• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi Masyarakat Bantaran Sungai Ciliwung tentang Kegiatan “Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan” di Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Persepsi Masyarakat Bantaran Sungai Ciliwung tentang Kegiatan “Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan” di Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi :

PERSEPSI MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI CILIWUNG

TENTANG KEGIATAN ”PENGADAAN SARANA DAN PRASARANA PENCEGAHAN PENCEMARAN LINGKUNGAN” DI KELURAHAN BABAKAN PASAR, KECAMATAN BOGOR TENGAH

KOTA BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT

adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, September 2008

(4)

tentang Kegiatan “Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan

Pencemaran Lingkungan” di Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Dibimbing oleh ANNA

FATCHIYA dan GATOT YULIANTO

Sungai berfungsi sebagai sumber kehidupan. Namun kondisi sungai banyak yang tercemar salah satunya akibat pembuangan sampah oleh masyarakat yang tinggal di Bantaran Sungai Ciliwung.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi masyarakat bantaran Sungai Ciliwung tentang kegiatan “Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan” dan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi masyarakat bantaran sungai tentang kegiatan.

Metode penelitian secara kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi responden yang tinggal di bantaran Sungai Ciliwung, Kelurahan Babakan Pasar tentang kegiatan ”Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan” umumnya positif dengan ditunjukkan persetujuannya tentang tujuan kegiatan dan kualitas, kuantitas serta lokasi kegiatan. Namun untuk sosialisasi dan pemantauan kegiatan persepsinya bersifat negatif, dengan alasan utama tidak ada kegiatan sosialisasi sebelum kegiatan bantuan diberikan dan pemantauan setelah kegiatan bantuan diberikan. Kemudian faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi tentang kegiatan untuk faktor internal adalah pendapatan, lama bermukim, jarak rumah dari sungai, dan pada faktor eksternal adalah fasilitas pengelolaan sampah dan tokoh penggerak.

(5)

Hak Cipta Milik Wili Rendanikusuma, Tahun 2008 Hak Cipta Dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis di IPB, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apa pun, baik cetak, fotocopy, microfilm dan

sebagainya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

(6)

LINGKUNGAN”

DI KELURAHAN BABAKAN PASAR,

KECAMATAN BOGOR TENGAH

KOTA BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

WILI RENDANIKUSUMA C44104028

PROGRAM STUDI

MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

(7)

Judul Skripsi : Persepsi Masyarakat Bantaran Sungai Ciliwung tentang Kegiatan “Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan” di Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat

Nama Mahasiswa : Wili Rendanikusuma

NRP : C44104028

Program Studi : Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan - Kelautan

Disetujui, Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Anna Fatchiya, M.Si Ir, Gatot Yulianto M.Si NIP. 132 173 579 NIP. 131 999 589

Diketahui,

Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc. NIP. 131 578 799

(8)

dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul Persepsi Masyarakat Bantaran Sungai Ciliwung tentang Kegiatan

“Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan” di Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan-Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1) Ir. Anna Fatchiya, M.Si dan Ir. Gatot Yulianto, M.Si selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu guna membimbing dan mengarahkan penulis

sehingga mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini.

2) Kepala dan staf Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat dan Pejabat di Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Bogor yang telah memberikan izin dan mendukung penelitian ini.

3) Ayahanda (Drs. Udin Haerudin, M.Si), Ibunda (Iis Rendanis),

Kakak (Alm. Heris Rendanikusuma) serta adik (Robi Rendanikusuma dan Fajrin Rendanikusuma) yang selalu memberikan do’a, dukungan moril dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

4) Dosen-dosen dan staf Tata usaha SEI, Organisasi mahasiswa Rangkasbitung dan Banten, Rekan-rekan SEI 41, Pondok Annur, WR Production serta rekan-rekan yang telah banyak membantu penulis sehingga skripsi ini selesai.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak lepas dari kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun dalam penyempurnaan skripsi ini sangat penulis harapkan. Penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak yang membutuhkan.

Bogor, September 2008

(9)

Penulis dilahirkan di Rangkasbitung pada tanggal 18 April 1987 dari Ayahanda Drs. Udin Haerudin, M.Si dan Ibunda Iis Rendanis. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara.

Pendidikan formal yang dilalui adalah SMA Negeri 1 Rangkasbitung. Pada tahun 2004 penulis diterima masuk di IPB melalui jalur USMI, dan diterima di Program Studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan-Kelautan, Departemen Sosial Ekonomi Perikanan dan Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Pada tahun 2006-2008, penulis menjdai anggota

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), pada tahun 2007-2008 penulis menjadi Kepala Bidang Humas di Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Perikanan. Penulis juga aktif dalam organisasi ekstrakampus, diantaranya pada tahun 2006-2008, penulis menjadi ketua bidang promosi dan kegiatan Barracuda Music Club (BMC). Sekarang penulis menjadi manajer kelompok usaha miniatur rumah dan miniatur kapal WR Production.

(10)

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusahan masalah ... 3

1.3 Tujuan Peneltian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

II.TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Sungai dan Bantaran Sungai ... 5

2.2 Persepsi ... 7

2.2.1 Pengertian Persepsi ... 7

2.2.2 Persepsi terhadap Lingkungan ... 8

2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi ... 9

2.2.4 Tahap Pembentukan Persepsi ... 11

2.3 Sampah ... 12

2.3.1 Pengertian Sampah ... 12

2.3.2 Jenis-jenis Sampah ... 12

2.3.3 Pengelolaan Sampah di Kota Besar ... 13

III. KERANGKA PENDEKATAN STUDI ... 18

IV. METODOLOGI ... 21

4.1 Metodologi Penelitian ... 21

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 21

4.3 Metode Pengambilan Contoh ... 21

4.4 Metode Pengambilan Data ... 22

4.5 Metode Analisis Data ... 22

4.6 Definisi Operasional ... 24

4.7 Waktu dan Tempat Penelitian ... 27

V. HASIL PEMBAHASAN ... 28

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 28

5.1.1 Letak dan Keadaan Alam ... 28

5.1.2 Kependudukan ... 29

5.1.2.1 Komposisi Penduduk berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin ... 29

5.1.2.2 Komposisi Penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 30

5.1.2.3 Komposisi Penduduk berdasarkan Mata Pencaharian .. 31

(11)
(12)
(13)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi :

PERSEPSI MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI CILIWUNG

TENTANG KEGIATAN ”PENGADAAN SARANA DAN PRASARANA PENCEGAHAN PENCEMARAN LINGKUNGAN” DI KELURAHAN BABAKAN PASAR, KECAMATAN BOGOR TENGAH

KOTA BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT

adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, September 2008

(14)

tentang Kegiatan “Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan

Pencemaran Lingkungan” di Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Dibimbing oleh ANNA

FATCHIYA dan GATOT YULIANTO

Sungai berfungsi sebagai sumber kehidupan. Namun kondisi sungai banyak yang tercemar salah satunya akibat pembuangan sampah oleh masyarakat yang tinggal di Bantaran Sungai Ciliwung.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi masyarakat bantaran Sungai Ciliwung tentang kegiatan “Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan” dan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi masyarakat bantaran sungai tentang kegiatan.

Metode penelitian secara kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi responden yang tinggal di bantaran Sungai Ciliwung, Kelurahan Babakan Pasar tentang kegiatan ”Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan” umumnya positif dengan ditunjukkan persetujuannya tentang tujuan kegiatan dan kualitas, kuantitas serta lokasi kegiatan. Namun untuk sosialisasi dan pemantauan kegiatan persepsinya bersifat negatif, dengan alasan utama tidak ada kegiatan sosialisasi sebelum kegiatan bantuan diberikan dan pemantauan setelah kegiatan bantuan diberikan. Kemudian faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi tentang kegiatan untuk faktor internal adalah pendapatan, lama bermukim, jarak rumah dari sungai, dan pada faktor eksternal adalah fasilitas pengelolaan sampah dan tokoh penggerak.

(15)

Hak Cipta Milik Wili Rendanikusuma, Tahun 2008 Hak Cipta Dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis di IPB, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apa pun, baik cetak, fotocopy, microfilm dan

sebagainya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

(16)

LINGKUNGAN”

DI KELURAHAN BABAKAN PASAR,

KECAMATAN BOGOR TENGAH

KOTA BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

WILI RENDANIKUSUMA C44104028

PROGRAM STUDI

MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

(17)

Judul Skripsi : Persepsi Masyarakat Bantaran Sungai Ciliwung tentang Kegiatan “Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan” di Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat

Nama Mahasiswa : Wili Rendanikusuma

NRP : C44104028

Program Studi : Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan - Kelautan

Disetujui, Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Anna Fatchiya, M.Si Ir, Gatot Yulianto M.Si NIP. 132 173 579 NIP. 131 999 589

Diketahui,

Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc. NIP. 131 578 799

(18)

dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul Persepsi Masyarakat Bantaran Sungai Ciliwung tentang Kegiatan

“Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan” di Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan-Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1) Ir. Anna Fatchiya, M.Si dan Ir. Gatot Yulianto, M.Si selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu guna membimbing dan mengarahkan penulis

sehingga mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini.

2) Kepala dan staf Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat dan Pejabat di Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Bogor yang telah memberikan izin dan mendukung penelitian ini.

