• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan pendapat hukum dari penasehat atau

Berdasarkan pendapat hukum dari penasehat atau

konsultan hukum di Jakarta, salah satu aspek penting dari transaksi tersebut, yang bertentangan dengan hukum Indonesia, yaitu tidak ada satupun dokumen kontrak atau transaksi pembelian tembaga yang dilakukan Perusahaan dengan pihak lain dimana transaksi ini kemudian dijadikan dasar (underlying transaction) pembuatan perjanjian ISDA di atas.

Based on legal opinion of legal advisors or consultants in Jakarta, one of essential aspects of the transaction, which is against Indonesian laws, is that it has no document of purchasing contract or transaction of copper made by the Company with any other party, where the transaction is then used as a basis of transaction (underlying transaction) in creating the ISDA agreement.

Dengan demikian, perjanjian ISDA, dengan semua

dokumen yang berhubungan dan telah

ditandatangani oleh SCB dan Perusahaan, pada dasarnya bukan merupakan kontrak atau transaksi derivatif karena perjanjian yang mendasari “transaksi derivatif” tersebut (the "underlying transaction") tidak ada.

Maka, transaksi derivatif tersebut dapat

dikategorikan sebagai transaksi derivatif yang tidak nyata.

Accordingly, then the ISDA agreement, with its entire associated documents signed by SCB and the Company, basically is not a derivative

agreement or transaction because the

agreement underlying the “derivative

transaction” (the "underlying transaction") does not exist.

Thus, the derivative transaction can be categorized as an unreal derivative transaction.

Dengan demikian, jumlah dan harga tembaga yang terkandung dalam dokumen yang berkaitan dengan transaksi derivatif (ISDA) adalah perkiraan dan bukan transaksi yang nyata, sehingga perjanjian atau transaksi derivatif tersebut berlawanan atau

bertentangan dengan transaksi derivatif

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 2 Peraturan Bank Indonesia No. 7/31/PBI/2005 tanggal 13 September 2005 yang berbunyi sebagai berikut: "Transaksi Derivatif adalah transaksi yang didasari oleh suatu kontrak atau perjanjian pembayaran yang nilainya merupakan suatu turunan dari nilai instrumen yang mendasari seperti suku bunga, nilai tukar, komoditi, ekuiti dan indeks, baik yang diikuti dengan pergerakan atau tanpa pergerakan dana atau instrumen, namun tidak termasuk transaksi derivatif kredit.” Dengan demikian, perjanjian ISDA tersebut cacat dan batal demi hukum sejak dari awal pembuatannya.

Accordingly, the number and price of copper contained in documents relating to the derivative transaction (ISDA) is an estimation and not a real character, so that the derivative agreement or transaction is against or contrary to the derivative transaction referred in Article 1 point 2 of Bank Indonesia Regulation No. 7/31/PBI/2005 dated on 13 September 2005 which reads as follows: "Derivative Transaction is the payment transaction based on contracts or

agreements whose value derived from

underlying instruments such as interest rates, exchange rates, commodities, equities and indices, followed either by movement or without movement of funds or instruments, but excluding credit derivative transactions." Accordingly, the ISDA agreement is then invalid and null and void since the inception.

Berdasarkan surat No. 005 tahun 2011

(ARB005/11/AU) 28 Januari 2011, SCB telah berinisiatif mendaftarkan kasus ini ke Singapore

International Arbitration Centre (SIAC).

Perusahaan dalam suratnya tanggal 28 Pebruari 2011 yang disampaikan kepada SIAC menegaskan bahwa yurisdiksi dan hukum yang cocok dan sesuai untuk menyelesaikan masalah ini adalah hukum Indonesia.

Based on the letter No. 005 of 2011 (ARB005/11/AU) dated on 28 January 2011, SCB has initiated to register the case to the Singapore International Arbitration Centre (SIAC). The Company has in its letter dated on 28 February 2011 to SIAC reiterated that the suitable and appropriate jurisdiction and law to resolve the matters is Indonesian law.

