PRINSIP-PRINSIP BANK
ISLAM
1. Menghindari unsur riba
Menghindari penggunaan sistem tambahan di awal
atas suatu usaha, karena hanya Allah swt yang
mengetahui pasti apa yang akan terjadi di esok hari (QS. Lukman ayat 34)
Menghindari penggunaan sistem prosentase biaya atas
utang atau imbalan atas simpanan yang mengandung unsur berlipat ganda (QS. Ali Imran ayat 130)
Menghindari penggunaan sistem perdagangan/
penyewaan barang ribawi dengan imbalan barang ribawi lainnya dengan melebihi kuantitas dan kualitas
Menghindari penggunaan sistem penetapan tambahan
atas utang di awal transaksi bukan atas prakarsa yang berutang secara sukarela. Pembayaran utang yang
Hasil Penelitian Anwar Iqbal
tentang Praktik Riba
Seseorang yang tidak dapat membayar
utangnya pada waktu yang ditentukan,
diberi waktu untuk membayarnya dengan
jumlah yang lebih besar
Seseorang meminjam uang dalam jangka
waktu tertentu dengan syarat bahwa pada
saat jatuh tempo ia harus membayar
pokok modal dan tambahannya
Seseorang meminjam uang dengan syarat
membayarnya dengan adanya tambahan.
Apabila pada saat jatuh tempo tidak
Praktik Rasulullah saw
Rasulullah meminjam seekor unta dengan usia
tertentu pada seseorang, kemudian ditagih oleh
orang tsb. Setelah dicarikan unta yang seumur
dengan unta yang dipinjam tidak ada, maka
Rasulullah saw memerintahkan untuk membayar
utangnya tsb dengan unta yang lebih tua.
“Sebaik-baik kamu adalah orang yang se“Sebaik-baik-“Sebaik-baiknya
membayar utang” (HR Ahmad bin Hanbal dan Abu
Dawud)
Tambahan tidak termasuk riba apabila:
Tidak disyaratkan di awal perjanjian terlebih dulu
Tambahan berasal dari inisiatif peminjam
FATWA MUI NO. 1 TAHUN 2004 TENTANG
BUNGA
Pertama : Pengertian Bunga (Interest) dan Riba
Bunga (Interest/fa’idah) adalah tambahan yang dikenakan dalam transaksi pinjaman uang (al-qardh) yang di perhitungkan dari pokok pinjaman tanpa mempertimbangkan pemanfaatan/hasil pokok
tersebut,berdasarkan tempo waktu,diperhitungkan secara pasti di muka,dan pada umumnya berdasarkan persentase.
Riba adalah tambahan (ziyadah) tanpa imbalan yang terjadi karena penangguhan dalam pembayaran yang di perjanjikan sebelumnya, dan inilah yang disebut Riba Nasi’ah.
Kedua : Hukum Bunga (interest)
Praktek pembungaan uang saat ini telah memenuhi kriteria riba yang terjadi pada jaman Rasulullah SAW, yakni Riba Nasi’ah.
Dengan demikian, praktek pembungaan uang ini termasuk salah satu bentuk Riba, dan Riba Haram Hukumnya.
Praktek penbungaan tersebut hukumnya adalah haram,baik
dilakukan oleh Bank, Asuransi,Pasar Modal, Pegadaian, Koperasi, dan Lembaga Keuangan lainnya maupun dilakukan oleh individu.
Ketiga : Bermu’amallah dengan lembaga keuangan
konvensional
Untuk wilayah yang sudah ada kantor/jaringan lembaga keuangan Syari’ah dan mudah dijangkau,tidak dibolehkan melakukan transaksi yang didasarkan kepada perhitungan bunga.
DAMPAK RIBA SECARA
PSIKOLOGIS
(Safrizal)
1.
Aspek Kognisi (kemampuan berfikir)
Berfikir yang menyimpang dari fitrahmanusiawi
Berfikir egoisme dan untuk keuntungan
pribadi serta tidak mempedulikan kemaslahatan orang banyak
2.
Aspek Afeksi (sikap, perasaan, tata nilai)
Sombong Kikir
Tamak
DAMPAK RIBA SECARA
PSIKOLOGIS
(Safrizal)
3.
Aspek Perilaku
Boros
Orang kaya memeras orang miskin
4.
Aspek Persepsi
Memperoleh harta sebanyak mungkin sebagai
tujuan
5.
Aspek Rohani
Para pemakan riba tidak cenderung untuk
membantu fakir miskin
Riba merupakan perbuatan yang bathil dan
DAMPAK RIBA SECARA
EKONOMI
(Abdul Majid Diyah)
1.