3) Ayahanda (Drs. Udin Haerudin, M.Si), Ibunda (Iis Rendanis),

Kakak (Alm. Heris Rendanikusuma) serta adik (Robi Rendanikusuma dan Fajrin Rendanikusuma) yang selalu memberikan do’a, dukungan moril dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

4) Dosen-dosen dan staf Tata usaha SEI, Organisasi mahasiswa Rangkasbitung dan Banten, Rekan-rekan SEI 41, Pondok Annur, WR Production serta rekan-rekan yang telah banyak membantu penulis sehingga skripsi ini selesai.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak lepas dari kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun dalam penyempurnaan skripsi ini sangat penulis harapkan. Penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak yang membutuhkan.

Bogor, September 2008

(19)

Penulis dilahirkan di Rangkasbitung pada tanggal 18 April 1987 dari Ayahanda Drs. Udin Haerudin, M.Si dan Ibunda Iis Rendanis. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara.

Pendidikan formal yang dilalui adalah SMA Negeri 1 Rangkasbitung. Pada tahun 2004 penulis diterima masuk di IPB melalui jalur USMI, dan diterima di Program Studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan-Kelautan, Departemen Sosial Ekonomi Perikanan dan Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Pada tahun 2006-2008, penulis menjdai anggota

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), pada tahun 2007-2008 penulis menjadi Kepala Bidang Humas di Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Perikanan. Penulis juga aktif dalam organisasi ekstrakampus, diantaranya pada tahun 2006-2008, penulis menjadi ketua bidang promosi dan kegiatan Barracuda Music Club (BMC). Sekarang penulis menjadi manajer kelompok usaha miniatur rumah dan miniatur kapal WR Production.

(20)

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusahan masalah ... 3

1.3 Tujuan Peneltian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

II.TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Sungai dan Bantaran Sungai ... 5

2.2 Persepsi ... 7

2.2.1 Pengertian Persepsi ... 7

2.2.2 Persepsi terhadap Lingkungan ... 8

2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi ... 9

2.2.4 Tahap Pembentukan Persepsi ... 11

2.3 Sampah ... 12

2.3.1 Pengertian Sampah ... 12

2.3.2 Jenis-jenis Sampah ... 12

2.3.3 Pengelolaan Sampah di Kota Besar ... 13

III. KERANGKA PENDEKATAN STUDI ... 18

IV. METODOLOGI ... 21

4.1 Metodologi Penelitian ... 21

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 21

4.3 Metode Pengambilan Contoh ... 21

4.4 Metode Pengambilan Data ... 22

4.5 Metode Analisis Data ... 22

4.6 Definisi Operasional ... 24

4.7 Waktu dan Tempat Penelitian ... 27

V. HASIL PEMBAHASAN ... 28

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 28

5.1.1 Letak dan Keadaan Alam ... 28

5.1.2 Kependudukan ... 29

5.1.2.1 Komposisi Penduduk berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin ... 29

5.1.2.2 Komposisi Penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 30

5.1.2.3 Komposisi Penduduk berdasarkan Mata Pencaharian .. 31

(21)

5.1.5 Sarana Kesehatan ... 33

5.1.6 Sektor Ekonomi ... 33

5.2 Kegiatan “Pengadaan Sarana Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan” ... 33

5.3 Karakteristik Internal Responden ... 36

5.3.1 Umur ... 37

5.3.2 Pendidikan ... 38

5.3.3 Pendapatan ... 39

5.3.4 Jarak rumah dari sungai ... 39

5.3.5 Lama bermukim ... 40

5.3.6 Status pekerjaan ... 40

5.3.7 Cara membuang sampah ... 41

5.3.8 Frekuensi membuang sampah ... 42

5.3.9 Jumlah dan jenis sampah ... 43

5.4 Faktor Eksternal ... 44

5.4.1 Iuran ... 44

5.4.2 Fasilitas Tempat Sampah ... 45

5.4.3 Tokoh Penggerak ... 46

5.5 Persepsi Responden tentang Kegiatan ... 47

5.5.1 Persepsi Responden tentang Tujuan Kegiatan ... 47

5.5.2 Persepsi Responden tentang Sosialisasi Kegiatan ... 51

5.5.3 Persepsi Responden tentang Kualitas, Kuantitas dan Lokasi Kegiatan ... 52

5.5.4 Persepsi Responden tentang Pemantauan Kegiatan ... 55

5.6 Hubungan Faktor Internal Responden dengan Persepsi tentang Kegiatan ... 57

5.6.1 Hubungan Faktor Internal Responden dengan Persepsi tentang Tujuan Kegiatan ... 59

5.6.2 Hubungan Faktor Internal Responden dengan Persepsi tentang Sosialisasi Kegiatan ... 62

5.6.3 Hubungan Faktor Internal Responden dengan Persepsi tentang Kualitas, Kuantitas dan Lokasi Kegiatan ... 64

5.6.4 Hubungan Faktor Internal Responden dengan Persepsi tentang Pemantauan Kegiatan ... 67

5.7 Hubungan Faktor Eksternal dengan Persepsi Responden tentang Kegiaan ... 69

5.7.1 Hubungan Iuran dengan Persepsi tentang Kegiatan ... 69

5.7.2 Hubungan Fasilitas Pengelolaan Sampah dengan Persepsi tentang Kegiatan ... 69

(22)
(23)

1. Jumlah RT, RW dan luas wilayah kelurahan babakan pasar,

Tahun 2008 ... 27 2. Komposisi penduduk berdasarkan usia dan jenis kelamin,

Tahun 2008 ... 29 3. Komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan,

Tahun 2008 ... 30 4. Sarana pendidikan Kelurahan Babakan Pasar Tahun 2008 ... 31 5. Komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian

Tahun 2008 ... 31 6. Sebaran responden berdasarkan karkteristik internal Tahun 2008 ... 37 7. Sebaran responden berdasarkan jenis pekerjaan ... 41 8. Sebaran responden berdasarkan cara membuang sampah ... 42 9. Sebaran responden berdasarkan frekuensi membuang sampah ... 43 10. Sebaran responden berdasarkan faktor eksternal ... 44 11. Sebaran responden berdasarkan persepsi tujuan kegiatan ... 48 12. Sebaran responden berdasarkan persepsi sosialisasi kegiatan ... 51 13. Sebaran responden berdasarkan persepsi kualitas, kuantitas

(jumlah) dan lokasi kegiatan ... 53 14. Sebaran responden berdasarkan persepsi tentang pemantauan

kegiatan ... 55 15. Hubungan faktor internal responden dengan persepsi responden

tentang kegiatan ... 57 16. Hubungan faktor internal responden dengan persepsi responden

tentang tujuan kegiatan ... 60 17. Hubungan faktor internal responden dengan persepsi responden

tentang sosialisasi kegiatan ... 62 18. Hubungan faktor internal responden dengan persepsi responden

tentang kualitas, kuantitas dan lokasi kegiatan ... 65 19. Hubungan faktor internal responden dengan persepsi responden

(24)
(25)

1. Karakteristik responden ... 75 2. Persepsi responden tentang kegiatan “Pengadaan Sarana

dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan” ... 76 3. Hasil uji korelasi peringkat spearman hubungan faktor internal

Dengan persepsi tentang kegiatan ... 77 4. Hasil uji korelasi peringkat spearman hubungan faktor internal

Dengan persepsi tentang tujuan kegiatan ... 78 5. Hasil uji korelasi peringkat spearman hubungan faktor internal

Dengan persepsi tentang sosialisasi kegiatan ... 79 6. Hasil uji korelasi peringkat spearman hubungan faktor internal

Dengan persepsi tentang kualitas, kuantitas dan lokasi kegiatan ... 80 7. Hasil uji korelasi peringkat spearman hubungan faktor internal

dengan persepsi tentang pemantauan kegiatan ... 81 8. Struktur organisasi Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan, (DLHK)

(26)

1.1Latar Belakang

Sungai berperan penting dalam mengatur tata air mulai dari hulu sampai ke hilir, dan berfungsi sebagai aliran air secara alami. Sungai berperan sebagai penampung, penyimpan dan mengalirkan air melalui sistem jaringan sungai yang berhulu di daerah pegunungan dan bermuara ke danau atau laut (Bandiyono et al, 1988). Selanjutnya, Sunarto (1997)menyatakan bahwa sungai merupakan saluran alami yang didalamnya terdapat aliran air yang bermuara di danau atau laut. Aliran air pada sungai melintasi berbagai bebatuan dengan topografi yang bervariasi, sehingga air sungai memiliki kesuburan yang dibutuhkan oleh biota (tumbuhan, hewan maupun manusia). Dengan demikian sungai dapat menjadi sumber kehidupan.

