga informasi ini dapat digunakan sebagai landasan dalam menentukan bentuk program pembangunan masyarakat desa bantaran Sungai Deli sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat bantaran Sungai Deli.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi dan perilaku dan bagaimana hubungan keduanya, mengetahui kebersediaan dan kebersediaan menerima masyarakat dalam hal pemanfaatan jasa lingkungan sungai dan peran serta stakeholder dalam pengaturan penduduk di bantaran sungai. Dari penelitian ini diperoleh manfaat yang memberikan informasi tentang persepsi dan perilaku masyarakat bantara Sungai Deli dan sebagai informasi untuk program pembangunan masyarakat desa sekitar Sungai Deli.

Data yang dikumpulkan diperoleh dari hasil penyebaran kuisioner, wawancara dengan responden dan tokoh masyarakat serta wawancara dengan dinas yang terkait. Teknik observasi juga dilakukan untuk responden pada khususnya dan masyarakat bantaran sungai pada umumnya.

Hubungan antara persepsi dan perilaku responden bersifat negatif dan positif dengan karakteristik dirinya, satu sama lain ada yang berpengaruh nyata dan ada yang tidak berpengaruh nyata. Begitu juga halnya dengan hubungan antara persepsi dengan perilaku responden. Dan pada umumnya kesediaan membayar masyarakat terhadap sesuatu jauh lebih kecil dibandinga dengan kesediaan menerima sesuatu, dalam hal ini pemanfaatan jasa lingkungan sungai. Dari penelitian ini diharapkan pada setiap stakeholder untuk perlunya bekerjasama yang sinergis dan saling berkoordinasi.

(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 5 Februari 1985, dari ayah

Achman Harahap dan ibu Masdiana Siregar. Penulis merupakan putri ketiga dari 3

(tiga) bersaudara.

Tahun 2003 penulis lulus dari SMU Negeri 1 Padangsidempuan dan pada

tahun 2003 lulus seleksi masuk USU melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa

Baru (SPMB). Penulis memilih Program Studi Manajemen Hutan, Jurusan

Kehutanan, Fakultas Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis mengikuti kegiatan organisasi

Himpunan Mahasiswa Sylva (HIMAS) –USU sebagai anggota dan menjadi

anggota Badan Kenaziran Mushalla (BKM) Baitul Asjjar Jurusan Kehutanan USU

di bidang kenaziran.

Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di HTI PT. Riau

Andalan Pulp and Paper (RAPP) Estate Baserah, Kecamatan Kuantanh Singingi,

Kabupaten Kuantan Hilir, Propinsi Riau selama 2 (dua) bulan yaitu sejak 5 Juni

(12)

DAFTAR ISI Defenisis Daerah Aliran Sungai... 5

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai ... 5

Sungai ... 6

Penyebaran Kuisioner ... 11

Wawancara Mendalam (Deep Interview) ... 11

Teknik Observasi ... 12

Pengolahan Data ... 12

Karakteristik Konsumen Air Singai ... 12

Skoring Data ... 12

Analisa Data ... 13

Korelasi Spearman ... 13

(13)

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Keadaan Fisik Lingkungan ... 15

Letak DAS Deli ... 15

Luas dan Kemiringan DAS Deli ... 15

Penutupan / Penggunaan Lahan DAS Deli ... 15

Geomorfologi DAS Deli ... 16

Kependudukan dan Sosial Ekonomi ... 16

Penduduk Menurut Kelas Umur ... 16

Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 17

Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... 17

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Responden ... 18

Berdasarkan Kelas Umur ... 18

Berdasarkan Pekerjaan ... 18

Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 19

Berdasakan Lama Bermukim ... 20

Hubungan Persepsi Dengan Karakteristik Responden ... 21

Hubungan Persepsi Dengan Umur ... 21

Hubungan Persepsi Dengan Pekerjaan ... 22

Hubungan Persepsi Dengan Pendidikan ... 23

Hubungan Persepsi Dengan Lama Bermukim ... 23

Hubungan Perilaku Dengan Karakteristik Responden ... 24

Hubungan Perilaku Dengan Umur ... 24

Hubungan Perilaku Dengan Pekerjaan ... 25

Hubungan Perilaku Dengan Pendidikan ... 26

Hubungan Perilaku Dengan Lama Bermukim ... 26

Hubungan Persepsi dan Perilaku Responden ... 27

Pandangan Hidup dan Kehidupan Masyarakat Bantaran Sungai Deli 36

Teori Hubungan Antara Persepsi dan Perilaku ... 38

Analisa Kelembagaan ... 40

Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan Kota Medan ... 40

Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Medan ... 41

Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup, Energi dan Sumber Daya Mineral Kota Medan ... 42

Pengelolaan DAS Deli Terpadu ... 44

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 46

Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 47

(14)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Skoring Mata Pencaharian Responden ... 12

2. Skoring Data Pendidikan ... 12

3. Skoring Data Umur ... 12

4. Skoring Data Lama Bermukim ... 13

5. Skoring Data Persepsi Responden ... 13

6. Skoring Data Perilaku Responden ... 13

7. Luas dan Kemiringan DAS Deli ... 15

8. Penutupan / Penggunaan Lahan DAS Deli ... 15

9. Geomorfologi DAS Deli ... 16

10.Komposisi Responden Berdasarkan Kelas Umur ... 18

11.Komposisi Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 18

12.Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 19

13.Komposisi Responden Berdasarkan Lama Bermukim ... 20

14.Hubungan Faktor Internal dan Eksternal Dengan Persepsi Responden 21 15.Hubungan Karakteristik Responden Dengan Perilaku Responden ... 24

16.Hubungan Persepsi Responden Dengan Perilaku Responden ... 27

17.Persepsi Larangan Membuang Sampah ke Sungai ... 28

18.Perilaku Masyarakat Yang Membuang Sampah ke Sungai ... 29

19.Persepsi Rsponden Terhadap Kualitas Air ... 30

20.Responden Yang Memanfaatkan Air Singai Untuk MCK ... 31

21.Persepsi Responden Terhadap Sungai Dijadikan Tempat Rekreasi / Ekowisata ... 32

22.Perilaku Responden Yang Memanfaatkan Sungai Sebagai Sumber Perekonomian Masyarakat ... 33

(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Kuisioner Penelitian ... 49

2. Daftar Identitas Responden ... 53

3. Pengolahan Data Korelasi Karakteristik Responden Terhadap Perspsi Responden Dengan SPSS ... 58

4. Pengolahan Data Korelasi Karakteristik Responden Terhadap Perilaku Responden Dengan SPSS ... 59

5. Pengolahan Data Korelasi Perspsi Responden Terhadap Perilaku Responden Dengan SPSS ... 60

6. Tabel Frekuensi Karakteristik Responden ... 61

7. Tabel Uji Chi – Square ... 63

8. Foto Kondisi Singai Deli Pada Lokasi Penelitian ... 64

9. Foto Perilaku Masyarakat Bantaran Sungai Deli Hilir ... 65

10.Foto Pengisian Kuisioner dan Wawancara ... 66

11.Peta DAS Deli ... 67

(17)

ABSTRAK

CAHYA WARDIAH. Persepsi dan Perilaku Masyarakat Bantaran Sungai Deli

Terhadap Pemanfaatan Jasa Lingkungan Sungai Deli (Studi Kasus Masyarakat Kelurahan Deli Tua Barat, Kelurahan Sukaraja, Kelurahan Sei Agul dan Kelurahan Labuhan Deli – Sumatera Utara).

Debit air yang melaju ke hilir akan sangat ditentukan seberapa luas hutan dapat menangkap, meresapkan dan menahan serta menyimpan air di kawasan hulu dan tengah. Saat ini, luas hutan di hulu Sungai Deli hanya tinggal 3.655 hektar, atau tinggal 7,59 % dari 48.162 hektar areal DAS Deli. Padahal, dengan luas 48.162 hektar, panjang 71,91 km, dan lebar 5,58 km, DAS Deli seharusnya memiliki hutan alam untuk kawasan resapan air sedikitnya seluas 14.449 hektar, atau 30 % dari luas DAS.

