BAB II KAJIAN TEORI
B. Teks Berita
1. Pengertian Berita
Secara sederhana berita atau dalam bahasa Inggris (NEWS)
merupakan singkatan dari North, East, West, and South (N-E-W-S), yang menunjukan sifat berita yang menghimpun keterangan dari empat penjuru mata angin. Berita adalah informasi terkini yang bisa datang
dari mana saja baik utara, timur, barat, atau selatan. Sedangkan NEWS
merupakan bentuk prulal dari kata new (baru). Karena itu berita harus
selalu terkait dengan hal-hal atau kejadian yang baru dan dianggap menarik. Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh A Muis, berita adalah laporan tentang gagasan, kejadian, atau konflik yang baru terjadi, yang menarik bagi konsumen berita dan menguntungkan bagi
pembuat berita itu sendiri.15Semakin menarik menjadi buah tutur
pembicaraan orang ramai mengenai suatu berita maka semakin tinggi nilai berita tersebut.
Sedangkan menurut, William S. Maulsby dalam Sam Abeda
Pranomo menyatakan: “Berita bisa didefinisikan sebagai suatu
penuturan secara benar dan tidak memihak dari fakta-fakta yang mempunyai arti yang penting dan baru terjadi, yang dapat menarik
perhatian para pembaca berita di surat kabar tersebut.”16
Dalam hal ini berita harus disampaikan secara benar berdasarkan fakta-fakta yang terdapat dalam informasi tersebut dengan kata lain berita tidak dapat direkayasa.
15
A Muis, Jurnalistik Hukum dan Komunikasi Massa, (Jakarta: PT. Dharu Anuttama, 1999), cet.I, h. 26.
16
Sam Abeda Pareno, Manajemen Berita antara Idealisme dan Realita, (Surabaya: Papyrus, 2003), cet.I, h. 6.
Adapula definisi yang sudah cukup lama popular dikalangan pers. Definisi tersebut diungkapkan oleh Charles A. Dana pada tahun
1882, yang mengatakan : ‘’When a dog bites a man that is not news,
but when a man bites a dog that is news’’ (Apabila seekor anjing menggigit orang itu bukanlah berita, akan tetapi apabila orang
menggigit anjing itu baru berita).17
Dari definisi di atas kita dapat menyatakan bahwa sebuah
peristiwa dapat dikatakan sebagai suatu berita apabila peristiwa tersebut mempunyai nilai diluar kebiasaan pada umumnya dan juga menarik untuk disampaikan kekhalayak ramai. Pendapat berbeda
disampikan oleh Thomas Griffith yang menyatakan “journalism in fact
on the run. It is the history written in time to be acted upon; thereby not only recording events but at times influencing them. Journalism is also the recording of history while the facts are not all in.”18
Dari pendapat tersebut menyatakan bahwa berita merupakan sebuah kenyataan yang terus berjalan. Berita juga merupakan sebuah rekaman peristiwa yang dapat juga memberi pengaruh kepada orang banyak.
Dapat disimpulkan bahwa berita ialah peristiwa atau kejadian
yang memiliki hal yang menarik, luar biasa, dan baru terjadi. Berita juga merupakan suatu fakta dari peristiwa atau kejadian yang dilaporkan serta memberikan pengaruh kepada orang banyak.
2. Unsur-Unsur Berita
Seperti halnya dalam satu kesatuan, maka dalam berita pun ada unsur-unsur lain yang menyatukannya. Tradisi Jurnalistik lazim
mengenal kenam unsur ini dengan 5W1H: WHAT, WHO, WHEN,
17H. Dj‟afar Assegaff, Jurnalistik Masa Kini, (Jakarta: GHALIA, 1985), cet.II, h. 22.
18Melvin Mencher‟s, News Reporting and Writing, (New York:McGraw-Hill 2006), cet. X, h.55.
WHERE, HOW, WHY.19. Berikut ini merupakan penjelasan dari 5W1H.
1. What……?
Pertanyaan what (apa) yang terjadi, akan menyebabkan wartawan
mengumpulkan fakta yang berkaitan dengan hal-hal yang dilakukan oleh pelaku maupun korban dalam suatu kejadian.
2. Who…….?
Who (Siapa) merupakan pertanyaan yang akan mengundang fakta yang berkaitan dengan setiap orang yang terlibat dalam kejadian.
3. Why…….?
Why (Mengapa) akan mengundang jawaban latar belakang dari suatu
tindakan ataupun penyebab suatu kejadian yang telah diketahui apa
-nya.
4. Where….?
Where (Di mana) menyangkut tempat kejadian.
