• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Korelasi antara persepsi responden terhadap larangan pencemaran sungai dengan perilaku responden yang membuang sampah ke

sungai.

Dari hasil analisa Korelasi Spearman antara persepsi responden terhadap larangan membuang sampah ke sungai dengan perilaku responden dalam hal membuang sampah ke sungai, dimana hubungan keduanya tidak signifikan (nyata) dan berkorelasi negatif. Sesuai dengan hasil yang telah diperoleh, maka dapat kita nyatakan bahwa masyarakat sangat merespon dengan positif dengan adanya larangan pencemaran sungai, karena mereka sangat setuju dengan adanya larangan pencemaran sungai akan memberikan manfaat yang sangat besar bagi masyarakat.

Larangan pencemaran sungai ini diterima baik oleh masyarakat dengan memberikan pernyataan “sangat setuju” sebanyak 67 responden (55,8 %), sedangkan responden yang menyatakan ketidaksetujuannya memiliki persentase yang jauh lebih kecil. Hasil dapat dilihat pada tabel 17 berikut ini :

Tabel 17 Persepsi larangan membuang sampah ke sungai

No Persepsi larangan membuang

sampah ke sungai

Jumlah Persen

1 Sangat tidak setuju 1 0,8

2 Tidak setuju 2 1,7

3 Ragu-ragu 4 3,3

4 Setuju 46 38,4

5 Sangat setuju 67 55,8

Total 120 100

Observasi yang dilakukan di lapangan dapat memberikan informasi bahwa masyarakat sangat terganggu dengan pencemaran yang ada di sungai itu sendiri maupun pencemaran akibat limbah industri. Oleh karena itu mereka sangat setuju diadakan larangan pencemaran sungai, yang nantinya akan membawa manfaat besar bagi masyarakat luas pada umumnya dan masyarakat yang tinggal di bantaran pada khususnya. Akan tetapi, jika kita lihat perilaku masyarakat (khususnya perilaku responden) masih banyak yang membuang sampah ke sungai, perilaku tersebut dapat dilihat pada tabel 18 berikut :

Tabel 18 Perilaku Masyarakat yang Membuang Sampah ke Sungai

No Perilaku membuang sampah Jumlah Persen

1 Sangat sering 16 13.3 2 Sering 30 25 3 Jarang 21 17,5 4 Sangat jarang 19 15,8 5 Tidak pernah 33 27,5 Total 120 100

Jadi, dinyatakan bahwa persepsi masyarakat tersebut tidak sesuai dengan keadaan di lapangan, dimana masih banyak yang membuang sampah ke sungai dengan tingkat frekuensi yang berbeda-beda, ada yang sangat sering, sering, jarang dan sangat jarang. Sedangkan responden yang tidak pernah membuang sampah ke sungai hanya sebagian kecil saja dari jumlah seluruh responden.

Beberapa responden telah mempunyai tempat sampah sendiri di rumah masing-masing atau tempat pembangunan sampah umum yang telah dibuat oleh aparat pemerintah di lingkungan mereka tinggal. Walaupun demikian masih terdapat juga responden yang membuang sampah ke sungai. Hal ini karena responden berpendapat bahwa membuang sampah ke sungai lebih praktis daripada

harus membakarnya atau menggali tanah untuk menimbunnya. Hal ini juga terjadi karena responden mengatakan bahwa tidak adanya larangan dan sanksi yang ditetapkan oleh pemerintah, sehingga mereka tidak khawatir untuk dikenakan sanksi.

Peningkatan jumlah dan kesejahteraan penduduk serta peningkatan kegiatan pembangunan ekonomi, disatu pihak menyebabkan peningkatan kebutuhan air bersih yang tergantung pada kualitas air sungai, tetapi dilain pihak menimbulkan potensi peningkatan beban pencemaran ke dalam sungai apabila tidak ada upaya menurunkan beban pencemaran buangan limbah.

Dengan masih adanya masyarakat yang membuang sampah ke sungai, kualitas air sungai Deli di sekitar Kota Medan menjadi mengkhawatirkan. Berdasarkan penelitian Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) Sumatera Utara bahwa tingkat degradasi kualitas air sungai yang mengalir di Kota Medan berada pada tingkat mengkhawatirkan . hasil penelitian ini menunjukkan air Sungai Deli yang dijadikan sampel tidak layak digunakan untuk mandi dan cuci. Karena masih cukup banyak penduduk yang tinggal di pinggiran sungai, maka diperlukan waktu yang cukup lama merelokasi penduduk di sepanjang aliran sungai untuk mengembalikan kualitas air sungai menjadi bagus.

2. Korelasi antara persepsi responden terhadap kualitas air sungai dengan perilaku responden terhadap pemanfaatan jasa lingkungan sungai.

