• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan Cara Pembuatan Keris

BAB III PERGESERAN MAKNA KERIS

3.1 Makna Keris Zaman Dahulu

3.1.1 Berdasarkan Cara Pembuatan Keris

Koesni dalam bukunya yang berjudul Pakem Pengetahuan Tentang Keris

menyebutkan ada perbedaan dalam pembuatan keris ageman dan keris tayuhan.

Keris ageman dibuat menggunakan bahan yang sama dengan bahan keris tayuhan.

Cara pembuatan keris ageman juga sama dengan pembuatan keris tayuhan.

Perbedaannya terletak pada ritual-ritual yang dilakukan sebelum, selama dan sesudah membuat keris. Selain itu, adanya mantra-mantra dalam pembuatan keris

tayuhan tidak terdapat pada keris ageman.

Sebilah keris menjadi keris tayuhan atau keris yang bertuah karena adanya beberapa ritual yang harus dijalani oleh sang empu. Enam hari sebelum membuat keris, empu harus melakukan beberapa tahapan ritual. Hari pertama dipergunakan empu untuk membersihkan besalen (tempat perapian), panyirepan (tempat air),

dulang landesan (tempat penempaan), dan ububan (tempat pembantu menghembuskan angin). Hari kedua dipergunakan oleh empu untuk memikirkan dan memilih orang-orang yang akan membantunya membuat keris. Hari ketiga bahan-bahan yang dipilih untuk pembuatan keris harus dipersiapkan dan dibersihkan. Hari keempat sang empu mengumpulkan para pembantu yang dipilihnya dan diajak keluar untuk mencari tempat yang sepi untuk membicarakan segala hal yang berkaitan dengan proses pembuatan keris. Hari kelima, empu akan

mengadakan selamatan dengan mengundang para tetangga untuk meminta doa restu agar pembuatan berjalan lancar dan terlepas dari segala godaan dan halangan. Hari keenam sang empu segera menetapkan mantram apa dan tuah apa yang akan disisipkan kedalam pusaka yang akan dibuat. Dan hari ketujuh, sang empu akan memulai membuat keris tersebut.

Pagi hari sebelum matahari terbit, sang empu harus melaksanakan mandi keramas dengan rangkaian lima macam bunga untuk sebaran dalam air. Hal ini dilakukan sebagai bentuk pensucian diri segala perasan dengki, marah, susah, dan sombong.

Arti dari penggunaan bunga adalah barang siapa yang akan memulai membuat keris pusaka harus selalu bersanding dengan rasa guna dari pancaindera yang dinamakan pandulu (penglihatan), pangguru (pendengar), panggada

(penciuman), pangrasa (perasaan), dan pangucap (perkataan). Selama membuat keris, jangan sampai pembuat keris tergoda oleh pemandangan lain dan jangan menuruti hawa nafsu lain, tergoda oleh suara lain, dan jangan menuruti hawa nafsu sehingga mengeluarkan kata-kata yang tidak berguna (Koesni, 1979:12-13). Selain mandi kembang, puasa juga wajib dijalani sang empu. Puasa untuk persiapan ini dilakukan pada waktu senja semalam suntuk hingga terbit matahari. Sebelum senja hari, terlebih dahulu sang empu mandi keramas lalu mencari tempat suci. Sikap berpuasa harus duduk bersila dan tidak boleh bergerak. Dilarang makan, minum maupun menghirup bebauan yang membawa sari makanan dan minuman dan aroma yang tercela. Puasa ini biasa dilakukan di tempat-tempat sunyi jauh dari dari keramaian atau tempat tempat keramat. Tempat

berpuasa disebari bunga-bunga dan lain sebagainya agar bisa tercium aroma wangi.

Pada tengah malam, sang empu akan meninggalkan tempat berpuasanya untuk melakukan keperluan pribadi. Di waktu ini empu dapat minum tetapi tidak boleh makan. Setelah selesai, ia harus kembali ke tempatnya dan melanjutkan puasanya. Selama puasa, sang empu tidak berbicara sepatah katapun kepada orang lain (Koesni, 1979:18).

Sebilah keris terbuat dari beberapa jenis besi. Hal ini disebutkan oleh Koesni dalam bukunya Pakem Pengetahuan Tentang Keris.

Menurut Koesni, sebilah keris terbuat dari beberapa macam besi, yaitu besi

Balitung, besi Purosani, dan besi Penawang sebagai pengganti pamor. Besi Balitung merupakan besi murni yang berwarna hitam kecoklat-coklatan. Besi Purosani merupakan besi yang timbulnya sudah bercampur dengan baja. Besi Penawang adalah besi lunak berwarna putih pudar tetapi anti karat. Pada zaman dulu orang membuat keris dengan cara tradisional (Koesni: 1979:10).