5. When……?
Pertanyaan When (Bilamana/kapan) akan menyangkut waktu kejadian
ataupun kemungkinan-kemungkinan waktu yang berkaitan dengan kejadian tersebut.
6. How……?
How (Bagaimana), akan memberikan fakta yang berkaitan dengan proses kejadian yang diberitakan.
3. Ragam Berita
Di dalam dunia jurnalistik, penulisan berita dapat dilakukan dengan cara yang berbeda, tergantung pada nilai penting informasi
19
yang hendak disampaikan. Perbedaan cara penyampaian (dalam format
penyajian) inilah yang kemudian melahirkan ragam berita.20
Berita jurnalistik yang benyak muncul dalam surat kabar atau
majalah berita, dapat digolongkan atas berita langsung
(straight/hard/spot news), berita ringan (soft news), berita kisah (feature), serta laporan mendalam (indepth report). Pengertian setiap ragam berita akan diuraikan berikut ini.
1. Berita Langsung (straight/hard/spot news)
Berita langsung digunakan untuk menyampaikan kejadian-kejadian penting yang secepatnya perlu diketahui oleh pembaca. Disebut berita
langsung (straight/hard/spot news) karena unsur-unsur terpenting dari
peristiwa itu harus langsung (sesegera mungkin) disampaikan kepada pembaca.
2. Berita Ringan (soft news)
Berita ringan tidak mengutamakan unsur penting yang hendak diberitakan, melainkan sesuatu yang menarik. Berita ini biasa dikemukakan sebagai kejadian yang manusiawi dalam kejadian penting.
3. Berita Kisah (feature)
Berita kisah adalah tulisan mengenai kejadian yang dapat menyentuh perasaan, ataupun yang menambah pengetahuan pembaca lewat penjelasan rinci, lengkap, serta mendalam. Berita ini tidak terkait akan aktualitas.
4. Laporan Mendalam (indepth report)
20
Ashadi Siregar dkk, Bagaimana meliput dan menulis berita untuk media massa,
Laporan mendalam pada dasarnya memiliki struktur dan cara penulisan yang sama dengan berita kisah. Laporan mendalam digunakan untuk menuliskan permasalahan secara lebih lengkap, mendalam, dan analitis.
4. Sruktur Berita
Secara sederhana struktur dapat kita artikan sebagai susunan, bagian, atau lapisan. Berita pun memiliki strukturnya tersendiri berdasarkan ragamnya.
R. Masri Sareb Putra menyatakan struktur berita adalah tubuh berita secara keseluruhan yang dapat dilihat sebagai lapisan-lapisan yang masing-masing mengandung pokok yang dapat dibedakan atas dasar rupa atau bentuk, namun tidak
dapat dipisahkan satu sama lain.21
Adapun susunan atau struktur berita khususnya berita langsung
(straight news) pada umumnya mengacu pada pyiramida terbalik (inverted pyiramid). Disebut „‟pyiramida terbalik‟‟ karena struktur
beritannya digambarkan memang berbentuk segitiga terbalik.
Model menulis yang mengikuti bentuk segitiga terbalik.
Bagian atasnya lebar, bagian bawahnya menyempit. sedangkan mengenai strukturnya isi berita ditekankan di bagian awal. Selanjutnya, semakin ke bawah, menuju bagian
akhir, semakin tidak penting, sisipan-sisipan keterangan.22
Dj‟afar Assegaff menyatakan bahwa tujuan dari gaya penulisan pyiramida terbalik adalah untuk memudahkan khalayak
21
R. Masri Sareb Putra, Teknik Menulis Berita DAN FEATURE, (Jakarta: PT. INDEKS Kelompok GRAMEDIA, 2006), cet.I, h. 51.
22
Septiawan Santana K, Jurnalisme Kontemporer, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005), cet.I, h. 22.
pembaca yang bergegas, untuk cepat mengetahui apa yang terjadi dan
diberitakan.23 Berikut ini bagan struktur pyiramida terbalik dalam
penulisan berita langsung (straight news).
JUDUL
LEAD
A
B
C
Judul berita: Apa+mengapa?, siapa + mengapa? Dan seterusnya.. Berisi informasi penting. Sekaligus menjawab pertanyaan 5W+1H (who,what,why,when,where, +how) Inti Berita Anak BeritaEkor berita dapat dibuang, bila kehabisa ruang ESSENTIAL
SHOULD
COULD
Gambar 2.3
Struktur penulisan berita
o Lapisan A (essential, atau bagian yang pembaca harus ketahui) selama
ini kita kenal sebagai bagian dalam sebuah struktur berita piramida terbalik yang menunjukan bagian yang paling inti.
o Lapisan B (should, atau bagian yang pembaca sebaiknya tahu) adalah
bagian yang cukup penting, namun tidak sepenting lapisan A.
o Lapisan C (could, atau pembaca boleh tahu) ialah bagian yang boleh
ditinggalkan pembaca, karena merupakan ekor berita, tidak penting, dan boleh dipotong kalau tidak cukup tempat.