Selain itu, kini limbah mencemari sungai. Pencemaran Sungai Deli, 70 % diantaranya diakibatkan limbah padat dan cair. Kondisi masyarakat yang tinggal di bantaran Sungai Deli bisa dikatakan memprihatinkan, karena sejumlah warga melakukan aktivitas seperti mencuci pakaian, buang hajat dan mandi di sungai, padahal air sungai tersebut sudah tercemar. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka diperlukan adanya informasi mengenai persepsi dan perilaku masyarakat bantaran sungai terhadap pemanfaatan jasa lingkungan Sungai Deli sehingga informasi ini dapat digunakan sebagai landasan dalam menentukan bentuk program pembangunan masyarakat desa bantaran Sungai Deli sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat bantaran Sungai Deli.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi dan perilaku dan bagaimana hubungan keduanya, mengetahui kebersediaan dan kebersediaan menerima masyarakat dalam hal pemanfaatan jasa lingkungan sungai dan peran serta stakeholder dalam pengaturan penduduk di bantaran sungai. Dari penelitian ini diperoleh manfaat yang memberikan informasi tentang persepsi dan perilaku masyarakat bantara Sungai Deli dan sebagai informasi untuk program pembangunan masyarakat desa sekitar Sungai Deli.

Data yang dikumpulkan diperoleh dari hasil penyebaran kuisioner, wawancara dengan responden dan tokoh masyarakat serta wawancara dengan dinas yang terkait. Teknik observasi juga dilakukan untuk responden pada khususnya dan masyarakat bantaran sungai pada umumnya.

Hubungan antara persepsi dan perilaku responden bersifat negatif dan positif dengan karakteristik dirinya, satu sama lain ada yang berpengaruh nyata dan ada yang tidak berpengaruh nyata. Begitu juga halnya dengan hubungan antara persepsi dengan perilaku responden. Dan pada umumnya kesediaan membayar masyarakat terhadap sesuatu jauh lebih kecil dibandinga dengan kesediaan menerima sesuatu, dalam hal ini pemanfaatan jasa lingkungan sungai. Dari penelitian ini diharapkan pada setiap stakeholder untuk perlunya bekerjasama yang sinergis dan saling berkoordinasi.

(18)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sebagai kesatuan hidrologis, air mengalir dari hulu ke hilir akan sangat

bergantung / ditentukan oleh tinggi rendanya kapasitas penyimpanan air oleh

sistem ekologi di kawasan hutan. Artinya, debit air yang melaju ke hilir akan

sangat ditentukan seberapa luas hutan dapat menangkap, meresapkan dan

menahan serta menyimpan air di kawasan hulu dan tengah. Intensitas / luasnya

tutupan hutan akan sangat mempengaruhi kapasitas retensi air tanah, sehingga

mempengaruhi fluktuasi debit air musiman termasuk kualitas air yang mengalir di

sepanjang sungai. Laju air yang juga berpotensi merusak lingkungan , kekuatan

rusaknya akan ditentukan oleh sebeerapa baik / buruk kualitas lingkungan / hutan

yang berfungsi menahan laju air di kawasan hulu dan tengah.

Sungai Deli merupakan salah satu dari delapan sungai yang ada di Kota

Medan. Mulanya, pada masa kerajaan Deli, sungai merupakan urat nadi

perdagangan ke daerah lain. Saat ini, luas hutan di hulu Sungai Deli hanya tinggal

3.655 hektar, atau tinggal 7,59 % dari 48.162 hektar areal DAS Deli. Padahal,

dengan luas 48.162 hektar, panjang 71,91 km, dan lebar 5,58 km, DAS Deli

seharusnya memiliki hutan alam untuk kawasan resapan air sedikitnya seluas

14.449 hektar, atau 30 % dari luas DAS.

Selain itu, kini limbah mencemari sungai. Pencemaran Sungai Deli ini

sudah bisa dirasakan melalui airnya yang kecokelatan. Dengan tebaran sampah

yang menumpuk, dari bagian pinggir sampai ke aliran sungai yang bisa diketahui

dari pendangkalan yang terjadi di beberapa titik. Pencemaran Sungai Deli, 70 %

diantaranya diakibatkan limbah padat dan cair. Limbah domestik padat atau

sampah yang dihasilkan di Kota Medan adalah 1.235 ton per hari.

Kondisi masyarakat yang tinggal di bantaran Sungai Deli bisa dikatakan

memprihatinkan, karena sejumlah warga melakukan aktivitas seperti mencuci

pakaian, buang hajat dan mandi di sungai, padahal air sungai tersebut sudah

tercemar. Masyarakat yang tinggal di bantaran sungai memiliki pola hidup yang

kurang bersih dan sehat, dimana susunan dari pemukiman mereka sangat rapat

(19)

sarana untuk membuang sampah pada tempatnya, sehingga mereka lebih memilih

untuk membuangnya ke sungai.

Dampak dari interaksi dan adanya masyarakat yang tinggal di bantaran

sungai diantaranya adalah penurunan kualitas air sungai disebabkan karena masih

banyaknya masyrakat yang membuang limbah domestik dan industri langsung ke

sungai, pencemaran sungai yang disebabkan oleh pemakaian pupuk organik dan

pestisida yang masih tinggi di kawasan hulu sungai dan penurunan debit air

sungai akibat perambahan, illegal logging dan konversi lahan masih terjadi di

kawasan tangkapan air.

Sungai Deli perlu dilestarikan karena dengan luasan tersebut, kawasan ini

tidak saja menyumbang proporsi besar sebagai sumber air minum penduduk Kota

Medan dan sekitarnya yang mencapai 320.000 satuan sambungan, namun juga

berperan dalam menggerakkan sendi-sendi perekonomian wilayah, terutama untuk

Kabupaten Karo, Deli Serdang dan Kota Medan. Beberapa sektor penting yang

perlu disebutkan misalnya sektor pertanian, perkebunan, industri, perikanan,

pariwisata dan sektor jasa.

Dari segi topografi daerah aliran sungai ini dapat dibagi menjadi tiga

bagian yaitu dataran pesisir, dataran datar dan dataran tinggi. Wilayah dataran

pesisir dan datar secara administratif merupakan daerah yang padat penduduk dan

tempat berkembangnya industri yang terkenal dengan nama Kawasan Industri

Medan (KIM). Sungai Deli merupakan saluran utama yang mendukung drainase

Kota Medan dengan cakupan luas wilayahnya sekitar 51 % dari luas Kota Medan.

Pembaharuan tata pemerintahan sumberdaya alam dan lingkungan pada

suatu DAS mengambil strategi pembaharuan tata kelembagaan sebagai strategi

utamanya. Kelembagaan ini memuat elemen-elemen penyusun yang berasal dari

tiga “ruang kekuasaan” yang berbeda yaitu masyarakat sipil, negara (otoritas

pemerintah kabupaten-kabupaten dan kota-kota yang dialiri oleh sungai) dan

pihak swasta. Dengan sejumlah peran dan fungsi sosio-politis yang dimilikinya,

kelembagaan dapat berkolaborasi satu sama lain dengan baik, sehingga sangat

diharapkan terjadi kesetimbangan peran yang memadai antar tiap stakeholder

sehingga cita-cita keberlanjutan dan kelestarian lingkungan serta kesejahteraan

(20)

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka diperlukan adanya informasi

mengenai persepsi dan perilaku masyarakat bantaran sungai terhadap pemanfaatan

jasa lingkungan Sungai Deli sehingga informasi ini dapat digunakan sebagai

landasan dalam menentukan bentuk program pembangunan masyarakat desa

bantaran Sungai Deli sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat

bantaran Sungai Deli.

Pentingnya mengetahui persepsi dan perilaku masyarakat yang tinggal di

bantaran sungai karena kunci keberhasilan dari pelestarian sumberdaya alam

sepanjang Sungai Deli adalah peran aktif masyarakat lokal. Sebab, pengelolaan

daerah aliran sungai pada akhirnya akan bertumpu pada upaya masyarakat untuk

mengontrol kaitan satu sama lain antara sumberdaya air dengan manusia yang

hidup pada kawasan tersebut serta aktifitas yang dilakukannya. Oleh karena itu

peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana hubungan antara persepsi dan

perilaku masyarakat yang tinggal di bantaran sungai dalam pemanfaatan jasa

lingkungan sungai, dimana aktifitas yang mereka lakukan memiliki tujuan yang

menjamin konsep kelestarian sekaligus keseimbangan antara ekosistem sungai

dengan pemanfaatan jasa lingkungannya yang terus menerus meningkat.

Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana persepsi dan perilaku masyarakat bantaran sungai terhadap

pemanfaatan jasa lingkungan sungai, khususnya masyarakat sekitar

Sungai Deli - Sumatera Utara.

2. Bagaimana hubungan antara persepsi dan perilaku masyarakat bantaran

sungai terhadap pemanfaatan jasa lingkungan sungai, khususnya

masyarakat sekitar Sungai Deli - Sumatera Utara.