32. KOMITMEN DAN KONTIJENSI (Lanjutan) 32. COMMITMENT AND CONTIGENCIES (Continued)

b. Standard Chartered Bank (Lanjutan) b. Standard Chartered Bank (Continued)

Berdasarkan putusan Badan Arbitrase Singapore (SIAC) No.87/2012 tanggal 28 September 2012, ditetapkan bahwa PT Jembo Cable Company Tbk diwajibkan melakukan pembayaran kepada SCB sebesar USD 16.067.407 terkait dengan transaksi ISDA 2002 yang dibuat oleh SCB dan PT Jembo Cable Company Tbk atas hal tersebut. Perusahaan dalam suratnya tanggal 5 Oktober 2012 menegaskan kembali bahwa yuridiksi dan hukum yang cocok dan sesuai untuk menyelesaikan masalah ini adalah hukum Indonesia.

Based on the decision of Singapore Arbitration (SIAC) No.87/2012 dated on 28 September 2012, it was stated that PT Jembo Cable Company Tbk

is required to pay to SCB a sum of US$ 16,067,407 related to the ISDA 2002

transactions made by SCB and PT Jembo Cable Company Tbk above. The Company in its letter dated on 5 October 2012 restated that the suitable and appropriate jurisdiction and law to resolve the matters is Indonesian law.

Pada tanggal 28 Juni 2013, SCB melalui kuasa hukumnya telah mengajukan permohonan kepada Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Pusat untuk menyatakan bahwa putusan SIAC No. 005 Tahun 2011 dapat dilaksanakan di Negara Kesatuan Republik Indonesia (Eksekuatur), dan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat telah pula menerbitkan Penetapannya No. 28/2014.Eks tanggal 2 April 2014.

Atas permohonan SCB dan penetapan Ketua

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tersebut, PT Monas Permata Persada, salah satu pemegang

saham PT Jembo Cable Company Tbk, telah mengajukan gugatan perdata di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada tanggal 3 Juni 2014 dengan

register perkara No. 257/Pdt.G.ARB/2014/

PN.JKT.PST. melawan SCB dan PT Jembo Cable Company Tbk sebagai tergugat.

Gugatan tersebut berisi tuntutan, antara lain agar Pengadilan Negeri Jakarta Pusat membuat keputusan :

1. Menyatakan bahwa tindakan SCB dan

PT Jembo Cable Company Tbk menandatangani ISDA 2002 Master Agreement dan semua dokumen turutannya adalah tindakan melawan hukum;

2. Menyatakan bahwa Putusan SIAC No. 005 Tahun 2011 tanggal 28 September 2011 tidak dapat dilaksanakan di Indonesia;

3. Membatalkan atau setidak-tidaknya

menyatakan bahwa Penetapan Ketua

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No. 28/ 2014.Eks tanggal 2 April 2014 tidak memiliki kekuatan hukum.

On 28 June 2013, SCB represented by its lawyers has filed an application to the Chief of Central Jakarta District Court to declare that the SIAC Award No. 005 Year 2011 can be executed in the Republik of Indonesia (Eksekuatur), and the Chief of Central Jakarta District Court has published his Judgment No. 28/2014.Eks dated on 2 April 2014.

Upon SCB’s application and the judgment of the Chief of Central Jakarta District Court,

PT Monas Permata Persada, one of

shareholders of PT Jembo Cable Company Tbk filed a lawsuit to the Central Jakarta District Court on 3 June 2014 with case registration No. 257/Pdt.G.ARB/2014/PN.JKT.PST. against SCB and PT Jembo Cable Company Tbk as defendants.

The lawsuit consists of petitions, among others that the Central Jakarta District Court shall make its decision :

1. Declaring that the deed taken by SCB and PT Jembo Cable Company Tbk in signing ISDA 2002 Master Agreement and its entire associated documents is unlawful;

2. Declaring that SIAC Award No. 005 Year 2011 dated on 28 September 2011 cannot be executed in Indonesia;

3. Nullifying or at least declaring that the judgment of the Chief of Central Jakarta

District Court No. 28/2014.Eks dated on 2 April 2014 does not have its legal

enforcement.