23
5. Kriteria Sebuah Berita
Tidak semua peristiwa pantas untuk diberitakan. Peristiwa
yang mengandung nilai informatif bagi pembaca saja yang pantas untuk diberitakan. Sebuah berita harus memiliki kriteria yang baik untuk dijadikan sebagai acuan penilaian dalam menetapkan suatu yang pantas ditulis sebagai berita. Secara umum, kejadian yang dianggap mempunyai nilai berita atau layak berita adalah yang mengandung satu atau beberapa unsur berikut.
1. Significance (penting), yaitu kejadian yang berkemungkinan mempengaruhi kehidupan orang banyak, atau kejadian yang mempunyai akibat terhadap kehidupan pembaca.
2. Magnitude (besar), yaitu kejadian yang menyangkut angka-angka yang berarti bagi kehidupan orang banyak, atau kejadian yang berakibat yang bisa dijumlahkan dalam angka yang menarik buat pembaca.
3. Timeliness (waktu), yaitu kejadian yang menyangkut hal-hal yang baru terjadi, atau baru dikemukakan.
4. Proximity (kedekatan), yaitu kejadian yang dekat bagi pembaca,
kedekatan ini bisa bersifat geografis maupun emosional.
6. Bahasa Jurnalistik
Sebuah berita yang baik tidak hanya dinilai berdasarkan
berdasarakan kriteria apakah berita tersebut penting atau menarik bagi pembacanya. Sebuah berita yang baik harus juga memenuhi kriteria penggunaan bahasa yang baik dan benar.
Bahasa yang digunakan manusia dibedakan atas dua jenis,
yakni bahasa lisan dan bahasa tulisan. Kedua bahasa tersebut memiliki syarat-syarat yang berbeda dalam penggunaanya. Bahasa jurnalistik
merupakan salah satu ragam bahasa tulis yang digunakan sebagai bahasa penyaji dalam menulis berita.
Rosihan Anwar menyatakan Bahasa jurnalistik memiliki
sifat-sifat khas yaitu: singkat, padat, sederhana, lancar, jelas, lugas, dan
menarik.24 Kekhasan bahasa jurnalistik ini juga didasarkan pada
bahasa baku. Bahasa jurnalistik juga terikat oleh kaidah-kaidah tata bahasa seperti memperhatikan ejaan yang benar dalam kosa kata, bahasa jurnalistik juga mengikuti perkembangan dalam masyarakat.
AS Haris Sumadiria mendefinisikan bahasa jurnalistik
sebagai bahasa yang digunakan oleh wartawan, redaktur, atau pengelola media massa dalam menyusun dan menyajikan, memuat, menyiarkan, dan menayangkan berita serta laporan peristiwa atau pernyataan yang benar, aktual dan atau menarik dengan tujuan agar mudah dipahami isinya dan cepat ditangkap
maknanya.25
Berdasarkan pengertian tersebut dapat kita artikan bahasa
jurnalistik merupakan bahasa penyaji berita. Pada dasarnya berita merupakan suatu rekontruksi persistiwa yang disampaikan secara tertulis. Melalui bahasa yang cermat rekontruksi persistiwa tertulis tersebut dapat mengantar pembaca untuk membayangkan apa yang sesungghunnya terjadi dan memudahkan pembaca menangkap makna suatu berita.
7. Ciri-Ciri Bahasa Jurnalistik
Berita juga merupakan salah satu bentuk komunikasi satu arah dalam hal ini komunikasi antara penulis dan pembaca. Untuk mempermudahkan komunikasi tersebut maka digunakanlah bahasa
24
Rosihan Anwar, Bahasa Jurnalistik dan Komposisi, (Jakarta:P.T Pradanya Paramita, 1979), cet.III, h.1
25
AS Haris Sumadiria, Bahasa Jurnalistik, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2006), cet.I, h. 7.
