Cerita Cakyat Kyai Ageng Sutawijaya di Desa Majasto, Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo merupakan cerita rakyat yang diwariskan secara turun-temurun dari mulut ke mulut. Sampai sekarang Cerita Rakyat Kyai Ageng Sutawijaya masih dipercaya oleh sebagaian besar masyarakat Desa Majasto, khususnya. Meskipun demikian, terdapat berbagai tanggapan yang berbeda-beda mengenai Cerita Rakyat Kyai Ageng Sutawijaya. Misalnya berdasarkan kelompok profesi yang di antaranya petani san swasta.
a. Petani
Kabupaten Sukoharjo mempunyai area persawahan dari total luas desa sekitar 409.67 hektar. Dengan demikian tidak heran bahwa sebagaian besar masyarakat Desa Majasto berprofesi sebagai petani. Tanggapan serta penghayatan masyarakat Desa Majasto yang bermata pencaharian sebagai petani kebanyakan mempunyai tanggapan serta penghayatan yang sama. Kebanyakan masyarakat Desa Majasto yang berprofesi sebagi petani masih mempercayai akan Cerita Rakyat Kyai Ageng Sutawijaya. Serta masih mempertahankan warisan nenek moyang dengan cara mengikuti tradisi Upacara Sadranan settiap tahunnya. Masyarakat dari golongan petani sangat antusias mengikuti tradisi Upacara Sadranan. Selain untuk sarana silaturohmi sesama warga tradisi Sadranan di anggap suatu tradisi yang
wajib dilakukan setiap tahunnya. Sebagian besar dari mereka menganggap bahwa leluhur yang sudah tidak ada tetap masih harus di hormati serta di doakan.
b. Swasta
Penghayatan masyarakat Desa Majasto yang bermata pencaharian sebagai pegawai swasta ataupun karyawan, sebagian besar dari mereka percaya dan yakin akan Cerita Rakyat Kyai Ageng Sutawijaya. Banyak masyarakat Desa Majasto yang merantau datang mengunjungi makam Kyai Ageng Sutawijaya untuk berziarah serta mendoakan beliau. Dan tidak sedikit masyarakat dari golongan swasta datang untuk memohon doa restu agar diberi kelancaran dalam mereka mencari nafkah. Namun hal tersebut tanpa mengkesampingkan bahwa yang sesungguhnya mengabulkan doa mereka adalah Allah SWT. Masyarakat Desa Majasto yang bermatapencarian pagawai swasta memaknai bahwa Cerita Rakyat Kyai Ageng Sutawijaya bukanlah hanya sekedar cerita dongeng saja, namun mereka menganggap bahwa cerita tersebut adalah cerita yang memang benar di alami oleh nenek moyang mereka yaitu Kyai Ageng Sutawijaya, mereka mengangap bahwa berdoa di makam Kyai Ageng Sutawijaya bukanlah sebuah tindakan menyekutukan Tuhan, namun merupakan perantara untuk berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
E. Mitos
Cerita rakyat yang di wariskan kepada masyarakat secara lisan dari satu generasi ke generasi berikutnya mempunyai kelemahan karena tidak mempunyai dokumen tertulis atau rekaman. Kondisi tersebut ada proses lupa diri manusia
sehingga dapat menjadi versi-versi bahkan varian-varian yang berbeda-beda. Cerita rakyat bersifat tradisional yaitu disebarkan dalam bentuk relatif tetap atau dalam bentuk standar. Disebarkan diantara kolektif tertentu dalam waktu yang cukup lama.
Cerita Rakyat Kyai Ageng Sutawijaya seperti halnya cerita rakyat yang lain identik dengan mitos-mitos yang menjadi kekuatan budaya. Mitos ini juga tidak terlepas dari kehidupan manusia, meskipun kebenaran mitos ini belum tentu memberikan jaminan dan bisa dipertanggungjawabkan. Kebenaran mitos diperolah tanpa suatu penelitian, tetapi hanya berdasarkan anggapan dan kepercayaan semata. Mitos bukan suatu pembuktian kebenaran, tetapi yang lebih diperhatikan dan yang terpenting adalah hasil akhir atau akibat adanya mitos. Warga Desa Majasto masih hidup dalam tradisi dan masih mempercayai adanya mitos. Mitos-mitos yang ada dalam cerita rakyat Kyai Ageng Sutawijaya antara lain.
1. Mitos melaksanakan sadranan
Mitos menceritakan tentang kejadian, bumi, langit, manusia, dewa dan upacara-upacara yang berhubungan erat dengan kepercayaan dan keagamaan manusia di dunia ini. Mitos tidak hanya sekedar laporam dari peristiwa yang terjadi saja, tetapi juga mengenai upacara-upacara tentang dunia gaib sekitar, tentang dewa bahkan mitos memberikan arah kelakuan manusia dan merupakan pedoman untuk kebijaksanaan manusia. Mitos member kesadaran pada manusia bahkan dalam alam semesta itu ada kekuatan-kekuatan gaib. Mitos akan menggambarkan kekuatan bahwa dunia kayak akan cerita yang mengandung unsure filsafat yang dalam, adat istiadat yang beraneka ragam. Namun sebenarnya dunia penuh
dengan cerita-cerita mistis dan upacara adat yang berfungsi menangkis mara bahaya dan menahan kesukaran hidup yang terjadi didunia ini.
Mitos itu pula yang menyertai dengan upacara sadranan yang dilakukan masyarakat Desa Majasto. Sadranan dilakukan setiap setahun sekali yaitu biasa dilakukan sebelum bulan ramadhan. masyarakat meyakini bahwa selain untuk berziarah dan mendoakan para leluhur mereka, kebiasaan atau rutinitas semacam ini masih dilakukan dan dipercayai masyarakat Desa Majasto dan mereka percaya apabila dilakukan upacara sadranan sebagai rasa bersyukur atas segala yang mereka dapatkan, mulai dari panen yang melimpah hingga kelancaran kelangsungan hidup yang mereka jalani.
2. Mitos pemakaman dengan kedalaman makam hanya 50cm
Mitos memberikan bahan informasi mengenai kekuatan-kekuatan gaib, serta membantu manusia agar dapat menghayati data-daya gaib sebagai suatu kekuatan yang membengaruhi dan menguasai alam kehidupan. Mitos pemakaman dengan kedalaman makam hanya 50cm ini sudah dilakukan oleh masyarakat sekitar Desa Majasto secara turun temurun. Tidak ada yang mengetahui asal mitos ini. Namun meski kedalaman makam hanya setengah meter saja, makam tersebut tidak berbau. Komlek makam Bumi arum merupakan tempat munculnya mitos yang berkembang di masyarakat, dan sampai sekarang masyarakat masih percaya dan masih melaksanakannya.
3. Mitos orang yang masuk ke komlek makam Bumi Arum tidak boleh melakukan hal yang tidak senonoh.
Mitos bahwa pengunjung yang masuk didalam komlek makam Bumi Arum tentu saja harus menjaga sikap dan tidak berbuat hal-hal yang tidak sepantasnya misalnya melakukan perzinahan, masyarakat mempercayai bahwa makam Bumi Arum adalah tempat yang dianggap suci, selain itu makam juga di anggap tempat untuk meditasi. Mitos ini masih sangat dipercaya oleh warga masyarakat Desa Majasto, Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo sebagai wujud penghormatan apabila mitos ini dilanggar maka akan terjadi sesuatu dengan orang tersebut.