• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

B. Kemampuan Berbicara

2. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa

Lingusi berkata bahwa speaking is language. Berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang bekembang pada kehidupan anak, yang

hanya didahului oleh keterampilan menyimak, dan pada masa tersebutlah kemampuan berbicara atau berujar dipelajari. Berbicara erat hubunganya dengan perkembangan kosakata yang diperoleh sang anak melalui kegiatan menyimak dan membaca.

Ketidak matangan dalam perkembangan bahasa juga merupakan suatu keterlambatan dalam kegiatan-kegiatan berbahasa. Perlu kita sadari juga bahwa keterampilan-ketermpilan yang diperlukan bagi kegiatan berbicara yang efektif banyak persamaanya dengan yang dibutuhkan bagi komunikasi efektif dalam keteampilan-keterampilan berbaha yang lainya.

Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas maka berikut ini akan kita tinjau secara terperinci hubungan antara :

a. Hubungan antara berbicara dengan menyimak

Berbicara dan menyimak merupakan kegiatan komunikasi dua arah yang langsung, merupakan komunikasi tatap muka atau face to face communication.

Hal-hal yang dapat memperlihatkan eratnya hubungan antara berbicara dengan menyimak adalah sebagai berikut ini :

1) Ujaran (speech) biasanya dipelajari melalui menyimak dan meniru (imitasi). Oleh karena itu maka contoh atau model yang disimak atau direkam oleh sang anak sangat penting dalam penguasaan kecakapan berbicara.

2) Kat-kata yang akan ipakai serta dipelajari oleh sang anak biasanya ditentuka oleh perangang (stimuli) yang mereka temui (misalnya kehidupan desa atau kota) dan kata-kata yang paling banyak memberi bantuan atau pelayanan dalam menyampaikan ide-ide atau gagasan mereka.

3) Ujaran sang anak menerminkan pemakaian bahasa dirumah dan dalam masyarakat tempatnya hidup, misalnya : ucapan, intonasi, kosakata, penggunaan kata-kata, dan pola-pola kalimat.

4) Anak yang lebih muda lebih dapat memahami kalimat-kalimat yang jauh lebih panjang dan rumit daripada kalimat-kalimat yang dapat diucapkanya.

5) Meningkatkan keteramilan menyimak berarti membantu meningkatkan kualitas berbicara seseorang.

6) Bunyi atau suara merupan suatu faktor penting dalam meningkatkan cara pemakaian kata-kata sang anak. Oleh karena itu sang anak akan tertolong kalau mereka menyimak ujaran-ujaran yang baik dari para guru, rekaman-rekaman yang bermutu, cerita-cerita yang bernilai tinggi, dan lain-lain.

7) Berbicara dengan bantuan alat-alat peraga (visual aids) akan menghasilkan penangkapan informasi yang lebih baik pada pihak penyimak. Umumnya sang anak mempergunakan atau meniru bahasa yang didengarnya.

b. Hubungan antara berbicara dengan membaca

Beberapa proyek penelitian telah memperlihatkan adanya hubungan yang erat antara perkembangan kecakapan berbahasa lisan dan kesiapan baca. Telaah-telaah tersebut memperlihatkan bahwa kemampuan-kemampuan umum berbahasa lisan turut melengkapi suatu latar belakang pengalaman-pengalaman yang menguntungkan serta keterampilan-keterampilan bagi pengajaran membaca. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup ujaran yang jelas dan lancar, kosa kata yang luas dan beraneka ragam, penggunaan kalimat-kalimat lengkap serta sempurna bila diperlukan, pembedaan pendengaran yang tepat, dan kemampuan mengikuti serta menelusuri perkembangan urutan suatu cerita, atau menghubungkan kejadian-kejadian dalam urutan yang wajar serta logis.

Hubungan-hubungan antara bidang kegiatan lisan dan membaca telah dapat diketahui dari beberapa telaah penelitian, antara lain :

1) Performansi atau penampilan membaca berbeda sekali dengan kecakapan berbahasa lisan.

2) Pola-pola ujaran orang yang tuna aksara mungkin mengganggu pelajaran bagi anak-anak.

