PERSEPSI DAN PERILAKU MASYARAKAT BANTARAN
SUNGAI DELI TERHADAP PEMANFAATAN JASA
LINGKUNGAN SUNGAI DELI
(Studi Kasus Masyarakat Kelurahan Deli Tua Barat, Kelurahan Sukaraja, Kelurahan Sei Agul dan Kelurahan Labuhan Deli – Sumatera Utara)
CAHYA WARDIAH
031201026 / MANAJEMEN HUTAN
JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan segala
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga hasil penelitian yang berjudul “Persepsi
dan Perilaku Masyarakat Bantaran Sungai Deli Terhadap Pemanfaatan Jasa Lingkungan
Sungai Deli (Studi Kasus Masyarakat Kelurahan Deli Tua Barat, Kelurahan Sukaraja,
Kelurahan Sei Agul dan Kelurahan Labuhan Deli)“ dapat selesai dengan baik.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Nurdin Sulistiyono, S.Hut, M.Si
dan Ibu Masithah Dewi Ginting, S.Sos, M.Soc,Sc selaku komisi pembimbing yang telah
mengarahkan penulis dalam menyelesaikan hasil penelitian ini. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar, MS selaku ketua Departemen
Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada kedua orang tua, abang yang telah
memberi dukungan, kasih sayang dan doanya kepada penulis serta teman-teman yang telah
membantu dalam penulisan hasil penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih belum sempurna, oleh karena
itu penulis menerima kritikan dan saran yang bersifat membangun dari pembaca. Atas
kritikan dan sarannya penulis ucapkan terima kasih.
DAFTAR ISI
Perumusan Masalah ... Tujuan Penelitian ... 3
Manfaat Penelitian ... 3
Kerangka Pemikiran ... TINJAUAN PUSTAKA Defenisis Daerah Aliran Sungai ... 4
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai ... 5
Sungai ... 6
Kesehatan Lingkungan DAS ... 9
Masyarakat DAS Perkotaan ... Persepsi ...
Penyebaran Kuisioner ... 19
Wawancara Mendalam (Deep Interview) ... 19 Teknik Observasi ...
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
Keadaan Fisik Lingkungan ... 20
Letak DAS Deli ... Luas dan Kemiringan DAS Deli ... Penutupan / Penggunaan Lahan DAS Deli ... Geomorfologi DAS Deli Kependudukan dan Sosial Ekonomi ... 23
Penduduk Menurut Kelas Umur ... Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Responden ... 26
Berdasarkan Kelas Umur... 26
Berdasarkan Pekerjaan ... Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 27
Berdasakan Lama Bermukim ... 27
Hubungan Persepsi Dengan Karakteristik Responden ... 28
Hubungan Persepsi Dengan Umur ... 32
Hubungan Persepsi Dengan Pekerjaan... 33
Hubungan Persepsi Dengan Pendidikan ... Hubungan Persepsi Dengan Lama Bermukim... Hubungan Perilaku Dengan Karakteristik Responden ... 43
Hubungan Perilaku Dengan Umur ... 32
Hubungan Perilaku Dengan Pekerjaan... 33
Hubungan Perilaku Dengan Pendidikan ... Hubungan Perilaku Dengan Lama Bermukim... Hubungan Persepsi dan Perilaku Responden... Pandangan Hidup dan Kehidupan Masyarakat Bantaran Sungai Deli . Teori Hubungan Antara Persepsi dan Perilaku ... Analisa Kelembagaan ... Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan Kota Medan... Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Medan ... Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup, Energi dan Sumber Daya Mineral Kota Medan ... Pengelolaan DAS Deli Terpadu ... KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 49
Saran ... 50
DAFTAR TABEL
Halaman 1. Skoring Mata Pencaharian Responden ... 28 2. Skoring Data Pendidikan ... 30 3. Skoring Data Umur ... 44 4. Skoring Data Lama Bermukim ...
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1. Jumlah Jenis Tumbuhan Obat yang Dimanfaatkan Oleh
Masyarakat Desa Sibanggor Julu dan Desa Aek Nangali ... 33
2. Cara Perlakuan Penggunaan Tumbuhan Obat Secara Langsung... 34
3. Cara Perlakuan Penggunaan Tumbuhan Obat Secara Tidak Langsung ... 35
4. Selaginella sp... 36
5. Loranthus sp. ... 36
6. Lourentia langiflora (L.) Peterm ... 37
7. Loranthus chrysanthus BL ... 38
8. Oryza granulata NEES et ARN ... 39
9. Piper ungaramense (Miq.)C.BC ... 39
10.Chloranthus elatior RBR ... 40
11.Physalis minima Linn ... 41
12.Chinchona spp. ... 41
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1. Karakteristik Responden Kunci dan Masyarakat
Desa Sibanggor Julu ... 53
2. Karakteristik Responden Kunci dan Masyarakat
Desa Aek Nangali... 55
3. Kuisioner Penelitian Pemanfaatan Tumbuhan Obat Oleh Masyarakat Sekitar Taman Nasional Batang
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Skripsi : Persepsi dan Perilaku Masyarakat Bantaran Sungai Deli Terhadap
Pemanfaatan Jasa Lingkungan Sungai Deli (Studi Kasus
Masyarakat Kelurahan Deli Tua Barat, Kelurahan Sukaraja,
Kelurahan Sei Agul dan Kelurahan Labuhan Deli)
Nama : Cahya Wardiah
NIM : 031201026
Program Studi : Manajemen Hutan
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
Nurdin Sulistiyono, S. Hut, M.Si Masithah Dewi Ginting, S.Sos, M.Soc.Sc.
Ketua Anggota
Mengetahui,
Ketua Departemen Kehutanan
ABSTRAK
CAHYA WARDIAH. Persepsi dan Perilaku Masyarakat Bantaran Sungai Deli
Terhadap Pemanfaatan Jasa Lingkungan Sungai Deli (Studi Kasus Masyarakat Kelurahan Deli Tua Barat, Kelurahan Sukaraja, Kelurahan Sei Agul dan Kelurahan Labuhan Deli – Sumatera Utara).
Debit air yang melaju ke hilir akan sangat ditentukan seberapa luas hutan dapat menangkap, meresapkan dan menahan serta menyimpan air di kawasan hulu dan tengah. Saat ini, luas hutan di hulu Sungai Deli hanya tinggal 3.655 hektar, atau tinggal 7,59 % dari 48.162 hektar areal DAS Deli. Padahal, dengan luas 48.162 hektar, panjang 71,91 km, dan lebar 5,58 km, DAS Deli seharusnya memiliki hutan alam untuk kawasan resapan air sedikitnya seluas 14.449 hektar, atau 30 % dari luas DAS.
Selain itu, kini limbah mencemari sungai. Pencemaran Sungai Deli, 70 % diantaranya diakibatkan limbah padat dan cair. Kondisi masyarakat yang tinggal di bantaran Sungai Deli bisa dikatakan memprihatinkan, karena sejumlah warga melakukan aktivitas seperti mencuci pakaian, buang hajat dan mandi di sungai, padahal air sungai tersebut sudah tercemar. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka diperlukan adanya informasi mengenai persepsi dan perilaku masyarakat bantaran sungai terhadap pemanfaatan jasa lingkungan Sungai Deli sehingga informasi ini dapat digunakan sebagai landasan dalam menentukan bentuk program pembangunan masyarakat desa bantaran Sungai Deli sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat bantaran Sungai Deli.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi dan perilaku dan bagaimana hubungan keduanya, mengetahui kebersediaan dan kebersediaan menerima masyarakat dalam hal pemanfaatan jasa lingkungan sungai dan peran serta stakeholder dalam pengaturan penduduk di bantaran sungai. Dari penelitian ini diperoleh manfaat yang memberikan informasi tentang persepsi dan perilaku masyarakat bantara Sungai Deli dan sebagai informasi untuk program pembangunan masyarakat desa sekitar Sungai Deli.
Data yang dikumpulkan diperoleh dari hasil penyebaran kuisioner, wawancara dengan responden dan tokoh masyarakat serta wawancara dengan dinas yang terkait. Teknik observasi juga dilakukan untuk responden pada khususnya dan masyarakat bantaran sungai pada umumnya.
Hubungan antara persepsi dan perilaku responden bersifat negatif dan positif dengan karakteristik dirinya, satu sama lain ada yang berpengaruh nyata dan ada yang tidak berpengaruh nyata. Begitu juga halnya dengan hubungan antara persepsi dengan perilaku responden. Dan pada umumnya kesediaan membayar masyarakat terhadap sesuatu jauh lebih kecil dibandinga dengan kesediaan menerima sesuatu, dalam hal ini pemanfaatan jasa lingkungan sungai. Dari penelitian ini diharapkan pada setiap stakeholder untuk perlunya bekerjasama yang sinergis dan saling berkoordinasi.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 5 Februari 1985, dari ayah
Achman Harahap dan ibu Masdiana Siregar. Penulis merupakan putri ketiga dari 3
(tiga) bersaudara.
