• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PERGESERAN MAKNA KERIS

3.2 Makna Keris Saat Ini

3.2.1 Berdasarkan Cara Pembuatan Keris

Proses pembuatan keris diungkapkan oleh Bambang Harsrinuksmo dalam bukunya yang berjudul Ensiklopedi Keris. Proses pembuatan keris diawali dengan bersemadi. Sang empu akan berkonsentrasi dalam sebuah bilik tertutup,

membakar kemenyan sambil berdoa dan mengucapkan beberapa mantra yang berisi permohonan petunjuk dan bimbingan Tuhan.

Pada hari baik menurut perhitungan primbon, sang empu membuat selamatan dan mengundang beberapa orang untuk berdoa bersama agar keris buatannya kelak tidak mencelakakan pemiliknya maupun orang lain. Ia juga memohon agar selama melaksanakan pekerjaan dapat berlangsung lancar dan selamat. Selamatan diakhiri dengan makan bersama dan sang empu memberikan penjelasan kepada para panjak atau orang yang membantunya dalam membuat keris. Ia juga menerangkan teknis pembuatan keris tersebut (Harsrinuksmo, 2004: 35).

Bahan baku pembuatan keris adalah besi, baja, dan bahan pamor. Bahan pamor ini ada empat macam, yaitu batu meteorit atau batu bintang yang mengandung unsur titanium, nikel, senyawa besi, dan senyawa besi dari daerah lain yang bila dicampurkan dengan bahan besi dari daerah tertentu akan menimbulkan nuansa warna serta penampilan yang berbeda (Harsrinuksmo, 2004: 11).

Besi pamor dipanaskan hingga membara, kemudian ditempa. Sang empu memegang palu kecil atau biasa disebut palu penimbal di tangan kanannya dan memegang capit atau alat penjepit di tangan kirinya kemudian memukul besi berulang-ulang. Besi tersebut dibuat berlapis-lapis paling sedikit 64 lapisan. Untuk keris berkualitas sederhana diperlukan lapisan sebanyak 128 buah. Sedangkan yang berkualitas baik harus lebih dari 200 lapisan. Setelah diperoleh ketajaman yang baik, disisipkan lapisan baja di tengahnya. Selama bekerja, termasuk hari-hari kosong, sang empu biasanya jarang berbicara kecuali dirasa perlu sekali.

Setelah pekerjaan mencapai sembilan puluh persen, keris kemudian

disepuh. Proses ini merupakan proses yang paling menegangkan karena riskan terhadap sebuah kegagalan. Jika penyepuhan gagal, berarti pekerjaan yang sudah dilakukan menjadi sia-sia dan dia harus mengulang dari awal lagi mulai dari kenduri dan seterusnya. Kegagalan dalam penyepuhan akan membuat bentuk sebilah keris yang hampir selesai menjadi meliuk dan agak berbentuk pilin. Karena besarnya risiko yang dihadapi, biasanya sang empu akan bersemadi untuk memohon kepada Tuhan agar tahap penyepuhan keris dapat berlangsung dengan selamat (Harsrinuksmo, 2004: 35-36).

Di Yogyakarta terdapat beberapa pengrajin keris. Baik keris yang bertuah, tiruan keris zaman dulu, maupun keris sebagai kerajinan. Salah satu pengrajin keris yang ada di Yogyakarta adalah di Desa Banyu Sumurup Imogiri Bantul Yogyakarta. Di sini keris diproduksi sebagai kerajinan. Mereka membuat keris untuk dijual sebagai hiasan, pelengkap busana, maupun cinderamata. Keris ini tidak bertuah atau tidak memiliki daya magis, sehingga dalam pembuatannya tidak terdapat berbagai ritual ataupun mantra-mantra.

Di Yogyakarta, juga terdapat pembuat keris bertuah. Proses pembuatan keris bertuah ini membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan dengan pembuatan keris sebagai kerajinan. Seorang empu biasanya membuat sebilah keris berdasarkan pesanan seorang kolektor atau pecinta keris. Bentuk keris disesuaikan dari kehendak si pemesan. Hal inilah yang menyebabkan jumlah luk pada keris saat ini bermacam-macam bahkan bisa mencapai luk dua puluh sembilan. Jumlah

luk ini melebihi dari jumlah konvensional yang sudah ada yaitu tiga belas (Tejo, wawancara pribadi, 15 Januari 2012).

