• Tidak ada hasil yang ditemukan

FOTO BERITA

FOTO BERITA LUNAK:

FOTO BERITA LUNAK:

1. Olah raga 2. Peristiwa-peristiwa umum 3. Human interest SUMBER FOTO: 1. Staf redaksi 2. Kantor berita 3. Lain-lain:

-humas lembaga/instansi pemerintah dan non pemerintah,

-wartawan free lance,

-wartawan yang bekerja di penerbitan lain di luar kategori staf redaksi, -perpustakaan pemerintah dan non

pemerintah, -buku-buku,

-media cetak lain, internet,

-dokumenter/koleksi perorangan pribadi - anonim LINGKUP FOTO: 1. Lokal 2. Nasional/Daerah 3. Internasional PENEMPATAN FOTO: 1. Halaman muka 2. Halaman dalam

F R E K U E N S I d a n V O L U M E

Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, akan diuji 6 (enam) hipotesis dalam penelitian ini yaitu:

1. Terdapat perbedaan antara frekuensi foto berita keras dengan frekuensi foto berita lunak.

2. Terdapat perbedaan frekuensi antar kategori dalam foto berita keras. 3. Terdapat perbedaan frekuensi antar kategori dalam foto berita lunak.

4. Terdapat perbedaan antara frekuensi lingkup foto lokal dengan frekuensi lingkup foto nasional dan dengan frekuensi lingkup foto internasional.

5. Terdapat perbedaan antara frekuensi sumber foto staf redaksi dengan frekuensi sumber foto Kantor Berita dan dengan frekuensi sumber foto Lain- lain.

6. Terdapat perbedaan antara frekuensi penempatan foto di halaman muka dengan frekuensi penempatan foto di halaman dalam.

METODOLOGI

Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode “analisis isi” (content analysis) surat kabar. Dikutip Bulaeng (2004) bahwa analisis isi adalah suatu tahap dari pemrosesan informasi yang menyangkut isi-isi komunikasi yang ditransformasikan melalui aplikasi yang sistematik dan objektif menurut ketentuan kategorisasi ke dalam data yang dapat diinterpretasi dan dibandingkan (Paisley in press). Selain itu menurut Wazer dan Wiener (1978) dalam Bulaeng (2004), analisis isi adalah suatu prosedur sistematika yang disusun untuk menguji isi informasi yang terekam. Menurut Rakhmat (2000), analisis isi digunakan untuk memperoleh keterangan dari isi komunikasi disampaikan dalam bentuk lambang. Analisis isi dapat digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi. Adapun tujuan penelitian yaitu deskriptif analisis, untuk melihat profil foto berita/jurnalistik yang menggambarkan proporsi setiap kategori. Berdasarkan metode ini diperoleh gambaran secara jelas tentang frekuensi dan volume foto berita yang dilihat berdasarkan penggolongan kategori-kategori.

Selain itu, digunakan pula pendekatan kualitatif untuk menggali informasi secara lebih mendalam. Hal ini seperti yang diungkapkan Berelson dalam Content Analysis in Communication Research (1966):

“…adding the qualitative dimension to quantitative analysis”.

Populasi Dan Sampel

Populasi merupakan kumpulan obyek penelitian. Menurut Marzuki et al. (2000), keseluruhan subjek penelitian yang menjadi perhatian pengamatan dan penyedia data disebut sebagai populasi. Populasi penelitian ini adalah surat kabar Republika dengan periode terbit dari tanggal 2 Januari 2004 sampai dengan 31 Desember 2004. Untuk memberikan masing-masing satuan populasi kesempatan yang sama untuk diwakili dalam sampel, maka koran tersebut dikoding selama enam hari dalam sepekan. Edisi minggu tidak diikutsertakan karena memiliki

penyajian isi yang berbeda dengan keenam hari yang lain. Pada edisi ini umumnya banyak dipenuhi informasi yang sifatnya ringan dan menghibur untuk dikonsumsi keluarga sehingga berbeda dengan enam hari yang lain.

Menetapkan besar sampel atau ukuran sampel, dalam bahasa Inggris disebut sample size, yaitu berkaitan dengan banyak individu, subjek atau elemen-elemen dari suatu populasi yang diteliti untuk diambil sampelnya. Menurut Atherton dan Klemmack yang dikutip Ruslan (2004), terdapat dua syarat yang harus dipenuhi dalam prosedur pengambilan sampel, yaitu sampel harus representatif (mewakili), dan besarnya sampel harus memadai. Selain itu, mengutip Wimmer dan Dominick (1991): sample size is almost invariably controlled by cost.

