• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Sejarah Melalui Model Pembelajaran Examples Non Examples Berbantuan Power Point pada Siswa Kelas XI IPS 2 SMA Kristen Satya Wacana Salatiga Semester

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Sejarah Melalui Model Pembelajaran Examples Non Examples Berbantuan Power Point pada Siswa Kelas XI IPS 2 SMA Kristen Satya Wacana Salatiga Semester "

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Landasan Teori

1. Hakikat Belajar

Menurut Sagala (2012 : 37) belajar adalah suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktek atau pengalaman tertentu.Menurut Rusman (2012 : 85) belajar merupakan suatu aktivitas yang dapat dilakukan secara psikologis maupun secara fisiologis. Aktivitas yang bersifat psikologis yaitu aktivitas yang merupakan proses mental misalnya aktivitas berfikir, memahami, menyimpulkan, menyimak, menelaah, membandingkan, membedakan, mengungkapkan, menganalisis dan sebagainya. Sedangkan aktivitas yang bersifat fisiologis yaitu aktivitas yang merupakan proses penerapan atau praktik, misalnya melakukan eksperimen atau percobaan, latihan, kegiatan praktik, membuata karya (produk), apresiasi dan sebagainya.Menururt Riyanto (2010 :6) belajar adalah suatu proses untuk merubah performansi yang tidak terbatas pada ketrampilan, tetapi juga meliputi fungsi-fungsi, seperti, skill, persepsi, emosi, proses berfikir, sehingga dapat menghasilkan perbaikan performansi.

Jadipengertian belajar menurut pendapat beberapa ahli diatas adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

2. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Rusman (2012 : 123) hasil belajar adalah sejumlah pengalaman yang diperoleh siswa yang mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Belajar tidak hanya penguasaan konsep teori mata pelajaran saja, tapi juga penguasaan kebiasaan, persepsi, kesenangan, minat bakat, penyesuaian sosial, macam-macam ketrampilan, cita-cita, keinginan dan harapan.

(2)

dan tingkah laku yang diinginkan dikuasai siswa menjadi unsur penting sebagai dasar dan acuan dalam penilaian. Dalam penilaian ini dilihat sejauh mana keefektifan dan efisiennya dalam mencapai tujuan pengajaran atau perubahan tingkah laku siswa. Menurut Supratiknya (2012 : 5) hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan baru yang diperoleh siswa sesudah mereka mengikuti proses belajar mengajar. Pemerolehan kemampuan baru tersebut akan terwujud dalam perubahan tingkah laku. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006 : 23) hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum mengajar.Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran.

Dari beberapa pengertian hasil belajar di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah keberhasilan yang dicapai oleh siswa untuk mendapatkan suatu peningkatan kepandaian yang diwujudkan dalam bentuk nilai yang diperoleh melalui belajar. Dalam peneletian ini peneliti hanya berfokus pada keberhasilana hasil belajar dalam ranah kognitif.

3. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Munadi (Rusman, 2012:124) antara lain meliputi faktor internal dan faktor eksternal:

a. Faktor Internal

1) Faktor Fisiologis. Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani dan sebagainya. Hal tersebut dapat mempengaruhi peserta didik dalam menerima materi pelajaran.

(3)

b. Faktor eksternal

1) Faktor Lingkungan. Faktor lingkungan dapat mempengurhi hasil belajar. Faktor lingkungan ini meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan alam misalnya suhu, kelembaban dan lain-lain. Belajar pada tengah hari di ruangan yang kurang akan sirkulasi udara akan sangat berpengaruh dan akan sangat berbeda pada pembelajaran pada pagi hari yang kondisinya masih segar dan dengan ruangan yang cukup untuk bernafas lega. 2) Faktor Instrumental. Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang

keberadaan dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang direncanakan. Faktor-faktor instrumental ini berupa kurikulum, sarana dan guru.

Syah (2006: 144) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa terdiri dari dua faktor yaitufaktor yang datangnya dari individu siswa (internal factor), dan faktor yang datang dari luar individu siswa (eksternal factor). Keduanya dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Faktor internal siswa 1) Faktor psikis (jasmani).

Kondisi umum jasmani yang menandai dapat mempengaruhi semangat dan intensitas anak dalam mengikuti pelajaran.