Tahun 2003 penulis lulus dari SMU Negeri 1 Padangsidempuan dan pada
tahun 2003 lulus seleksi masuk USU melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa
Baru (SPMB). Penulis memilih Program Studi Manajemen Hutan, Jurusan
Kehutanan, Fakultas Pertanian.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis mengikuti kegiatan organisasi
Himpunan Mahasiswa Sylva (HIMAS) –USU sebagai anggota dan menjadi
anggota Badan Kenaziran Mushalla (BKM) Baitul Asjjar Jurusan Kehutanan USU
di bidang kenaziran.
Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di HTI PT. Riau
Andalan Pulp and Paper (RAPP) Estate Baserah, Kecamatan Kuantanh Singingi,
Kabupaten Kuantan Hilir, Propinsi Riau selama 2 (dua) bulan yaitu sejak 5 Juni
DAFTAR ISI Defenisis Daerah Aliran Sungai... 5
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai ... 5
Sungai ... 6
Penyebaran Kuisioner ... 11
Wawancara Mendalam (Deep Interview) ... 11
Teknik Observasi ... 12
Pengolahan Data ... 12
Karakteristik Konsumen Air Singai ... 12
Skoring Data ... 12
Analisa Data ... 13
Korelasi Spearman ... 13
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
Keadaan Fisik Lingkungan ... 15
Letak DAS Deli ... 15
Luas dan Kemiringan DAS Deli ... 15
Penutupan / Penggunaan Lahan DAS Deli ... 15
Geomorfologi DAS Deli ... 16
Kependudukan dan Sosial Ekonomi ... 16
Penduduk Menurut Kelas Umur ... 16
Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 17
Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... 17
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Responden ... 18
Berdasarkan Kelas Umur ... 18
Berdasarkan Pekerjaan ... 18
Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 19
Berdasakan Lama Bermukim ... 20
Hubungan Persepsi Dengan Karakteristik Responden ... 21
Hubungan Persepsi Dengan Umur ... 21
Hubungan Persepsi Dengan Pekerjaan ... 22
Hubungan Persepsi Dengan Pendidikan ... 23
Hubungan Persepsi Dengan Lama Bermukim ... 23
Hubungan Perilaku Dengan Karakteristik Responden ... 24
Hubungan Perilaku Dengan Umur ... 24
Hubungan Perilaku Dengan Pekerjaan ... 25
Hubungan Perilaku Dengan Pendidikan ... 26
Hubungan Perilaku Dengan Lama Bermukim ... 26
Hubungan Persepsi dan Perilaku Responden ... 27
Pandangan Hidup dan Kehidupan Masyarakat Bantaran Sungai Deli 36
Teori Hubungan Antara Persepsi dan Perilaku ... 38
Analisa Kelembagaan ... 40
Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan Kota Medan ... 40
Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Medan ... 41
Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup, Energi dan Sumber Daya Mineral Kota Medan ... 42
Pengelolaan DAS Deli Terpadu ... 44
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 46
Saran ... 46
DAFTAR PUSTAKA ... 47
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Skoring Mata Pencaharian Responden ... 12
2. Skoring Data Pendidikan ... 12
3. Skoring Data Umur ... 12
4. Skoring Data Lama Bermukim ... 13
5. Skoring Data Persepsi Responden ... 13
6. Skoring Data Perilaku Responden ... 13
7. Luas dan Kemiringan DAS Deli ... 15
8. Penutupan / Penggunaan Lahan DAS Deli ... 15
9. Geomorfologi DAS Deli ... 16
10.Komposisi Responden Berdasarkan Kelas Umur ... 18
11.Komposisi Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 18
12.Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 19
13.Komposisi Responden Berdasarkan Lama Bermukim ... 20
14.Hubungan Faktor Internal dan Eksternal Dengan Persepsi Responden 21 15.Hubungan Karakteristik Responden Dengan Perilaku Responden ... 24
16.Hubungan Persepsi Responden Dengan Perilaku Responden ... 27
17.Persepsi Larangan Membuang Sampah ke Sungai ... 28
18.Perilaku Masyarakat Yang Membuang Sampah ke Sungai ... 29
19.Persepsi Rsponden Terhadap Kualitas Air ... 30
20.Responden Yang Memanfaatkan Air Singai Untuk MCK ... 31
21.Persepsi Responden Terhadap Sungai Dijadikan Tempat Rekreasi / Ekowisata ... 32
22.Perilaku Responden Yang Memanfaatkan Sungai Sebagai Sumber Perekonomian Masyarakat ... 33
DAFTAR GAMBAR
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Kuisioner Penelitian ... 49
2. Daftar Identitas Responden ... 53
3. Pengolahan Data Korelasi Karakteristik Responden Terhadap Perspsi Responden Dengan SPSS ... 58
4. Pengolahan Data Korelasi Karakteristik Responden Terhadap Perilaku Responden Dengan SPSS ... 59
5. Pengolahan Data Korelasi Perspsi Responden Terhadap Perilaku Responden Dengan SPSS ... 60
6. Tabel Frekuensi Karakteristik Responden ... 61
7. Tabel Uji Chi – Square ... 63
8. Foto Kondisi Singai Deli Pada Lokasi Penelitian ... 64
9. Foto Perilaku Masyarakat Bantaran Sungai Deli Hilir ... 65
10.Foto Pengisian Kuisioner dan Wawancara ... 66
11.Peta DAS Deli ... 67
ABSTRAK
CAHYA WARDIAH. Persepsi dan Perilaku Masyarakat Bantaran Sungai Deli
Terhadap Pemanfaatan Jasa Lingkungan Sungai Deli (Studi Kasus Masyarakat Kelurahan Deli Tua Barat, Kelurahan Sukaraja, Kelurahan Sei Agul dan Kelurahan Labuhan Deli – Sumatera Utara).
Debit air yang melaju ke hilir akan sangat ditentukan seberapa luas hutan dapat menangkap, meresapkan dan menahan serta menyimpan air di kawasan hulu dan tengah. Saat ini, luas hutan di hulu Sungai Deli hanya tinggal 3.655 hektar, atau tinggal 7,59 % dari 48.162 hektar areal DAS Deli. Padahal, dengan luas 48.162 hektar, panjang 71,91 km, dan lebar 5,58 km, DAS Deli seharusnya memiliki hutan alam untuk kawasan resapan air sedikitnya seluas 14.449 hektar, atau 30 % dari luas DAS.
Selain itu, kini limbah mencemari sungai. Pencemaran Sungai Deli, 70 % diantaranya diakibatkan limbah padat dan cair. Kondisi masyarakat yang tinggal di bantaran Sungai Deli bisa dikatakan memprihatinkan, karena sejumlah warga melakukan aktivitas seperti mencuci pakaian, buang hajat dan mandi di sungai, padahal air sungai tersebut sudah tercemar. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka diperlukan adanya informasi mengenai persepsi dan perilaku masyarakat bantaran sungai terhadap pemanfaatan jasa lingkungan Sungai Deli sehingga informasi ini dapat digunakan sebagai landasan dalam menentukan bentuk program pembangunan masyarakat desa bantaran Sungai Deli sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat bantaran Sungai Deli.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi dan perilaku dan bagaimana hubungan keduanya, mengetahui kebersediaan dan kebersediaan menerima masyarakat dalam hal pemanfaatan jasa lingkungan sungai dan peran serta stakeholder dalam pengaturan penduduk di bantaran sungai. Dari penelitian ini diperoleh manfaat yang memberikan informasi tentang persepsi dan perilaku masyarakat bantara Sungai Deli dan sebagai informasi untuk program pembangunan masyarakat desa sekitar Sungai Deli.
Data yang dikumpulkan diperoleh dari hasil penyebaran kuisioner, wawancara dengan responden dan tokoh masyarakat serta wawancara dengan dinas yang terkait. Teknik observasi juga dilakukan untuk responden pada khususnya dan masyarakat bantaran sungai pada umumnya.
Hubungan antara persepsi dan perilaku responden bersifat negatif dan positif dengan karakteristik dirinya, satu sama lain ada yang berpengaruh nyata dan ada yang tidak berpengaruh nyata. Begitu juga halnya dengan hubungan antara persepsi dengan perilaku responden. Dan pada umumnya kesediaan membayar masyarakat terhadap sesuatu jauh lebih kecil dibandinga dengan kesediaan menerima sesuatu, dalam hal ini pemanfaatan jasa lingkungan sungai. Dari penelitian ini diharapkan pada setiap stakeholder untuk perlunya bekerjasama yang sinergis dan saling berkoordinasi.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sebagai kesatuan hidrologis, air mengalir dari hulu ke hilir akan sangat
bergantung / ditentukan oleh tinggi rendanya kapasitas penyimpanan air oleh
sistem ekologi di kawasan hutan. Artinya, debit air yang melaju ke hilir akan
sangat ditentukan seberapa luas hutan dapat menangkap, meresapkan dan
menahan serta menyimpan air di kawasan hulu dan tengah. Intensitas / luasnya
tutupan hutan akan sangat mempengaruhi kapasitas retensi air tanah, sehingga
mempengaruhi fluktuasi debit air musiman termasuk kualitas air yang mengalir di
sepanjang sungai. Laju air yang juga berpotensi merusak lingkungan , kekuatan
rusaknya akan ditentukan oleh sebeerapa baik / buruk kualitas lingkungan / hutan
yang berfungsi menahan laju air di kawasan hulu dan tengah.