3) Kalau, pada tahun-tahun awal sekolah, ujaran membentuk suatu dasar bagi pelajaran membaca, maka membaca bagi anak-anak kelas yang lebih tinggi turut membantu meningkatkan bahas lisan

mereka, misalnya : kesadaran linguistik mereka terhadap istilah-istilah baru, struktur kalimat yang lebih baik dan efektif, serta penggunaan kata-kata yang tepat.

4) Kosa kata khusus mengenai bahan bacaan haruslah diajarkan secara langsung. Seandainya muncul kata-kata baru dalam buku bacaan siswa, maka sang guru hendaknya mendiskusikannya dengan siswa agar mereka memahami maknanya sebelum mereka mulai membacanya.

c. Hubungan antara eksprei lisan dengan ekspresi tulis

Komunikasi lisan dan komunikasi tulis erat sekali berhubungan karaena keduanya mempunyai banyak persamaan, antara lai :

1) Sang anak belajar berbicara jauh dari sebelum dia dapat menulis dan kosa kata, pola-pola kalimat, serta organisasi ide-ide yang memberi ciri kepada ujaranya merupakan dasar dari ekspresi tulis berikutnya.

2) Sang anak yang dapat menulis dengan lancar biasanya dapat pula menuliskan pengalam-pengalaman pertamanya serta tepat tanpa diskusi lisan pendahuluan tetapi dia masih perlu membicarakan de-ide yang rumit yang diperolehnya dari tangan kedua. Bila seorang anak harus menulis suatu uraian, menjelaskan suatu proses ataupun melaporkan suatu kejadian sejarah (yang secara pribadi belum pernah dialami), maka peserta didik memetik

pelajaran dari suatu diskusi kelompok pendahuluan. Dengan demikian maka dia dapat mempercerah pikiranya, mengisi kekosongan-kekosongan, memperbaiki impresi atau kesan-kesan yang salah, serta mengatur ide-idenya sebelum peserta didik mulai menulis sesuatu.

3) Perbedaan-perbedaan terdapat pula antara komunikasi lisan dan komunikasi tulis. Eksprei lisan cenderung kearah kurang berstruktur, lebih sering berubah-ubah, tidak tetp, dan biasanya lebih kacauserta membingungkan dari pada komunikasi tulis. Kebanyakan pidato atau pembicaraan bersifat informal, dan sering kalikalimat-kalimat orang yang berpidato atau berbicara itu tidak ada hubunganya satu sama lain.

4) Pembuat catatan serta pembuat bagan atau rangka ide-ide yang akan disampaikan pada suatu pembicaraan akan menolong siswa untuk mengutarakan de-idetersebut kepada para pendengar. Para siswa harus belajar berbicara dari catatan-catatan, dan mereka membutuhkan banyak latihan berbicara dari catatan agar penyajianya jangan terputus-putus dan tertegun-tegun. Biasanya bagan atau rangka yang dipakai sebagai pedoman dalam berbicara sudah cukup memadahi, kecuali dalam kasus laporan formal dan terperinci yang memerlukan penulisan naskah yang lengkap sebelumnya.

Guru bahasa haruslah melihat instruksi atau pengajarannya dalam konteks yang tepat dan wajar. Sang guru harus melihat bahwa pengajaran menyimak, berbicara dan menulis itu haruslah sering berhubungan serta berkaitan erat dengan keterampilan berbahasa yang keempat, yaitu membaca.

Segala usaha yang dilakukan untuk meningkatkan salah satu segi tersebut jelas akan berpengaruh kepada ketiga segi lainya, dan melalaikan salah satu dia ntaranya, jelas pula memberi pengaruh jelek pada yang lainya.

Menyimak dan membaca erat berhubungan dalam hal bahwa keduanya merupakan alat untuk menerima komunikasi. Berbicara dan menulis erat berhubungan dalam hal bahwa keduanya merupakan cara mengekspresikan makna atau arti. Dalam penggunaanya, keempat keterampilan tersebut seringsekali berhubungan satu sama lain. Seorang ahasiswa menulis catatan waktu di menyimak atau membaca. Seorang pembicara menafsirkan responsi pendengaran terhadap suaranya sendiri. Dalam percakapan jelas terlihat bahwa berbicar dan menyimakhampir-hampir merupakan proses yang sama (Tarigan, 1987 : 8).

Dokumen terkait