2) Faktor psikologis (kejiwaan)

Faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kualitas perolehan hasil belajar siswa antara lain : (1) intelegensi, (2) sikap, (3) bakat, (4) minat, dan (5) motivasi.

b. Faktor eksternal siswa

1) Faktor lingkungan sosial, seperti para guru, sifat para guru, staf administrasi dan temen-temen sekelas.

(4)

3) Faktor pendekatan belajar, seperti cara guru mengajar maupun penggunaan strategi, metode, model juga media pembelajaran.

Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa itu dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor baik faktor dari dalam diri siswa (internal) maupun faktor yang berasal dari luar siswa (ekternal).

c. Ranah hasil belajar

Perumusan aspek kemampuan yang menggambarkan output peserta didik yang dihasilkan dari proses pembelajaran dapat digolongkan ke dalam tiga klasifikasi berdasarkan taksonomi Bloom(dalam Rusman, 2012 :125), dia menamakan cara klasifikasi itu dengan “The taxonomy of education objective”. Menurut Bloom tujuan pembelajaran dapat diklasifikasikan ke dalam tiga ranah (domain), yaitu :

1) Domain kognitif; berkenaan dengan kemampuan dan kecakapan-kecakapan intelektual berfikir;

2) Domain afektif; berkenaan dengan sikap, kemampuan dan penguasaan segi-segi emosional, yaitu perasaan, sikap dan nilai;

3) Domain psikomotor; berkenaan dengan suatu ketrampilan-ketrampilan atau gerakan-gerakan fisik.

Lebih lanjut Bloom (dalam Rusman, 2012 :127)menjelaskan bahwa “Domain kognitif terdiri atas enam kategori” yaitu:

a. Pengetahuan (knowledge); yaitu jenjang kemampuan yang menntut peserta didik untuk dapat mengenali atau mengetahui adanya konsep, prinsip, fakta atau istilah tanpa harus mengerti atau dapat menggunakannya;

b. Pemahaman (comprehention); yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk memahami atau mengerti tentang materi pelajaran yang disampaikan guru dan dapat memanfaatkannya tanpa harus menghubungkan dengan hal-hal lain. Kemampuan ini dijabarkan lagi menjadi tiga yaitu menerjemahkan, menafsirkan dan mengekstrapolasi;

(5)

d. Analisis (analisys); yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam unsur-unsur atau komponen pembetukannya. Kemampuan analisis dikelompokkan menjadi tiga yaitu analisis unsur, analisis hubungan dan analisis prinsip-prinsip yang terorganisir;

e. Sintesis (syinthesis); yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menghasilkan sesuatu yang baru dengan cara menggabungkan berbagai faktor. Hasil yang diperoleh dapat berupa tulisan, rencana atau mekanisme;

f. Evaluasi (evaluation); yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk dapat mengevaluasi suatu situasi, keadaan, pernyataan atau konsep berdasarkan kriteria tertentu.

Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah. Hasil belajar yang diharapkan sangat bergantung pada jenis dan karakteristik materi dan mata pelajaran yang disampaikan, ada mata pelajaran yang lebih dominan ke tujuan kognitif, afektif atau ke tujuan psikomotorik.

Tapi, Anderson dan Krathwohl’s Taksonomi(dalam Rusman, 2012 :130) merubah level kognitif tersebut menjadi :

1. Remember (Mengingat), yaitu mendapatkan kembali pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang, seperti : mengenali, mengingat kembali.

2. Understand (Memahami), yaitu menentukan makna dari pesan dalam pelajaran-pelajaran meliputi oral, tertulis ataupun grafik. Disini seperti : menginterpretasi, mencontohkan, mengklasifikasi, merangkum, menyimpulkan, membandingkan dan menjelaskan.

3. Apply (Menerapkan), yaitu mengambil atau menggunakan suatu prosedur bergantung situasi yang dihadapi. Disini seperti : mengeksekusi, mengimplementasi.

(6)

5. Evaluate (Mengevaluasi), yaitu membuat pertimbangan berdasarkan kritetia dan standar. Seperti : memeriksa, mengkritisi.

6. Create (Menciptakan), yaitu menyusun elemen-elemen untuk membentuk sesuatu yang berbeda atau membuat produk original. Seperti : menghasilkan, merencanakan, memproduksi.