Sungai Deli merupakan salah satu dari delapan sungai yang ada di Kota
Medan. Mulanya, pada masa kerajaan Deli, sungai merupakan urat nadi
perdagangan ke daerah lain. Saat ini, luas hutan di hulu Sungai Deli hanya tinggal
3.655 hektar, atau tinggal 7,59 % dari 48.162 hektar areal DAS Deli. Padahal,
dengan luas 48.162 hektar, panjang 71,91 km, dan lebar 5,58 km, DAS Deli
seharusnya memiliki hutan alam untuk kawasan resapan air sedikitnya seluas
14.449 hektar, atau 30 % dari luas DAS.
Selain itu, kini limbah mencemari sungai. Pencemaran Sungai Deli ini
sudah bisa dirasakan melalui airnya yang kecokelatan. Dengan tebaran sampah
yang menumpuk, dari bagian pinggir sampai ke aliran sungai yang bisa diketahui
dari pendangkalan yang terjadi di beberapa titik. Pencemaran Sungai Deli, 70 %
diantaranya diakibatkan limbah padat dan cair. Limbah domestik padat atau
sampah yang dihasilkan di Kota Medan adalah 1.235 ton per hari.
Kondisi masyarakat yang tinggal di bantaran Sungai Deli bisa dikatakan
memprihatinkan, karena sejumlah warga melakukan aktivitas seperti mencuci
pakaian, buang hajat dan mandi di sungai, padahal air sungai tersebut sudah
tercemar. Masyarakat yang tinggal di bantaran sungai memiliki pola hidup yang
kurang bersih dan sehat, dimana susunan dari pemukiman mereka sangat rapat
sarana untuk membuang sampah pada tempatnya, sehingga mereka lebih memilih
untuk membuangnya ke sungai.
Dampak dari interaksi dan adanya masyarakat yang tinggal di bantaran
sungai diantaranya adalah penurunan kualitas air sungai disebabkan karena masih
banyaknya masyrakat yang membuang limbah domestik dan industri langsung ke
sungai, pencemaran sungai yang disebabkan oleh pemakaian pupuk organik dan
pestisida yang masih tinggi di kawasan hulu sungai dan penurunan debit air
sungai akibat perambahan, illegal logging dan konversi lahan masih terjadi di
kawasan tangkapan air.
Sungai Deli perlu dilestarikan karena dengan luasan tersebut, kawasan ini
tidak saja menyumbang proporsi besar sebagai sumber air minum penduduk Kota
Medan dan sekitarnya yang mencapai 320.000 satuan sambungan, namun juga
berperan dalam menggerakkan sendi-sendi perekonomian wilayah, terutama untuk
Kabupaten Karo, Deli Serdang dan Kota Medan. Beberapa sektor penting yang
perlu disebutkan misalnya sektor pertanian, perkebunan, industri, perikanan,
pariwisata dan sektor jasa.
Dari segi topografi daerah aliran sungai ini dapat dibagi menjadi tiga
bagian yaitu dataran pesisir, dataran datar dan dataran tinggi. Wilayah dataran
pesisir dan datar secara administratif merupakan daerah yang padat penduduk dan
tempat berkembangnya industri yang terkenal dengan nama Kawasan Industri
Medan (KIM). Sungai Deli merupakan saluran utama yang mendukung drainase
Kota Medan dengan cakupan luas wilayahnya sekitar 51 % dari luas Kota Medan.
Pembaharuan tata pemerintahan sumberdaya alam dan lingkungan pada
suatu DAS mengambil strategi pembaharuan tata kelembagaan sebagai strategi
utamanya. Kelembagaan ini memuat elemen-elemen penyusun yang berasal dari
tiga “ruang kekuasaan” yang berbeda yaitu masyarakat sipil, negara (otoritas
pemerintah kabupaten-kabupaten dan kota-kota yang dialiri oleh sungai) dan
pihak swasta. Dengan sejumlah peran dan fungsi sosio-politis yang dimilikinya,
kelembagaan dapat berkolaborasi satu sama lain dengan baik, sehingga sangat
diharapkan terjadi kesetimbangan peran yang memadai antar tiap stakeholder
sehingga cita-cita keberlanjutan dan kelestarian lingkungan serta kesejahteraan
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka diperlukan adanya informasi
mengenai persepsi dan perilaku masyarakat bantaran sungai terhadap pemanfaatan
jasa lingkungan Sungai Deli sehingga informasi ini dapat digunakan sebagai
landasan dalam menentukan bentuk program pembangunan masyarakat desa
bantaran Sungai Deli sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat
bantaran Sungai Deli.
Pentingnya mengetahui persepsi dan perilaku masyarakat yang tinggal di
bantaran sungai karena kunci keberhasilan dari pelestarian sumberdaya alam
sepanjang Sungai Deli adalah peran aktif masyarakat lokal. Sebab, pengelolaan
daerah aliran sungai pada akhirnya akan bertumpu pada upaya masyarakat untuk
mengontrol kaitan satu sama lain antara sumberdaya air dengan manusia yang
hidup pada kawasan tersebut serta aktifitas yang dilakukannya. Oleh karena itu
peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana hubungan antara persepsi dan
perilaku masyarakat yang tinggal di bantaran sungai dalam pemanfaatan jasa
lingkungan sungai, dimana aktifitas yang mereka lakukan memiliki tujuan yang
menjamin konsep kelestarian sekaligus keseimbangan antara ekosistem sungai
dengan pemanfaatan jasa lingkungannya yang terus menerus meningkat.
Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana persepsi dan perilaku masyarakat bantaran sungai terhadap
pemanfaatan jasa lingkungan sungai, khususnya masyarakat sekitar
Sungai Deli - Sumatera Utara.
2. Bagaimana hubungan antara persepsi dan perilaku masyarakat bantaran
sungai terhadap pemanfaatan jasa lingkungan sungai, khususnya
masyarakat sekitar Sungai Deli - Sumatera Utara.
3. Seberapa besar nilai kesediaan membayar / willingness to pay (WTP) dan
kesediaan menerima / willingness to accept (WTA) masyarakat bantaran
sungai terhadap pemanfaatan jasa lingkungan sungai, khususnya
4. Bagaimana peran serta stakeholder dalam penanganan pemukiman
masyarakat yang tingggal di bantaran sungai, khususnya masyarakat
sekitar Sungai Deli – Sumatera Utara.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui persepsi dan perilaku masyarakat bantaran sungai terhadap
pemanfaatan jasa lingkungan sungai, khususnya masyarakat sekitar
Sungai Deli - Sumatera Utara.
2. Mengetahui hubungan antara persepsi dan perilaku masyarakat bantaran
sungai terhadap pemanfaatan jasa lingkungan sungai, khususnya
masyarakat sekitar Sungai Deli - Sumatera Utara.
3. Mengetahui seberapa besar nilai kesediaan membayar (WTP) dan
kesediaan menerima (WTA) masyarakat bantaran sungai terhadap
pemanfaatan jasa lingkungan sungai, khususnya masyarakat sekitar
Sungai Deli – Sumatera Utara.
4. Mengetahui peran serta stakeholder dalam penanganan pemukiman
masyarakat yang tinggal di bantaran sungai, khususnya masyarakat sekitar
Sungai Deli – Sumatera Utara.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Memberikan informasi dan gambaran mengenai persepsi dan perilaku
masyarakat sekitar bantaran Sungai Deli, dalam hal ini bagaimana
pemanfaatan dan pengelolaan keseimbangan DAS Deli oleh masyarakat
di sekitarnya.
2. Secara ilmiah hasil penelitian dapat digunakan sebagai informasi dalam
menentukan bentuk program pembangunan masyarakat desa sekitar sungai
yang harus dilaksanakan oleh Pemerintah Sumatera Utara sehingga dapat
Kerangka Pemikiran
Menurut Lumintang dan Murni (1998), persepsi merupakan proses merasa,
menafsirkan pesan, mengorganisasi, menginterpretasi dan mengevaluasi serta
proses membuat penilaian atau membangun kesan mengenai berbagai macam hal
yang terdapat di dalam lapangan. Persepsi masyarakat dipengaruhi oleh faktor
internal dan eksternal. Faktor internal adalah nilai-nilai dari dalam diri setiap
individu yang diperoleh dengan hal-hal yang diterima dirinya. Adapun faktor
internal yang mempengaruhi persepsi seseorang yang dijadikan sebagai kerangka
pemikiran dalam penelitian ini diantaranya adalah umur dan pendidikan.
Sedangkan faktor eksternal adalah nilai-nilai dari luar setiap diri individu
yang dapat mempengaruhi persepsi. Adapun faktor eksternal yang mempengaruhi
persepsi seseorang yang dijadikan sebagai kerangka pemikiran dalam penelitian
ini diantaranya adalah pekerjaan dan lama bermukim. Dari persepsi tersebut maka
akan dapat mempengaruhi bentuk tingkah laku atau perilaku individu dalam
kehidupan sehari-harinya.
Dari uraian diatas, dapat kita lihat pengaruh faktor internal dan eksternal
terhadap persepsi dan perilaku dalam kerangka berikut ini :
PERSEPSI PERILAKU
Gambar 1 Kerangka Pemikiran Faktor Internal :
- umur
- pendidikan
Faktor Eksternal :
- pekerjaan
- lama bermukim
TINJAUAN PUSTAKA
Sungai
Sungai mempunyai fungsi sebagai daerah pengaliran. Sebuah sungai
adalah daerah tempat air hujan mengkonsentrasi ke sungai. Garis batas
daerah-daerah aliran yang berdampingan disebut batas daerah-daerah pengaliran. Luas daerah-daerah
pengaliran diperkirakan dengan pengukuran daerah itu pada peta topografi.