Untuk kualitas air sungai dengan adanya pemukiman dan industri di sekitarnya , para responden banyak yang menyatakan bahwa kualitas air sungai mnejadi buruk bahkan sangat buruk dengan adanya pemukiman dan industri tersebut. Hasil persepsi tersebut dapat dilihat pada tabel 19 berikut ini :

Tabel 19 Persepsi Responden Terhadap Kualitas Air

No Persepsi kondisi dan kualitas air sungai Jumlah Persen 1 Sangat buruk 61 50,8 2 Buruk 25 20,8 3 Biasa saja 34 28,3 4 Tidak buruk 0 0

5 Sangat tidak buruk 0 0

Total 120 100

Para responden menyadari bahwa dengan adanya pemukiman dan industri di sekitar sungai kualitas air sungai akan tercemar karena masih banyak masyarakat dan industri yang membuang sampah dan limbahnya ke sungai. Selain dari sudut pandang para responden yang menyatakan hal tersebut, bahkan mereka juga merasakan dampak tersebut secara langsung dalam kehidupan sehari-harinya. Walaupun Perusahaan Air Minum (PAM) sudah ada, tetapi masih banyak responden yang memanfaatkan air sungai untuk kebutuhan MCK nya. Hasil nya dapat dilihat pada tabel 20 berikut ini :

Tabel 20 Responden Yang Memanfaatkan Air Sungai Untuk Kebutuhan MCK

No Pemanfaatan air sungai untuk

MCK

Jumlah Persen

1 Ya 56 46,7

2 Tidak 64 53,3

Total 120 100

Dari hasil diatas diperoleh bahwa masyarakat (responden) masih ada yang tetap menggunakan air sungai tersebut untuk mencuci dan mandi. Hal ini dikarenakan sulitnya untuk mendapatkan air bersih, walaupun ada, mereka harus mengeluarkan dana untuk mendapatkannya, sementara pendapatan mereka hanya cukup untuk kebutuhan yang lain. Ini dijumpai pada lokasi Kelurahan Labuhan Deli. Untuk kelurahan lain sudah banyak yang tidak menggunakan air sungai. Dari hasil penelitian Bapedalda Sumut menyatakan bahwa kualitas air Sungai Deli tidak mungkin lagi dipakai untuk mandi dan cuci. Memang kualitas air ini berfluktuasi, dipengaruhi debit air sungai. Tingkat ancaman bagi penduduk yang tinggal di pinggiran Sungai Deli sangat tinggi.

Dalam rangka mengurangi dan menanggulangi dampak pencemaran lingkungan, perlu diadakan pengaturan dan pengawasan atas segala kegiatan yang ada di sekitar sungai. Pengaturan dan pengawasan ini dimaksudkan agar segala persyaratan keselamatan lingkungan sungai dapat dipenuhi dengan baik sehingga kemungkinan terjadinya pencemaran lingkungan sungai dapat ditekan sekecil-kecilnya.

3. Korelasi antara persepsi dan perilaku responden terhadap pemanfaatan jasa lingkungan sungai.

Adapun korelasi atau hubungan antara persepsi dan perilaku responden tersebut diatas dapat dilihat pada tabel 21 berikut ini :

Tabel 21 Persepsi Responden Terhadap Sungai Dijadikan Tempat Rekreasi / Ekowisata dan Irigasi / Pengairan.

No Persepsi Responden Jumlah Persen

1 Sangat tidak setuju 6 5

2 Tidak setuju 1 0,8

3 Ragu-ragu 2 1,7

4 Setuju 45 37,5

5 Sangat setuju 66 55

Total 120 100

Dari tabel diatas dapat dinyatakan bahwa sangat banyak responden yang menyatakan sangat setuju jika sungai dijadikan sebagai tempat rekreasi / ekowisata dan irigasi / pengairan, mereka tahu bahwa jika sungai dijadikan untuk kegiatan tersebut diatas maka kelestarian dan keseimbangan lingkungan sungai akan terjaga, karena untuk menjadikan sungai sebagai tempat ekowisata maka sungai tersebut harus memiliki nilai estetika yang tinggi, baik dari segia fisik sungai maupun dari segi kualitas lingkungannya. Begitu juga hal nya dengan kegiatan irigasi / pengairan, harus dipenuhi kualitas air yang baik untuk dijadikan bahan pengairan pada lahan masyarakat dan tidak terkontaminasi dengan adanya pencemaran air sungai, ataupun kegiatan lain yang menjadikan sungai sebagai sumber perekonomian masyarakat tetapi tidak menjaga keseimbangannya.

Dari perilaku yang dinyatakan oleh para responden, ternyata banyak responden yang tidak begitu memanfaatkan sungai untuk mengambil material yang ada di sungai tersebut. Hal ini merupakan suatu tindakan yang ikut menjaga

kelestarian sungai, supaya tidak merusak kondisi fisik sungai tersebut. Berikut disajikan tabel dari perilaku responden terhadap pemanfaatan sungai sebagai sumber perekonomian masyarakat :

Tabel 22 Perilaku Masyarakat yang Memanfaatkan Sungai Sebagai Sumber Perekonomian Masyarakat (Pengambilan Pasir dan Batu)

No Perilaku responden Jumlah Persen

1 Sangat sering 2 1,67 2 Sering 0 0 3 Jarang 27 22,5 4 Sangat jarang 37 30,83 5 Tidak pernah 54 45 Total 120 100

Dari hasil tersebut diatas diperoleh bahwa hubungan antara persepsi dan perilaku responden tersebut memiliki hubungan yang positif, dimana responden sudah banyak yang memahami bahwa kegiatan yang menjadikan sungai itu sebagai temapat yang memiliki nilai estetika yang tinggi sangat besar manfaatnya bagi kehidupan masyarakat pada umumnya, oleh karena itu mereka (khususnya responden) juga tidak terlalu mengeksploitasi sumberdaya yang ada di sekitar sungai sebagai sumber perekoniman mereka.