Sungai Ciliwung merupakan salah satu sungai yang melintasi Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Depok dan Jakarta. Dari 13 sungai yang mengalir di Jakarta, Sungai Ciliwung memberikan dampak yang paling luas bagi Kota Jakarta ketika musim hujan, karena banjir yang ditimbulkan dari sungai ini. Sungai Ciliwung juga dianggap sungai yang paling rusak dibandingkan dengan sungai-sungai lain yang mengalir di Jakarta. Selain karena daerah aliran sungai (DAS) di bagian hulu di Bogor yang rusak, wilayah sungai di Jakarta juga yang banyak terjadi

penyempitan dan pendangkalan yang mengakibatkan Sungai Ciliwung memiliki potensi terbesar menyebabkan banjir di Jakarta. Pemerintah pernah merencanakan untuk membangun Waduk Ciawi di Gadog, Megamendung Bogor sebagai cara untuk mengendalikan Kali Ciliwung mulai dari atas (hulu)

(http://id.wikipedia.org).

Berbagai macam kepentingan sektoral dan aktivitas manusia di sekitar bantaran Sungai Ciliwung mulai dari hulu sampai dengan hilir, seperti pertanian, perikanan (antara lain budidaya ikan di karamba), pariwisata (antara lain arung jeram), perhubungan, industri pasar, dan pemukiman penduduk. Beragam

(27)

yang bermukim di rumah pemukiman liar, rumah perkampungan maupun perumahan modern yang berada di sepanjang bantaran sungai.

Telah banyak program-program pemerintah bertujuan untuk

mengendalikan lingkungan dan pencegahan pencemaran lingkungan sungai seperti, program kali bersih, program K3 (Ketertiban, Kesehatan dan Kebersihan), Jumsih (Jumat bersih) dan lain sebagainya. Namun kondisi sungai tetap buruk karena masyarakat masih ada yang membuang sampah ke sungai dan keterbatasan kemampuan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Bogor. DLHK hanya mampu melayani pengangkutan sampah sekitar 69% wilayah di Kota Bogor (DLHK, 2007).

Pemerintah Kota Bogor dan Pemerintah Pusat melalui DLHK Kota Bogor telah mengadakan program pencegahan pencemaran lingkungan dengan bentuk kegiatan “Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran

Lingkungan”. Program kegiatan ini berupa bantuan tempat sampah yang terbagi antara sampah organik dan sampah anorganik lengkap dengan petunjuknya, gerobak sampah dan papan-papan himbauan agar tidak membuang sampah ke sungai. Salah satu penempatannya di Kelurahan Babakan Pasar. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengurangi beban sampah yang ada di bantaran sungai dan mengurangi kebiasaan masyarakat membuang sampah ke sungai.

Masyarakat sebagai pengguna dan pemanfaat program ini diharapkan dapat memanfaatkan secara berkelanjutan. Namun demikian, apakah program tersebut bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Untuk mengetahuinya perlu dilakukan penelitian mengenai persepsi masyarakat tentang program ini. Menurut Hamner dan Organ (1978) diacu dalam Indrawijaya (1983) persepsi adalah suatu proses seseorang mengorganisasikan dalam pikirannya, menafsirkan, mengalami dan mengolah pertanda atau segala sesuatu yang terjadi di lingkungannya. 1.2 Perumusan Masalah

(28)

dan pemantauan yang belum maksimal. Dari masalah-masalah tersebut, masyarakat akan mempunyai persepsi tentang kegiatan. Persepsi akan mempengaruhi perilaku masyarakat bantaran sungai yang ada di Kelurahan Babakan Pasar. Persepsi merupakan dasar seseorang untuk bertindak Illahi (2000) diacu dalam Yunanto (2004). Jika persepsi mereka positif tentang kegiatan, maka masyarakat pun akan ikut mendukung dan berpartisipasi dalam program tersebut. Penelitian ini akan mencoba mengetahui, mempelajari dan memahami

permasalahan berikut ini:

(1) Bagaimana persepsi masyarakat terhadap kegiatan “Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan”.

(2) Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan persepsi masyarakat bantaran Sungai Ciliwung terhadap kegiatan “Pengadaan Sarana dan Prasarana

Pencegahan Pencemaran Lingkungan”.

1.3Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

(1) Menganalisis persepsi masyarakat terhadap kegiatan “Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan” dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Bogor.

(2) Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi masyarakat bantaran Sungai Ciliwung terhadap kegiatan “Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan” dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Bogor.

1.4Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini, yaitu :

1. Sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan-Kelautan, Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan dan Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

(29)

3 Menjadi bahan masukan bagi semua stakeholder yang terlibat dalam pengelolaan sampah di daerah aliran sungai.

(30)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sungai dan Bantaran Sungai

William Davis Morris (1880-an), berpendapat bahwa sungai dan lembahnya ibarat organisme hidup. Sungai berubah dari waktu ke waktu,

mengalami masa muda, dewasa, dan masa tua. Menurut Moris, siklus kehidupan sungai dimulai ketika tanah baru muncul di atas permukaan laut. Hujan kemudian mengikisnya dan membuat parit, kemudian parit-parit itu bertemu sesamanya dan membentuk sungai. Danau menampung air pada daerah yang cekung, tapi

kemudian hilang sebagai sebagai sungai dangkal. Kemudian memperdalam salurannya dan mengiris ke dasarnya membentuk sisi yang curam, lembah bentuk V. Anak-anak sungai kemudian tumbuh dari sungai utamanya seperti cabang tumbuh dari pohon. Semakin tua sungai, lembahnya semakin dalam dan anak-anak sungainya semakin panjang (http://id.wikipedia.org/wiki).

Ilyas et al. (1990) diacu dalam Meidiana (2003) menjelaskan sungai adalah perairan yang airnya mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Sedangkan menurut Praptokardiyo dan Muluk (1986) diacu dalam Meidiana (2003) sungai adalah bentuk perairan mengalir, dimana sumber air berasal dari limpasan satuan-satuan hidrologi di sepanjang daerah alirannya. Sumber air sungai dapat berasal dari air tanah, air hujan dan/ atau air permukaan yang

akhirnya bermuara ke laut, berhubungan dengan sungai lain atau perairan terbuka lainnya.

Menurut Rustamadji (1994) diacu dalam Meidiana (2003), sungai

merupakan aliran dari mata air hulu mencari jalan kearah yang lebih rendah (hilir) untuk akhirnya bermuara ke laut. Sungai memiliki fungsi antara lain :

1. Sungai sebagai sumber air 2. Sungai sebagai pengendali banjir

3. Sungai sarana transportasi/ pengangkutan

(31)

 

5. Sungai sebagai daerah depan, artinya sungai merupakan milik bersamam yang dapat dinikmati oleh siapa saja secara positif yang berpotensi meningkatkan citra kota dan pariwisata.

Sungai dan daerah sekitarnya (daerah aliran sungai) merupakan salah satu sumber daya air yang memiliki berbagai macam fungsi bagi kehidupan manusia. Secara hidrologis daerah aliran sungai merupakan bentang lahan yang dibatasi oleh pembatas topografi yang menangkap, menampung, dan mengalirkan air hujan ke suatu titik putusan (outlet) (wikipedia diakses 2007). Fungsi-fungsi sungai tersebut dapat berjalan dengan baik ataupun tidak sangat bergantung kepada bagaimana perilaku masyarakat bantaran sungai sebagai pelaku yang memanfaatkan sungai tersebut.

Bantaran sungai diartikan dalam Keppres No. 32/1990 tentang

Pengelolaan Kawasan Lindung pasal 1 sebagai kawasan sepanjang kiri dan kanan sungai termasuk sungai buatan/ kanal/ saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai

(www.penataanruang.net ). Peraturan pemerintah (PP) No. 35/1991 tentang Sungaipasal 1 menjelaskan bahwa bantaran sungai adalah lahan pada kedua sisi sepanjang palung sungai dihitung dari tepi (palung) sampai dengan kaki tanggul (tepi sungai bagian bawah sebelah dalam. Pada pasal 16 menyebutkan bahwa kriteria bantaran sungai yaitu sekurang-kurangnya 100 meter di kiri dan kanan (dilihat dari aliran sungainya) sungai besar dan 50 meter di kiri dan kanan anak sungai yang berada diluar pemukiman. Dengan demikian masyarakat bantaran sungai adalah masyarakat yang tinggal dari 0-100 meter dari sungai, yang masih memanfaatkan sumberdaya sungai, misalnya mandi, cuci, kakus (MCK),

menangkap ikan.

Bantaran sungai berfungsi sebagai daerah serapan sehingga tidak seharusnya bantaran sungai dimanfaatkan untuk pemukiman penduduk. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa bantaran sungai termasuk Sungai Ciliwung telah digunakan pemukiman penduduk. Banyak persoalan yang terjadi, seperti pencemaran sampah yang dihasilkan dari aktivitas penduduk yang

(32)

 

cerminan betapa rendahnya kepedulian dan kesadaran masyarakat untuk tidak membuang limbah ke sungai. Tanpa kesadaran akan pentingnya sungai bagi kehidupan, bisa dibayangkan berapa banyak sampah yang akan terbuang ke sungai-sungai di Jakarta, yang penduduknya menghasilkan 25.000 meter kubik sampah setiap hari. Tanpa upaya pengendalian, jumlah itu diperkirakan menjadi dua kali lipat pada tahun 2010 (www. mnlh.go.id).