3. Seberapa besar nilai kesediaan membayar / willingness to pay (WTP) dan

kesediaan menerima / willingness to accept (WTA) masyarakat bantaran

sungai terhadap pemanfaatan jasa lingkungan sungai, khususnya

(21)

4. Bagaimana peran serta stakeholder dalam penanganan pemukiman

masyarakat yang tingggal di bantaran sungai, khususnya masyarakat

sekitar Sungai Deli – Sumatera Utara.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui persepsi dan perilaku masyarakat bantaran sungai terhadap

pemanfaatan jasa lingkungan sungai, khususnya masyarakat sekitar

Sungai Deli - Sumatera Utara.

2. Mengetahui hubungan antara persepsi dan perilaku masyarakat bantaran

sungai terhadap pemanfaatan jasa lingkungan sungai, khususnya

masyarakat sekitar Sungai Deli - Sumatera Utara.

3. Mengetahui seberapa besar nilai kesediaan membayar (WTP) dan

kesediaan menerima (WTA) masyarakat bantaran sungai terhadap

pemanfaatan jasa lingkungan sungai, khususnya masyarakat sekitar

Sungai Deli – Sumatera Utara.

4. Mengetahui peran serta stakeholder dalam penanganan pemukiman

masyarakat yang tinggal di bantaran sungai, khususnya masyarakat sekitar

Sungai Deli – Sumatera Utara.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Memberikan informasi dan gambaran mengenai persepsi dan perilaku

masyarakat sekitar bantaran Sungai Deli, dalam hal ini bagaimana

pemanfaatan dan pengelolaan keseimbangan DAS Deli oleh masyarakat

di sekitarnya.

2. Secara ilmiah hasil penelitian dapat digunakan sebagai informasi dalam

menentukan bentuk program pembangunan masyarakat desa sekitar sungai

yang harus dilaksanakan oleh Pemerintah Sumatera Utara sehingga dapat

(22)

Kerangka Pemikiran

Menurut Lumintang dan Murni (1998), persepsi merupakan proses merasa,

menafsirkan pesan, mengorganisasi, menginterpretasi dan mengevaluasi serta

proses membuat penilaian atau membangun kesan mengenai berbagai macam hal

yang terdapat di dalam lapangan. Persepsi masyarakat dipengaruhi oleh faktor

internal dan eksternal. Faktor internal adalah nilai-nilai dari dalam diri setiap

individu yang diperoleh dengan hal-hal yang diterima dirinya. Adapun faktor

internal yang mempengaruhi persepsi seseorang yang dijadikan sebagai kerangka

pemikiran dalam penelitian ini diantaranya adalah umur dan pendidikan.

Sedangkan faktor eksternal adalah nilai-nilai dari luar setiap diri individu

yang dapat mempengaruhi persepsi. Adapun faktor eksternal yang mempengaruhi

persepsi seseorang yang dijadikan sebagai kerangka pemikiran dalam penelitian

ini diantaranya adalah pekerjaan dan lama bermukim. Dari persepsi tersebut maka

akan dapat mempengaruhi bentuk tingkah laku atau perilaku individu dalam

kehidupan sehari-harinya.

Dari uraian diatas, dapat kita lihat pengaruh faktor internal dan eksternal

terhadap persepsi dan perilaku dalam kerangka berikut ini :

PERSEPSI PERILAKU

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Faktor Internal :

- umur

- pendidikan

Faktor Eksternal :

- pekerjaan

- lama bermukim

(23)

TINJAUAN PUSTAKA

Sungai

Sungai mempunyai fungsi sebagai daerah pengaliran. Sebuah sungai

adalah daerah tempat air hujan mengkonsentrasi ke sungai. Garis batas

daerah-daerah aliran yang berdampingan disebut batas daerah-daerah pengaliran. Luas daerah-daerah

pengaliran diperkirakan dengan pengukuran daerah itu pada peta topografi.

Daerah pengaliran, topografi, tumbuh-tumbuhan dan geologi mempunyai

pengaruh terhadap debit banjir, debit pengaliran dasar dan seterusnya

(Sosrodarsono dan Takeda,2003).

Pemerintah memperhatikan manfaatnya sungai yang tidak kecil dalam

kehidupan, maka untuk pelestariannya dipandang perlu melakukan pengaturan

mengenai sungai yang meliputi perlindungau, pengembangan, penggunaan dan

pengendalian sungai dari segala bentuk pencemaran yang berakibat rusaknya dan

tidak berfungsinya kembali sungai yang tidak sesuai dengan kualitas sebenarnya.

Sungai sebagai sumber air, sangat penting fungsinya dalam pemenuhan kebutuhan

masyarakat dan sebagai sarana penunjang utama dalam meningkatkan

pembangunan nasional (Subagyo, 2005).

Defenisi Daerah Aliran Sungai (DAS)

Menurut UU No.7 tahun 2004, DAS adalah suatu wilayah daratan yang

merupakan suatu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang

berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah

hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah

topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih

terpengaruh aktifitas daratan.

Dharmawan (2005) menyatakan bahwa bahaya ekologis, seperti banjir di

kawasan hilir akan sangat berpeluang muncul manakala sistem ekologis di

kawasan hulu tidak berfungsi dengan baik dalam menahan laju air yang datang

akibat hujan. Mekanisme ekologis semacam ini meneguhkan arti sebuah DAS

(24)

kesatuan sistem kebijakan sumberdaya alam dan lingkungan pada sekatan-sekatan

kawasan DAS. Ketidakselarasan sistem pengelolaan dan kebijakan sumberdaya

alam dan lingkungan yang berlaku di kawasan hulu-tengah-hilir pada sebuah

DAS, akan menghasilkan kekacauan sistem tata air secara keseluruhan di DAS

yang bersangkutan.

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

Pengelolaan daerah aliran sungai adalah proses formulasi dan

implementasi kegiatan atau program yang bersifat manipulasi sumberdaya alam

dan manusia yang terdapat di daerah aliran sungai untuk memperoleh manfaat

produksi dan jasa tanpa menyebabkan terjadinya kerusakan sumberdaya air dan

tanah. Ia mempunyai arti sebagai pengelolaan dan alokasi sumberdaya alam di

daerah aliran sungai termasuk pencegahan banjir dan erosi, serta perlindungan

nilai keindahan yang berkaitan dengan sumberdaya alam. Yang termasuk dalam

pengelolaan daerah aliran sungai adalah identifikasi keterkaitan antara tata guna

lahan, tanah dan air dan keterkaitan antara daerah hulu dan daerah hilir suatu

daerah aliran sungai. Pengelolaan daerah aliran sungai perlu mempertimbangkan

aspek-aspek sosial, ekonomi dan kelembagaan yang beroperasi di dalam dan di

luar daerah aliran sungai yang bersangkutan (Asdak,1995).

Dilihat dari segi ekonomi, sistem pengelolaan daerah aliran sungai adalah

suatu proses produksi dengan biaya ekonomi untuk penggunaan masukan

manajemen dan sumberdaya alam serta hasil ekonomi yaitu nilai dari keluarannya.

Pengelolaan daerah aliran sungai dimaksud adalah terwujudnya keseimbangan

antara sumberdaya alam dengan manusia dan segala aktifitasnya sehingga dapat

diharapkan adanya kondisi tata air yang optimal, baik kualitas, kuantitas maupun

distribusinya serta terkendalinya erosi pada tingkat ynag dianggap aman atau

diperkenankan (Lubis,1990).

Hal yang penting dalam pengelolaan DAS dan banjir perkotaan perlu

dilakukan koordinasi dan keterpaduan dalam penyusunan program pemeliharaan

DAS hulu (bangunan sipil, checkdam, konservasi, dan lain-lain), pemeliharaan

sungai utama, anak sungai, drainase lintas, drainase dan masalah persampahan di

(25)

perkotaan, alokasi dana, implemnetasi law enforcement terhadap pelanggaran tata

ruang dan garis sempadan, serta koordinasi dalam perlibatan peran serta

masyarakat (Hasibuan, 2005).

Kesehatan Lingkungan DAS

Dharmawan (2005) mengatakan, dengan derajat kompleksitas dan kuatnya

jalinan keterkaitan antar dimensi dalam pengelolaan sumberdaya alam yang cukup

tinggi, maka persoalan memelihara derajat “kesehatan lingkunagan”suatu DAS

akan dapat dipertahankan pada tingkat yang cukup baik, jika DAS mampu

menjamin kesediaan air bersih untuk kehidupan penduduk dan industri, serta

mampu memasok air irigasi untuk kebutuhan aktifitas produksi pertanian dengan

baik.