Ditulis Ruslan (2004), bahwa besar sampel yang umumnya digunakan dalam penelitian adalah 10% dari jumlah populasi. Senada dengan hal tersebut Rakhmat (2000) mengatakan bahwa pecahan sampling 0,10 atau 0,20 sering dianggap banyak penelitian sebagai ukuran sampel yang memadai. Menurut Bailey (1982) dalam Ruslan (2004), bahwa untuk penelitian yang menggunakan analisis data dengan statistik, jumlah sampel yang terkecil adalah 30 subjek/objek. Selain itu, terdapat pendapat lain dari Slovin yang dikutip Ruslan (2004), bahwa melalui pendekatan statistik dapat menentukan rumus sampel dari populasi, yaitu:

n = ukuran sampel N = ukuran populasi

e = persentase ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat diinginkan sekitar 2%

Penarikan sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan sistem rotasi random sampling, dimana untuk memenuhi jumlah sampel yang diteliti dengan cara diundi masing-masing mewakili hari, minggu, dan bulan selama setahun. Untuk menentukan besarnya sampel menggunakan anggapan umum yang dikutip Ruslan dan Rakhmat di atas, yaitu berjumlah 10% dari keseluruhan jumlah populasi (terbitan dalam setahun) yaitu 350 edisi (setelah dikurangi hari libur

N n =

nasional, karena Republika tidak terbit pada hari-hari tersebut). Dengan demikian jumlah sampel penelitian adalah 35 edisi dalam tahun 2004. Dengan demikian jumlah ini juga mewakili apa yang menjadi anggapan Bailey dan Slovin di atas.

Unit Analisis

Pada penelitian ini, unit analisis yang digunakan adalah per satuan foto berita yang dimuat dalam sampel surat kabar Republika tahun 2004. Dalam penelitian ini, sebagai peubah penelitian adalah foto berita keras, foto berita lunak, lingkup foto, sumber foto, dan penempatan foto.

Metode Pengumpulan Data

Data penelitian yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari surat kabar Republika berupa foto berita/jurnalistik terbitan tahun 2004. Data sekunder diperoleh dari literatur yang terkait dengan landasan teori dalam penelitian ini dan wawancara dengan redaksi penerbitan pers yang bersangkutan.

Kategorisasi

Menurut Berelson (dalam Wimmer & Dominick, 1981), keberhasilan dan kegagalan analisis isi ditentukan oleh kategorisasi. Sedangkan Stempel dan Westley (1981) mengatakan bahwa kategori harus dikaitkan kepada objek studi, harus berfungsi, dan sistem kategori harus dapat diterapkan.

Penentuan definisi kategorisasi dalam sajian foto berita/jurnalistik dibuat berdasarkan pemantauan foto yang dimuat surat kabar Republika. Foto yang diteliti adalah semua foto yang digunakan dalam surat kabar kecuali foto yang digunakan untuk keperluan periklanan atau advertorial.

Sistem penggolongan atau kategorisasi yang digunakan dalam penelitian ini mengadopsi sistem penggolongan yang pernah digunakan oleh peneliti-peneliti terdahulu dalam bidang yang berkaitan, seperti yang dibuat oleh Deutschmann,

Manangka, Fosdick dan Trayers (dalam Flournoy, 1989). Stempel (1981) dalam bukunya mengenai metode-metode penelitian dalam komunikasi massa, mencatat sebagai berikut:

Sungguh banyak manfaatnya menggunakan sistem penggolongan yang pernah dipakai dalam studi-studi lainnya. Pertama, anda akan tahu bahwa sistem penggolongan demikian sudah terbukti dapat dipakai. Dengan mengamati hasil-hasil studi lainnya yang pernah memakai sistem yang bersangkutan, anda akan memperoleh beberapa pengertian tentang pelbagai hasil yang mungkin diperoleh. Masalah validitas dan reliabilitas dengan sendirinya akan berkurang.