Saat ini Perusahan sedang melakukan upaya untuk menyelesaikan masalah tersebut tetapi belum ada kepastian penyelesaiannya.

Sehubungan dengan kondisi di atas, manajemen Perusahaan belum bisa memperkirakan hasil dan jumlah kerugian.

Currently, the Company is making efforts to resolve the problem but there is no certainty of completion.

In connection with the above conditions, the Company's management is unable to estimate the result of the decision and any purported amount of loss.

32. KOMITMEN DAN KONTIJENSI (Lanjutan) 32. COMITMENT AND CONTINGENCIES (Continued)

c. Gugatan Perdata PT Monas Permata Persada c. Dispute PT Monas Permata Persada

Pada tanggal 27 September 2011, sesuai dengan gugatan No. 429/PDT.G/2011/PN.TNG, PT Monas Permata Persada, yang merupakan salah satu pemilik Perusahaan, melakukan gugatan terhadap Standard Chartered Bank dan PT Jembo Cable Company Tbk di Pengadilan Negeri Tangerang untuk membatalkan ISDA 2002 Master Agreement karena bertentangan dengan hukum yang berlaku di Indonesia (salah satunya melanggar peraturan Bank Indonesia) serta menuntut SCB untuk

mengembalikan pembayaran yang telah

diterimanya serta membayar sejumlah uang tertentu sebagai ganti rugi.

On 27 September 2011, based on lawsuit No. 429/PDT.G/2011/PN.TNG, PT Monas Permata

Persada, one of shareholders of the Company, filed a lawsuit against Standard Chartered Bank and PT Jembo Cable Company Tbk in the District Court of Tangerang, to cancel ISDA 2002 Master Agreement because it is against the law enforced in Indonesia (one of them violating the Bank Indonesia Regulation) and demanded SCB to return the payment that it has received and pay a certain amount of money as compensation.

Pada tanggal 14 November 2012, Pengadilan

Negeri Tangerang telah memutuskan,

memerintahkan dan menyatakan, antara lain mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebagian, tergugat PT Jembo Cable Company Tbk melakukan perbuatan melawan hukum, memerintahkan tergugat PT Jembo Cable Company Tbk untuk menghentikan segala transaksi derivatif yang didasarkan pada ISDA 2002 Master Agreement dan schedule to the 2002 Master Agreement berikut

seluruh turunannya, menghukum tergugat

PT Jembo Cable Company Tbk untuk membayar ganti rugi berupa dividen tahun buku 2008, 2009 dan 2010 sebesar USD 1.138.850,47 (angka penuh) dengan bunga 12% per tahun sejak tahun buku 2008 sampai dilaksanakannya putusan ini serta menghukum tergugat PT Jembo Cable Company Tbk membayar ongkos perkara sebesar Rp 291.000 (angka penuh).

On 14 November 2012, Tangerang District Court has decided, ordered and asserted that, among other things for the most part in favor of Plaintiff, defendant PT Jembo Cable Company Tbk has committed an unlawful act, ordered the defendant PT Jembo Cable Company Tbk to stop all derivative transactions under ISDA 2002 Master Agreement and schedule to the 2002 Master Agreement along with all its derivatives, sentenced defendant PT Jembo Cable Company Tbk to pay restitution in the form of dividends of fiscal year 2008, 2009 and 2010 amounted to USD 1,138,850.47 (full amount) with interest of 12% per year since fiscal year 2008 through the implementation of this decision and punish defendant PT Jembo Cable Company Tbk to pay the administrative case fee Rp 291,000 (full amount).