Pembuatan keris didasari oleh perenungan-perenungan untuk menemukan ilham dalam membuat keris. Perenungan ini biasa lakukan di rumah atau tempat yang tenang, namun bukan tempat-tempat keramat seperti yang dilakukan para empu pada zaman dulu.

Faktor usia juga diperhatikan dalam pembuatan keris. Seseorang yang berusia kurang dari empat puluh tahun dilarang menggunakan keris diatas luk

lima. Keris luk tujuh hingga tiga belas hanya boleh digunakan untuk orang yang berusia lebih dari empat puluh tahun. Hal ini disebabkan karena luk lebih dari lima tidak akan kuat atau terlalu berat bagi orang yang belum berusia empat puluh tahun.

Ritual lain sebelum pembuatan keris adalah topo bisu atau puasa membisu sebelum dan selama melaksanakan proses pembuatan keris. Selama menjalani puasa tidak boleh berhubungan badan dengan seorang wanita. Jika itu dilakukan, maka hal-hal yang tidak diinginkan akan terjadi. Misalnya, nyala api yang tidak bisa pijar sehingga besi tidak dapat terbakar dengan bagus, atau keris yang dihasilkan pecah.

Bahan-bahan yang digunakan pada pembuatan keris saat jauh berbeda dari zaman dulu. Batu meteorit yang sering digunakan sebagai batu pamor, mulai susah ditemukan. Kalaupun ada harganya sangat mahal. Hanya orang-orang tertentu saja yang memesan keris menggunakan batu meteorit. Dengan mahalnya

harga batu meteorit tersebut, para pembuat keris kemudian menggantinya dengan menggunakan nikel.

Para pembuat keris mulai mencari besi yang memiliki kandungan nikel cukup banyak. Besi-besi tua atau knalpot sepeda motor zaman dulu biasanya memiliki kandungan nikel yang bagus sehingga sering dicari sebagai bahan pembuat keris. Selain besi tua atau knalpot, pembuat keris juga sering menggunakan besi bekas gergaji listrik. Penggunaan besi-besi tersebut disebabkan karena kualitas baja di dalamnya jauh lebih bagus dibandingkan dengan jenis besi yang lain (Tejo, wawancara pribadi, 15 Januari 2012).

Pemakaian besi meteorit dalam pembuatan keris jarang dilakukan. Hanya orang yang mampu saja yang menggunakannya. Saat ini bahan yang sering digunakan dalam pembuatan keris adalah bekas gergaji mesin, besi bekas knalpot motor Honda zaman dulu, dan panci blirik zaman dulu. Bahan tersebut menurut pembuat keris memiliki kandungan nikel yang lumayan banyak. Penggunaan bahan-bahan ini karena pembuat keris saat ini belum bisa memahami apa yang sering disebut sebagai besi Purosani dan jenis besi lainnya yang dipakai oleh para empu zaman dulu dalam membuat keris.

Setelah bahan terkumpul, dilakukan proses pembersihan dari karbon dengan cara dibakar dan ditempa. Sebelum memulai membakar, biasanya dilakukan pembuat sesaji. Sesaji yang digunakan dalam ritual tanda akan dimulainya pembuatan keris adalah nasi gurih, nasi golong, tumpeng robyong

bubur untuk memperingati hari kelahiran), pisang raja satu tangkep atau dua

lirang, dan campur sari berupa kembang setaman dan kemenyan.

Proses pembakaran besi bertujuan untuk mensucikan besi dari hal-hal yang negatif. Hal-hal negatif tersebut seperti darah yang menempel pada besi. Besi

pamor yang dibakar berupa plat besi ukuran satu milimeter sebesar kotak rokok dicampur nikel dan titanium. Pembakaran besi jangan terlalu panas. Kira-kira dari bahan lima kilogram menjadi tiga kilogram.

Setelah panas, besi pamor ditempa, kemudian plat dengan ukuran yang sama, dibakar lalu ditempa. Kedua besi tersebut kemudian dijadikan satu dengan cara ditempa dan dilipat-lipat tergantung berapa lipatan yang diinginkan.

Jika sudah dirasa cukup, besi dipotong sama panjang dan tengah-tengahnya diberi aten-aten lalu dibentuk. Bentuk setengah jadi ini biasa disebut

kodokan atau bakal keris. Ujung kodokan kemudian dipotong untuk dijadikan

ganja. Setelah itu, baru kodokan dibentuk sesuai keinginan. Berbentuk lurus atau berkelok-kelok yang sering disebut keris luk. Hal yang paling susah dilakukan adalah menentukan tingkat kemiringan keris.