Namun demikian, beberapa perubahan dalam kategori-kategori tersebut dianggap perlu untuk mencapai sasaran studi ini. Stempel (1981) dalam buku yang sama juga mengatakan bahwa untuk membentuk seperangkat kategori, kita perlu memperhatikan tiga hal: kategori-kategori tersebut harus langsung berhubungan dengan sasaran studi; kategori-kategori tersebut hendaklah bersifat fungsional; dan sistem kategori-kategori tersebut harus dapat dikendalikan.

Berdasarkan kategori-kategori yang disebut dalam studi-studi terdahulu, maka penyusunan kategorisasi dalam penelitian ini menggunakan sistem kategori dan perangkat sendiri, yaitu berdasarkan:

Foto Berita Keras

Kategorisasi foto berita keras untuk penelitian ini adalah:

1. Pertahanan bersenjata dan diplomasi: dalam golongan ini termasuk gambar-gambar yang bertalian dengan persengketaan bersenjata antara dua atau lebih negara, juga gambar-gambar yang berhubungan dengan masalah dan kegiatan TNI (Tentara Nasional Indonesia) dan penugasan pasukannya, gambar kegiatan resmi para pejabat diplomatik serta Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) masuk dalam kategori ini.

2. Aktivitas dan Masalah sosial politik: Kategori ini berkaitan dengan seluk beluk aktivitas politik berbagai partai politik (parpol) seperti kampanye dan kerusuhannya/pelanggarannya, masalah-masalah kejahatan dan moral masyarakat, terutama sekali yang berkaitan dengan pelanggaran dan penegakan hukum, kegiatan aparat kepolisian dan profilnya, serta kegiatan di

pengadilan. Gambar kenakalan remaja dan perbuatan kriminal lainnya masuk dalam kategori ini. Gambar tentang masalah-masalah yang dihadapi masyarakat tentang hak-hak asasi dan tanggung jawab etik perorangan, tentang gerakan-gerakan hak sipil, atau demonstrasi-demonstrasi.

3. Bencana dan musibah: kategori ini terdiri dari gambar-gambar yang berkaitan dengan kecelakaan dan bencana, termasuk manusia yang terlibat di dalamnya atau korban; penghancuran kehidupan dan atau harta-benda, baik yang bersifat alamiah maupun tidak (seperti banjir, konstruksi bangunan yang salah, angin topan, pengeboman). Kecelakaan lalu lintas dan kehilangan nyawa atau cacat raga karena kejadian tersebut termasuk dalam kategori ini. 4. Lain-lain: Termasuk dalam kategori ini gambar-gambar tentang politik

pemerintah, pertahanan tak bersenjata, ekonomi dan perbankan, pendidikan, agama, kesehatan dan kesejahteraan rakyat, gambar profil tokoh politik, negarawan, pemuka agama.

Foto Berita Lunak

Foto berita lunak dipilah-pilah berdasarkan kategori-kategori:

1. Olah raga: Gambar-gambar tentang kegiatan olah raga profesional maupun non-profesional, gambar pembimbing, olahragawan/wati, pelatih dan penonton atau suporter kegiatan olah raga.

2. Peristiwa-peristiwa umum: Gambar-gambar tentang hadirin pada berbagai acara sosial dan kemasyarakatan yang rutin, seperti acara pengumpulan dana, pesta amal, panggung gembira, acara hiburan, tokoh masyarakat dan tokoh- tokoh yang tidak terlibat dalam kegiatan profesional politik, sosok artis, kegiatan dan barang-barang pameran juga gambar benda/barang diam/mati atau gambar arsitektural, serta mode pakaian atau fashion show.

3. Human interest: Dalam kategori ini termasuk gambar-gambar yang bertalian dengan aspek-aspek emosional dalam kehidupan. Gambar-gambar tersebut bisa berupa kekhasan berita kecil tentang orang-perorangan, seperti profil penjual salak, tuna wisma, sosok anak-anak dan orang tua, biasanya dimaksudkan sebagai kepentingan yang tahan lebih lama daripada berita-

beritanya sendiri, akan tetapi tidak harus diterbitkan pada tanggal-tanggal tertentu. Dalam hal ini termasuk juga gambar-gambar alam dan atau satwa, lokasi wisata, seni, tari-tarian, adat-istiadat yang ditampilkan, budaya yang dijalankan dan dilestarikan.

Lingkup Foto

Penggolongan lingkup foto dalam studi ini berkaitan dengan studi-studi terdahulu dari Deutschman, Tobing, Rahman, dan Sifak.