Sebagian dari sampah yang dibuang ke sungai berupa plastik, yang akhirnya mengalir sampai ke laut dan merusak ekosistem laut. Berat jenis plastik yang ringan membuatnya mengapung dan mudah terbawa gelombang dan

semakin jauh ke dalam ekosistem laut. Ketika akhirnya tenggelam, sampah plastik menutupi terumbu karang, menghalangi sinar matahari, sehingga mematikan terumbu karang yang menjadi habitat bagi satwa laut. Plastik yang dibuang ke sungai akan meninggalkan zat beracun di dalam air dan meresap ke dalam air tanah. Pencemaran racun dari plastik dan bahan kimia lainnya, terutama dari limbah industri dan pertanian, sangat berbahaya bagi kesehatan manusia.

Kondisi Sungai Ciliwung di Kelurahan Babakan Pasar pun sudah tercemar oleh sampah-sampah dan limbah rumah tangga yang dibuang atau dialirkan ke sungai, , arus yang sangat besar ketika air sungai pasang pada musim hujan, luas sungai yang terus melebar karena tanah daerah aliran sungai sudah terkontaminasi oleh penduduk sekitar. Masih ada masyarakat yang memanfaatkan sungai sebagai saran MCK (mandi, cuci, kakus) dan kegiatan budidaya karamba, karena memang masyarakat masih butuh akan sungai.

2.2 Persepsi

2.2.1 Pengertian Persepsi

Menurut Rakhmat (1998) diacu dalam Muzani (2005) persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Jadi persepsi adalah proses pengumpulan dan penafsiran dari informasi. Sedangkan Devito (1989) diacu dalam Muzani (2005), menjelaskan bahwa persepsi adalah suatu proses dimana seseorang memperoleh kesadaran mengenai keadaan sekitar

(33)

 

Kemudian Hamner dan Organ (1978) dalam Indrawijaya (1983), menyatakan bahwa :

Perception is the process by which people organize, interpret, experience, and process cues or material (inputs) received from the external environtment”

Dengan kata lain persepsi adalah suatu proses dimana seseorang mengorganisasikan dalam pikirannya, menafsirkan, mengalami dan mengolah pertanda atau segala sesuatu yang terjadi di lingkungannya. Bagaimana segala sesuatu tersebut mempengaruhi persepsi seseorang, nantinya akan mempengaruhi pula perilaku yang akan dipilihnya.

Persepsi adalah proses memberikan makna terhadap informasi yang diperoleh indera kita atau dapat dikatakan sebagai apa yang dikerjakan otak dengan informasi yang diperolehnya Verderber (1981) diacu dalam Mugniesyah (2000). Menurut Applbaum dkk. (1973) dan Louisser dan Poulos (1997) diacu dalam Mugniesyah (2000) istilah persepsi mengacu pada interpretasi seseorang terhadap kenyataan dan dalam proses persepsi, seorang individu menyeleksi, mengorganisasikan dan menginterpretasikan semua stimuli lingkungan melalui simpul-simpul/ syaraf-syarafnya.

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan persepsi masyarakat bantaran sungai tentang program ”Kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan” yang berupa bantuan tempat sampah adalah penilaian masyarakat bantaran Sungai Ciliwung yang berada di Kelurahan Babakan Pasar, Kota Bogor terhadap program tersebut dari segi tujuan program, sosialisasi program, pemantauan program serta kualitas dan kuantitas bantuan.

2.2.2 Persepsi terhadap Lingkungan

(34)

 

aktifitas mengeksplorasi lingkungannya, menjumpai objek dengan berbagai cara (Sarwono 1999) diacu dalam (Yunanto 2004).

Tampang (1999) diacu dalam Yunanto (2004) menjelaskan persepsi setiap orang akan banyak ditentukan oleh dampak langsung dari lingkungannya terhadap kegiatan-kegiatan dan sarana-sarana untuk hidup. Jadi, pesepsi individu terhadap lingkungannya merupakan faktor yang penting, karena ini adalah hal yang berlanjut dalam menentukan tindakan individu (Asyari 1984) diacu dalam Yunanto (2004).

2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Zalkind dan Cotello (1963) diacu dalam Indrawijaya (1983) berpendapat emosi dapat mempengaruhi persepsi dan perilaku seseorang. Combs (1976) diacu dalam Indrawijaya (1983) menjelaskan bahwa proses persepsi perlu dibahas mulai dari tahap penerimaan rangsangan, yang ditentukan baik oleh faktor luar maupun oleh faktor di dalam manusianya sendiri.

Faktor-faktor tersebut dapat dikategorikan atas lima hal, yaitu :

a. Faktor lingkungan, yang secara sempit hanya menyangkut warna, bunyi, sinar, dan secara luas dapat menyangkut faktor ekonomi, sosial dan politik. Semua unsur faktor ini mempengaruhi seseorang dalam menerima dan menafsirkan suatu rangsangan.

b. Faktor konsepsi, yaitu pendapat dan teori seseorang tentang manusia dengan segala tindakannya. Misalnya, seseorang yang mempunyai konsepsi, pendapat dan teori bahwa manusia itu jahat, cenderung

mencurigai rangsangan sebagai suatu yang negatif dan harus dicurigai latar belakangnya.

(35)

 

d. Faktor yang berhubungan dengan motif dan tujuan, yang pokoknya berkaitan dengan dorongan dan tujuan seseorang dan untuk menafsirkan suatu rangsangan. Wajar, jika seseorang selalu berusaha menarik manfaat dari suatu rangsangan untuk kepentingannya sendiri, karena usaha menarik manfaat tersebut akan memberikan suatu harapan baginya.

e. Faktor pengalaman pada masa lampau, yaitu adanya proses belajar dengan membandingkan pengalaman masa lampau dengan apa yang sedang diamatinya.

Adapun faktor-faktor yang dapat menimbulkan kesalahan pada kita dalam persepsi menurut Verderber (1981) diacu dalam Mugniesyah (2000), yaitu : (1) keterbatasan syaraf-syaraf (limitations of the senses) adalah keterbatasan kemampuan indera kita dalam menerima stimuli, baik indera penglihatan, penciuman, peraba, pendengaran dan perasa.

(2) Keakraban (familiarity) adalah sudah mengenal sesuatu atau terbiasa dengan sesuatu yang akan menjadi persepsi kita. (3) Harapan (expectation) adalah kapasitas atau kemampuan untuk mengenali suatu objek, dengan persepsi yang tepat. (4) Konteks situasi (context of situation), persepsi seseorang sangat dipengaruhi oleh situasi keseluruhan pada waktu dia mempunyai persepsi. (5) Emosi atau sikap (emotion or attitude) adalah sesuatu yang sedang kita pikirkan dan rasakan pada saat kita menerima stimuli yang akan mempengaruhi persepsi kita.

(36)

 

harapan kita ketika kita melihatnya. (5) adalah suatu kecenderungan untuk memberi atribut karakteristik pribadinya kepada orang lain, terutama dalam hal kekurangan atau kelemahannya.

Menurut Lockard (1977) diacu dalam Tampang (1999), persepsi

dipengaruhi dari variabel-variabel yang berkombinasi satu dengan yang lainnya, yaitu : (1) pengalaman masa lalu, apa yang pernah dialami; (2) indoktinasi budaya, bagaimana menerjemahkan apa yang dialami; (3) sikap pemahaman, apa yang diharapkan dan apa yang dimaksud dari hal tersebut. Persepsi dipengaruhi oleh faktor-faktor intern yang ada dalam individu tersebut. Bakat, minat,

kemauan, perasaan, fantasi, kebutuhan, motivasi, jenis kelamin, umur, kepribadian, kebiasaan dan lain-lain serta sifat lain yang khas dimiliki oleh seseorang termasuk juga pengetahuan. Persepsi juga dipengaruhi oleh faktor sosial budaya dan sosial ekonomi seperti pendidikan lingkungan tempat tinggal, suku bangsa dan lainnya.

2.2.4 Tahap Pembentukan Persepsi

Menurut Verderber (1981) diacu dalam Mugniesyah (2000) tahapan yang terjadi dalam persepsi adalah :

(1) Seleksi

Lussier dan Pouls (1997) diacu dalam Mugniesyah (2000) menjelaskan, bahwa seorang individu akan melakukan suatu persepsi selektif (selektive perception), yaitu proses perseptual melalui mana seorang individu memilih stimuli tertentu dan mengabaikan stimuli yang lainnya. Seseorang hanya akan memilih stimuli yang relevan baginya dan mengabaikan yang tidak relevean baginya. Jadi, selective exposure terjadi setelah seseorang menyeleksi informasi untuk dia perhatikan/ ikuti, untuk kemudian individu tersebut juga akan

menempatkan dirinya secara selektif terhadap aspek-aspek tertentu dari lingkungannya.

(2) Pengoraganisasian

(37)

 

(3) Interpretasi

Pada tahap ini segera setelah kita mengorganisasikan stimuli, kita akan memberikan interpretasi atau menyimpulkan dengan memberi makna terhadap stimuli tersebut. Persepsi sangat dipengaruhi oleh karakteristik individu, seperti tanggung jawab yang dimilikinya, kepribadian, kebutuhan, harapan, konsep diri, sikap dan sistem nilai, yang semuanya mengacu pada stimuli internal yang secara nyata mempengaruhi interpretasi seseorang terhadap realitas.