Daerah pengaliran, topografi, tumbuh-tumbuhan dan geologi mempunyai
pengaruh terhadap debit banjir, debit pengaliran dasar dan seterusnya
(Sosrodarsono dan Takeda,2003).
Pemerintah memperhatikan manfaatnya sungai yang tidak kecil dalam
kehidupan, maka untuk pelestariannya dipandang perlu melakukan pengaturan
mengenai sungai yang meliputi perlindungau, pengembangan, penggunaan dan
pengendalian sungai dari segala bentuk pencemaran yang berakibat rusaknya dan
tidak berfungsinya kembali sungai yang tidak sesuai dengan kualitas sebenarnya.
Sungai sebagai sumber air, sangat penting fungsinya dalam pemenuhan kebutuhan
masyarakat dan sebagai sarana penunjang utama dalam meningkatkan
pembangunan nasional (Subagyo, 2005).
Defenisi Daerah Aliran Sungai (DAS)
Menurut UU No.7 tahun 2004, DAS adalah suatu wilayah daratan yang
merupakan suatu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang
berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah
hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah
topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih
terpengaruh aktifitas daratan.
Dharmawan (2005) menyatakan bahwa bahaya ekologis, seperti banjir di
kawasan hilir akan sangat berpeluang muncul manakala sistem ekologis di
kawasan hulu tidak berfungsi dengan baik dalam menahan laju air yang datang
akibat hujan. Mekanisme ekologis semacam ini meneguhkan arti sebuah DAS
kesatuan sistem kebijakan sumberdaya alam dan lingkungan pada sekatan-sekatan
kawasan DAS. Ketidakselarasan sistem pengelolaan dan kebijakan sumberdaya
alam dan lingkungan yang berlaku di kawasan hulu-tengah-hilir pada sebuah
DAS, akan menghasilkan kekacauan sistem tata air secara keseluruhan di DAS
yang bersangkutan.
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
Pengelolaan daerah aliran sungai adalah proses formulasi dan
implementasi kegiatan atau program yang bersifat manipulasi sumberdaya alam
dan manusia yang terdapat di daerah aliran sungai untuk memperoleh manfaat
produksi dan jasa tanpa menyebabkan terjadinya kerusakan sumberdaya air dan
tanah. Ia mempunyai arti sebagai pengelolaan dan alokasi sumberdaya alam di
daerah aliran sungai termasuk pencegahan banjir dan erosi, serta perlindungan
nilai keindahan yang berkaitan dengan sumberdaya alam. Yang termasuk dalam
pengelolaan daerah aliran sungai adalah identifikasi keterkaitan antara tata guna
lahan, tanah dan air dan keterkaitan antara daerah hulu dan daerah hilir suatu
daerah aliran sungai. Pengelolaan daerah aliran sungai perlu mempertimbangkan
aspek-aspek sosial, ekonomi dan kelembagaan yang beroperasi di dalam dan di
luar daerah aliran sungai yang bersangkutan (Asdak,1995).
Dilihat dari segi ekonomi, sistem pengelolaan daerah aliran sungai adalah
suatu proses produksi dengan biaya ekonomi untuk penggunaan masukan
manajemen dan sumberdaya alam serta hasil ekonomi yaitu nilai dari keluarannya.
Pengelolaan daerah aliran sungai dimaksud adalah terwujudnya keseimbangan
antara sumberdaya alam dengan manusia dan segala aktifitasnya sehingga dapat
diharapkan adanya kondisi tata air yang optimal, baik kualitas, kuantitas maupun
distribusinya serta terkendalinya erosi pada tingkat ynag dianggap aman atau
diperkenankan (Lubis,1990).
Hal yang penting dalam pengelolaan DAS dan banjir perkotaan perlu
dilakukan koordinasi dan keterpaduan dalam penyusunan program pemeliharaan
DAS hulu (bangunan sipil, checkdam, konservasi, dan lain-lain), pemeliharaan
sungai utama, anak sungai, drainase lintas, drainase dan masalah persampahan di
perkotaan, alokasi dana, implemnetasi law enforcement terhadap pelanggaran tata
ruang dan garis sempadan, serta koordinasi dalam perlibatan peran serta
masyarakat (Hasibuan, 2005).
Kesehatan Lingkungan DAS
Dharmawan (2005) mengatakan, dengan derajat kompleksitas dan kuatnya
jalinan keterkaitan antar dimensi dalam pengelolaan sumberdaya alam yang cukup
tinggi, maka persoalan memelihara derajat “kesehatan lingkunagan”suatu DAS
akan dapat dipertahankan pada tingkat yang cukup baik, jika DAS mampu
menjamin kesediaan air bersih untuk kehidupan penduduk dan industri, serta
mampu memasok air irigasi untuk kebutuhan aktifitas produksi pertanian dengan
baik.
Secara sosiologis-ekonomis, “ kesehatan lingkungan’ DAS dikatakan
lestari bila eksistensinya dapat menopang tingkat kehidupan masyarakat hari ini
dan generasi mendatang secara stabil. Secara sosio-politis, DAS yang derajat
kesehatan lingkungannya baik adalah DAS yang tidak menimbulkan perpecahan
pada masyarakat, umumnya pada golongan-golongan yang berbeda ideologi dan
kepentingan.
Masyarakat DAS Perkotaan
Daerah aliran sungai perkotaan adalah kawasan-kawasan yang dikelola
terutama untuk pengaturan produksi air berkualitas tinggi.
Kekurangan-kekurangan air, dan meningkatnya pencemaran saluran pembuangan air alami,
merupakan ancaman ynag terus menerus bagi kehidupan perkotaan (Lee, 1992).
Di daerah dataran kota, sungai mengalami tekanan limbah domestik,
limbah kota dan rumah tangga. Meningkatnya permintaan yang cepat dari
kota-kota yang sedang berkembang menunjukkan bahwa kekurangan-kekurangan yang
lebih umum adalah makin meningkat (Asdak,1995).
Drainase perkotaan kondisinya sangat buruk akibat kurangnya atau belum
tersedianya kelembagaan khusus yang menangani masalah pada DAS perkotaan
(hilir). Keberadaan daerah aliran sungai (DAS) kota merupakan bukti pengakuan
peranan yang vital dalam memecahkan masalah-masalah setempat
(Hasibuan,2005).
Pengelolaan DAS Deli Terpadu
Permasalahan lingkungan hidup merupakan permasalahan pemerintah dan
masyarakat , namun perlu disadari tidak semua hal yang berkaitan dengan jenis
pencemaran atau perusakan lingkungan telah dijadikan permasalahan, faktor
penyebabnya antara lain :
- kurangnya kesadaran masyarakat untuk melapor;
- kurangnya keberanian masyarakat untuk bertindak;
- kurangnya pengetahuan masyarakat untuk menangani masalah lingkungan;
- keterbatasan sarana dan prasarana dari pemerintah
- kurang tegasnya aparat (lingkungan) untuk bertindak;
- tidak adanya satu pandangan / persepsi mengenai lingkungan.
Pengelolaan DAS secara terpadu menuntut suatu manajemen terbuka yang
menjamin keberlangsungan proses koordinasi antara lembaga terkait. Sesuai
pernyataan Svendsen (dalam Hasibuan, 2005) bahwa pendekatan terpadu juga
memandang pentingnya peranan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan DAS,
mulai dari perencanaan, perumusan kebijakan, pelaksanaan dan pemungutan
manfaat.
Sedangkan menurut Subagyo (2005), sudah menjadi kewajiban pemerintah
untuk tetap menjaga dan memelihara lingkungan, meskipun hal ini tidak
semata-mata pemerintah saja. Misalnya pengawasan terhadap perusahaan-perusahaan
industri sekitar sungai yang telah dilakukan secara dini sebelum perusahaan
tersebut melakukan kegiatannya yaitu dalam bentuk izin-izin melalui Pemerintah
Daerah atau Departemen Perindustrian. Namun apabila izin ini dilanggar dapat
ditindak melalui prosedur hukum dengan menerapkan sanksi.
Dengan demikian bila ada bencana, apakah itu banjir atau kekeringan,
penanggulangannya dapat dilakukan secara menyeluruh yang meliputi DAS mulai
dari daerah hulu sampai hilir. Dari uraian tersebut dapat dinyatakan bahwa
perlunya kerjasama yang sinergis antar stakeholder dan para pengambil kebijakan
Persepsi dan Perilaku
Persepsi dan perilaku merupakan dua aspek yang mempengaruhi
gambaran diri seseorang. Persepsi merupakan pandangan atau konsep yang
dimiliki seseorang mengenai sesuatu hal sedangkan perilaku adalah tindakan /
aspek dinamis yang muncul dari persepsi tersebut. Menurut Rahmat (dalam
Effendi, 2002) persepsi adalah merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa
atau hubungan yang diperoleh dengan mengumpulkan informasi dan menafsirkan
pesan pada stimulasi indrawi sehingga manusia memperoleh pengetahuan baru.