Kategori yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan materi pesan yang berbentuk foto sehingga pembagian kategori menjadi:

1. Lokal: yang termasuk dalam kategori ini adalah gambar yang diambil/dilaporkan bertempat di wilayah DKI Jakarta tempat asal/pusat koran Republika.

2. Nasional: yang termasuk dalam kategori ini adalah gambar yang diambil/dilaporkan bertempat/berlokasi di wilayah luar Jakarta tapi masih termasuk dalam lingkup nasional atau di wilayah Indonesia.

3. Internasional: yang termasuk dalam kategori ini adalah gambar yang diambil/dilaporkan bertempat/berlokasi di luar wilayah Indonesia, selain dua kategori di atas (no. 1 dan 2).

Sumber Foto

Seperti telah diuraikan pada bab sebelumnya, dalam pesan yang berupa foto jurnalistik, yang dimaksud sumber foto ini juga bisa berasal dari orang atau lembaga. Mengacu pada studi-studi terdahulu, terutama studi dari Manangka, penelitian ini akan membagi kategori sumber foto menjadi:

1. Staf redaksi: yang termasuk dalam kategori ini adalah juru foto dan wartawan yang bekerja tetap pada koran yang diteliti. Gambar yang dihasilkan ditandai dengan inisial nama, lambang atau kode juru foto yang bersangkutan, dan ditempatkan di sebelah bawah gambar atau pada ujung garis-garis potongnya.

2. Kantor berita: dalam kategori ini sumber gambar berasal dari kantor-kantor

berita Indonesia (ANTARA, KNI, IPPHOS) dan kantor-kantor berita luar negeri.

3. Lain-lain: yang termasuk dalam kategori ini adalah sumber gambar selain dari dua kategori tersebut di atas; seperti dari humas lembaga/instansi pemerintah dan non pemerintah, wartawan free lance, wartawan yang bekerja di penerbitan lain di luar kategori staf redaksi, perpustakaan pemerintah dan non pemerintah, buku-buku, media cetak lain, internet, dokumenter/koleksi perorangan pribadi atau bahkan anonim (tidak diketahui sumbernya).

Penempatan Foto

Penempatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah letak dimana suatu foto berita ditempatkan berdasarkan halaman dalam surat kabar. Penggolongan kategori penempatan foto juga mengacu pada penelitian terdahulu, yang dilakukan oleh Fosdick (1968), yaitu:

1. Halaman muka: yang termasuk dalam kategori ini adalah letak suatu foto berita pada halaman pertama yaitu dengan nomor urut halaman 1 (satu) dari surat kabar.

2. Halaman dalam: yang termasuk kategori ini yaitu letak suatu foto berita pada halaman nomor 2 (dua) dan seterusnya; selain halaman pertama (halaman nomor 1).

Validitas Dan Reliabilitas

Untuk memperoleh validitas dan reliabilitas kategori-kategori foto berita, dilakukan pengujian kategori-kategori kepada tiga juri yang dipilih dari orang- orang yang dipandang memiliki kredibilitas di bidang komunikasi. Ketiga juri tersebut adalah Dr. Maryono Basuki, M.Si (Dosen Komunikasi, pengalaman di dunia jurnalistik dan Peneliti), Dra. Rini Riyantini, M.Si (Dosen Komunikasi) dan Andri Indrawan S.Sos (Humas Departemen Dalam Negeri dan mantan jurnalis).

Validitas menurut Rakhmat (2000) adalah kesucian alat ukur dengan apa yang hendak kita ukur. Teknik mengukur validitas disini yaitu dengan cara: a) menyesuaikan kuesioner dengan judul dan tujuan penelitian, b) memperhatikan saran-saran para ahli, c) memperhatikan dan menggunakan teori-teori serta pustaka lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini. Menurut Sevilla et al. (1993), “Paling tidak yang dapat kita lakukan dalam menetapkan validitas dari suatu instrumen pengukuran adalah menghasilkan derajat yang tinggi dari kedekatan data yang diperoleh dengan apa yang kita yakini dalam pengukuran”.