Karena jika mereka tidak menjaga daya dukung lingkungan sungai tersebut maka akan terjadi kerusakan daya dukung lingkungan itu sendiri, dimana kerusakan yang timbul karena penurunan daya dukung lingkungan sungai tidak lagi mendatangkan kenyamanan hidup, namun sebaliknya yaitu menjadi malapetaka bagi kehidupan manusia. Kerusakan daya dukung lingkungan sungai pada umumnya disebabkan karena adanya kegiatan industri yang mencemari lingkungan seperti limbah industri yang dibiang ke sungai, eksploitasi sumberdaya air yang tidak melakukan pemulihan sebagaimana mestinya, limbah rumah tangga yang dibuang ke sungai.

4. Korelasi antara persepsi responden terhadap hubungan tingkat kebersihan sungai dan kesehatan masyarakat dengan perilaku responden membuang sampah ke sungai.

Masayarakat (khususnya responden) menyadari bahwa kebersihan sungai sangat berpengaruh dan penting untuk kesehatan masyarakat di sekitarnya. Hal ini dapat dilihat dari hasil yang telah diperoleh. Jumlah responden yang menyatakan bahwa kebersihan sungai sangat penting dan sangat berpengaruh bagi kesehatan masyarakat adalah sebanyak 70 responden (58,3 %) sedangkan selebihnya hanya menyatakan berpengaruh dan penting saja. Akan tetapi tidak ada responden yang menyatakan bahwa antara kebersihan sungai tidak berpengaruh dan penting bagi kesehatan masyarakat. Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel 23 berikut ini : Tabel 23 Persepsi tentang pengaruh kebersihan sungai terhadap kesehatan

No Persepsi kebersihan sungai

terhadap kesehatan

Jumlah Persen

1 Sangat tidak setuju 0 0

2 Tidak setuju 0 0

3 Ragu-ragu 0 0

4 Setuju 50 41,7

5 Sangat setuju 70 58,3

Total 120 100

Akan tetapi, jika kita lihat perilaku masyarakat (khususnya perilaku responden) masih banyak yang membuang sampah ke sungai. Dengan masih banyaknya masyarakat (khususnya responden) yang membuang sampah ke sungai, tingkat degradasi kualitas air sungai yang mengalir di Kota Medan berada pada tingkat mengkhawatirkan.

Sesuai dengan pendapat Sunu (2001), menyatakan bahwa air sungai yang telah tercemar oleh organisme pathogen seperti bakteri atau virus dapat secara langsung mempengaruhi kesehatan tubuh manusia. Untuk itu maka sumber air yang digunakan untuk memasok kebutuhan air minum harus dicegah dari pencemaran yang membahayakan kesehatan tubuh manusia.

Sesuai dengan Penetapan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990/ tanggal 3 September 1990 tentang persyaratan kualitas air minum, dimaksudkan agar kualitas air minumbagi masyarakat dapat dijamin kualitasnya agar tidak terjadi keracunan maupun kemungkinan terjadinya wabah penyakit melalui air minum.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh bahwa pandangan masyarakat pada umumnya dan responden pada khususnya dinyatakan positif dengan pernyataan yang mengungkapkan bahwa dengan adanya kerusakan hutan maka akan dapat berdampak negatif pada ekosistem sungai, terutama dapat mengakibatkan banjir. Hal ini dapat dilihat dari jumlah pernyatan responden yang “sangat setuju” dengan pernyataan diatas yaitu sebanyak 66 responden (55 %). Dengan demikian diketahui bahwa masyarakat memang telah menyadari dan memahami akan arti pentingnya kelestarian hutan terhadap keseimbangan ekosistem sungai.

Banyak responden yang menyatakan bahwa sosialisasi dari Pemerintah dalam memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang arti pentingnya sungai masih kurang. Tetapi kehidupan sehari-hari dan pengetahuan yang didapat dari hidup bersosialisai satu sama lain yang mengajarkan masyarakat untuk memahami batapa erat dan kuatnya hubungan kelestarian dan keseimbangan hutan terhadap baiknya kondisi sungai.

Sedangakan masyarakat yang menyatakan “ sangat setuju” tentang pemeliharaan dan pelestaian sungai sangat mendominasi dibanding dengan yang “tidak setuju”. Hal ini dapat dilihat dari tabel dimana responden yang sangat setuju sebanyak 68 responden (56,6 %).

5. Korelasi Antara Kesediaan Membayar (Willingness to Pay) dengan