Distribusi kekayaan secara tidak adil
Praktik riba akan terpusat hanya pada
pihak yang mampu memberi jaminan
pelunasan hutang dan tambahannya
Keuntungan hanya bagi pemodal,
pengelola menanggung untung dan rugi
Subordinasi keahlian terhadap modal
2.
Hancurnya sumber-sumber ekonomi
Riba akan dipusatkan pada hal yang
DAMPAK RIBA SECARA
EKONOMI
(Abdul Majid Diyah)
3.
Lemahnya perkembangan ekonomi
dan permodalan
Menurunnya tingkat produktifitas
Menurunnya pengembalian hutang dan
tambahan
4.
Pengangguran
Akibat lemahnya perkembangan
ekonomi dan permodalan
Pengurangan SDM untuk efisiensi
Prinsip... (2)
2. Menerapkan prinsip bagi hasil dan jual
beli
Investasi bagi penyimpan dana pada bank
akan memperoleh hak bagi hasil dari
usaha bank yang sifatnya tidak tetap dan
tidak pasti
Pembiayaan investasi baik seluruh maupun
sebagian untuk suatu usaha, dengan
mendapatkan bagi hasil dari usaha sesuai
dengan kesepakatan
Bentuk pembiayaan dapat berupa
PERBEDAAN RIBA & JUAL
BELI
Jual beli hukumnya halal, riba
hukumnya haram
Jual beli ada untung rugi, riba hanya
ada keuntungan
Dalam jual beli penjual dan pembeli
sama-sama untung, dalam riba hanya
pemberi riba yang selalu untung
Dalam jual beli ada usaha/bekerja,
PERBEDAAN BUNGA DAN BAGI HASIL
SUBJEK
BUNGA
BAGI HASIL
Penentuan
Keuntungan Saat perjanjian berasumsi selalu harus untung Saat perjanjian berasumsi kemungkinan untung rugi
Besar
Prosentase Berdasarkan jumlah uang (modal) yg dipinjamkan Berdasarkan jumlah keuntungan yang diperoleh
Pembayaran Berdasarkan perjanjian tanpa pertimbangan untung atau rugi
Bergantung pada keuntungan. Bila rugi ditanggung bersama
Jumlah
Pembayaran Tetap, tidak meningkat walau keuntungan berlipat Sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan
PERBEDAAN BANK ISLAM & BANK
KONVENSIONAL
SUBJEK BANK ISLAM KONVENSIONALBANK
Akad & aspek legalitas Hk Islam dan hk positif Hk positif
Lembaga penyelesaian sengketa
Peradilan Agama,
Basyarnas, & Peradilan Umum
Peradilan Umum & BANI
Struktur Organisasi Ada DSN & DPS Tidak ada DSN & DPS
Investasi Halal Halal & haram
Prinsip Operasional Bagi hasil, jual beli, sewa, dll Perangkat bunga
Tujuan Profit dan falah oriented Profit oriented
Hubungan Bank &
CIRI OPERASIONAL BANK ISLAM DI
INDONESIA
1. Pembinaan dan pengawasan BI, DSN, & DPS
2. Keselarasan dengan UU Perbankan UU No.
7/1992, UU No. 10/1989, UU 21/2008 3. Ikatan emosional dan peranan ulama
Mengikutsertakan DSN-MUI
4. DPS dan fungsinya DPS yang selalu berada
pada setiap bank Islam berfungsi mengawasi pelaksanaan syari’ah pada bank tsb
5. Kelebihan likuiditas Banyaknya muslim yang
ingin mendapatkan keuntungan sekaligus keberkahan dari Allah swt menanamkan investasinya pada bank Islam
6. Kebersamaan dalam memikul resiko dan berbagi hasil Kebersamaan ini merupakan dasar
Ciri Operasional... (2)
7. Produk-produk perbankan Islam Transaksi yang
berlandaskan syari’ah diterapkan pada penghimpunan dan penyaluran dana
8. Daya jangkau dan kemampuan penetrasi Sangat
luas, sehingga dapat digunakan oleh siapa saja, asalkan telah memenuhi syarat dan ketentuannya 9. Fasilitas yang ideal dan primadona Fasilitas yang
ideal adalah mudharabah dan musyarakah. Fasilitas primadona adalah murabahah
10.Pendapatan bank Islam Bagi hasil, margin
keuntungan, biaya sewa, fee atas penggunaan fasilitas dan jasa
11.Transparansi bank Islam Tingkat nisbah atau
Ciri Operasional... (3)
12.
Sistem pembukuan berbasis tunai (
cash
basis
)
Hanya mengenai penerimaan dan
pengeluaran yang benar-benar terjadi
13.