Setelah bahan menjadi kodokan, ia juga melakukan sesaji. Sesaji biasanya berupa sanggan pisang raja (satu tundun pisang raja), kembang setaman (bunga tujuh rupa), menyan (kemenyan), dan tumpeng robyong atau nasi tumpeng lengkap. Pantangan yang selalu diingat adalah selama membakar besi untuk dijadikan keris, tidak boleh berhubungan badan dengan seorang wanita.

Selain itu, ada doa-doa atau mantra-mantra khusus yang diucapkan sebelum, selama dan sesudah membuat keris. Inti dari doa dan mantera adalah

minta keselamatan, minta berkah, dan berdoa semoga keris yang dibuat nantinya menjadi barang yang berguna dan bisa dipergunakan secara turun-temurun. Bahasa yang digunakan dalam mantra tersebut adalah bahasa Jawa.

Proses terakhir yang dilakukan dalam membuat keris adalah penyepuhan.

Penyepuhan dilakukan menggunakan air sumur Jalatunda dari tiga sumber mata air. Sebelum proses penyepuhan, pembuat keris juga selalu melakukan ritual dan sesaji agar proses penyepuhan dapat berjalan lancar dan berhasil.

Lama proses pembuatan keris antara dua sampai tiga bulan. Untuk hulu keris dan warangka keris tidak membuat sendiri. Pembuat keris biasanya hanya memesan atau membelinya dari pengrajin hulu dan warangka.

Berikut ini mantra-mantra yang biasa digunakan dalam pembuatan keris saat ini sebagai berikut:

Penggunaan Mantra Terjemahan

Pada saat selamatan sebelum bekerja Bismillahir Rahmannir Rakhim Assalamu’alaikum, wa’alaikum salam

Asale wesi saka irenge mripat

Asale waja saka putihe mripat

Asale sepuh saka banyune mripat

Pangerane braja ngadeg ana satengahe mripat Kang mengku sedaya wesi aji

Iya Guru Sejati

Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang Semoga keselamatan ada pada kita semua

Besi berasal dari hitamnya mata

Baja berasal dari putihnya mata

Tua berasal dari air mata

Pangerannya halilintar berdiri di separoh mata

Yang berkuasa atas segala besi bertuah

Yaitu Guru Sejati Pada saat

penempaan pertama

Salam ngalaikum salam Niatingsun dadi pengulu Saka karsaning Allah Jodone wesi bumi Lawan pamor akasa Ket raket, ngalairake daya suci

Daya rahayu Saka karsa lan

penguwasaning Allah

La illaha Illallah…

Semoga kedamaian selalu menyertai Niat saya menjadi penghulu

Atas izin Allah Jodohnya besi bumi Melawan pamor angkasa Dirakit, melahirkan kekuatan suci

Kekuatan menentramkan Atas izin dan

kuasa Allah

Tabel 3 Mantra Saat Ini Harsrinuksmo, 1988:33-34

3.2.2 Berdasarkan Macam-Macam Keris

Berdasarkan cara pembuatannya keris dibagi menjadi keris ageman dan keris tayuhan. Keris ageman adalah keris yang mengutamakan segi keindahan saja. Keris ini tidak dibuat melalui ritual dengan berbagai mantra dan digunakan sebagai aksesoris atau barang kerajinan.

Pada saat menyepuh keris

Salam ngalaikum salam Tuk pitu, sumur pitu, gumilir ilining warih Saking kulon, saking wetan

Saking ngandap, saking nginggil

Saking lor, saking kidul, Saking kiwa, saking tengen

Kabeh-kabeh dadi sambatan

Aweh daya, urun jaya

Saka keparenge Guru Alip Raja ing Ngalampitu Daya jaya kumpul manjing karomah Saka kersaning Allah

Semoga kedamaian selalu menyertai Tujuh mata air, tujuh sumur,

mengalir aliran air bening Dari barat, dari

timur

Dari bawah, dari atas

Dari utara, dari selatan Dari kiri, dari

kanan

Semuanya diminta membantu

Memberi kekuatan, memberi keunggulan

Atas pemberian Guru Alip (Allah) Raja di tujuh alam

Kekuatan yang unggul menjadi satu berkah

Berdasarkan bentuk dan kelengkapan bagian-bagiannya, keris dibagi menjadi dua ratus empat puluh dapur keris yang terbagi dalam keris lurus dan keris yang berkelok-kelok atau luk. Jumlah kelokan atau luk secara konvensional atau berdasarkan pakem pembuatan keris ada tiga belas. Jumlah luk keris selalu ganjil dimulai dari luk tiga, kemudian luk lima, luk tujuh, luk sembilan, luk

sebelas, dan luk tiga belas. Masing-masing luk memiliki pemaknaan sendiri-sendiri(Harsrinuksmo, 2004:14).