Langkah pertama membuat keris yaitu dengan memotong besi Purosani

kurang lebih sepuluh sentimeter kemuan dibakar, ditempa, dan dibentuk memanjang lurus atau bengkok samar-samar. Setelah itu, besi Belitung selebar jari manis dan panjang kurang lebih sepuluh sentimeter sebanyak dua lembar dibakar dan di tengahnya disisipi besi Purosani lalu ditempa. Penempaan ini dilakukan untuk menyatukan antara besi Belitung dan besi Purosani. Setelah menyatu dapat dibentuk bengkok-bengkok menurut ketentuan dapurnya. Setelah sesuai dengan bentuk yang diinginkan, besi tadi dipotong ujung belakannya untuk membuat pesi

Langkah selanjutnya yaitu membuat lekuk-lekuk dan gambar yang sering disebut ricikan yang diikuti dengan pembuatan ganja yang diambil dari bagian

pesi. Setelah ganja terbentuk, lalu diberi lubang di bawahnya yang nantinya akan ditusukkan atau dimasukkan pada pesi. Besi tiga lapis yang sudah dibentuk menyerupai keris ini disebut blabaran.

Setelah blabaran selesai, besi penawang sebesar dua milimeter sebanyak dua lapis dibakar hingga leleh lalu ditumpahkan di tengah-tengah bagian atas mulai dari ganja hingga pucuknya sambil terus ditempa. Cairan besi penawang

tersebut nantinya akan menjadi pamor penawang. Penyempurnaan blabaran ini adalah dengan dihaluskan. Sang Empu akan meneliti dengan rabaannya bentuk dari blabaran tersebut. Setelah segalanya sudah kelihatan dan terasa sempurna, barulah Sang Empu berani menyebutnya sebagai keris yang sejati. Blabaran keris yang sudah dihaluskan bentuk tangguh dan lain sebagainya tersebut, segera Sang Empu menayuh keris tersebut (Koesni, 1979:14-17).

Pembuatan keris bertuah atau biasa disebut keris tayuhan tak lepas dari adanya mantra-mantra atau doa-doa yang diucapkan oleh sang empu. Mantra-mantra ini yang akan menjadikan bilah keris memiliki daya magis.

Penggunaan Mantra Terjemahan Sebelum empu memasukkan besi ke dalam api yang menyala Aum, sembahning anatha tinggalana de trilokasarana.

Awignham astu, isun

mpu….. (nama sang

empu) tan awacana, de nir-arthaka darpa. Dang dahana bagni niraweh sara sudharma

Ya Tuhan, semoga sembah

permohonan hamba ini Paduka ketahui, sang Pelindung tiga buana.

Jangan ada halangan, hamba mpu…

(nama empu) tidak mengucapkan kata-kata, yang tidak berguna dan sombong.

Api yang menyala-nyala ini semoga memberi pusaka yang berguna

Menempa besi penawang

Semoga yang menyimpan diri saya (keris itu) dan tekun memelihara saya dengan jalan. Bersihkan setiap selapan hari sekali (36 hari) dengan air leri. Siramilah diri saya setiap setahun sekali. Orang ini akan didekati rezeki. Semoga yang Maha Kuasa mengabulkan permohonan saya ini

Sebelum mulai menayuh

Aum, awighnam astu. Hanata sara inarcaya, yeka sara ulun. Ulun yun miminta, iggita de-inanugrahan ri-adika

Ya Tuhan, semoga tidak ada halangan. Adalah pusaka yang dihormati, ialah pusakaku. Hamba ingin memohon, syarat tanda-tanda diberi anugrah yang baik.

Tabel 2 Mantra Zaman Dulu Khoesni, 1979:14-19

Setelah proses menayuh selesai, berarti proses pembuatan keris selesai dan bisa diserahkan pada pemesan keris. Lama proses pembuatan dari awal hingga akhir tidak bisa dibatasi waktunya. Jika lancar, maka dalam setengah bulan akan selesai. Tetapi jika kurang lancar, bisa memakan waktu hingga tiga tahun bahkan lebih (Koesni, 1979:17).

Berdasarkan uraian pembuatan keris di atas dapat dilihat bahwa keris bukanlah senjata biasa seperti senjata-senjata tradisional lain pada umumnya. Tetapi keris merupakan senjata yang memiliki kekuatan magis. Keris adalah perwujudan tuah-tuah yang hanya bisa dirasakan dan disaksikan oleh pemegang keris tersebut.

Dokumen terkait