tulis. Penggunaan bahasa tulis ini bertujuan untuk menyampaikan informasi atau pesan yang disampaikan. AM Dewabrata menyatakan penunjang untuk mencapai keberhasilan penyampain pesan dalam
berkomunikasi satu arah, perlu penggunaan bahasa yang efektif.26
Umumnya bahwa bahasa yang digunakan oleh media massa adalah bahasa komunikatif hal ini bertujuan untuk menyentuh emosi atau pikiran pembacanya, sehingga mereka tergugah untuk berbuat sesuatu. AS Haris Sumadiria, mengemukakan 17 uraian yang rinci tentang
ciri-ciri bahasa jurnalistik.27 Adapun uraiannya sebagai berikut:
1. Sederhana
Sederhana berarti selalu mengutamakan dan memilih kata atau kalimat yang paling banyak diketahui maknanya oleh khalayak pembaca yang sangat heterogen, baik dilihat dari tingkat intelektualitasnya maupun karakteristik demografis dan psikografisnya.
2. Singkat
Singkat berarti langsung kepada pokok masalah (to the point), tidak
bertele-tele, tidak berputar-putar, tidak memboroskan waktu pembaca yang sangat berharga.
3. Padat
Menurut Patmonosk, redaktur Senior Harapan dalam buku teknik jurnalistik menyatakan bahwa padat dalam bahasa jurnalistik berarti sarat informasi.
4. Lugas
Lugas berarti tegas, tidak ambigu, sekaligus menghindari eufemisme atau penghalusan kata dan kalimat yang bisa membingungkan
26
AM Dewabrata, Kalimat Jurnalistik, (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2004), cet.I, h. 15.
27
khalayak pembaca sehingga terjadi perbedaan persepsi dan kesalahan konklusi.
5. Jelas
Jelas berarti mudah ditangkap maksudnya, tidak baur dan tidak kabur.
6. Jernih
Jernih berarti bening, tembus pandang, transparan, jujur, tulus, tidak menyembunyikan sesuatu yang lain yang bersifat negatif seperti prasangka atau fitnah.
7. Menarik
Bahasa jurnalistik harus menarik. Menarik artinya mampu membangkitkan minat dan perhatian khalayak pembaca, memicu selera baca, serta membuat orang yang sedang tertidur terjaga seketika.
8. Demokratis
Demokratis berarti bahasa jurnalistik tidak mengenal tingkatan, pangkat, kasta, atau perbedaan dari pihak yang menyapa dan pihak yang disapa sebagaimana dijumpai dalam gramatika bahasa Sunda dan bahasa Jawa.
9. Populis
Populis berarti setiap kata, istilah, atau kalimat apa pun yang terdapat dalam karya-karya jurnalistik harus akrab ditelinga, dimata, dan dibenak pikiran khalayak pembaca, pendengar, atau pemirsa.
10. Logis
Logis berarti apapun yang terdapat dalam kata, istilah, kalimat, atau paragraf jurnalistik harus dapat diterima dan tidak bertentangan
dengan akal sehat (common sense).
11. Gramatikal
Gramatikal, berarti kata, istilah, atau kalimat apa pun yang dipakai dan dipilih dalam bahasa jurnalistik harus mengikuti kaidah tata bahasa baku.
12. Menghindari kata tutur
Kata tutur ialah kata yang biasa digunakan dalam percakapan sehari-hari secara informal.
13. Menghindari kata dan istilah asing
Berita ditulis untuk dibaca atau didengar. Pembaca atau pendengar harus tahu arti dan makna setiap makna setiap kata yang dibaca dan didengarnya. Berita atau laporan yang banyak diselipi kata-kata asing, selain tidak informatif dan komunikatif juga membingungkan.
14. Pilihan kata (diksi) yang tepat
Bahasa jurnalistik sangat menekankan efektivitas. Setiap kalimat yang disusun tidak hanya harus produktif tetapi juga tidak boleh keluar dari asa efektivitas. Artinya setiap kata yang dipilih, memang tepat dan akurat, sesuai dengan tujuan pesan pokok yang ingin disampaikan kepada khalayak.
15. Mengutamakan kalimat aktif
Kalimat aktif lebih mudah dipahami dan lebih disukai oleh khalayak pembaca daripada kalimat pasif.
16. Menghindari kata atau istilah teknis
Karena ditujukan untuk umum, maka bahasa jurnalistik harus sederhana, mudah dipahami, ringan dibaca, tidak membuat kening berkerut apalagi sampai membuat kepala berdenyut.
17. Tunduk kepada kaidah etika
Salah satu fungsi utama pers adalah edukasi, mendidik (to education),
fungsi ini bukan saja harus tercermin pada materi isi berita, laporan, gambar, dan artikel-artikelnya, melainkan juga harus tampak pada bahasanya.