Secara sosiologis-ekonomis, “ kesehatan lingkungan’ DAS dikatakan

lestari bila eksistensinya dapat menopang tingkat kehidupan masyarakat hari ini

dan generasi mendatang secara stabil. Secara sosio-politis, DAS yang derajat

kesehatan lingkungannya baik adalah DAS yang tidak menimbulkan perpecahan

pada masyarakat, umumnya pada golongan-golongan yang berbeda ideologi dan

kepentingan.

Masyarakat DAS Perkotaan

Daerah aliran sungai perkotaan adalah kawasan-kawasan yang dikelola

terutama untuk pengaturan produksi air berkualitas tinggi.

Kekurangan-kekurangan air, dan meningkatnya pencemaran saluran pembuangan air alami,

merupakan ancaman ynag terus menerus bagi kehidupan perkotaan (Lee, 1992).

Di daerah dataran kota, sungai mengalami tekanan limbah domestik,

limbah kota dan rumah tangga. Meningkatnya permintaan yang cepat dari

kota-kota yang sedang berkembang menunjukkan bahwa kekurangan-kekurangan yang

lebih umum adalah makin meningkat (Asdak,1995).

Drainase perkotaan kondisinya sangat buruk akibat kurangnya atau belum

tersedianya kelembagaan khusus yang menangani masalah pada DAS perkotaan

(hilir). Keberadaan daerah aliran sungai (DAS) kota merupakan bukti pengakuan

(26)

peranan yang vital dalam memecahkan masalah-masalah setempat

(Hasibuan,2005).

Pengelolaan DAS Deli Terpadu

Permasalahan lingkungan hidup merupakan permasalahan pemerintah dan

masyarakat , namun perlu disadari tidak semua hal yang berkaitan dengan jenis

pencemaran atau perusakan lingkungan telah dijadikan permasalahan, faktor

penyebabnya antara lain :

- kurangnya kesadaran masyarakat untuk melapor;

- kurangnya keberanian masyarakat untuk bertindak;

- kurangnya pengetahuan masyarakat untuk menangani masalah lingkungan;

- keterbatasan sarana dan prasarana dari pemerintah

- kurang tegasnya aparat (lingkungan) untuk bertindak;

- tidak adanya satu pandangan / persepsi mengenai lingkungan.

Pengelolaan DAS secara terpadu menuntut suatu manajemen terbuka yang

menjamin keberlangsungan proses koordinasi antara lembaga terkait. Sesuai

pernyataan Svendsen (dalam Hasibuan, 2005) bahwa pendekatan terpadu juga

memandang pentingnya peranan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan DAS,

mulai dari perencanaan, perumusan kebijakan, pelaksanaan dan pemungutan

manfaat.

Sedangkan menurut Subagyo (2005), sudah menjadi kewajiban pemerintah

untuk tetap menjaga dan memelihara lingkungan, meskipun hal ini tidak

semata-mata pemerintah saja. Misalnya pengawasan terhadap perusahaan-perusahaan

industri sekitar sungai yang telah dilakukan secara dini sebelum perusahaan

tersebut melakukan kegiatannya yaitu dalam bentuk izin-izin melalui Pemerintah

Daerah atau Departemen Perindustrian. Namun apabila izin ini dilanggar dapat

ditindak melalui prosedur hukum dengan menerapkan sanksi.

Dengan demikian bila ada bencana, apakah itu banjir atau kekeringan,

penanggulangannya dapat dilakukan secara menyeluruh yang meliputi DAS mulai

dari daerah hulu sampai hilir. Dari uraian tersebut dapat dinyatakan bahwa

perlunya kerjasama yang sinergis antar stakeholder dan para pengambil kebijakan

(27)

Persepsi dan Perilaku

Persepsi dan perilaku merupakan dua aspek yang mempengaruhi

gambaran diri seseorang. Persepsi merupakan pandangan atau konsep yang

dimiliki seseorang mengenai sesuatu hal sedangkan perilaku adalah tindakan /

aspek dinamis yang muncul dari persepsi tersebut. Menurut Rahmat (dalam

Effendi, 2002) persepsi adalah merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa

atau hubungan yang diperoleh dengan mengumpulkan informasi dan menafsirkan

pesan pada stimulasi indrawi sehingga manusia memperoleh pengetahuan baru.

Menurut Basyuni (dalam Sandi, 2006) menyatakan bahwa faktor-faktor

dalam individu yang menentukan persepsi adalah kecerdasan, emosi, minat,

pendidikan, pandapatan dan kapasitas indera. Sedangkan faktor dari luar diri

individu yang mempengaruhi persepsi adalah pengaruh kelompok, pengalaman

masa lalu dan latar belakang sosial budaya.

Perilaku itu sendiri merupakan reaksi yang dapat bersifat sederhana

maupun bersifat kompleks. Pada manusia khususnya memang terdapat

bentuk-bentuk perilaku instinktif yang didasari oleh kodrat untuk mempertahankan

kehidupan. Perilaku dapat juga dipengaruhi oleh informasi tak langsung, misalkan

dengan melihat pengalaman teman atau orang lain yang pernah melakukannya,

dan dapat juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti pengalaman pribadi,

pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan dan lain-lain.

Komponen perilaku dalam suatu sikap menunjukkan bagaimana perilaku

atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan

objek yang dihadapinya. Kepercayaan dan perasaan banyak mempengaruhi

perilaku, maksudnya bagaimana orang berperilaku dalam situasi tertentu dan

dalam stimulus tertentu akan banyak ditentukan oleh bagaimana kepercayaan dan

perasaannya terhadap situasi tersebut. Satu hal yang dapat disimpulkan, yaitu

bahwa perilaku manusia tidaklah sederhana untuk dipahami dan diprediksikan.

Begitu banyak faktor-faktor internal dan eksternal dari dimensi masa lalu, saat ini

dan masa yang akan datang ikut mempengaruhi perilaku manusia (Azwar, 2000).

Biasanya persepsi yang dimiliki seseorang akan sesuai dengan perilaku

yang dimunculkannya. Artinya, apabila seseorang mempunyai persepsi tentang

(28)

juga perilaku positif terhadap sesuatu tersebut. Tetapi adakalanya muncul

ketidaksesuaian antara persepsi dan perilaku. Seperti yang dikemukakan oleh

Brehm dan Kassin (1990) tentang Teori Disonansi Kognitif Pandangan Baru yang

menguraikan bahwa ketidaksesuaian sikap dan perilaku seseorang diakibatkan

oleh kurangnya peran kesadaran dan rasa tanggung jawab personal dalam dirinya.

Kebebasan memilih berkaitan dengan keterpaksaan melakukan suatu perilaku.

Apabila seseorang dipaksa oleh situasi atau kondisi untuk melakukan perilaku

yang tidak sesuai dengan sikapnya maka ia tidak akan merasakan adanya

tanggung jawab.

Menurut Subagyo (2005) berbicara masalah kesadaran masyarakat

terhadap lingkungan harus diawali dari kesadaran keluarga, dalam hal ini adalah

kesadaran menghadapi dan menciptakan lingkungannya. Apabila suasana dan

tingkah laku demikian sudah membudaya maka tinggal meningkatkan bagaimana

mengelola atau membudidayakan lingkungan dengan berwawasan lingkungan.

Apabila kita perhatikan keadaan masyarakat ada beberapa faktor yang

harus diperhatikan :

1. Rasa teposliro yang cukup tinggi, tidak terlalu ingin mengganggu.

2. Tidak memikirkan akibat yang akan terjadi, sepanjang saat ini kehidupan

masih dapat berjalan secara normal.

3. Kesadaran melapor masih kurang, hal ini dirasa akan memperpanjang dan

menambah kesibukannya.

4. Tanggung jawab akan kelestarian lingkungan masih perlu penanaman lagi.

Kelembagaan Dalam DAS

Kelembagaan didefenisikan sebagai garis atau batas dari permainan,

regulasi atau konvensi yang mendorong sekaligus membatasi seseorang atau

sekelompok orang / pihak tertentu untuk berperilaku. Kelembagaan memberikan

arahan kemena seseorang atau sesuatu pihak harus melangkah dan pada jalan

mana seseorang tidak diperkenankan melaluinya. Dalam pengelolaan sumberdaya

alam, khususnya pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) kelembagaan adalah

produk sosial yang muncul sebagai akibat proses-proses politik untuk mengatur

(29)

peraturan dinegosiasikan dan akhirnya ditetapkan untuk disepakati bersama

(30)

TINJAUAN PUSTAKA

Sungai

Sungai mempunyai fungsi sebagai daerah pengaliran. Sebuah sungai

adalah daerah tempat air hujan mengkonsentrasi ke sungai. Garis batas

daerah-daerah aliran yang berdampingan disebut batas daerah-daerah pengaliran. Luas daerah-daerah

pengaliran diperkirakan dengan pengukuran daerah itu pada peta topografi.