Luk tiga mengandung arti permohonan kepada Gusti atau Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini mengingatkan sebagai manusia harus selalu menyatu dengan Sang Penciptanya. Dalam filosofi Jawa, sering disebut dengan manunggaling kawulo lan Gusti. Sedangkan jika didasarkan pada agama Islam bisa berarti alif, lam, mim yang berarti manusia, Nabi Muhammad, dan Allah.

Luk lima berarti pancasila. Pancasila di sini adalah Pancasila berdasar

sotasoma, yaitu lima buah larangan atau sering disebut molimo. Molimo yaitu larangan untuk minum, maling, main, madat lan madon. Pengertian ini bisa dipahami sebagai larangan untuk minum minuman keras, larangan untuk mencuri, larangan untuk bermain judi, larangan untuk mengkonsumsi narkoba, dan larangan untuk bermain perempuan.

Luk tujuh berarti pitulungan atau pertolongan. Artinya, apapun permintaanmu, mintalah pada Tuhan. Segala hal arahnya tetap kepada Tuhan.

Luk sembilan merupakan dapur hanibal atau sabuk tampar. Hal ini berarti manusia harus selalu menutup babanan howo songo atau sembilan lubang yang ada pada fisik manusia. Dan sebagai manusia harus selalu bersikap waspada.

Luk sebelas merupakan sabuk inten yang berarti memanjakan perut. Memanjakan perut bukan berarti selalu makan, namun selalu menjaga agar apa yang di dapat selalu mendapatkan berkah dari Tuhan.

Luk tiga belas merupakan puncak bentuk luk keris. Luk ini berarti bahwa sebagai manusia harus selalu menjaga kestabilan jiwa dan menjaga ketenangan hati (Jiwo, wawancara pribadi, 15 Januari 2012).

Saat ini muncul keris yang memiliki luk lebih dari tiga belas dan pamor di luar pamor yang sudah ada. Keris ini disebut dengan keris kamardikan. Meskipun bagian-bagian keris masih mengikuti pakem yang ada, namun pamornya lebih bervariasi. Pamor-pamornya baru seperti pamor gelombang cinta yang diciptakan Empu Sukamdi, dosen di ISI Solo.

Jumlah luk juga menjadi dasar penentuan usia pemegang keris. Jika seseorang berusia kurang dari empat puluh tahun, maka dia hanya boleh menggunakan keris berluk kurang dari tujuh. Dia hanya boleh menggunakan keris

luk tiga, luk lima atau keris lurus. Jika seseorang telah berusia lebih dari empat puluh tahun, maka dia sudah diperbolehkan memiliki keris berluk lebih dari lima.

Berikut beberapa contoh jenis pamor dan tuahnya yang diyakini oleh para pecinta keris.

Pamor Bentuk Tuah

Kulbuntet

Berbentuk seperti rumah siput, spiral konsentrik yang terdapat pada sor-soran

Menangkis senjata dan untuk kesaktian

Batulapak

Seperti huruf u terbalik berlapis-lapis di basisi bilah, biasanya persis di pertemuan pesi dan bilah.

Pemiliknya tidak akan kekurangan rejeki, dikasihi bawahan dan sesama

Kuthamesir

Seperti segi empat atau lingkaran empat sisi dengan sudut tumpul, berlapis-lapis konsentrik

Tidak terlihat musuh, pemilik bisa menyimpan harta, dan dikasihi sesama.