Menurut Basyuni (dalam Sandi, 2006) menyatakan bahwa faktor-faktor
dalam individu yang menentukan persepsi adalah kecerdasan, emosi, minat,
pendidikan, pandapatan dan kapasitas indera. Sedangkan faktor dari luar diri
individu yang mempengaruhi persepsi adalah pengaruh kelompok, pengalaman
masa lalu dan latar belakang sosial budaya.
Perilaku itu sendiri merupakan reaksi yang dapat bersifat sederhana
maupun bersifat kompleks. Pada manusia khususnya memang terdapat
bentuk-bentuk perilaku instinktif yang didasari oleh kodrat untuk mempertahankan
kehidupan. Perilaku dapat juga dipengaruhi oleh informasi tak langsung, misalkan
dengan melihat pengalaman teman atau orang lain yang pernah melakukannya,
dan dapat juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti pengalaman pribadi,
pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan dan lain-lain.
Komponen perilaku dalam suatu sikap menunjukkan bagaimana perilaku
atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan
objek yang dihadapinya. Kepercayaan dan perasaan banyak mempengaruhi
perilaku, maksudnya bagaimana orang berperilaku dalam situasi tertentu dan
dalam stimulus tertentu akan banyak ditentukan oleh bagaimana kepercayaan dan
perasaannya terhadap situasi tersebut. Satu hal yang dapat disimpulkan, yaitu
bahwa perilaku manusia tidaklah sederhana untuk dipahami dan diprediksikan.
Begitu banyak faktor-faktor internal dan eksternal dari dimensi masa lalu, saat ini
dan masa yang akan datang ikut mempengaruhi perilaku manusia (Azwar, 2000).
Biasanya persepsi yang dimiliki seseorang akan sesuai dengan perilaku
yang dimunculkannya. Artinya, apabila seseorang mempunyai persepsi tentang
juga perilaku positif terhadap sesuatu tersebut. Tetapi adakalanya muncul
ketidaksesuaian antara persepsi dan perilaku. Seperti yang dikemukakan oleh
Brehm dan Kassin (1990) tentang Teori Disonansi Kognitif Pandangan Baru yang
menguraikan bahwa ketidaksesuaian sikap dan perilaku seseorang diakibatkan
oleh kurangnya peran kesadaran dan rasa tanggung jawab personal dalam dirinya.
Kebebasan memilih berkaitan dengan keterpaksaan melakukan suatu perilaku.
Apabila seseorang dipaksa oleh situasi atau kondisi untuk melakukan perilaku
yang tidak sesuai dengan sikapnya maka ia tidak akan merasakan adanya
tanggung jawab.
Menurut Subagyo (2005) berbicara masalah kesadaran masyarakat
terhadap lingkungan harus diawali dari kesadaran keluarga, dalam hal ini adalah
kesadaran menghadapi dan menciptakan lingkungannya. Apabila suasana dan
tingkah laku demikian sudah membudaya maka tinggal meningkatkan bagaimana
mengelola atau membudidayakan lingkungan dengan berwawasan lingkungan.
Apabila kita perhatikan keadaan masyarakat ada beberapa faktor yang
harus diperhatikan :
1. Rasa teposliro yang cukup tinggi, tidak terlalu ingin mengganggu.
2. Tidak memikirkan akibat yang akan terjadi, sepanjang saat ini kehidupan
masih dapat berjalan secara normal.
3. Kesadaran melapor masih kurang, hal ini dirasa akan memperpanjang dan
menambah kesibukannya.
4. Tanggung jawab akan kelestarian lingkungan masih perlu penanaman lagi.
Kelembagaan Dalam DAS
Kelembagaan didefenisikan sebagai garis atau batas dari permainan,
regulasi atau konvensi yang mendorong sekaligus membatasi seseorang atau
sekelompok orang / pihak tertentu untuk berperilaku. Kelembagaan memberikan
arahan kemena seseorang atau sesuatu pihak harus melangkah dan pada jalan
mana seseorang tidak diperkenankan melaluinya. Dalam pengelolaan sumberdaya
alam, khususnya pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) kelembagaan adalah
produk sosial yang muncul sebagai akibat proses-proses politik untuk mengatur
peraturan dinegosiasikan dan akhirnya ditetapkan untuk disepakati bersama
TINJAUAN PUSTAKA
Sungai
Sungai mempunyai fungsi sebagai daerah pengaliran. Sebuah sungai
adalah daerah tempat air hujan mengkonsentrasi ke sungai. Garis batas
daerah-daerah aliran yang berdampingan disebut batas daerah-daerah pengaliran. Luas daerah-daerah
pengaliran diperkirakan dengan pengukuran daerah itu pada peta topografi.
Daerah pengaliran, topografi, tumbuh-tumbuhan dan geologi mempunyai
pengaruh terhadap debit banjir, debit pengaliran dasar dan seterusnya
(Sosrodarsono dan Takeda,2003).
Pemerintah memperhatikan manfaatnya sungai yang tidak kecil dalam
kehidupan, maka untuk pelestariannya dipandang perlu melakukan pengaturan
mengenai sungai yang meliputi perlindungau, pengembangan, penggunaan dan
pengendalian sungai dari segala bentuk pencemaran yang berakibat rusaknya dan
tidak berfungsinya kembali sungai yang tidak sesuai dengan kualitas sebenarnya.
Sungai sebagai sumber air, sangat penting fungsinya dalam pemenuhan kebutuhan
masyarakat dan sebagai sarana penunjang utama dalam meningkatkan
pembangunan nasional (Subagyo, 2005).
Defenisi Daerah Aliran Sungai (DAS)
Menurut UU No.7 tahun 2004, DAS adalah suatu wilayah daratan yang
merupakan suatu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang
berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah
hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah
topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih
terpengaruh aktifitas daratan.
Dharmawan (2005) menyatakan bahwa bahaya ekologis, seperti banjir di
kawasan hilir akan sangat berpeluang muncul manakala sistem ekologis di
kawasan hulu tidak berfungsi dengan baik dalam menahan laju air yang datang
akibat hujan. Mekanisme ekologis semacam ini meneguhkan arti sebuah DAS
kesatuan sistem kebijakan sumberdaya alam dan lingkungan pada sekatan-sekatan
kawasan DAS. Ketidakselarasan sistem pengelolaan dan kebijakan sumberdaya
alam dan lingkungan yang berlaku di kawasan hulu-tengah-hilir pada sebuah
DAS, akan menghasilkan kekacauan sistem tata air secara keseluruhan di DAS
yang bersangkutan.
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
Pengelolaan daerah aliran sungai adalah proses formulasi dan
implementasi kegiatan atau program yang bersifat manipulasi sumberdaya alam
dan manusia yang terdapat di daerah aliran sungai untuk memperoleh manfaat
produksi dan jasa tanpa menyebabkan terjadinya kerusakan sumberdaya air dan
tanah. Ia mempunyai arti sebagai pengelolaan dan alokasi sumberdaya alam di
daerah aliran sungai termasuk pencegahan banjir dan erosi, serta perlindungan
nilai keindahan yang berkaitan dengan sumberdaya alam. Yang termasuk dalam
pengelolaan daerah aliran sungai adalah identifikasi keterkaitan antara tata guna
lahan, tanah dan air dan keterkaitan antara daerah hulu dan daerah hilir suatu
daerah aliran sungai. Pengelolaan daerah aliran sungai perlu mempertimbangkan
aspek-aspek sosial, ekonomi dan kelembagaan yang beroperasi di dalam dan di
luar daerah aliran sungai yang bersangkutan (Asdak,1995).
Dilihat dari segi ekonomi, sistem pengelolaan daerah aliran sungai adalah
suatu proses produksi dengan biaya ekonomi untuk penggunaan masukan
manajemen dan sumberdaya alam serta hasil ekonomi yaitu nilai dari keluarannya.
Pengelolaan daerah aliran sungai dimaksud adalah terwujudnya keseimbangan
antara sumberdaya alam dengan manusia dan segala aktifitasnya sehingga dapat
diharapkan adanya kondisi tata air yang optimal, baik kualitas, kuantitas maupun
distribusinya serta terkendalinya erosi pada tingkat ynag dianggap aman atau
diperkenankan (Lubis,1990).
Hal yang penting dalam pengelolaan DAS dan banjir perkotaan perlu
dilakukan koordinasi dan keterpaduan dalam penyusunan program pemeliharaan
DAS hulu (bangunan sipil, checkdam, konservasi, dan lain-lain), pemeliharaan
sungai utama, anak sungai, drainase lintas, drainase dan masalah persampahan di
perkotaan, alokasi dana, implemnetasi law enforcement terhadap pelanggaran tata
ruang dan garis sempadan, serta koordinasi dalam perlibatan peran serta
masyarakat (Hasibuan, 2005).
Kesehatan Lingkungan DAS
Dharmawan (2005) mengatakan, dengan derajat kompleksitas dan kuatnya
jalinan keterkaitan antar dimensi dalam pengelolaan sumberdaya alam yang cukup
tinggi, maka persoalan memelihara derajat “kesehatan lingkunagan”suatu DAS
akan dapat dipertahankan pada tingkat yang cukup baik, jika DAS mampu
menjamin kesediaan air bersih untuk kehidupan penduduk dan industri, serta
mampu memasok air irigasi untuk kebutuhan aktifitas produksi pertanian dengan
baik.