Penyelesaian pembiayaan bermasalah:
Dibuat perjanjian baru tanpa tambahan biaya Diberi pinjaman baru dari pos pembiayaankebajikan (al qardhul hassan)
Ditutup utangnya dari hibah, zakat, infak,
sedekah
Ditutup utangnya dari hasil sita jaminan
Ditutup utangnya dengan penyertaan sementara
•
UUD 1945 Pasal II Aturan Peralihan
•
UU No. 14 Tahun 1967 ttg Pokok-pokok
Perbankan
– Deregulasi 1 Juni 1983 – Pakto 1988
•
UU No. 7 Tahun 1992 ttg Perbankan
•
UU No. 10 Tahun 1998 ttg Perubahan atas
UU No. 7 Tahun 1992
•
UU No. 21 Tahun 2008 ttg Perbankan
Syariah
•
Pasal 1 huruf a disebutkan definisi
Bank
adalah
Lembaga Keuangan yang usaha pokoknya adalah memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu-lintas pembayaran dan peredaran uang.
•
Definisi
Kredit
yang diberikan pada Pasal 1
huruf c yaitu:
penyediaan uang atau tagihan-tagihan yang dapat disamakan dengan itu berdasarkan persetujuan
pinjam-meminjam antara bank dengan lain pihak
dalam hal mana pihak peminjam berkewajiban
melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu
dengan jumlah bunga (rente) yang telah
ditetapkan.
•
Tujuan pemerintah dalam menentukan
tingkat bunga adalah agar tidak terjadi
penentuan bunga yang sewenang-wenang
oleh masing-masing bank dan untuk
menjaga stabilitas keuangan negara
•
Akibat penentuan bunga oleh pemerintah:
– Bank-bank yang telah didirikan sangattergantung kepada tersedianya likuiditas BI
– Tidak ada persaingan antar-bank, sehingga
tabungan menjadi tidak menarik dan alokasi dana tidak efisien
•
Deregulasi 1 Juni 1983 memberi kebebasan
kepada bank untuk menentukan tingkat suku
bunga, bahkan hingga 0%
•
Kebolehan memberikan suku bunga 0%
memungkinkan pelaksanaan perbankan yang
sesuai dengan prinsip syariah, namun masih ada
kendala yaitu:
– Pemerintah belum membuka izin pendirian bank baru – Konsep bank syariah dari segi politis juga dianggap
berkonotasi ideologis merupakan bagian atau berkaitan dengan konsep negara Islam
– Masih dipertanyakan, siapa yang bersedia menaruh
modal dalam ventura semacam itu
•
Bank syariah didirikan dalam bentuk koperasi
yang dimulai oleh Koperasi Jasa Keahlian Teknosa
di Bandung, Koperasi Simpan Pinjam Ridho Gusti
di Jakarta
•
Paket Kebijaksanaan Pemerintah Bulan
Oktober pada tanggal 27 Oktober 1988
(PAKTO 88) berisi kebijakan liberalisasi
perbankan yang membuka peluang untuk
mendirikan bank-bank baru.
•
Terbuka kesempatan untuk mendirikan
bank syariah dalam bentuk Bank
Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS), yaitu
BPR Islam di Lombok, BPRS Berkah Amal
Sejahtera, BPRS Dana Mardhatillah, BPRS
Amanah Rabaniah, dan BPRS Hareukat
• Lokakarya Ulama tentang Bunga dan Perbankan di
Cisarua, Bogor pada tanggal 19-22 Agustus 1990
• Musyawarah Nasional ke IV MUI di Jakarta pada
tanggal 22-25 Agustus 1990
• Tim Perbankan MUI berhasil mendirikan Bank
Muamalat dengan mengumpulkan komitmen pembelian saham pendiri sebesar Rp84miliar
• Silaturahmi Presiden RI dengan masyarakat Jawa
Barat di Istana Bogor, dipenuhi total komitmen
modal disetor awal sebesar Rp106.126.382,- yang bersumber dari dana personal, institusi, dan
masyarakat
• Bank Muamalat mulai beroperasi pada tanggal 1
Mei 1992
•
Definisi
Bank
pada Pasal 1 angka 1 adalah
badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak
•
Definisi
Kredit
pada Pasal 1 angka 12 ini
kredit didefinisikan adalah
Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya
setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah
bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan
•
Pasal 6 huruf m mengenai usaha yang
dilakukan oleh Bank Umum dan Pasal 13
huruf c mengenai usaha yang dilakukan
oleh Bank Perkreditan Rakyat, bahwa salah
satu usaha yang dapat dilakukan adalah