Hal yang paling mendasar sebelum seseorang menulis berita adalah bagaimana cara seseorang memulainya? Pertanyaan ini kadang membuat kita binggung bagaimana memulai menulis sebuah berita. Kebiggungan ini kadang berdampak pada rasa spikologis seperti, seseorang jadi tidak percaya diri, takut atau khawatir tulisannya dianggap, dan akhirnya dari dampak spikologis tersebut membuat seseoran jadi tidak pernah melakukannya. Untuk bisa keluar dari permasalahan tersebut, seseorang harus memulai membangun mental serta menumbuhkan rasa percaya diri kita. Kedua sikap tersebut dapat tumbuh dengan kita membiasakan diri untuk membaca, berdiskusi, dan latihan menulis. Apabila kebiasan tersebut sudah sering dilakukan maka tanpa disadari kemampuan menulis akan tumbuh dengan sendirinya.
Untuk mengawali dalam menulis berita tentukanlah
sebelumnya topik yang akan ditulis. Apabila telah menemukan topik
buatlah sebuah autline mengenai apa yang akan ditulis. Autline ini
bertujuan sebagai peta sehingga hasil tulisan sesuai dengan apa yang dimau. Setelah kedua hal tersebut dikuasai mulailah memasuki tahapan berikutnya yaitu langkah-langkah dalam menulis berita.
Mudrajad Kuncoro menjelaskan empat langkah dalam
penulisan berita. Keempat bagian tersebut meliputi (1)
judul/wajah yang mencerminkan tema; (2) lead
(sapaan/pendahuluan) yang memancing minat dan gairah; (3) tubuh yang ramping dan dinamis; (4) penutup bergaya pamit.
Judul haruslah mencerminkan isi tulisan, selain itu judul juga
harus menarik perhatian bakal pembaca, karena siapa yang akan membaca tentu pasti akan membaca judul terlebih dahulu. Oleh karena
itu judul harus dibuat semenarik mungkin agar dapat mengundang rasa keingintahuan seseorang mengenai apa yang disajikan.
Lead dapat diartikan “pendahuluan”, lead mempunyai peranan
penting karena berada diawal alinea. Karena Posisi lead berada diawal
alinea maka lead berfungsi sebagai sapaan kepada pembaca.
Umumnya Lead adalah kalimat atau paragraph dapat menggugah
selera pembaca dari keseluruhan tubuh tulisan. Oleh karena itu lead
haruslah mengenai suatu informasi yang penting dari keseluruhan isi
berita. Dalam membuat lead tidaklah harus terpaku pada posisi lead
yang letaknya diawal alinea. Lead dapat dibuat setelah tulisan selesai,
caranya yaitu dengan mengkopi paragraf yang dianggap penting dari tubuh tulisan tersebut. Selanjutnya memoles paragraf tersebut sedemikian rupa menjadi kalimat yang benar-benar baru.
Tubuh yang ramping dan dinamis letaknya berada setelah judul
dan lead. Hal-hal yang menarik sebelumnya telah dasampaikan pada
judul dan lead. Maka dapat dikatakan bagian ini merupakan sisa-sisa
perihal yang menarik. Agar tubuh tulisan tidak kehilangan hal yang menarik maka perlu adanya pemolesan alinea demi alinea agar tampak menarik.
Kalimat tersusun membentuk sebuah alinea. Dalam alinea
terdapat gagasan yang ingin disampaikan oleh penulisnnya. Gagasan tersebut disampaikan oleh satu kalimat dan selajutnya didukung oleh penjelasan kalimat lainnya. Seperti halnya pada satu alinea pada
kalimat pertama menegaskan „‟apa‟‟ yang akan diceritakan dalam
bentuk gagasan, gambaran, atau definisi. Selanjutnya kalimat kedua menjelaskan mengenai hal yang tersirat pada kalimat yang sebelumnya. Hal keterkaitan tersebut terus berlanjut hingga membentuk satu gagasan dalam satu alinea. Sehingga berlanjut hal yang lebih besar lagi yaitu susunan alinea yang membentuk suatu tema
atau topik. Susunan-susunan ini bertujuan agar pembaca mempunyai gambaran yang jelas tentang gagasan atau tema yang jelas dalam satu bacaan.
Penutup bergaya pamit biasanya dibuat pada satu alinea baru
dan terasa sebagai alinea akhir. Gaya pamit ini bisa dihasilkan dengan
menyelipkan kata demikian, saatnya, jadi, inilah, oleh karena itu, atau
maka. Seperti contoh apabila menggunakan kata akhirnya kata ini
memberikan kesan pamit, asal setelah kata tersebut diikuti dengan nada yang menurun.