Secara sosiologis-ekonomis, “ kesehatan lingkungan’ DAS dikatakan
lestari bila eksistensinya dapat menopang tingkat kehidupan masyarakat hari ini
dan generasi mendatang secara stabil. Secara sosio-politis, DAS yang derajat
kesehatan lingkungannya baik adalah DAS yang tidak menimbulkan perpecahan
pada masyarakat, umumnya pada golongan-golongan yang berbeda ideologi dan
kepentingan.
Masyarakat DAS Perkotaan
Daerah aliran sungai perkotaan adalah kawasan-kawasan yang dikelola
terutama untuk pengaturan produksi air berkualitas tinggi.
Kekurangan-kekurangan air, dan meningkatnya pencemaran saluran pembuangan air alami,
merupakan ancaman ynag terus menerus bagi kehidupan perkotaan (Lee, 1992).
Di daerah dataran kota, sungai mengalami tekanan limbah domestik,
limbah kota dan rumah tangga. Meningkatnya permintaan yang cepat dari
kota-kota yang sedang berkembang menunjukkan bahwa kekurangan-kekurangan yang
lebih umum adalah makin meningkat (Asdak,1995).
Drainase perkotaan kondisinya sangat buruk akibat kurangnya atau belum
tersedianya kelembagaan khusus yang menangani masalah pada DAS perkotaan
(hilir). Keberadaan daerah aliran sungai (DAS) kota merupakan bukti pengakuan
peranan yang vital dalam memecahkan masalah-masalah setempat
(Hasibuan,2005).
Pengelolaan DAS Deli Terpadu
Permasalahan lingkungan hidup merupakan permasalahan pemerintah dan
masyarakat , namun perlu disadari tidak semua hal yang berkaitan dengan jenis
pencemaran atau perusakan lingkungan telah dijadikan permasalahan, faktor
penyebabnya antara lain :
- kurangnya kesadaran masyarakat untuk melapor;
- kurangnya keberanian masyarakat untuk bertindak;
- kurangnya pengetahuan masyarakat untuk menangani masalah lingkungan;
- keterbatasan sarana dan prasarana dari pemerintah
- kurang tegasnya aparat (lingkungan) untuk bertindak;
- tidak adanya satu pandangan / persepsi mengenai lingkungan.
Pengelolaan DAS secara terpadu menuntut suatu manajemen terbuka yang
menjamin keberlangsungan proses koordinasi antara lembaga terkait. Sesuai
pernyataan Svendsen (dalam Hasibuan, 2005) bahwa pendekatan terpadu juga
memandang pentingnya peranan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan DAS,
mulai dari perencanaan, perumusan kebijakan, pelaksanaan dan pemungutan
manfaat.
Sedangkan menurut Subagyo (2005), sudah menjadi kewajiban pemerintah
untuk tetap menjaga dan memelihara lingkungan, meskipun hal ini tidak
semata-mata pemerintah saja. Misalnya pengawasan terhadap perusahaan-perusahaan
industri sekitar sungai yang telah dilakukan secara dini sebelum perusahaan
tersebut melakukan kegiatannya yaitu dalam bentuk izin-izin melalui Pemerintah
Daerah atau Departemen Perindustrian. Namun apabila izin ini dilanggar dapat
ditindak melalui prosedur hukum dengan menerapkan sanksi.
Dengan demikian bila ada bencana, apakah itu banjir atau kekeringan,
penanggulangannya dapat dilakukan secara menyeluruh yang meliputi DAS mulai
dari daerah hulu sampai hilir. Dari uraian tersebut dapat dinyatakan bahwa
perlunya kerjasama yang sinergis antar stakeholder dan para pengambil kebijakan
Persepsi dan Perilaku
Persepsi dan perilaku merupakan dua aspek yang mempengaruhi
gambaran diri seseorang. Persepsi merupakan pandangan atau konsep yang
dimiliki seseorang mengenai sesuatu hal sedangkan perilaku adalah tindakan /
aspek dinamis yang muncul dari persepsi tersebut. Menurut Rahmat (dalam
Effendi, 2002) persepsi adalah merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa
atau hubungan yang diperoleh dengan mengumpulkan informasi dan menafsirkan
pesan pada stimulasi indrawi sehingga manusia memperoleh pengetahuan baru.
Menurut Basyuni (dalam Sandi, 2006) menyatakan bahwa faktor-faktor
dalam individu yang menentukan persepsi adalah kecerdasan, emosi, minat,
pendidikan, pandapatan dan kapasitas indera. Sedangkan faktor dari luar diri
individu yang mempengaruhi persepsi adalah pengaruh kelompok, pengalaman
masa lalu dan latar belakang sosial budaya.
Perilaku itu sendiri merupakan reaksi yang dapat bersifat sederhana
maupun bersifat kompleks. Pada manusia khususnya memang terdapat
bentuk-bentuk perilaku instinktif yang didasari oleh kodrat untuk mempertahankan
kehidupan. Perilaku dapat juga dipengaruhi oleh informasi tak langsung, misalkan
dengan melihat pengalaman teman atau orang lain yang pernah melakukannya,
dan dapat juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti pengalaman pribadi,
pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan dan lain-lain.
Komponen perilaku dalam suatu sikap menunjukkan bagaimana perilaku
atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan
objek yang dihadapinya. Kepercayaan dan perasaan banyak mempengaruhi
perilaku, maksudnya bagaimana orang berperilaku dalam situasi tertentu dan
dalam stimulus tertentu akan banyak ditentukan oleh bagaimana kepercayaan dan
perasaannya terhadap situasi tersebut. Satu hal yang dapat disimpulkan, yaitu
bahwa perilaku manusia tidaklah sederhana untuk dipahami dan diprediksikan.
Begitu banyak faktor-faktor internal dan eksternal dari dimensi masa lalu, saat ini
dan masa yang akan datang ikut mempengaruhi perilaku manusia (Azwar, 2000).
Biasanya persepsi yang dimiliki seseorang akan sesuai dengan perilaku
yang dimunculkannya. Artinya, apabila seseorang mempunyai persepsi tentang
juga perilaku positif terhadap sesuatu tersebut. Tetapi adakalanya muncul
ketidaksesuaian antara persepsi dan perilaku. Seperti yang dikemukakan oleh
Brehm dan Kassin (1990) tentang Teori Disonansi Kognitif Pandangan Baru yang
menguraikan bahwa ketidaksesuaian sikap dan perilaku seseorang diakibatkan
oleh kurangnya peran kesadaran dan rasa tanggung jawab personal dalam dirinya.
Kebebasan memilih berkaitan dengan keterpaksaan melakukan suatu perilaku.
Apabila seseorang dipaksa oleh situasi atau kondisi untuk melakukan perilaku
yang tidak sesuai dengan sikapnya maka ia tidak akan merasakan adanya
tanggung jawab.
Menurut Subagyo (2005) berbicara masalah kesadaran masyarakat
terhadap lingkungan harus diawali dari kesadaran keluarga, dalam hal ini adalah
kesadaran menghadapi dan menciptakan lingkungannya. Apabila suasana dan
tingkah laku demikian sudah membudaya maka tinggal meningkatkan bagaimana
mengelola atau membudidayakan lingkungan dengan berwawasan lingkungan.
Apabila kita perhatikan keadaan masyarakat ada beberapa faktor yang
harus diperhatikan :
1. Rasa teposliro yang cukup tinggi, tidak terlalu ingin mengganggu.
2. Tidak memikirkan akibat yang akan terjadi, sepanjang saat ini kehidupan
masih dapat berjalan secara normal.
3. Kesadaran melapor masih kurang, hal ini dirasa akan memperpanjang dan
menambah kesibukannya.
4. Tanggung jawab akan kelestarian lingkungan masih perlu penanaman lagi.
Kelembagaan Dalam DAS
Kelembagaan didefenisikan sebagai garis atau batas dari permainan,
regulasi atau konvensi yang mendorong sekaligus membatasi seseorang atau
sekelompok orang / pihak tertentu untuk berperilaku. Kelembagaan memberikan
arahan kemena seseorang atau sesuatu pihak harus melangkah dan pada jalan
mana seseorang tidak diperkenankan melaluinya. Dalam pengelolaan sumberdaya
alam, khususnya pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) kelembagaan adalah
produk sosial yang muncul sebagai akibat proses-proses politik untuk mengatur
peraturan dinegosiasikan dan akhirnya ditetapkan untuk disepakati bersama
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di empat wilayah yang merupakan bagian hilir
dari DAS Deli, dengan alasan bahwa masyarakat yang tinggal di kawasan tersebut
lebih banyak berinteraksi langsung dengan sungai. Empat wilayah tersebut adalah:
1. Lingkungan III, Kelurahan Deli Tua Barat, Kecamatan Deli Tua.
2. Lingkungan VIII, Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Medan Maimun.
3. Lingkungan VII, Kelurahan Labuhan Deli, Kecamatan Medan Marelan.
4. Lingkungan XVI, Kelurahan Sei Agul, Kecamatan Medan Barat.
Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Maret - Mei 2007.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal 100 meter
kanan dan kiri sungai (bantaran) Sungai Deli bagian hilir. Sedangkan sampel yang
diambil adalah Kepala Keluarga (KK) yang dipilih secara purposive sampling
(sampel bertujuan). Kriteria responden yang akan diambil adalah kepala rumah
tangga yang mengetahui seluk beluk kehidupan rumah tangganya dalam
berinteraksi dengan sungai. Jumlah sampel yang diambil adalah 30 KK tiap
lokasi. Jadi total sampel untuk penelitian ini adalah 120 KK.
Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan yaitu :
1. Data primer
Data primer yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :
a. Data keadaan sosial dan ekonomi responden.
b. Persepsi responden terhadap :
- Larangan membuang sampah / limbah ke sungai
- Kualitas air dengan adanya pemukiman dan industri di sekitar
sungai.
- Kegiatan yang menjadikan sungai sebagai tempat rekreasi
- Pengaruh tingkat kebersihan sungai terhadap kesehatan
masyarakat.
c. Perilaku responden :
- Membuang sampah ke sungai
- Memanfaatkan sungai untuk MCK
- Memanfaatkan sungai untuk kegiatan rekreasi (ekowisata)
- Memanfaatkan sungai untuk sumber perekonomian masyarakat
(seperti tempat pengambilan pasir, batu dan lain-lain).
2. Data Sekunder
Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data umum yang
ada pada instansi pemerintah desa, kecamatan dan kabupaten atau kota.
Meliputi kondisi umum lokasi penelitian dan data-data pendukung lainnya
yang diperoleh dari studi pustaka.
3. Data Pendukung
Data pendukung yaitu berupa data wawancara dengan instansi pemerintahan
yaitu Dinas Lingkungan Hidup,Energi dan Sumber Daya Mineral (Sub Dinas
Pengendali Dampak Lingkungan ) Kota Medan, Dinas Tata Kota dan Tata
Bangunan Kota Medan dan Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Medan.
Teknik Pengumpulan Data
1. Penyebaran Kuisioner
Penyebaran kuisioner ini dilakukan untuk memperoleh data-data primer yang
dibutuhkan dalam penelitian. Kuisioner ini disebarkan pada seluruh sampel
dalam penelitian.
2. Wawancara (Interview)
Wawancara ini dilakukan untuk menggali lebih dalam data yang diperoleh
dari hasil penyebaran kuisioner dan melengkapi informasi lainnya sesuai
dengan tujuan penelitian. Wawancara ini dilakukan kepada beberapa
responden, tokoh yang ada pada desa tersebut serta aparat desa setempat.
Selain itu, wawancara juga dilakukan pada Dinas Lingkungan Hidup Energi
dan Sumber Daya Mineral (Sub Dinas Pengendali Dampak Lingkungan ) Kota
Perumahan dan Permukiman Kota Medan yang dianggap perlu untuk
memperoleh informasi pendukung lainnya.
3. Teknik Observasi
Pengumpulan data dengan melihat secara langsung kehidupan rumah tangga ,
masyarakat pada umumnya dan responden pada khususnya.
Pengolahan Data
1. Karakteristik Konsumen Air Sungai
Untuk memperoleh karakteristik responden seperti umur, pekerjaan,
pendidikan, lama bermukim dan lain-lain yang didapat kemudian
dituangkan dalam bentuk tabulasi-tabulasi.
2. Skoring Data
Tabel 1 Skoring Mata Pencaharian Responden
No Jenis Mata Pencaharian Skor
1 Petani 1
2 Nelayan 2
3 Pedagang 3
4. Penyedia jasa angkutan 4
5. Dan lain-lain 5
Tabel 2 Skoring Data Pendidikan
No Pendidikan Skor
1 Tamat SD 1
2 Tamat SMP 2
3 Tamat SMA 3
4. Tamat Perguruan Tinggi 4
Tabel 3 Skoring Data Umur
No Umur Skor
1 17 - 30 tahun 1
2 31 - 45 tahun 2
3 > 45 tahun 3
Tabel 4 Skoring Data Lama Bermukim
No Lama Bermukim Skor
1 < 5 tahun 1
2 5 - 20 tahun 2
Tabel 5 Skoring Data Persepsi Responden Dengan Skala Likert
No Persepsi responden Skor
1 Sangat tidak setuju 1
2 Tidak setuju 2
3 Ragu-ragu 3
4. Setuju 4
5. Sangat setuju 5
Tabel 6 Skoring Data Perilaku Responden Dengan Skala Likert
No Perilaku responden Skor
1 Sangat sering 1
Data-data yang dihasilkan dari penyebaran kuisioner dikumpulkan
berdasarkan karakteristiknya, selanjutnya disajikan dalam bentuk tabulasi.
Data-data yang telah tersaji dalam bentuk tabulasi tersebut dianalisis secara kuantitatif
dengan menggunakan jumlah dan persentase dari masing-masing karakteristik
atau jawaban yang sama. Dalam analisis data kuisioner secara deskriptif, data-data
hasil wawancara mendalam digunakan untuk mendukung analisis data hasil
penyebaran kuisioner.
1. Analisa Statistik / Kuantitatif
a. Korelasi Spearmen (Hubungan Keeratan)
Korelasi Spearmen digunakan untuk mengukur keeratan hubungan atau
untuk menguji signifikansi hipotesis asosiatif bila masing-masing variabel yang
dihubungkan berbentuk ordinal dan sumber data antar variabel tidak harus sama.
Dasar dari pengamatan korelasi ini adalah ranking / peringkat (Usman dan
Purnomo, 1995).
Analisa statistik Korelasi Spearman ini dilakukan dengan menggunakan
program Statistical Product Service and Solution (SPSS) yang merupakan suatu
menggunakan perangkat komputer. Adapun variabel-variabel yang akan dihitung
korelasinya adalah :
1. Hubungan (korelasi) antara faktor internal dan eksternal responden (umur,
pekerjaan, pendidikan dan lama bermukim) dengan persepsi responden
terhadap pemanfaatan jasa lingkungan sungai.
2. Hubungan (korelasi) antara faktor internal dan eksternal responden (umur,
pekerjaan, pendidikan dan lama bermukim) dengan perilaku responden
terhadap pemanfaatan jasa lingkungan sungai.
3. Hubungan (korelasi) antara persepsi responden dengan perilaku responden
terhadap pemanfaatan jasa lingkungan sungai.
b. Analisa Kebersediaan Membayar (Willingness to Pay) dan Kebersediaan
Menerima (Willingness to Accept).
Pengolahan data ini dilakukan dengan cara menjumlahkan seluruh data yang
diperoleh (data WTP atau WTA) kemudian membaginya dengan jumlah
seluruh responden ( Pierce dalam Sulistiyono,2006).
2. Analisa Kualitatif
Analisa kualitatif juga digunakan untuk mendukung data-data kuisioner
dari responden, yaitu dengan mendeskripsikan data-data hasil wawancara dengan
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
Keadaan Fisik Lingkungan
Letak DAS Deli
Daerah Aliran Sungai (DAS) Deli terletak di Kabupaten Karo, Deli
Serdang dan Kota Madya Medan, Propinsi Sumatera Utara. DAS Deli di sebelah
timur berbatasan dengan DAS Percut, sedangkan di sebelah barat dengan DAS
Belawan. DAS tersebut terdiri dari tujuh Sub DAS yakni Sub DAS Petani, Sub
DAS Simai-mai, Sub DAS Deli, Sub DAS Babura, Sub DAS Bekala, Sub DAS
Sei Kambing dan Sub DAS Paluh Besar.