2.3 Sampah

2.3.1 Pengertian Sampah

Sampah adalah semua jenis buangan atau kotoran padat yang berasal antara lain dari rumah tempat tinggal, perkantoran, rumah penginapan, hotel, rumah makan, restoran, pasar, bangunan umum, pabrik, termasuk puing-puing, sisa bahan bangunan dan besi tua, kendaraan bermotor dan yang sejenis lainnya (Surat Menteri KLH tanggal 11 Juni 1993 No. B. 137/I/1993). Menurut keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 15 tahun 2002, sampah adalah jenis buangan dan atau limbah padat domestik yang berasal dari proses alam, kegiatan manusia dan makhluk hidup lainnya.

Sampah adalah hasil sampingan dari aktifitas dari manusia yang sudah tidak terpakai yang merupakan bahan padat buangan dari kegiatan rumah tangga, peasar, perkantoran, rumah penginapan, hotel, rumah makan, industri, atau aktifitas manusia lainnya. Bahkan, sampah dapat berasal dari puing-puing bahan bangunan dan besi-besi tua bekas kendaraan bermotor (Purwendro dan Nurhidayat 2007). Kemudian Purwendro dan Nurhidayat mengungkapkan besarnya sampah yang dihasilkan dari suatu daerah tertentu sebanding dengan jumlah penduduk, jenis aktifitas, dan tingkat konsumsi penduduk tersebut terhadap barang/material. Semakin besar jumlah penduduk atau tingkat konsumsi terhadap barang semakin besar pula volume sampah yang dihasilkan.

2.3.2 Jenis-jenis sampah

(38)

 

rumah tangga, hotel, maupun rumah makan. Langkah yang bisa diambil pada aspek hulu adalah pemilahan sampah berdasarkan jenisnya. Menurut Purwendro dan Nurhidayat (2007) sampah dibagi menjadi tiga, yaitu :

(1) Sampah Organik

Sampah organik berasal dari makhluk hidup, baik manusia, hewan maupun tumbuhan. Sampah organik dibagi menjadi sampah organik basah dan sampah organik kering. Istilah sampah organik basah dimaksudkan sampah mempunyai kandungan air yang cukup tinggi. Sementara bahan yang termasuk sampah organik kering adalah bahan organik adalah bahan organik lain yang kandungan airnya kecil.

(2) Sampah Anorganik

Sampah anorganik bukan berasal dari makhluk hidup. Sampah ini bisa berasal dari bahan yang bisa diperbaharui dan bahan yang berbahaya serta beracun. Jenis yang termasuk ke dalam kategori bias didaur ulang (recyle) ini misalnya bahan yang terbuat dari plastik dan logam.

(3) Sampah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)

Sampah B3 merupakan jenis sampah yang dikategorikan beracun dan berbahaya bagi manusia. Umumnya, sampah jenis ini mengandung merkuri seperti kaleng bekas cat semprot atau minyak wangi.

2.3.3 Pengelolaan Sampah di Kota Besar

Menurut Purwendro dan Nurhidayat (2007) pengelolaan sampah yang tidak dilaksanakan dengan baik akan menjadi sumber masalah, baik sosial maupun lingkungan, yang muncul di masyarakat. Munculnya berbagai penyakit akibat pencemaran air, tanah, dan polusi udara hanya sebagian kecil akibat dari buruknya pengelolaan sampah. Budaya masyarakat yang kurang disiplin dan masih

(39)

 

1. Sistem Sentralisasi

Sistem sentralisasi pengolahan sampah adalah pengolahan sampah dilakukan di tingkat TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Di setiap sub-area tidak diadakan pengolahan sampah, hanya aktifitas pengumpulan sampah. Kelebihan sistem ini ini terlihat dari bisa dikelolanya sampah dengan beberapa alternatif seperti sistem aerob (terbuka) dan anaerob (tertutup). Kelemahan pada pengolahan sampah sistem sentralisasi yaitu biaya pengangkutan sampah cukup besar dan lahan yang dibutuhkan untuk pengumpulan dan pengolahan sampah cukup luas.

Keterangan :

TPA : Tempat Pembuangan Akhir, TPS : Tempat Penampungan Sampah, RT : Sampah Rumah Tangga

Gambar 1. Bagan Pengelolaan Sampah Secara Sentralisasi Bagan pengelolaan sampah secara sentralisasi tersebut menunjukkan bahwa sampah rumah tangga dikumpulkan di tempat penampungan sampah sementara. Setelah itu sampah akan diangkat menuju tempat pembuangan akhir. Di TPA, kegiatan yang dilakukan di antaranya sebagai berikut :

Sanitary landfill. Sampah digunakan sebagai bahan pengisi tanah yang akan diurug

• Pembakaran sampah. Kegiatan ini dilakukan terutama untuk membakar sampah organik kering dan sampah anorganik alat yang digunakan untuk membakar yaitu incinerator.

TPA

TPS  TPS 

RT  RT  RT RT RT  RT

(40)

 

• Pengomposan (composting). Pengomposan dilakukan untuk sampah organik. Kegiatan ini dilakukan secara terbuka (aerob) maupun tertutup (anaerob).

Recycling. Pemanfaatan kembali sampah-sampah yang masih dapat diolah kembali seperti plastik, besi, atau alumunium.

Pengelolaan dengan sistem ini membutuhkan banyak tenaga, teknologi tinggi, serta biaya besar untuk menghindari adanya konflik antara pihak pengelola sampah dengan warga di sekitar TPA, karena keterlambatan pengolahan sampah yang setiap hari harus bertumpuk dari berbagai daerah yang membuat lingkungan menjadi tidak nyaman untuk ditinggali.

2. Sistem Desentralisasi

Sistem desentralisasi mensyaratkan pengolahan sampah pada area hulu atau penghasil sampah pertama. Pada sistem ini, di setiap sub-area tidak hanya aktivitas pengumpulan sampah, tetapi juga pengolahannya sampai menjadi produk yang bisa dimanfaatkan lagi. Kelebihan sistem desentralisasi memungkinkan luas lahan yang dibutuhkan untuk pengumpulan dan pengolahan tidak terlalu luas. Selain itu, biaya pengangkutan sampah yang besarnya rata-rata 75% dari total biaya untuk mengolah sampah bisa dikurangi. Sentra pengumpulan dan

penampungan sampah dilakukan pada tingkat cakupan daerah yang lebih kecil, misalnya tingkat kelurahan, atau tingkat kecamatan.

Keterangan :

TPA : Tempat Pembuangan Akhir, RT : Sampah Rumah Tangga

Gambar 2. Bagan Pengelolaan Sampah secara Desentralisasi

TPA  TPA 

RT  RT  RT RT RT  RT

Proses Pengolahan  Sampah 

(41)

 

Di TPA, kegiatan pengolahan sampah yang dilakukan tidak berbeda jauh dengan sistem sentralisasi. Namun, pada sistem ini jarang sekali dilakukan

sanitary landfill karena besarnya biaya, jumlah sampah yang relativ sedikit, dan lahan yang terbatas untuk melakukan aktivitas. Kegiatan pengomposan biasanya dilakukan secara aerob.

Sampah menjadi masalah penting untuk kota-kota besar. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :

• Volume sampah sangat besar sehingga melebihi kapasitas daya tampung tempat pembuangan sampah akhir atau TPA.

• Lahan TPA semakin sempit karena tergeser tujuan penggunaan lain.

• Teknologi pengelolaan sampah tidak optimal sehingga sampah lambat membusuknya. Hal ini menyebabkan percepatan peningkatan volume sampah lebih besar dari pembusukannya. Oleh karena itu, selalu diperlukan perluasan areal TPA baru.

• Manajemen pengelolaan sampah tidak efektif sehingga sering kali menjadi penyebab distorsi dengan masyarakat setempat.

• Pengelolaan sampah dirasakan tidak memberikan dampak positif kepada lingkungan.

• Kurangnya dukungan kebijakan dari pemerintah, terutama dalam memanfaatkan produk sampingan dari sampah sehingga menyebabkan tertumpuknya produk tersebut di TPA.

(42)

 

Kota Bogor menggunakan sistem sentralisasi. Karena tidak dilakukan pengolahan sampah di tingkat Tempat Pembuangan Sementara (TPS), hanya proses pengumpulan sampah yang kemudian diangkut Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Galuga.

Menurut Zaenal, staf di Dinas Lingkungan Hidup Dan Kebersihan (DLHK) Kota Bogor diacu dalam Suara Pembaruan (2005),

“Karena jumlah truk sampah terbatas dan harus mengambil sampah dari satu TPS ke TPS lain yang jumlahnya sangat banyak. Jarak tempuh ke TPS Galuga juga jauh. Akibatnya, meskipun truk-truk sampah sudah beroperasi dari pagi hari, mereka tidak bisa segera kembali dari TPS Galuga karena jarak tempuhnya yang cukup jauh yakni sekitar 20 sampai 30 kilometer. Sampah yang tak terangkut pun menumpuk di Kota Bogor.”