Daerah pengaliran, topografi, tumbuh-tumbuhan dan geologi mempunyai

pengaruh terhadap debit banjir, debit pengaliran dasar dan seterusnya

(Sosrodarsono dan Takeda,2003).

Pemerintah memperhatikan manfaatnya sungai yang tidak kecil dalam

kehidupan, maka untuk pelestariannya dipandang perlu melakukan pengaturan

mengenai sungai yang meliputi perlindungau, pengembangan, penggunaan dan

pengendalian sungai dari segala bentuk pencemaran yang berakibat rusaknya dan

tidak berfungsinya kembali sungai yang tidak sesuai dengan kualitas sebenarnya.

Sungai sebagai sumber air, sangat penting fungsinya dalam pemenuhan kebutuhan

masyarakat dan sebagai sarana penunjang utama dalam meningkatkan

pembangunan nasional (Subagyo, 2005).

Defenisi Daerah Aliran Sungai (DAS)

Menurut UU No.7 tahun 2004, DAS adalah suatu wilayah daratan yang

merupakan suatu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang

berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah

hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah

topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih

terpengaruh aktifitas daratan.

Dharmawan (2005) menyatakan bahwa bahaya ekologis, seperti banjir di

kawasan hilir akan sangat berpeluang muncul manakala sistem ekologis di

kawasan hulu tidak berfungsi dengan baik dalam menahan laju air yang datang

akibat hujan. Mekanisme ekologis semacam ini meneguhkan arti sebuah DAS

(31)

kesatuan sistem kebijakan sumberdaya alam dan lingkungan pada sekatan-sekatan

kawasan DAS. Ketidakselarasan sistem pengelolaan dan kebijakan sumberdaya

alam dan lingkungan yang berlaku di kawasan hulu-tengah-hilir pada sebuah

DAS, akan menghasilkan kekacauan sistem tata air secara keseluruhan di DAS

yang bersangkutan.

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

Pengelolaan daerah aliran sungai adalah proses formulasi dan

implementasi kegiatan atau program yang bersifat manipulasi sumberdaya alam

dan manusia yang terdapat di daerah aliran sungai untuk memperoleh manfaat

produksi dan jasa tanpa menyebabkan terjadinya kerusakan sumberdaya air dan

tanah. Ia mempunyai arti sebagai pengelolaan dan alokasi sumberdaya alam di

daerah aliran sungai termasuk pencegahan banjir dan erosi, serta perlindungan

nilai keindahan yang berkaitan dengan sumberdaya alam. Yang termasuk dalam

pengelolaan daerah aliran sungai adalah identifikasi keterkaitan antara tata guna

lahan, tanah dan air dan keterkaitan antara daerah hulu dan daerah hilir suatu

daerah aliran sungai. Pengelolaan daerah aliran sungai perlu mempertimbangkan

aspek-aspek sosial, ekonomi dan kelembagaan yang beroperasi di dalam dan di

luar daerah aliran sungai yang bersangkutan (Asdak,1995).

Dilihat dari segi ekonomi, sistem pengelolaan daerah aliran sungai adalah

suatu proses produksi dengan biaya ekonomi untuk penggunaan masukan

manajemen dan sumberdaya alam serta hasil ekonomi yaitu nilai dari keluarannya.

Pengelolaan daerah aliran sungai dimaksud adalah terwujudnya keseimbangan

antara sumberdaya alam dengan manusia dan segala aktifitasnya sehingga dapat

diharapkan adanya kondisi tata air yang optimal, baik kualitas, kuantitas maupun

distribusinya serta terkendalinya erosi pada tingkat ynag dianggap aman atau

diperkenankan (Lubis,1990).

Hal yang penting dalam pengelolaan DAS dan banjir perkotaan perlu

dilakukan koordinasi dan keterpaduan dalam penyusunan program pemeliharaan

DAS hulu (bangunan sipil, checkdam, konservasi, dan lain-lain), pemeliharaan

sungai utama, anak sungai, drainase lintas, drainase dan masalah persampahan di

(32)

perkotaan, alokasi dana, implemnetasi law enforcement terhadap pelanggaran tata

ruang dan garis sempadan, serta koordinasi dalam perlibatan peran serta

masyarakat (Hasibuan, 2005).

Kesehatan Lingkungan DAS

Dharmawan (2005) mengatakan, dengan derajat kompleksitas dan kuatnya

jalinan keterkaitan antar dimensi dalam pengelolaan sumberdaya alam yang cukup

tinggi, maka persoalan memelihara derajat “kesehatan lingkunagan”suatu DAS

akan dapat dipertahankan pada tingkat yang cukup baik, jika DAS mampu

menjamin kesediaan air bersih untuk kehidupan penduduk dan industri, serta

mampu memasok air irigasi untuk kebutuhan aktifitas produksi pertanian dengan

baik.

Secara sosiologis-ekonomis, “ kesehatan lingkungan’ DAS dikatakan

lestari bila eksistensinya dapat menopang tingkat kehidupan masyarakat hari ini

dan generasi mendatang secara stabil. Secara sosio-politis, DAS yang derajat

kesehatan lingkungannya baik adalah DAS yang tidak menimbulkan perpecahan

pada masyarakat, umumnya pada golongan-golongan yang berbeda ideologi dan

kepentingan.

Masyarakat DAS Perkotaan

Daerah aliran sungai perkotaan adalah kawasan-kawasan yang dikelola

terutama untuk pengaturan produksi air berkualitas tinggi.

Kekurangan-kekurangan air, dan meningkatnya pencemaran saluran pembuangan air alami,

merupakan ancaman ynag terus menerus bagi kehidupan perkotaan (Lee, 1992).

Di daerah dataran kota, sungai mengalami tekanan limbah domestik,

limbah kota dan rumah tangga. Meningkatnya permintaan yang cepat dari

kota-kota yang sedang berkembang menunjukkan bahwa kekurangan-kekurangan yang

lebih umum adalah makin meningkat (Asdak,1995).

Drainase perkotaan kondisinya sangat buruk akibat kurangnya atau belum

tersedianya kelembagaan khusus yang menangani masalah pada DAS perkotaan

(hilir). Keberadaan daerah aliran sungai (DAS) kota merupakan bukti pengakuan

(33)

peranan yang vital dalam memecahkan masalah-masalah setempat

(Hasibuan,2005).

Pengelolaan DAS Deli Terpadu

Permasalahan lingkungan hidup merupakan permasalahan pemerintah dan

masyarakat , namun perlu disadari tidak semua hal yang berkaitan dengan jenis

pencemaran atau perusakan lingkungan telah dijadikan permasalahan, faktor

penyebabnya antara lain :

- kurangnya kesadaran masyarakat untuk melapor;

- kurangnya keberanian masyarakat untuk bertindak;

- kurangnya pengetahuan masyarakat untuk menangani masalah lingkungan;

- keterbatasan sarana dan prasarana dari pemerintah

- kurang tegasnya aparat (lingkungan) untuk bertindak;

- tidak adanya satu pandangan / persepsi mengenai lingkungan.

Pengelolaan DAS secara terpadu menuntut suatu manajemen terbuka yang

menjamin keberlangsungan proses koordinasi antara lembaga terkait. Sesuai

pernyataan Svendsen (dalam Hasibuan, 2005) bahwa pendekatan terpadu juga

memandang pentingnya peranan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan DAS,

mulai dari perencanaan, perumusan kebijakan, pelaksanaan dan pemungutan

manfaat.

Sedangkan menurut Subagyo (2005), sudah menjadi kewajiban pemerintah

untuk tetap menjaga dan memelihara lingkungan, meskipun hal ini tidak

semata-mata pemerintah saja. Misalnya pengawasan terhadap perusahaan-perusahaan

industri sekitar sungai yang telah dilakukan secara dini sebelum perusahaan

tersebut melakukan kegiatannya yaitu dalam bentuk izin-izin melalui Pemerintah

Daerah atau Departemen Perindustrian. Namun apabila izin ini dilanggar dapat

ditindak melalui prosedur hukum dengan menerapkan sanksi.