Ujunggunung Seperti segitiga berlapis-lapis

terletak di sor-soran Menangkis bahaya

Udanmas Berupa pusar-pusar banyak

sepanjang bilah

Kekayaan, didekati banyak rejeki

Kancingkulina Berupa pusar-pusar di tengah-tengah

sor-soran atau ujung bilah keris Derajat dan banyak rejeki

Alif

Berupa garis pamor tegak pendek seperti huruf alif di dor-doran atau ujung keris

Wibawa dan kepemimpinan

Simbang Raja Tiga garis pamor membelit gandhik

atau kembang kacang

Derajat, dikasihi atasan, kuat memegang derajat tinggi

Buntel Mayit Berupa pita atau garis tebal, pamor

membelit kedua tepi bilah

Panas, hendak membunuh orang

Pegat Waja Pamor di tepi retak-retak

Cocok untuk orang yang sedang bertengkar, menyebabkan sengsara

Kudhung Mayit Berupa pamor membelit ujung bilah Senjata makan tuan

Pedhot Terputus-putus, pamor retak tak

tersambung Selalu gagal dalam usaha

Tabel 4

Jenis-Jenis Pamor dan Tuah Keris

3.2.3 Berdasarkan Perawatannya

Perawatan keris saat ini dilakukan dengan menyimpan keris di sebuah tempat khusus. Keris di simpan di sebuah almari yang memang khusus dibuat untuk menyimpan keris. Rata-rata almari tersebut adalah almari kuno atau almari kuno yang dipermak sehingga menjadi almari khusus penyimpanan keris.

Selain disimpan di almari, keris juga sering disimpan di sebuah rak yang disebut ploncon. Rak ini hanya berupa bilahan kayu yang berlubang sebagai tempat keris. Ploncon biasanya diletakkan di satu ruangan yang memang di khususkan untuk menyimpan keris (Hedi, wawancara pribadi, 25 April 2012).

Perawatan keris saat ini tidak hanya dilakukan setiap bulan Suro saja. Pembersihan keris dilakukan setiap saat jika keris tersebut terlihat kotor. Hal ini disebabkan jika keris dibersihkan setiap bulan Suro saja maka akan berkarat dan tidak lagi memiliki nilai jual tinggi.

Tidak ada ritual khusus sebelum membersihkan keris. Ritual hanya berupa permohonan izin atau permisi kepada penunggu atau leluhur dengan cara berdoa menurut kepercayaannya (Suhadi, wawancara pribadi, 10 April 2012). Pembersihan keris dilakukan dengan cara merendam keris dalam air kelapa yang diberi perasan jeruk nipis dan sabun colek selama tiga hari. Setelah itu keris dibilas dengan air hingga bersih sambil disikat. Jika karat atau kotoran yang menempel pada keris belum bisa hilang, maka keris kembali direndam dalam air kelapa tersebut. Setelah benar-benar bersih, keris kemudian dijemur. Hasilnya keris akan berwarna putih.

Selain dengan air jeruk nipis dan sabun colek, keris sering juga dibersihkan dengan minyak singer atau minyak yang biasa digunakan untuk melumasi mesin jahit. Minyak ini bisa membantu menghilangkan karat. Caranya keris diolesi minyak, didiamkan beberap menit, kemudian digosok dengan sikat dan dibersihkan dengan kain. Setelah bersih, keris kembali diolesi hingga rata lalu dibersihkan kembali. Tidak ada batasan waktu kapan dia harus membersihkan kerisnya. Jika dirasa keris sudah kotor, maka dia akan membersihkannya (Eko, wawancara pribadi, 20 Maret 2012).

Proses njamasi selalu diikuti dengan proses mewarangi. Proses ini dilakukan dengan cara merendam keris yang sudah bersih ke dalam warangan dan direndam selama dua hari. Hal ini disebabkan jika keris hanya di jamasi saja, maka keris akan cepat keropos dan rusak.

Fungsi utama mewarangi adalah untuk menjaga keris agar tidak mudah berkarat dan kualitas besi akan terjaga. Saat ini mewarangi menggunakan campuran minyak dan arsenik dalam kadar yang rendah. Jika kandaungan arsenik

tinggi justru akan menyebabkan besi keris lunak dan mudah hancur.

Selain perlakuan di atas, ada beberapa perlakuan khusus yang dilakukan oleh para pecinta keris. Perlakuan tersebut berupa pemberian sesaji pada malam-malam tertentu. Pemberian sesaji ini biasa dilakukan pada malam-malam Jumat Kliwon atau Selasa Kliwon. Sesaji biasanya berupa kembang setaman dan dupa atau kemenyan yang dibakar. Ritual dilakukan pemilik keris menjelang magrib. Dupa atau kemenyan dibakar dan diletakkan di salah satu sudut ruangan disertai dengan

Perlakuan khusus yang lain adalah adanya tumbal buat keris. Tumbal diberikan kepada keris-keris yang berjenis khusus. Keris seperti ini biasa disebut dengan keris Somyang, biasanya digunakan untuk pesugihan. Sesaji-sesaji yang diberikan merupakan wujud penghormatan kepada empu pembuat keris, penghormatan kepada leluhur yang dahulu memiliki keris tersebut, dan penghormatan kepada si penunggu keris (Sumitro, wawancara pribadi, 20 Maret 2012).

Dokumen terkait