menyediakan pembiayaan bagi nasabah
berdasarkan
prinsip bagi hasil
•
Dalam Pasal 2 ayat (1) PP No. 72 Tahun
1992 disebutkan bahwa
prinsip bagi hasil
adalah prinsip bagi hasil berdasarkan
•
Pada Pasal 6 PP No. 72 Tahun 1992
ditentukan bahwa:
1) Bank umum atau Bank Perkreditan Rakyat
yang kegiatan usahanya semata-mata berdasarkan prinsip bagi hasil, tidak
diperkenankan melakukan kegiatan usaha yang tidak berdasarkan prinsip bagi hasil
2) Bank umum atau Bank Perkreditan Rakyat
yang kegiatan usahanya tidak berdasarkan prinsip bagi hasil, tidak diperkenankan
melakukan kegiatan usaha yang berdasarkan prinsip bagi hasil
•
SEBI No. 25/4/BPPP tanggal 29 Februari 1993
yang pada pokoknya menetapkan hal-hal antara
lain:
1) Bahwa bank berdasarkan prinsip bagi hasil adalah
Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat yang
dilakukan usaha semata-mata berdasarkan prinsip bagi hasil;
2) Prinsip bagi hasil yang dimaksudkan adalah prinsip
bagi hasil yang berdasarkan syariah;
3) Bank berdasarkan prinsip bagi hasil wajib memiliki
Dewan Pengawas Syariah (DPS); dan
4) Bank Umum atau Bank Perkreditan Rakyat yang
kegiatan usahanya semata-mata berdasarkan prinsip bagi hasil tidak diperkenankan melakukan kegiatan usaha yang tidak berdasarkan prinsip bagi hasil. Sebaliknya, Bank Umum atau Bank Perkreditan
Rakyat yang melakukan usaha tidak dengan prinsip bagi hasil tidak diperkenankan melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip bagi hasil.
• Istilah Bank berdasarkan Prinsip Bagi Hasil
menjadi Bank berdasarkan Prinsip Syariah
• Definisi Bank pada Pasal I angka 1
– Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak
• Definisi Prinsip Syariah pada Pasal I angka 1
– Aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara
bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain, pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan
(murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan
adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina)
Peraturan lebih lanjut mengenai
bank syariah diatur dalam SK dan
PBI
SK Dir BI No. 32/34/KEP/DIR ttg Bank
Umum Berdasarkan Prinsip Syariah
PBI No. 6/24/PBI/2004
SK Dir BI No. 32/36/KEP/DIR ttg Bank
Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip
Syariah
PBI No. 6/17/PBI/2004
•
UU No. 21 tahun 2008
memiliki beberapa
ketentuan umum yang menarik untuk
dicermati
. Ketentuan umum dimaksud (Pasal
1) adalah merupakan sesuatu yang baru dan
akan memberikan implikasi tertentu, meliputi:
1. Istilah Bank Perkreditan Rakyat yang diubah
menjadi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Perubahan ini untuk lebih menegaskan adanya perbedaan antara kredit dan pembiayaan
berdasarkan prinsip syariah.
2. Definisi Prinsip Syariah. Dalam definisi dimaksud
memiliki dua pesan penting yaitu (1) prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dan (2) penetapan pihak/lembaga yang berwenang
mengeluarkan fatwa yang menjadi dasar prinsip syariah.
3. Penetapan Dewan Pengawas Syariah sebagai pihak terafiliasi seperti halnya akuntan
publik, konsultan dan penilai.
4. Definisi pembiayaan yang berubah secara signifikan dibandingkan definisi yang ada dalam UU sebelumnya tentang perbankan (UU No. 10 tahun 1998). Dalam definisi
terbaru, pembiayaan dapat berupa transaksi bagi hasil, transaksi sewa menyewa,
transaksi jual beli, transaksi pinjam
meminjam dan transaksi sewa menyewa jasa (multijasa).
EVOLUSI PERUNDANG-UNDANGAN PERBANKAN (by Karnaen AP)
* TIDAK MUNGKIN ADA BANK TANPA BUNGA BUNGA TETAPI BELUM DIBUKA IZIN MENDIRIKAN BANK BARU * DIMUNGKINKAN ADANYA BANK TANPA BUNGA DAN SUDAH
DIBUKA IZIN MENDIRIKAN BANK BARU
* SUDAH DIAKOMIDIR ADANYA BANK TANPA BUNGA DENGAN SISTEM BAGI HASIL
* SUDAH DIAKOMIDIR ADANYA BANK SYARIAH
WASSALAM