Deni W, staf DLHK yang lain mengatakan bahwa :

(43)

Pemerintah Pusat dan Kota Bogor mempunyai program pencegahan pencemaran lingkungan yang melalui Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Bogor mengadakan kegiatan “Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan” yang berupa bantuan tempat sampah, gerobak sampah, dan papan-papan himbauan agar tidak membuang sampah ke sungai di daerah bantaran sungai. Tujuan dari program tersebut adalah

meningkatkan perbaikan kualitas lingkungan hidup terutama kualitas air (sungai) dengan cara mengatasi jumlah sampah yang dibuang ke Sungai Ciliwung dengan menempatkan tempat sampah di daerah yang dekat dengan sungai, untuk

mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke sungai dan sikap masyarakat yang membuang sampah ke sungai, memberikan gerobak sampah untuk mempermudah pengangkutan sampah dari tempat sampah rumah tangga ke Tempat

Penampungan Sementara (TPS) dan kemudian ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA), dan penempatan papan-papan himbauan agar tidak membuang sampah ke sungai. Salah satu lokasi yang mendapatkan bantuan tempat sampah, yaitu Kelurahan Babakan Pasar.

Kelurahan Babakan Pasar merupakan salah satu Kelurahan yang

mendapatkan bantuan dari kegiatan ini, terkait dengan masih ada masyarakat yang membuang sampah di Sungai Ciliwung, terutama masyarakat yang tinggal di bantaran sungai. Keberadaan program tersebut akan menimbulkan persepsi tertentu pada masyarakat penggunanya Persepsi ini dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi umur responden, jumlah tahun pendidikan formal responden, pendapatan responden, lama bermukim responden dan jarak rumah responden dari sungai, sedangkan faktor eksternal berupa iuran pengangkutan sampah, fasilitas pengelolaan sampah dan tokoh penggerak.

Persepsi yang diterima masyarakat akan diberi arti melalui proses belajar, yaitu membandingkan pengalaman masa lampau dengan apa yang sedang

(44)

dengan membandingkan pengalaman masa lampau yang biasanya membuang sampah ke sungai dengan sekarang yang sudah ada program DLHK yang berupa bantuan tempat sampah dan diharapkan masyarakat bantaran sungai tidak lagi membuang ke sungai, akan tetapi ke tempat sampah yang telah disediakan oleh DLHK. Setelah melalui proses belajar, kemudian masyarakat mempunyai pilihan yang tepat yang tercermin dalam perilakunya.

(45)

Gambar 3. Kerangka Pendekatan Studi Persepsi Masyarakat Bantaran Sungai

Ciliwung tentang Kegiatan “Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan

Pencemaran Lingkungan”

• Tujuan Kegiatan

• Sosialisasi Kegiatan

• Kualitas ,Kuantitas dan Lokasi Kegiatan

• Pemantauan Kegiatan

P e r i l a k u

Faktor Internal

• Umur

• Pendidikan

• Pendapatan

• Lama Bermukim

• Jarak rumah dari sungai

Faktor Eksternal

• Iuran pengangkutan sampah

(46)

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survai. Menurut Singarimbun (1989) survai adalah metode yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Survai merupakan pengukuran secara cermat dari satu atau lebih variabel terikat dalam suatu kelompok tertentu atau dalam sampel kelompok tertentu itu, dan maksud dari tujuan survai adalah untuk memberi gambaran yang tepat dari suatu gejala (Hyman 1960) diacu dalam Koentjaraningrat (1979)

4.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah berupa dat text

dan data image. Data text adalah data yang berbentuk alphabet maupun angka numerik. Data text yang akan diambil antara lain berupa data karakteristik masyarakat bantaran Sungai Ciliwung, Kelurahan Babakan Pasar; unsur-unsur program kegiatan “Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan” dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Bogor; dan persepsi masyarakat bantaran Sungai Ciliwung, Kelurahan Babakan Pasar terhadap bantuan tempat sampah dari DLHK. Sedangkan data image adalah data yang memberikan informasi secara spesifik mengenai keadaan tertentu melalui foto, diagram, tabel dan sebagainya. Misalnya foto kondisi masyarakat bantaran sungai dan gambar peta wilayah.

4.3 Metode Pengambilan Contoh

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat bantaran sungai yang tempat tinggalnya dijadikan lokasi kegiatan ”Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan”. Dari populasi tersebut diambil 40 orang sebagai contoh dengan cara sengaja (purposive sampling). Purposive sampling

(47)

4.4 Metode Pengambilan Data

Pengambilan atau pengumpulan data merupakan suatu proses pengadaan data primer dan data sekunder untuk keperluan penelitian. Pengumpulam data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan (Nazir M 1983). Pada penelitian ini pengumpulan data primer

dilakukan dengan : (1) Observasi langsung, menurut pengamatan langsung adalah cara pengambilan data atau menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut (Nazir M 2003). Observasi langsung dilakukan untuk memperoleh data primer yang berupa kondisi kegiatan ”Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan” dan kondisi masyarakat bantaran sungai Kelurahan Babakan Pasar. (2) Wawancara yang dilakukan untuk mendapatkan data primer mengenai karakteristik responden, persepsi responden tentang kegiatan. Data sekunder yang dikumpulkan berupa data mengenai struktur organisasi Kelurahan Babakan Pasar, struktur organisasi Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bogor, keadaan umum dengan menggunakan alat bantu kuesioner.

4.5 Metode Analisis Data

Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Dalam proses ini seringkali digunakan statistik. Salah satu fungsi pokok statistik adalah menyederhanakan data penelitian yang amat besar jumlahnya menjadi informasi yang lebih sederhana dan lebih mudah untuk dipahami (Singarimbun dan Effendi 1989). Data yang sudah dikumpulkan dianalisis secara kuantitatif dan deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.

(48)

Uji korelasi Spearman digunakan untuk melihat keeratan hubungan antara peubah bebas dan terikat. Syarat dari uji korelasi Spearman adalah jika dan hanya jika jumlah kategori skor masing-masing variabel sama (Xi=Yi) (Siegel 1985) dan rumusnya adalah sebagai berikut :

Pengujian hipotesis adalah sebagai berikut :

H0 : rs = 0 (tidak ada hubungan antara variable X dan Y) H1 : rs ≠ 0 ( ada hubungan antara variable X dan Y)

Uji Signifikansi rs digunakan dengan statistik t, yaitu :

Nilai t hitung > Nilai t tabel maka tolak H0 Nilai t hitung < Nilai t tabel maka terima H0 Atau

(49)

Menurut (Djarwanto 1996) nilai α disebut taraf nyata atau tingkat signifikansi. Nilai α biasanya ditetapkan sebesar 0,05 atau 0,01. Jika α = 0,05 artinya 5 dari 100 kesimpulan akan menolak H0 yang seharusnya diterima. Nilai α = 0,01 artinya 1 dari 100 kesimpulan akan menolak H0 yang seharusnya diterima. Menurut Young (1982:317) diacu dalam Sulaiman (2003), ukuran korelasi adalah sebagai berikut :

• 0,70 – 1,00 (baik plus atau minus) menunjukan adanya derajat asosiasi

yang tinggi.

• 0,40 - < 0,70 (baik plus atau minus) menunjukkan adanya hubungan yang substansial.

• 0,20 - < 0,40 (baik plus atau minus) menunjukkan adanya korelasi yang rendah.

• < 0,20 (baik plus atau minus) berarti dapat diabaikan.

Untuk pembagian selang pada faktor internal (umur, pendidikan, pendapatan, lama bermukim dan jarak rumah dari sungai) dilakukan dengan rumus :

……….(3)

4.6 Definisi Operasional dan Metode Pengukuran

Variabel yang diamati adalah faktor internal responden, faktor eksternal responden dan persepsi masyarakat bantaran sungai terhadap program Kegiatan ”Pengadaan Sarana Dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan”. Berikut ini disajikan batasan dan metode pengukuran variabel-variabel tersebut :

(1) Faktor internal responden adalah ciri-ciri dan hal-hal yang berkaitan dengan diri responden yang meliputi ;

a. Umur adalah lama hidup (usia) responden yang dihitung sejak kelahirannya hinga saat penelitian ini dilakukan. Metode pengukuran dilakukan dengan kategori umur, yaitu : 1 = 18 - 32 tahun ; 2 = 33 - 47 tahun ; 3 = ≥ 48 tahun. Umur maximum yang dimasukkan untuk

(50)

menghitung selang yaitu pada umur 63 tahun, dan umur minimum pada umur 18 tahun

b. Pendidikan formal adalah jumlah tahun responden mengikuti pendidikan formal (proses belajar mengajar di sekolah atau yang sederajatnya). Metode pengukuran dilakukan dengan kategori

pendidikan formal, yaitu : 1 = 3 - 7 tahun ; 2 = 8 - 12 tahun ; 3 = ≥ 13 tahun. Pendidikan maximum yang dimasukkan untuk menghitung selang yaitu 16 tahun, dan pendidikan minimum yaitu 2 tahun. c. Pendapatan rumah tangga adalah jumlah kompensasi yang diterima

dalam jangka waktu tertentu dalam satu rumah tangga. Metode

pengukuran dilakukan dengan kategori pendapatan rata-rata per bulan, yaitu : 1 = Rp. 120.000 – Rp. 779.999 ; 2 = Rp. 780.000 – Rp.