Dengan demikian bila ada bencana, apakah itu banjir atau kekeringan,

penanggulangannya dapat dilakukan secara menyeluruh yang meliputi DAS mulai

dari daerah hulu sampai hilir. Dari uraian tersebut dapat dinyatakan bahwa

perlunya kerjasama yang sinergis antar stakeholder dan para pengambil kebijakan

(34)

Persepsi dan Perilaku

Persepsi dan perilaku merupakan dua aspek yang mempengaruhi

gambaran diri seseorang. Persepsi merupakan pandangan atau konsep yang

dimiliki seseorang mengenai sesuatu hal sedangkan perilaku adalah tindakan /

aspek dinamis yang muncul dari persepsi tersebut. Menurut Rahmat (dalam

Effendi, 2002) persepsi adalah merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa

atau hubungan yang diperoleh dengan mengumpulkan informasi dan menafsirkan

pesan pada stimulasi indrawi sehingga manusia memperoleh pengetahuan baru.

Menurut Basyuni (dalam Sandi, 2006) menyatakan bahwa faktor-faktor

dalam individu yang menentukan persepsi adalah kecerdasan, emosi, minat,

pendidikan, pandapatan dan kapasitas indera. Sedangkan faktor dari luar diri

individu yang mempengaruhi persepsi adalah pengaruh kelompok, pengalaman

masa lalu dan latar belakang sosial budaya.

Perilaku itu sendiri merupakan reaksi yang dapat bersifat sederhana

maupun bersifat kompleks. Pada manusia khususnya memang terdapat

bentuk-bentuk perilaku instinktif yang didasari oleh kodrat untuk mempertahankan

kehidupan. Perilaku dapat juga dipengaruhi oleh informasi tak langsung, misalkan

dengan melihat pengalaman teman atau orang lain yang pernah melakukannya,

dan dapat juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti pengalaman pribadi,

pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan dan lain-lain.

Komponen perilaku dalam suatu sikap menunjukkan bagaimana perilaku

atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan

objek yang dihadapinya. Kepercayaan dan perasaan banyak mempengaruhi

perilaku, maksudnya bagaimana orang berperilaku dalam situasi tertentu dan

dalam stimulus tertentu akan banyak ditentukan oleh bagaimana kepercayaan dan

perasaannya terhadap situasi tersebut. Satu hal yang dapat disimpulkan, yaitu

bahwa perilaku manusia tidaklah sederhana untuk dipahami dan diprediksikan.

Begitu banyak faktor-faktor internal dan eksternal dari dimensi masa lalu, saat ini

dan masa yang akan datang ikut mempengaruhi perilaku manusia (Azwar, 2000).

Biasanya persepsi yang dimiliki seseorang akan sesuai dengan perilaku

yang dimunculkannya. Artinya, apabila seseorang mempunyai persepsi tentang

(35)

juga perilaku positif terhadap sesuatu tersebut. Tetapi adakalanya muncul

ketidaksesuaian antara persepsi dan perilaku. Seperti yang dikemukakan oleh

Brehm dan Kassin (1990) tentang Teori Disonansi Kognitif Pandangan Baru yang

menguraikan bahwa ketidaksesuaian sikap dan perilaku seseorang diakibatkan

oleh kurangnya peran kesadaran dan rasa tanggung jawab personal dalam dirinya.

Kebebasan memilih berkaitan dengan keterpaksaan melakukan suatu perilaku.

Apabila seseorang dipaksa oleh situasi atau kondisi untuk melakukan perilaku

yang tidak sesuai dengan sikapnya maka ia tidak akan merasakan adanya

tanggung jawab.

Menurut Subagyo (2005) berbicara masalah kesadaran masyarakat

terhadap lingkungan harus diawali dari kesadaran keluarga, dalam hal ini adalah

kesadaran menghadapi dan menciptakan lingkungannya. Apabila suasana dan

tingkah laku demikian sudah membudaya maka tinggal meningkatkan bagaimana

mengelola atau membudidayakan lingkungan dengan berwawasan lingkungan.

Apabila kita perhatikan keadaan masyarakat ada beberapa faktor yang

harus diperhatikan :

1. Rasa teposliro yang cukup tinggi, tidak terlalu ingin mengganggu.

2. Tidak memikirkan akibat yang akan terjadi, sepanjang saat ini kehidupan

masih dapat berjalan secara normal.

3. Kesadaran melapor masih kurang, hal ini dirasa akan memperpanjang dan

menambah kesibukannya.

4. Tanggung jawab akan kelestarian lingkungan masih perlu penanaman lagi.

Kelembagaan Dalam DAS

Kelembagaan didefenisikan sebagai garis atau batas dari permainan,

regulasi atau konvensi yang mendorong sekaligus membatasi seseorang atau

sekelompok orang / pihak tertentu untuk berperilaku. Kelembagaan memberikan

arahan kemena seseorang atau sesuatu pihak harus melangkah dan pada jalan

mana seseorang tidak diperkenankan melaluinya. Dalam pengelolaan sumberdaya

alam, khususnya pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) kelembagaan adalah

produk sosial yang muncul sebagai akibat proses-proses politik untuk mengatur

(36)

peraturan dinegosiasikan dan akhirnya ditetapkan untuk disepakati bersama

(37)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di empat wilayah yang merupakan bagian hilir

dari DAS Deli, dengan alasan bahwa masyarakat yang tinggal di kawasan tersebut

lebih banyak berinteraksi langsung dengan sungai. Empat wilayah tersebut adalah:

1. Lingkungan III, Kelurahan Deli Tua Barat, Kecamatan Deli Tua.

2. Lingkungan VIII, Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Medan Maimun.

3. Lingkungan VII, Kelurahan Labuhan Deli, Kecamatan Medan Marelan.

4. Lingkungan XVI, Kelurahan Sei Agul, Kecamatan Medan Barat.

Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Maret - Mei 2007.

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal 100 meter

kanan dan kiri sungai (bantaran) Sungai Deli bagian hilir. Sedangkan sampel yang

diambil adalah Kepala Keluarga (KK) yang dipilih secara purposive sampling

(sampel bertujuan). Kriteria responden yang akan diambil adalah kepala rumah

tangga yang mengetahui seluk beluk kehidupan rumah tangganya dalam

berinteraksi dengan sungai. Jumlah sampel yang diambil adalah 30 KK tiap

lokasi. Jadi total sampel untuk penelitian ini adalah 120 KK.

Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan yaitu :

1. Data primer

Data primer yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :

a. Data keadaan sosial dan ekonomi responden.

b. Persepsi responden terhadap :

- Larangan membuang sampah / limbah ke sungai

- Kualitas air dengan adanya pemukiman dan industri di sekitar

sungai.

- Kegiatan yang menjadikan sungai sebagai tempat rekreasi

(38)

- Pengaruh tingkat kebersihan sungai terhadap kesehatan

masyarakat.

c. Perilaku responden :

- Membuang sampah ke sungai

- Memanfaatkan sungai untuk MCK

- Memanfaatkan sungai untuk kegiatan rekreasi (ekowisata)

- Memanfaatkan sungai untuk sumber perekonomian masyarakat

(seperti tempat pengambilan pasir, batu dan lain-lain).

2. Data Sekunder

Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data umum yang

ada pada instansi pemerintah desa, kecamatan dan kabupaten atau kota.

Meliputi kondisi umum lokasi penelitian dan data-data pendukung lainnya

yang diperoleh dari studi pustaka.

3. Data Pendukung

Data pendukung yaitu berupa data wawancara dengan instansi pemerintahan

yaitu Dinas Lingkungan Hidup,Energi dan Sumber Daya Mineral (Sub Dinas

Pengendali Dampak Lingkungan ) Kota Medan, Dinas Tata Kota dan Tata

Bangunan Kota Medan dan Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Medan.

Teknik Pengumpulan Data

1. Penyebaran Kuisioner

Penyebaran kuisioner ini dilakukan untuk memperoleh data-data primer yang

dibutuhkan dalam penelitian. Kuisioner ini disebarkan pada seluruh sampel

dalam penelitian.

2. Wawancara (Interview)

Wawancara ini dilakukan untuk menggali lebih dalam data yang diperoleh

dari hasil penyebaran kuisioner dan melengkapi informasi lainnya sesuai

dengan tujuan penelitian. Wawancara ini dilakukan kepada beberapa

responden, tokoh yang ada pada desa tersebut serta aparat desa setempat.

Selain itu, wawancara juga dilakukan pada Dinas Lingkungan Hidup Energi

dan Sumber Daya Mineral (Sub Dinas Pengendali Dampak Lingkungan ) Kota

(39)

Perumahan dan Permukiman Kota Medan yang dianggap perlu untuk

memperoleh informasi pendukung lainnya.

3. Teknik Observasi

Pengumpulan data dengan melihat secara langsung kehidupan rumah tangga ,

masyarakat pada umumnya dan responden pada khususnya.