Pada perubahan ini, jika dibandingkan dengan taksonomi sebelumny ada pertukaran pada point ke 5 dan point ke 6 serta perubahan nama. Istilah sintesis dihilangkan dan diganti dengan create.

d. Pembelajaran Kooperatif

Riyanto (2010 : 267) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah metode pembelajaran yang dirancang untuk melatih kecakapan akademis (academic skills) dan keterampilan sosial (social skill) serta interpersonal skill. Pernyataan sama mengenai pembelajaran kooperatif juga dikemukakan oleh Suprijono (2009 : 54) yaitu jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk kegiatan yang dibimbing dan diarahkan oleh guru. Pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam meyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan ketrampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran siswa didorong untuk bekerja sama pada suatu tugas bersama dan harus mengoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru (Abidin, 2014 : 241-242). Berdasarkan beberapa pengertian pembelajaran kooperatif menurut para ahli, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan metode yang berpusat pada siswa bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar akademik dan aktivitas sosial dengan cara menerapkan komunikasi dalam keterlibatan siswa dalam kelompoknya.

e. Langkah-langkah Model Pembelajaran Examples Non Examples

Suprijono (2009: 125) menyebutkan langkah-langkah dalam model pembelajaran examples non examples sebagai berikut:

(7)

▪ Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisa gambar.

▪ Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas.

▪ Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.

▪ Kesimpulan

f. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Examples Non Examples

Menurut Buehl (1996) keuntungan dari metode Example non Example antara lain: 1. Siswa berangkat dari satu definisi yang selanjutnya digunakan untuk memperluas

pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih komplek.

2. Siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan), yang mendorong mereka untuk membangun konsep secara progresif melalui pengalaman dari Example non Example.

3. Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi karakteristik dari suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian non example yang dimungkinkan masih terdapat beberapa bagian yang merupakan suatu karakter dari konsep yang telah dipaparkan pada bagian example.

Kebaikan:

1. Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar.

2. Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar. 4. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.

Kekurangan:

1. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar. 2. Memakan waktu yang lama.

(8)

B. Penelitian Yang Relavan

Hasil Penelitian Elisabet Riri tahun 2016

Elisabet Riri adalah jurusan mahasiswi Sejarah di UKSWdengan penelitian yang berjudul upaya meningkatkan hasil belajar siswa menggunakan model Numbered Head Together berbantuan media power point pada pelajaran IPS kelas VIII SMP Kristen Satya Wacana Salatiga Semester I tahun 2016/2017. Masalah yang dihadapi peneliti adalah bahwa siswa kelas VIII SMP Kristen Satya Wacana memiliki hasil belajar yang rendah, dengan demikian peneliti berharap dengan menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together ini para siswa akan meningkat hasil belajarnya.

(9)

C. Kerangka Berpikir

D. HipotesisTindakan

Jika dilihat dari kajian teori dan kerangka berpikir seperti uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis tindakan adalah diduga dengan menggunakan model pembelajaran Examples Nonexamples dengan berbantuan power pointdiduga dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah pada kelas XIIPS 2 SMA Kristen Satya Wacana Salatiga pada Semester II Tahun Ajaran 2016/2017.

KELAS

Kondisi Awal Guru Mengajar di Kelas Belum

Menggunakan Model Pembelajaran

Tindakan

Guru Melakukan Evaluasi pertama

Hasil Belajar Rendah

Guru Menggunakan Model Pembelajaran

Siklus I: Model pembeljaran di Terapkan (Examples

Nonexamples)

Siklus II: Model Pembelajaran di Perbaiki (Examples Nonexamples)

Referensi

Dokumen terkait

Pelayanan publik sebagai bagian dari upaya untuk menciptakan good gavernance, maka perlu adanya sistem yang terpadu, sehingga sistem tersebut dapat memberikan

bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain, pembiayaan

Degree Of Risk , yaitu tingkat risiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang

[r]

Berdasarkan analisis data perbanding- an nilai pemahaman konsep perlawanan pen- jajahan pada pratindakan, siklus I dan II dapat disimpulkan bahwa dengan peng- gunaan

sealing apical opening of the root canal caused by External Root Resorption combined with custom cast post and core and lithium dis- ilicate aesthetic restoration for

Media pembelajaran Fisika berupa permainan Gasik pada pokok materi Cahaya untuk siswa SMP kelas VIII memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) media permainan Gasik

ALlah, dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang hendak diperbuatnya untuk hari esok (Hari Akhirat), dan bertaqwalah kepada Allah, sungguh. Allah Maha Teliti terhadap apa