Atas putusan tersebut kemudian diajukan banding

ke Pengadilan Tinggi Banten. Kemudian

Pengadilan Tinggi Banten dalam putusannya No. 27/PDT/2013 PT.BTN tanggal 17 September 2013, antara lain menerima permohonan banding yang diajukan oleh pihak penggugat maupun para tergugat, dan membatalkan Putusan Pengadilan Negeri Tangerang No. 429/Pdt.G/2011/PN.TNG tanggal 14 November 2012.

Pada tanggal 21 Oktober 2013, Perusahaan telah mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung Republik Indonesia dan sampai saat ini belum ada keputusannya.

Sehubungan dengan kondisi di atas, manajemen Perusahaan belum bisa memperkirakan hasil dan jumlah kerugian.

Upon the decision then it was appealed to the High Court of Banten. The High Court of Banten then in its decision No. 27/PDT/2013 PT.BTN on 17 September 2013, among of other things received the appeal filed by the plaintiff and the defendants, and canceled the decision made by the Tangerang District Court No. 429/Pdt.G/2011/PN.TNG dated 14 November 2012.

On 21 October 2013, the Company has filed an appeal to the Supreme Court of Indonesia and until now there has been no decision yet. In connection with the above conditions, the Company's management has not been yet able to estimate the result of the decision and amount of loss.

32. KOMITMEN DAN KONTIJENSI (Lanjutan) 32. COMMITMENT AND CONTINGENCIES (Continued)

d. Gugatan Perdata atas Tanah d. Land Dispute

Pada tanggal 12 Maret 2010 sesuai dengan gugatan No. 114/Pdt.G/2010/PN.TNG, pihak pengugat, yang mengaku pemilik sebelumnya dari tanah 2.190 M2 yang kini dimiliki dan dikuasai oleh Perusahaan, menggugat Perusahaan dan pihak

lainnya di Pengadilan Negeri Tangerang.

Berdasarkan gugatan tersebut, penggugat

menuntut Perusahaan membayar ganti rugi sebesar Rp 600.000 / M2 atau seluruhnya sebesar Rp 1.314.000.000 atau meninggalkan tanah sengketa. Perusahaan sudah menunjuk pengacara untuk mewakilinya dalam proses di pengadilan. Berdasarkan putusan Pengadilan Tinggi Banten No. 97/PDT/2011/PT.BTN tanggal 24 Januari 2012, gugatan penggugat ditolak baik di Pengadilan Negeri Tangerang maupun di Pengadilan Tinggi Banten sehingga tidak ada kemungkinan adanya kewajiban apapun. Atas hal tersebut penggugat telah mengajukan kasasi kepada Mahkamah Agung Republik Indonesia.

Berdasarkan putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 2618/Pdt/2012 tanggal 24 Juni 2013, permohonan penggugat ditolak oleh Mahkamah Agung Republik Indonesia. Dengan demikian perkara ini sudah selesai.

On 12 March 2010, based on lawsuit No. 114/Pdt.G/2010/PN.TNG, the plaintiff,

claiming to be the previous owner of a piece of land with area of 2,190 M2 which is now owned and possessed by the Company, sued the Company and other parties in the Tangerang District Court. Based on the lawsuit, the plaintiff demanded the Company to pay for

compensation of Rp 600,000 / M2 or at total of Rp 1,314,000,000 or vacate the disputed land.

The Company has appointed a lawyer to represent it in the court proceedings. Based on

the Banten High Court decision

No. 97/PDT/2011/PT.BTN dated 24 January 2012, the lawsuit of the plaintiff was rejected in both of Tangerang District Court and High Court of Banten so that there isn’t any contingent liability. upon the matters, the plaintiff has filed an appeal to Supreme Court of the Republic of Indonesia.