Reliabilitas menurut Rakhmat (2000) menunjukkan stabilitas, konsistensi, dan dependabilitas alat ukur. Untuk mengukur kehandalan, menurut Krippendorff (1991), tidak ada keharusan yang baku berapa tinggi kecocokan itu seharusnya ada, namun demikian Krippendorff menemukan bahwa, korelasi diantara berbagai variabel dengan kecocokan yang kurang dari 0,7 cenderung tidak signifikan secara statistik. Ia juga mengutip kajian yang ditemukan Brouwer dkk., (1969) bahwa mereka mengadopsi kebijakan pelaporan tentang variabel-variabel hanya jika kehandalannya di atas 0,8 dan menerima variabel-variabel dengan reliabilitas antara 0,67 dan 0,8 hanya untuk menarik kesimpulan yang sangat tentatif dan berhati-hati. Lasswell dalam Flournoy (1989), mengamati bahwa “nilai-nilai yang menunjukkan 70 sampai 80 persen kesamaan antara atau di antara pengkoding independen, dapat diterima baik sebagai keterpercayaan yang memadai.”

Untuk mencari koefisien reliabilitas antar juri digunakan rumus uji statistik dari Holsti (Holsti, 1969; Wimmer & Dominic, 1991), sebagai berikut :

2 M Reliability =

N 1 + N 2

Where M is the number of coding decisions on which two coders agree, and N1 and N2 refer to the total number of coding decisions by the first and the second coder, respectively.

Seperti telah dikemukakan di atas, bahwa untuk penelitian foto berita ini menggunakan tiga orang juri (coder) dan perspektif formula Holsti tersebut menjadi:

3 M Koefisien Reliabilitas =

N 1 + N 2 + N 3

M = jumlah kesepakatan 3 = jumlah juri (coder)

N = jumlah unit atau sampel dalam uji reliabilitas

Dan untuk mengukur rata-rata perbandingan nilai keputusan antar juri, dihitung dengan rumus Komposit Reliabilitas, sebagai berikut :

N ( X antar juri ) Komposit Reliabilitas =

1 + ( N – 1 ) ( X antar juri ) N = jumlah juri

X = rata-rata koefisien reliabilitas antar juri

Untuk reliabilitas, juri melakukan kalkulasi dari sub sampel sejumlah 25 persen dari keseluruhan sampel (35 sampel) yaitu sembilan edisi surat kabar. Berdasarkan rumus diatas, maka nilai kesepakatan yang diperoleh antar juri tersebut ditampilkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Koefisien Reliabilitas Kesepakatan Antar Juri

ANTAR JURI ITEM SEPAKAT TIDAK SEPAKAT NILAI

Juri 1 dan 2 135 103 32 0.76 Juri 1 dan 3 135 73 62 0.54 Juri 2 dan 3 135 65 70 0.48 0.60 N = 3 KOMPOSIT RELIABILITAS 0.8151

Berdasarkan hasil penilaian tim juri tersebut, menunjukkan nilai kesepakatan antar juri sebesar 0,815. Dengan demikian sesuai anggapan Krippendorf (1991) dan anggapan Brouwer dkk., (dalam Krippendorf, 1991) di atas berarti kategori- kategori yang dibuat terandal untuk digunakan. Sedangkan untuk mengetahui perhitungan nilai masing-masing kategori foto berita keras, foto berita lunak, sumber foto, lingkup foto dan penempatan foto dapat dilihat pada Lampiran 2.

Analisa Data

Data dari foto berita yang telah terkumpul akan dianalisis dengan melihat perbandingan antara proporsi frekuensi dan volume yang berlaku pada kategori foto berita keras, foto berita lunak, lingkup foto, sumber foto dan penempatan foto. Proporsi frekuensi dan volume tersebut pada tiap-tiap kategorinya dianalisis dengan persentase, baru kemudian dilakukan perbandingan peringkat untuk setiap unsur. Dengan demikian frekuensi dan volume foto berita keras, foto berita lunak, lingkup foto, sumber foto, dan penempatan foto akan dianalisis setelah dilihat distribusinya terlebih dahulu. Selain analisa tersebut, analisa yang digunakan pada penelitian ini juga berdasarkan anggapan Sevilla (1993) yang menyatakan bahwa Anova satu arah digunakan bila penelitian kita menghendaki perbandingan rata-rata dua atau lebih kelompok. Lebih terperinci lagi, sesuai anggapan Sevilla tersebut untuk melihat perbedaan frekuensi antara kategori foto berita keras dengan foto berita lunak, serta untuk melihat perbedaan frekuensi penampilan dalam kategori foto berita keras, dalam kategori foto berita lunak, kategori lingkup foto, kategori frekuensi sumber foto, dan perbedaan frekuensi penampilan dalam kategori penempatan foto digunakan Anova.