Pengolahan Data

1. Karakteristik Konsumen Air Sungai

Untuk memperoleh karakteristik responden seperti umur, pekerjaan,

pendidikan, lama bermukim dan lain-lain yang didapat kemudian

dituangkan dalam bentuk tabulasi-tabulasi.

2. Skoring Data

Tabel 1 Skoring Mata Pencaharian Responden

No Jenis Mata Pencaharian Skor

1 Petani 1

2 Nelayan 2

3 Pedagang 3

4. Penyedia jasa angkutan 4

5. Dan lain-lain 5

Tabel 2 Skoring Data Pendidikan

No Pendidikan Skor

1 Tamat SD 1

2 Tamat SMP 2

3 Tamat SMA 3

4. Tamat Perguruan Tinggi 4

Tabel 3 Skoring Data Umur

No Umur Skor

1 17 - 30 tahun 1

2 31 - 45 tahun 2

3 > 45 tahun 3

Tabel 4 Skoring Data Lama Bermukim

No Lama Bermukim Skor

1 < 5 tahun 1

2 5 - 20 tahun 2

(40)

Tabel 5 Skoring Data Persepsi Responden Dengan Skala Likert

No Persepsi responden Skor

1 Sangat tidak setuju 1

2 Tidak setuju 2

3 Ragu-ragu 3

4. Setuju 4

5. Sangat setuju 5

Tabel 6 Skoring Data Perilaku Responden Dengan Skala Likert

No Perilaku responden Skor

1 Sangat sering 1

Data-data yang dihasilkan dari penyebaran kuisioner dikumpulkan

berdasarkan karakteristiknya, selanjutnya disajikan dalam bentuk tabulasi.

Data-data yang telah tersaji dalam bentuk tabulasi tersebut dianalisis secara kuantitatif

dengan menggunakan jumlah dan persentase dari masing-masing karakteristik

atau jawaban yang sama. Dalam analisis data kuisioner secara deskriptif, data-data

hasil wawancara mendalam digunakan untuk mendukung analisis data hasil

penyebaran kuisioner.

1. Analisa Statistik / Kuantitatif

a. Korelasi Spearmen (Hubungan Keeratan)

Korelasi Spearmen digunakan untuk mengukur keeratan hubungan atau

untuk menguji signifikansi hipotesis asosiatif bila masing-masing variabel yang

dihubungkan berbentuk ordinal dan sumber data antar variabel tidak harus sama.

Dasar dari pengamatan korelasi ini adalah ranking / peringkat (Usman dan

Purnomo, 1995).

Analisa statistik Korelasi Spearman ini dilakukan dengan menggunakan

program Statistical Product Service and Solution (SPSS) yang merupakan suatu

(41)

menggunakan perangkat komputer. Adapun variabel-variabel yang akan dihitung

korelasinya adalah :

1. Hubungan (korelasi) antara faktor internal dan eksternal responden (umur,

pekerjaan, pendidikan dan lama bermukim) dengan persepsi responden

terhadap pemanfaatan jasa lingkungan sungai.

2. Hubungan (korelasi) antara faktor internal dan eksternal responden (umur,

pekerjaan, pendidikan dan lama bermukim) dengan perilaku responden

terhadap pemanfaatan jasa lingkungan sungai.

3. Hubungan (korelasi) antara persepsi responden dengan perilaku responden

terhadap pemanfaatan jasa lingkungan sungai.

b. Analisa Kebersediaan Membayar (Willingness to Pay) dan Kebersediaan

Menerima (Willingness to Accept).

Pengolahan data ini dilakukan dengan cara menjumlahkan seluruh data yang

diperoleh (data WTP atau WTA) kemudian membaginya dengan jumlah

seluruh responden ( Pierce dalam Sulistiyono,2006).

2. Analisa Kualitatif

Analisa kualitatif juga digunakan untuk mendukung data-data kuisioner

dari responden, yaitu dengan mendeskripsikan data-data hasil wawancara dengan

(42)

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Keadaan Fisik Lingkungan

Letak DAS Deli

Daerah Aliran Sungai (DAS) Deli terletak di Kabupaten Karo, Deli

Serdang dan Kota Madya Medan, Propinsi Sumatera Utara. DAS Deli di sebelah

timur berbatasan dengan DAS Percut, sedangkan di sebelah barat dengan DAS

Belawan. DAS tersebut terdiri dari tujuh Sub DAS yakni Sub DAS Petani, Sub

DAS Simai-mai, Sub DAS Deli, Sub DAS Babura, Sub DAS Bekala, Sub DAS

Sei Kambing dan Sub DAS Paluh Besar.

Luas dan Kemiringan DAS Deli

Luas dan kemiringan DAS Deli diklasifikasikan menjadi 5 kelas. Luas

dan kemiringan lereng DAS Deli tersebut dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini :

Tabel 7 Luas dan Kemiringan DAS Deli

Kelas Lereng Luas (ha) Luas (%)

I < 5 % 32.581 67.65

II 5 – 15 % 7.445 15.46

II 15 – 35 % 6.273 13.03

IV 35 – 50 % 1.521 3.16

V > 50 % 342 0.71

Jumlah 48.162 100

Sumber : BPDAS Wampu- Sei Ular (2006)

Penutupan Lahan atau Penggunaan Lahan

Penutupan lahan atau penggunaan lahan adalah aktivitas manusia atas

lahan, yang ditunjukkan dengan adanya bentuk pemanfaatan oleh manusia seperti

permukiman dan sebagainya. Masing –masing jenis penggunaan lahan dapat

(43)

Tabel 8 Penggunaan Lahan DAS Deli

Sumber : BPDAS Wampu- Sei Ular (2006)

Geomorfologi

Kondisi geomorfologi DAS Deli dideskripsikan dengan menunjukkan

sebaran ketinggian tempat. Berdasarkan bentuk topografi, geomorfologi wilayah

DAS Deli terdiri atas bentuk yang bervariasi, seperti disajikan pada tabel 9 berikut

ini :

Tabel 9 Geomorfologi DAS Deli

Ketinggian tempat Luas (ha) Persentase

< 10 m (berombak) 8.782 18,23

10 – 50 m (berbukit sedang) 19.478 40,44

50 -300 m (berbukit) 10.536 21,88

> 300 m (bergunung) 9.366 19,45

Jumlah 48.162 100

Sumber : BPDAS Wampu- Sei Ular (2006)

Kependudukan

Di wilayah DAS Deli mempunyai jumlah penduduk 209.726 jiwa, dengan

jumlah kepala keluarga (KK) sebanyak 46.802 KK. Data jumlah penduduk dan

kepala keluarga pada DAS Deli hilir rata-rata jumlah penduduk perkecamatan

(44)

1. Penduduk Menurut Kelas Umur

Keadaan jumlah penduduk berdasarkan kelas umur di wilayah DAS Deli

hilir adalah sebagai berikut :

- penduduk pada kelas umur 0 – 14 tahun adalah sebanyak

29.886 jiwa

- penduduk pada kelas umur 15 – 55 tahun adalah sebanyak

47.848 jiwa

- penduduk pada kelas umur > 55 tahun adalah sebanyak 11.851

jiwa

2. Mata Pencaharian

Pada wilayah DAS Deli hilir, penduduk memiliki mata pencaharian yang

cukup bervariasi, diantaranya adalah :

- petani sebesar 10.713 KK

- PNS / ABRI / Pensiunan sebesar 1.449 KK

- Buruh tani sebesar 54 KK

- Buruh sebesar 3.090 KK

- Penyedia jasa sebesar 38 KK

- Pedagang sebesar 1.404 KK

- Pertukangan sebesar 529 KK

- Pegawai / karyawan swasta sebesar 13.991 KK

- Angkutan 322 KK

- Dan lain-lain sebesar 2.420 KK

3. Tingkat Pendidikan

Keadaan tingkat Pendidikan di wilayah DAS Deli hilir menurut data tahun

2002 adalah sebagai berikut :

- Tamat SD sebanyak 30.835 jiwa

- Tamat SLTP sebanyak 22.858 jiwa

- Tamat SLTA sebanyak 16.000 jiwa

- Akademi sebanyak 2.487 jiwa

- Perguruan tinggi sebanyak 1.395 jiwa

- Belum sekolah sebanyak 8.015 jiwa

(45)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Responden

Keseluruhan masyarakat yang menjadi responden dalam penelitian ini

adalah sejumlah 120 orang, yang terdiri dari 4 (empat ) lokasi yaitu Kelurahan

Deli Tua Barat, Kelurahan Sukaraja, Kelurahan Sei Agul dan Kelurahan Labuhan

Deli. Karakteristik dari seluruh masyarakat yang menjadi responden dalam

penelitian ini dapat dilihat dari berbagai aspek sebagai berikut :

Komposisi Responden Berdasarkan Kelompok Umur

Berdasarkan hasil tabulasi kuisioner, kelompok umur yang dominan

adalah responden berusia antara 31 – 45 tahun sebanyak 63 orang (52,5 %).