1.439.999 ; 3 = ≥ Rp. 1.440.000. Pendapatan maximum yang dimasukkan untuk menghitung selang yaitu Rp. 3.600.000, dan pendapatan minimum yaitu Rp. 120.000.

d. Lama bermukim adalah lamanya responden berdomisili di wilayah

bantaran Sungai Ciliwung dalam satuan waktu, Kelurahan Babakan Pasar . Metode pengukuran dilakukan dengan kategori lama

bermukim, yaitu : 1 = 1 – 13 tahun ; 2 = 14 – 27 tahun ; 3 = ≥ 28 tahun. Lama bermukim maximum yang dimasukkan untuk menghitung selang yaitu 43 tahun, dan lama bermukim minimum yaitu 1 tahun e. Jarak Rumah dari sungai adalah jarak tempat tinggal responden,

dihitung dari sungai dalam satuan meter. Metode pengukuran dilakukan dengan kategori jarak rumah dari sungai, yaitu :

1 = 2 – 10 meter ; 2 = 11 – 19 meter ; 3 = ≥ 20 meter. Jarak rumah dari sungai maximum yang dimasukkan untuk menghitung selang yaitu 30 meter, dan jarak rumah dari sungai minimum yaitu 2 meter

(2) Faktor eksternal adalah faktor-faktor diluar diri responden yang mempengaruhi persepsi meliputi ;

(51)

Rupiah per bulan. Metode pengukuran dilakukan dengan kategori iuran pengangkutan sampah, yaitu : 1 = Tidak setuju dan 2 = Setuju. b. Fasilitas pengelolaan sampah adalah sarana yang dipakai untuk

mengelola sampah (gerobak sampah, tempat sampah, papan himbauan agar tidak membuang sampah ke sungai). Metode pengukuran

dilakukan dengan kategori fasilitas pengangkutan sampah, yaitu : 1 = Tidak lengkap dan 2 = Lengkap.

c. Tokoh penggerak adalah tokoh masyarakat yang berpengaruh dan

berperan penting, yang menganjurkan agar masyarakat tidak

membuang sampah ke sungai. Metode pengukuran dilakukan dengan kategori tokoh penggerak, yaitu :

1 = Tidak berpengaruh dan 2 = Berpengaruh.

(3) Persepsi adalah penilaian responden mengenai kegiatan “Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan” dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK). Hal tersebut dilihat dari bagus tidaknya tujuan program, perlunya sosialisasi atau tidak, sesuai tidaknya kualitas, kuantitas dan lokasi bantuan, perlunya pengawasan atau tidak. Penilaian dilakukan dengan menggunakan skala Likert , dengan rincian :

a. Skor 5, jika responden menjawab sangat setuju; b. Skor 4, jika responden menjawab setuju; c. Skor 3, jika responden menjawab netral;

d. Skor 2, jika responden menjawab tidak setuju; dan e. Skor 1, jika responden menjawab sangat tidak setuju.

Persepsi positif diukur dari penjumlahan antara pernyataan setuju dan sangat setuju, dan persepsi negatif diukur dari penjumlahan antara pernyataan tidak setuju dan sangat tidak setuju.

(4) Masyarakat bantaran sungai adalah masyarakat yang tinggal atau bermukim dengan jarak rumah ≤ 100 meter dari sungai.

(52)

papan-papan himbauan agar tidak membuang sampah ke sungai yang ditempatkan di daerah bantaran sungai yang bertujuan meningkatkan perbaikan kualitas lingkungan hidup terutama kualitas air (sungai). Sasaran dari kegiatan ini adalah masyarakat di sekitar bantaran sungai.

4. 7 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di daerah yang mendapatkan bantuan dari kegiatan DLHK, Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2008 – Juli 2008.

(53)

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 5.1.1 Letak dan Keadaan Alam

Kelurahan Babakan Pasar memiliki wilayah seluas 420 Km2 dan berada pada ketinggian 247 meter. Secara administratif Kelurahan Babakan Pasar terbagi menjadi 9 RW dan 39 RT. Luas wilayah dan jumlah RT dengan jumlah penduduk pada setiap RW dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah RW, Jumlah RT dan Luas Wilayah Kelurahan Babakan Pasar Tahun 2008

Sumber : Data Monografi Kelurahan Babakan Pasar , 2008

Jarak Kelurahan Babakan Pasar ini dari Pusat Pemerintahan Kecamatan sejauh 3 Km, jarak dari Pemerintah Kota sejauh 2 Km, jarak Kelurahan Babakan Pasar dari Ibukota Provinsi sejauh 120 Km dan jarak Kelurahan Babakan Pasar dari Ibukota Negara sejauh 60 Km. Batas-batas administratif wilayah Kelurahan Babakan Pasar adalah sebagai berikut :

‐ Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Paledang

‐ Sebelah selatan dengan Kelurahan Sukasari

‐ Sebelah barat dengan Kelurahan Gudang

‐ Sebelah timur dengan Kelurahan Baranang Siang

(54)

pusat kota, akses untuk ke Kelurahan Babakan Pasar sangat mudah. Jarak dari terminal Kota Bogor kurang lebih sekitar 300 Meter dengan menggunakan angkutan kota. Untuk menuju pemukiman dilalui dengan jalan setapak.

5.1.2 Kependudukan

5.1.2.1 Komposisi Penduduk menurut Umur dan Jenis Kelamin

Penduduk di Kelurahan Babakan Pasar pada tahun 2008 sebesar 11.317 jiwa dalam 3.058 kepala keluarga yang terdiri dari 5.782 jiwa laki-laki dan 5.535 jiwa perempuan. Komposisi penduduk di Kelurahan Babakan Pasar berdasarkan kewarganegaraan, yang merupakan warga negara Indonesia sebanyak 11.314 jiwa yang terdiri dari 5.780 jiwa laki-laki dan 5.534 jiwa perempuan, dari jumlah tersebut terdapat warga negara asing sebanyak 3 jiwa yang terdiri dari 1 jiwa laki-laki dan 2 jiwa perempuan. Berdasarkan komposisi penduduk menurut jenis kelamin di Kelurahan Babakan Pasar, maka rasio jenis kelamin sebesar 96 yang berarti setiap 96 penduduk laki-laki berbanding dengan 100 penduduk perempuan.

Tabel 2. Komposisi Penduduk berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin Tahun 2008

No Kelompok

(55)

5.1.2.2 Komposisi Penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan penduduk Kelurahan Babakan Pasar menurut jenjang sekolah pada tingkat tamat SMA yaitu sebesar 32.38%. Jika dilihat dengan program wajib belajar sembilan tahun, jumlah penduduk tidak mampu mencapai wajib belajar sembilan tahun berjumlah 2.116 jiwa atau sebesar 54,38% (Tabel 3). Nilai ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan masih rendah.

Tabel 3. Komposisi Penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2008

No Jenjang Sekolah Jumlah

(jiwa)

Persentase (%)

1 Tamat SD 1182 29.76

2 DO SD Kelas 4 18 0.45

3 DO SD Kelas 5 11 0.28

4 DO SD Kelas 6 9 0.23

5 Tamat SMP 831 22.43

6 DO SMP Kelas 1 29 0.73

7 DO SMP Kelas 2 22 0.55

8 DO SMP Kelas 3 14 0.35

9 Tamat SMA 1266 32.38

10 DO SMA Kelas 1 8 0.20

11 DO SMA Kelas 2 7 0.18

12 DO SMA Kelas 3 2 0.05

13 Tamat D-III 183 4.61

14 Tamat Sarjana 310 7.80

Total 3892 100.00

Sumber : Data Monografi Kelurahan Babakan Pasar , 2008

(56)

Tabel 4. Sarana Pendidikan Kelurahan Babakan Pasar Tahun 2008

Sumber : Data Monografi Kelurahan Babakan Pasar , 2008

Pendidikan merupakan salah satu indikator dari Human Development Index (HDI) selain kesehatan dan sarana prasarana suatu daerah. Dari data jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan, dengan presentase sebesar 54,38%

menunjukkan HDI Kelurahan Babakan Pasar rendah dilihat dari sektor pendidikan.

5.1.2.3 Komposisi Penduduk berdasarkan Mata Pencaharian

Nilai presentase terbesar mata pencaharian yang digeluti penduduk

Kelurahan Babakan Pasar adalah wiraswata sebanyak 868 jiwa (39.58%).

Sedangkan mata pencaharian sebagai TNI/ Polri memiliki presentase yang terkecil yaitu 0.04% atau sebanyak 1 jiwa. Adapun jumlah sebaran penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Komposisi Penduduk berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2008

No Mata Pencaharian Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 Pegawai Negeri Sipil 24 1.09

2 TNI/ Polri 1 0.04

3 Swasta/ BUMN/ BUMD 692 31.55

4 Wiraswasta 868 39.58

5 Pertukangan 97 4.42

6 Pensiunan 58 2.64

7 Jasa 433 19.74

8 Pembudidaya Karamba 20 0.09

Total 2193 100.00

(57)

Mata pencaharian wiraswasta mempunyai komposisi penduduk terbesar, karena Kelurahan Babakan Pasar mempunyai lokasi yang strategis untuk

berwiraswasta. Lokasi Kelurahan Babakan Pasar yang berada di pusat kota dan akses ke Kelurahan Babakan Pasar sangat mudah. Sedangkan ciri dari masyarakat kota adalah dengan banyaknya bidang usaha yang digeluti, ada pusat

perdagangan, mempunyai letak yang strategis.