Based on the decision of the Supreme Court of the Republic of Indonesia No. 2618/Pdt/2012 dated 24 June 2013, the appeal of the plaintiff was rejected by the Supreme Court of the Republic of Indonesia and thus the case has been closed.

e. Perjanjian kerjasama konsinyasi penyediaan kabel

e. Consignment cooperation agreement

providing cable

Pada tanggal 25 Juni 2013, sesuai dengan perjanjian No. 1122/HK.810/TA-00/2013 telah dilakukan kerjasama konsinyasi dalam penyediaan

kabel yang diproduksi dan/atau dijual oleh PT Jembo Cable Company Tbk dengan PT Telkom

Akses, dengan lingkup pekerjaan menyediakan kabel yang termasuk kategori barang fast moving, dimana pihak PT Telkom Akses berkewajiban untuk memasarkan dan menjual kabel konsinyasi kepada konsumen. Selama barang atau kabel belum terjual atau dianggap terjual atau dijual oleh PT Telkom Akses maka hak milik atas barang atau kabel dan/atau nota pesanan barang atau kabel tetap berada pada PT Jembo Cable Company Tbk. Perjanjian ini berlaku selama 2 tahun sejak tanggal ditandatanganinya. Pada akhir masa berlaku perjanjian dan jika masih terdapat penyelesaian pekerjaan dari nota pesanan barang atau kabel yang telah diterbitkan maka perjanjian ini berlaku sampai dengan diselesaikan seluruh hak dan kewajiban masing-masing.

On 25 June 2013, in accordance with the agreement No. 1122/HK.810/TA-00/2013 have carried out cooperation in the provision of cable consignment manufactured and/or sold by PT Jembo Cable Company Tbk and PT Telkom Akses, with the scope of work to provide cable which belongs to the category of fast moving goods, where the PT Telkom Akses obligated to market and sell the consignment cable to consumers. During unsold goods or cable or deemed sold or sold by PT Telkom Akses the property rights to goods or cable and/or cable memorandum or order goods remain on PT Jembo Cable Company Tbk. This agreement is valid for 2 years from the date of signing. At the end of the validity period of the agreement and if there are completion of the memorandum order goods or cables that have been published so the agreement is valid until completed all the rights and obligations of each.

33. MANAJEMEN RISIKO 33. RISK MANAGEMENT

Aset keuangan Financial assets

2 0 1 4 2 0 1 3 2 0 1 4 2 0 1 3 2 0 1 4 2 0 1 3

- - 3.411.046 5.499.386 -

-Deposito berjangka - - 1.433.451 8.611.529 - - Time deposits

- - 472.886.670 512.109.793 -

-- - 1.012.285 1.639.723 -

-Available for sale

- - - - 2.250.000 2.400.000 financial asset

Aset tidak lancar lainnya - - 22.733.922 31.515.823 - - Other non-current assets

- - 501.477.374 559.376.254 2.250.000 2.400.000 Pinjaman dan piutang /

Loans and receivable

Aset keuangan pada nilai wajar melalui laporan laba rugi/

Financial assets at fair value

through Tersedia untuk dijual /

tersedia untuk dijual

Total financial assets

Jumlah aset keuangan

profit or loss

Kas dan setara kas Cash and cash equivalents

Piutang usaha

Piutang lain-lain Other receivables

Trade receivables Available - for - sale

Aset keuangan

Liabilitas keuangan Financial liabilities

2 0 1 4 2 0 1 3 2 0 1 4 2 0 1 3

Pinjaman bank jangka pendek - - 550.111.604 724.218.660 Short-term bank loans

Hutang usaha - - 140.530.287 248.046.359 Trade payables

Hutang lain-lain - - 97.354.044 19.102.681 Other payables

- - 20.295.064 13.354.080

- - 2.082.514 3.405.072

Jumlah liabilitas keuangan - - 810.373.513 1.008.126.852 Liabilitas keuangan pada nilai wajar

melalui laporan laba rugi /

Kewajiban keuangan pada biaya amortisasi/

Financial liabilities at fair value

through profit or loss Financial liabilities at amortised cost

Hutang sewa pembiayaan Finance lease liabilities

Total financial liabilities

33. MANAJEMEN RISIKO (Lanjutan) 33. RISK MANAGEMENT (Continued)

Pendahuluan dan tinjauan Introduction and overview

Dokumen terkait