Selanjutnya kelompok yang rentang umurnya > 45 tahun sebanyak 33 orang

(27,5%) dan yang paling sedikit adalah rentang umur 17 – 30 tahun sebanyak 24

orang (20%). Dari kisaran umur responden dapat dilihat bahwa usia responden

berada pada usia produktif, yaitu antara usia 31-45 tahun. Untuk usia yang kurang

produktif adalah umur > 45 tahun sampai 55 tahun. Sedangkan untuk penduduk

yang berumur dibawah 15 tahun dan diatas 55 tahun merupakan penduduk non

produktif. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 10 berikut ini :

Tabel 10 Komposisi Responden Berdasarkan Kelompok Umur

No Kelompok umur Jumlah Persen

1 17 – 30 tahun 24 20

2 31 – 45 tahun 63 52,5

3 > 45 tahun 33 27,5

Total 120 100

Komposisi Responden Berdasarkan Pekerjaan

Keadaan penduduk yang menjadi responden pada lokasi penelitian

memiliki jenis pekerjaan yang berbeda-beda, dapat dilihat pada tabel 11 berikut

(46)

Tabel 11 Komposisi Responden Berdasarkan Kelompok Pekerjaan

Pada umumnya pekerjaan responden pada lokasi penelitian ini didominasi

dengan pekerjaan selain petani, nelayan, pedagang dan jasa angkutan. Misalnya,

ada yang memiliki pekerjaan sebagai kuli bangunan, buruh pabrik, pembantu

rumah tangga dan ada juga yang bekerja sebagai pegawai swasta dan pegawai di

instansi pemerintahan (pegawai negeri sipil). Dikarenakan penelitian dilakukan

pada empat lokasi, diperoleh hasil dimana ada salah satu lokasi yang

respondennya lebih banyak memiliki pekerjaan sebagai nelayan yaitu Kelurahan

Labuhan Deli. Hal ini dikarenakan oleh Sungai Deli yang ada di kelurahan ini

mengalir langsung ke muara yang akan bertemu dengan Laut Belawan dan

memeliki jarak yang tidak begitu jauh.

Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pendidikan penduduk dari lokasi penelitian memiliki variasi yang

berjenjang satu sama lain, dari pendidikan yang dasar sampai pada tingkat

pendidikan tinggi. Dapat dilihat pada tabel 12 berikut ini :

Tabel 12 Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Pendidikan Jumlah Persen

1 SD / MI 39 32,5

2 SMP/MTS 43 35,9

3 SMU/SMK/MA 34 28,3

4 Perguruan Tinggi 4 3,3

Total 120 100

Pada umumnya tingkat pendidikan responden pada lokasi penelitian ini

hanya sampai pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau yang sederajat yakni

sebanyak 43 orang responden (35,9%). Hal ini disebabkan karena responden

sebagaian besar memiliki tingkat perekonomian menengah kebawah (kurang

(47)

tercapai. Sedangkan responden yang memiliki tingkat pendidikan setara dengan

perguruan tinggi merupakan jumlah yang paling sedikit diperoleh yaitu hanya

berjumlah 4 (empat) orang (3,3%). Hal ini dikarenakan dimana sebagian besar

responden kurang termotivasi dan bahkan tidak memiliki keinginan untuk

melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Kurangnya motivasi

tersebut dikarenakan oleh pandangan mereka yang menyatakan bahwa anak

perempuan tidak harus sekolah tinggi karena nantinya juga akan mengurus rumah

saja, sedangkan untuk pihak laki-laki diserahkan tugas untuk melanjutkan usaha

orang tuanya.

Selain itu menurut penuturan responden hal ini juga dipengaruhi oleh

faktor ekonomi walaupun hal ini tidaklah mutlak sebagai faktor utamanya.

Kesadaran akan pendidikan yang tinggi bisa dikatakan masih kurang. Orang yang

lumayan mampu secara ekonomi pada waktu lalu belum tentu menyekolahkan

anaknya sampai perguruan tinggi atau kesadaran anaknya yang memang kurang,

sehingga enggan untuk meneruskan ke perguruan tinggi. Akan tetapi pada saat ini,

secara pandangan umum dan kenyataannya sudah banyak orang tua yang tampak

mempunyai kesadaran yang cukup tinggi untuk menyekolahkan anaknya untuk

jenjang yang lebih tinggi, tetapi belum bisa dipastikan seberapa tinggi mereka bisa

menyekolahkan anak-anaknya.

Komposisi Responden Berdasarkan Lama Bermukim

Keadaan penduduk yang menjadi responden berdasarkan lama bermukim

dapat dilihat pada tabel 13 berikut ini :

Tabel 13 Komposisi Responden Berdasarkan Lama Bermukim

No Lama bermukim Jumlah Persen

1 < 5 tahun 26 21,7

2 5 – 20 tahun 56 46,7

3 > 20 tahun 38 31,7

Total 120 100

Komposisi responden berdasarkan lama bermukim lebih banyak pada

rentang 5 – 20 tahun yaitu sebanyak 56 orang (46,7 %). Responden yang telah

(48)

besar mengatakan bahwa mereka sejak kecil telah bermukim di daerah tersebut

dan tidak pernah pindah.

Hubungan Antara Karakteristik Responden Dengan Persepsi Responden

Persepsi seseorang dapat dipengaruhi oleh karakteristik pada dirinya..

Karakteristik tersebut diantaranya adalah umur, pekerjaan, pendidikan dan lama

bermukim. Berikut disajikan tabel 14 yang menunjukkan hubungan tersebut :

Tabel 14 Hubungan antara faktor internal dan external responden dengan persepsi.

No

Karakteristik Responden

Persepsi Responden Umur Pekerjaan Pendidikan Lama bermukim

1

Koefisien korelasi -0,060 0,111 0,092 0,012 Sig. (2-tailed) 0,516 0,225 0,316 0,898 2 = Persepsi responden terhadap kualitas air dengan adanya pemukiman dan industri di

sekitar sungai.

3 = Persepsi responden terhadap kegiatan yang menjadikan sungai menjadi tempat rekreasi / ekowisata dan pengairan / irigasi.

4 = Persepsi responden terhadap pengaruh tingkat kebersihan sungai terhadap kesehatan masyarakat.

* = Berkorelasi nyata pada level 0,05 atau 95 % korelasinya nyata. ● Pembahasannya

1. Hubungan Antara Umur Dengan Persepsi Responden

Dari tabel 14 diatas dapat dilihat bahwa umur berpengaruh nyata

(signifikan) dengan persepsi responden terhadap kualitas air dengan adanya

pemukiman dan industri di sekitar sungai. Keduanya memiliki korelasi yang

positif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin bertambah usia responden, maka

Gambar

Tabel 2 Skoring Data Pendidikan
Tabel 5 Skoring Data Persepsi Responden Dengan Skala Likert
Tabel 7 Luas dan Kemiringan DAS Deli Kelas Lereng
Tabel 9 Geomorfologi DAS Deli Ketinggian tempat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sungai berfungsi sebagai sumber kehidupan. Namun kondisi sungai banyak yang tercemar salah satunya akibat pembuangan sampah oleh masyarakat yang tinggal di Bantaran Sungai

Faktor internal yang berhubungan nyata dengan tingkat partisipasi masyarakat bantaran Sungai Ciliwung dalam kegiatan Pengadaaan Sarana Prasarana Pencegahan Pencemaran

Pada kenyataanya sampai pada saat ini masyarakat Kampung Badur masih tetap membuang sampah ke Sungai Deli, namun masyarakat berusaha mengurangi pembuangan sampah ke sungai dengan

Sampah Di Desa Medan Senembah Kabupaten Deli Serdang Dan.. Dikelurahan Asam Kumbang Kota Medan

Kondisi tumpukan sampah di bantaran sungai di atas tanah hasil dari penimbunan sampah oleh masyarakat..

Adanya kegiataan penataan bantaran sungai yang salah satu program kegiatannya adalah peningkatan jalan inspeksi dan telah selesai di kerjakan pada tahun 2007, maka aksesibilitas

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa masyarakat Lingkungan I yang tinggal di bantaran Sungai Babura sama sekali tidak memahami manajemen