Luas dan Kemiringan DAS Deli
Luas dan kemiringan DAS Deli diklasifikasikan menjadi 5 kelas. Luas
dan kemiringan lereng DAS Deli tersebut dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini :
Tabel 7 Luas dan Kemiringan DAS Deli
Kelas Lereng Luas (ha) Luas (%)
I < 5 % 32.581 67.65
II 5 – 15 % 7.445 15.46
II 15 – 35 % 6.273 13.03
IV 35 – 50 % 1.521 3.16
V > 50 % 342 0.71
Jumlah 48.162 100
Sumber : BPDAS Wampu- Sei Ular (2006)
Penutupan Lahan atau Penggunaan Lahan
Penutupan lahan atau penggunaan lahan adalah aktivitas manusia atas
lahan, yang ditunjukkan dengan adanya bentuk pemanfaatan oleh manusia seperti
permukiman dan sebagainya. Masing –masing jenis penggunaan lahan dapat
Tabel 8 Penggunaan Lahan DAS Deli
Sumber : BPDAS Wampu- Sei Ular (2006)
Geomorfologi
Kondisi geomorfologi DAS Deli dideskripsikan dengan menunjukkan
sebaran ketinggian tempat. Berdasarkan bentuk topografi, geomorfologi wilayah
DAS Deli terdiri atas bentuk yang bervariasi, seperti disajikan pada tabel 9 berikut
ini :
Tabel 9 Geomorfologi DAS Deli
Ketinggian tempat Luas (ha) Persentase
< 10 m (berombak) 8.782 18,23
10 – 50 m (berbukit sedang) 19.478 40,44
50 -300 m (berbukit) 10.536 21,88
> 300 m (bergunung) 9.366 19,45
Jumlah 48.162 100
Sumber : BPDAS Wampu- Sei Ular (2006)
Kependudukan
Di wilayah DAS Deli mempunyai jumlah penduduk 209.726 jiwa, dengan
jumlah kepala keluarga (KK) sebanyak 46.802 KK. Data jumlah penduduk dan
kepala keluarga pada DAS Deli hilir rata-rata jumlah penduduk perkecamatan
1. Penduduk Menurut Kelas Umur
Keadaan jumlah penduduk berdasarkan kelas umur di wilayah DAS Deli
hilir adalah sebagai berikut :
- penduduk pada kelas umur 0 – 14 tahun adalah sebanyak
29.886 jiwa
- penduduk pada kelas umur 15 – 55 tahun adalah sebanyak
47.848 jiwa
- penduduk pada kelas umur > 55 tahun adalah sebanyak 11.851
jiwa
2. Mata Pencaharian
Pada wilayah DAS Deli hilir, penduduk memiliki mata pencaharian yang
cukup bervariasi, diantaranya adalah :
- petani sebesar 10.713 KK
- PNS / ABRI / Pensiunan sebesar 1.449 KK
- Buruh tani sebesar 54 KK
- Buruh sebesar 3.090 KK
- Penyedia jasa sebesar 38 KK
- Pedagang sebesar 1.404 KK
- Pertukangan sebesar 529 KK
- Pegawai / karyawan swasta sebesar 13.991 KK
- Angkutan 322 KK
- Dan lain-lain sebesar 2.420 KK
3. Tingkat Pendidikan
Keadaan tingkat Pendidikan di wilayah DAS Deli hilir menurut data tahun
2002 adalah sebagai berikut :
- Tamat SD sebanyak 30.835 jiwa
- Tamat SLTP sebanyak 22.858 jiwa
- Tamat SLTA sebanyak 16.000 jiwa
- Akademi sebanyak 2.487 jiwa
- Perguruan tinggi sebanyak 1.395 jiwa
- Belum sekolah sebanyak 8.015 jiwa
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Responden
Keseluruhan masyarakat yang menjadi responden dalam penelitian ini
adalah sejumlah 120 orang, yang terdiri dari 4 (empat ) lokasi yaitu Kelurahan
Deli Tua Barat, Kelurahan Sukaraja, Kelurahan Sei Agul dan Kelurahan Labuhan
Deli. Karakteristik dari seluruh masyarakat yang menjadi responden dalam
penelitian ini dapat dilihat dari berbagai aspek sebagai berikut :
Komposisi Responden Berdasarkan Kelompok Umur
Berdasarkan hasil tabulasi kuisioner, kelompok umur yang dominan
adalah responden berusia antara 31 – 45 tahun sebanyak 63 orang (52,5 %).
Selanjutnya kelompok yang rentang umurnya > 45 tahun sebanyak 33 orang
(27,5%) dan yang paling sedikit adalah rentang umur 17 – 30 tahun sebanyak 24
orang (20%). Dari kisaran umur responden dapat dilihat bahwa usia responden
berada pada usia produktif, yaitu antara usia 31-45 tahun. Untuk usia yang kurang
produktif adalah umur > 45 tahun sampai 55 tahun. Sedangkan untuk penduduk
yang berumur dibawah 15 tahun dan diatas 55 tahun merupakan penduduk non
produktif. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 10 berikut ini :
Tabel 10 Komposisi Responden Berdasarkan Kelompok Umur
No Kelompok umur Jumlah Persen
1 17 – 30 tahun 24 20
2 31 – 45 tahun 63 52,5
3 > 45 tahun 33 27,5
Total 120 100
Komposisi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Keadaan penduduk yang menjadi responden pada lokasi penelitian
memiliki jenis pekerjaan yang berbeda-beda, dapat dilihat pada tabel 11 berikut
Tabel 11 Komposisi Responden Berdasarkan Kelompok Pekerjaan
Pada umumnya pekerjaan responden pada lokasi penelitian ini didominasi
dengan pekerjaan selain petani, nelayan, pedagang dan jasa angkutan. Misalnya,
ada yang memiliki pekerjaan sebagai kuli bangunan, buruh pabrik, pembantu
rumah tangga dan ada juga yang bekerja sebagai pegawai swasta dan pegawai di
instansi pemerintahan (pegawai negeri sipil). Dikarenakan penelitian dilakukan
pada empat lokasi, diperoleh hasil dimana ada salah satu lokasi yang
respondennya lebih banyak memiliki pekerjaan sebagai nelayan yaitu Kelurahan
Labuhan Deli. Hal ini dikarenakan oleh Sungai Deli yang ada di kelurahan ini
mengalir langsung ke muara yang akan bertemu dengan Laut Belawan dan
memeliki jarak yang tidak begitu jauh.
Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Pendidikan penduduk dari lokasi penelitian memiliki variasi yang
berjenjang satu sama lain, dari pendidikan yang dasar sampai pada tingkat
pendidikan tinggi. Dapat dilihat pada tabel 12 berikut ini :
Tabel 12 Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Pendidikan Jumlah Persen
1 SD / MI 39 32,5
2 SMP/MTS 43 35,9
3 SMU/SMK/MA 34 28,3
4 Perguruan Tinggi 4 3,3
Total 120 100
Pada umumnya tingkat pendidikan responden pada lokasi penelitian ini
hanya sampai pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau yang sederajat yakni
sebanyak 43 orang responden (35,9%). Hal ini disebabkan karena responden
sebagaian besar memiliki tingkat perekonomian menengah kebawah (kurang
tercapai. Sedangkan responden yang memiliki tingkat pendidikan setara dengan
perguruan tinggi merupakan jumlah yang paling sedikit diperoleh yaitu hanya
berjumlah 4 (empat) orang (3,3%). Hal ini dikarenakan dimana sebagian besar
responden kurang termotivasi dan bahkan tidak memiliki keinginan untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Kurangnya motivasi
tersebut dikarenakan oleh pandangan mereka yang menyatakan bahwa anak
perempuan tidak harus sekolah tinggi karena nantinya juga akan mengurus rumah
saja, sedangkan untuk pihak laki-laki diserahkan tugas untuk melanjutkan usaha
orang tuanya.
Selain itu menurut penuturan responden hal ini juga dipengaruhi oleh
faktor ekonomi walaupun hal ini tidaklah mutlak sebagai faktor utamanya.
Kesadaran akan pendidikan yang tinggi bisa dikatakan masih kurang. Orang yang
lumayan mampu secara ekonomi pada waktu lalu belum tentu menyekolahkan
anaknya sampai perguruan tinggi atau kesadaran anaknya yang memang kurang,
sehingga enggan untuk meneruskan ke perguruan tinggi. Akan tetapi pada saat ini,
secara pandangan umum dan kenyataannya sudah banyak orang tua yang tampak
mempunyai kesadaran yang cukup tinggi untuk menyekolahkan anaknya untuk
jenjang yang lebih tinggi, tetapi belum bisa dipastikan seberapa tinggi mereka bisa
menyekolahkan anak-anaknya.
Komposisi Responden Berdasarkan Lama Bermukim
Keadaan penduduk yang menjadi responden berdasarkan lama bermukim
dapat dilihat pada tabel 13 berikut ini :
Tabel 13 Komposisi Responden Berdasarkan Lama Bermukim
No Lama bermukim Jumlah Persen
1 < 5 tahun 26 21,7
2 5 – 20 tahun 56 46,7
3 > 20 tahun 38 31,7
Total 120 100
Komposisi responden berdasarkan lama bermukim lebih banyak pada
rentang 5 – 20 tahun yaitu sebanyak 56 orang (46,7 %). Responden yang telah
besar mengatakan bahwa mereka sejak kecil telah bermukim di daerah tersebut
dan tidak pernah pindah.
Hubungan Antara Karakteristik Responden Dengan Persepsi Responden
Persepsi seseorang dapat dipengaruhi oleh karakteristik pada dirinya..
Karakteristik tersebut diantaranya adalah umur, pekerjaan, pendidikan dan lama
bermukim. Berikut disajikan tabel 14 yang menunjukkan hubungan tersebut :
Tabel 14 Hubungan antara faktor internal dan external responden dengan persepsi.
No
Karakteristik Responden
Persepsi Responden Umur Pekerjaan Pendidikan Lama bermukim
1
Koefisien korelasi -0,060 0,111 0,092 0,012 Sig. (2-tailed) 0,516 0,225 0,316 0,898 2 = Persepsi responden terhadap kualitas air dengan adanya pemukiman dan industri di
sekitar sungai.
3 = Persepsi responden terhadap kegiatan yang menjadikan sungai menjadi tempat rekreasi / ekowisata dan pengairan / irigasi.
4 = Persepsi responden terhadap pengaruh tingkat kebersihan sungai terhadap kesehatan masyarakat.
* = Berkorelasi nyata pada level 0,05 atau 95 % korelasinya nyata. ● Pembahasannya
1. Hubungan Antara Umur Dengan Persepsi Responden
Dari tabel 14 diatas dapat dilihat bahwa umur berpengaruh nyata
(signifikan) dengan persepsi responden terhadap kualitas air dengan adanya
pemukiman dan industri di sekitar sungai. Keduanya memiliki korelasi yang
positif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin bertambah usia responden, maka