Sebagian penduduk Kelurahan Babakan Pasar, sekitar 20 jiwa memiliki usaha budidaya ikan dalam karamba. Namun usaha ini bukan merupakan mata pencaharian yang pokok akan tetapi sebagai usaha sampingan sambil

mengerjakan pekerjaan pokok misalnya sebagai pedagang, buruh dan lain-lain. Kendala yang dihadapi pada usaha karamba adalah aliran sungai yang sangat deras pada musim hujan, biaya produksi yang tidak sebanding dengan

keuntungan.

5.1.3 Sarana dan Prasarana Transportasi

Sarana dan prasarana transportasi merupakan infrastruktur dasar bagi pelaksanaan kegiatan masyarakat di segala bidang, baik ekonomi, sosial maupun pertahanan dan keamanan. Sistem transportasi akan menunjang dan mendorong laju pertumbuhan ekonomi, sehingga penyelenggaraan sistem transportasi tidak dapat lepas dari rencana pengembangan ekonomi wilayah. Sarana transportasi Kelurahan Babakan Pasar terdiri dari 169 buah sepeda, 336 buah sepeda motor, 103 buah mobil penumpang, 8 buah mobil penumpang umum, 24 buah mobil barang dan 1 buah mobil bus. Sarana transportasi menuju Kelurahan Babakan Pasar sangat banyak, karena dekat dengan pusat kota dan terminal Kota Bogor.

5.1.4 Peribadatan

(58)

5.1.5 Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan yang ada di Kelurahan Babakan Pasar yaitu 1 buah Puskesmas yang terletak di pusat Kelurahan. Puskesmas ini dilengkapi dengan fasilitas seorang dokter dan praktek bidan. Selain itu, di Kelurahan Babakan Pasar terdapat 2 buah poliklinik, serta 4 buah Laboratorium dan apotek. Dilihat dari sarana kesehatan Kelurahan Babakan Pasar cukup lengkap.

5.1.6 Sektor Ekonomi

Sektor ekonomi yang dominan di Kelurahan Babakan Pasar adalah sektor perikanan dan sektor perdagangan. Pada sektor perikanan terdapat 20 kepala keluarga yang mempunyai budidaya karamba, dan pada sektor perdagangan terdapat 2.560 toko serta 66 warung (Monografi Kelurahan Babakan Pasar, 2007). Sektor perdagangan dominan, karena Kelurahan Babakan Pasar berada di dekat dengan pusat kota dan dekat dengan pusat perbelanjaan Pasar Bogor. Jika dini hari wilayah Kelurahan Babakan Pasar menjadi ”pasar tumpah”, karena banyak pedagang sayuran, dan biasanya mulai pasang lapak sekitar pukul 02:00 WIB dini hari, dan berakhir sekitar pukul 5:30 WIB pagi hari.

5.2 Kegiatan ”Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan” oleh DLHK

(59)

Penurunan kualitas air terutama air sungai bersumber dari pencemaran limbah industri (industrial wastes), air buangan rumah tangga (domestic wastes), dan limbah kegiatan bisnis lainnya (commercial wastes). Di samping limbah cair, potensi sumber lainnya adalah pencemaran limbah padat. Limbah yang dihasilkan oleh masyarakat yang tinggal di sepanjang bantaran sungai.

Mengingat pentingnya sumber daya alam seperti halnya udara, air yang menjadi sumber daya alam utama yang berguna untuk memenuhi hajat hidup orang banyak. Selain itu, air dibutuhkan pula sebagai keperluan dasar

pembangunan ekonomi negara, sebab air merupakan komponen yang mutlak diikutsertakan dalam berbagai sektor usaha perekonomian seperti pertanian, perikanan, perhotelan, pertambangan, perindustrian dan sebagainya. Oleh sebab itu air perlu dikelola agar tetap berfungsi secara ekologis, guna menunjang pembangunan berkelanjutan. Dengan alasan berikut pemerintah pusat melalui DLHK Kota Bogor, mengadakan kegiatan”Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan” yang merupakan kegiatan yang dilakukan sebagai implementasi dari program pemerintah yaitu program pencegahan pencemaran lingkungan. Kegiatan ini mempunyai latar belakang, bahwa masalah pengelolaan lingkungan hidup mempunyai nilai yang sangat penting dalam hubungannya dengan pelaksanaan pembangunan yang berwawasan lingkungan, yang telah ditetapkan sebagai kebijakan dasar pembangunan nasional. Untuk itu pemanfaatan sumber daya alam yang selama ini digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat, harus tetap memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan hidup.

Sungai yang melintasi di Kota Bogor adalah Sungai Ciliwung dan Sungai Cisadane. Berbagai penggunaan lahan sepanjang DAS (Daerah Aliran Sungai) Ciliwung dan Cisadane menyebabkan sungai tersebut menerima beban

(60)

Dengan adanya sarana dan prasarana pengelolaan sampah, diharapkan masyarakat bantaran sungai bisa lebih mengerti akan pentingnya lingkungan. Karena dari hasil survai DLHK 2007 selama ini alasan kecenderungan masyarakat di sekitar sungai untuk membuang limbah langsung ke sungai adalah :

• Tidak adanya TPS di beberapa lokasi yang ada di sekitar DAS Ciliwung

• Lokasi TPS atau bak penampung limbah relatif lebih jauh daripada jarak sungai dengan sumber sampah

• Menurut masyarakat, bahwa membuang sampah ke sungai lebih cepat,

murah dan tidak berdampak langsung bagi pembuang atau masyarakat yang membuang

• Tidak tegasnya pelaksanaan sanksi terhadap pembuangan sampah di badan

sungai

Semakin tingginya tingkat pencemaran dan belum dilaksanakannya

pengendalian pencemaran secara terpadu dan sistematis, merupakan permasalahan yang hingga saat ini masih belum optimal pemecahannya dilaksanakan. Program Pengendalian Pencemaran Lingkungan terutama ditekankan pada tindakan preventif dalam melakukan pengendalian pencemaran melalui penurunan beban pencemaran. Oleh karena itu DLHK memberikan bantuan berupa tempat sampah, gerobak sampah dan papan-papan himbauan agar tidak membuang sampah ke sungai. Diharapkan dengan pengadaan sarana dan prasarana pengelolaan sampah di Kelurahan Babakan Pasar, masyarakat bisa lebih tertib dan teratur dalam pengelolaan sampah di bantaran sungai.

Melalui kegiatan DLHK ini diharapkan dapat mengurangi beban sampah dan meminimalisasi kebiasaan masyarakat yang mempunyai kebiasaan

membuang sampah ke sungai, sesuai dengan tujuan dari DLHK yaitu untuk meningkatkan perbaikan kualitas lingkungan hidup lingkungan hidup terutama kualitas air (sungai). Yang merupakan sasaran dari kegiatan ini adalah masyarakat di sekitar bantaran sungai dan hasil dari kegiatan ini diharapkan dapat

memberikan dampak berupa :

1. Tersedianya informasi atau data kualitas lingkungan hidup Kota Bogor 2. Tersedianya tong sampah organik dan anorganik

Gambar

Gambar 1. Bagan Pengelolaan Sampah Secara Sentralisasi
Gambar 2. Bagan Pengelolaan Sampah secara Desentralisasi
Gambar 3. Kerangka Pendekatan Studi
Tabel 1. Jumlah RW, Jumlah RT dan Luas Wilayah Kelurahan Babakan Pasar Tahun 2008
+7

Referensi

Dokumen terkait

Teknik ini digunakan karena penelitian ini menguji perbedaan rata-rata tingkat solvabilitas dana tabarru’ dari 5 perusahaan asuransi jiwa syariah ( full fledge )

425.000.000,- yang dipergunakan untuk menyalurkan sembako kepada keluarga kurang mampu, panti asuhan dan pasukan kuning (3 kegiatan). Adapun realisasi keuangan sebesar Rp.

perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai) santun, rensponsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas

Ketuntasan belajar yang telah dicapai dapat disebabkan oleh aktivitas mahasiswa dalam mengerjakan tugas atau materi yang harus dipahaminya melalui kegiatan di luar

14 Dalam menyusun rekomendasi, auditor harus berpegang teguh kepada ketentuan / peraturan yang berlaku dengan tetap mempertimbangkan agar rekomendasi

Dalam perencanaan bangunan tahan gempa harus memperhatikan standar yang mengacu pada SNI 1726:2012 untuk tata cara perencanaan ketahananan gempa, sedangkan untuk

Metode pembibitan TEL mampu memberikan hasil produksi jamur tiram putih yang sama dengan metode BMM sehingga metode TEL dapat dipergunakan sebagai alternatif yang

17- Testu moten bilakaera argitaletxeenarekin dago lotuta, izan ere, Estatuko argitaletxeen argitalpen gehienak haur eta gazte narratiba izan dira, eta Euskal