Dengan menggunakan uji Anova, jika dalam hasil analisis data ternyata F hitung lebih besar dari F tabel (F hit > F tabel) maka hipotesis diterima. Hal ini berarti menunjukkan terdapat perbedaan frekuensi dari masing-masing kategori yang terdapat dalam foto berita surat kabar harian Republika tahun 2004.

Metode deskriptif dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan-keadaan nyata sekarang (sementara berlangsung). Gay (1976) yang dikutip Sevilla et al. (1993) mendefinisikan metode penelitian deskriptif sebagai

kegiatan yang meliputi pengumpulan data dalam rangka menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang menyangkut keadaan pada waktu yang sedang berjalan dari pokok suatu penelitian. Menurut Travers (dalam Sevilla et al., 1993) tujuan utama penelitian deskriptif adalah untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan, dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu.

Alasan menggunakan metode deskriptif adalah bahwa metode ini telah digunakan secara luas dan dapat meliputi banyak segi dibanding dengan metode- metode penyelidikan lain. Data yang dikumpulkan dianggap sangat bermanfaat dalam membantu memecahkan masalah-masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari. Metode ini dapat digunakan dalam menggambarkan keadaan-keadaan yang mungkin terdapat dalam situasi tertentu.

Menurut Sevilla et al. (1993) umumnya penelitian deskriptif terdiri dari berbagai jenis, yaitu (1) studi kasus, (2) survei, (3) penelitian pengembangan, (4) penelitian lanjutan, (5) analisis dokumen, (6) analisis kecenderungan, dan (7) penelitian korelasi. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis dokumen atau sering disebut sebagai analisis isi (content analysis). Analisis dokumen atau analisis isi menurut Sevilla et al. (1993) meliputi pengumpulan data melalui pengujian arsip-arsip dan dokumen.

Data yang diperoleh sesuai kategori yang telah ditentukan nantinya akan disajikan dalam bentuk tabel. Tujuannya untuk melihat kecenderungan kemunculan masing-masing kategori tersebut. Selanjutnya data dari masing- masing tabel tersebut juga akan dianalisa dengan pendekatan kualitatif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Foto berita tak lebih dari foto biasa, yaitu foto yang mendokumentasikan suatu peristiwa atau kejadian. Dapat dikatakan bahwa foto berita atau foto jurnalistik adalah suatu medium sajian untuk menyampaikan beragam bukti visual atas suatu peristiwa pada masyarakat seluas-luasnya.

Secara umum dari 35 edisi surat kabar Republika dengan total 1149 foto berita, rata-rata tampilan foto berita setiap edisi sebanyak 32.34 foto berita. Ini berarti setiap edisi menampilkan kurang lebih 32 atau 33 foto berita, dengan sebagian besar penempatan foto berada di bagian dalam surat kabar Republika. Sedangkan total volume dari 35 edisi sebesar 15439901 mmk (milimeter kolom) dengan rata-rata volume foto berita sebesar 441140 mmk setiap edisi.

Foto berita yang dimuat dalam surat kabar Republika adalah foto kejadian langsung, foto benda dan situasi, gambaran profil kehidupan atau foto yang berkaitan dengan tokoh dan atau suatu peristiwa. Tampilan foto-foto berita ini diupayakan menggambarkan isi atau informasi berita yang disajikan dalam surat kabar Republika, sehingga pembaca lebih cepat tahu akan berita yang disajikan dalam surat kabar Republika.

Menurut keterangan redaktur foto surat kabar Republika, sajian foto-foto berita terutama pada halaman muka menjadi hal yang sangat penting selain judul berita untuk dapat ”mengajak” atau menarik perhatian pembaca mengkonsumsi sajian surat kabar. Bahkan di tiap-tiap halamannya terdapat tampilan foto dalam ukuran mini yang bertujuan ”menginformasikan dan mengiklankan” apa yang ada di halaman berikutnya. Diterangkan lagi bahwa pemilahan foto berita merupakan salah satu bentuk kerja keras redaksi terutama redaktur foto sebagai penanggungjawab tampilan foto yang dimuat. Sedangkan untuk halaman muka Republika, pemilahan foto melalui pemikiran yang lebih sulit dan proses yang lebih rumit karena juga melibatkan keputusan dari beberapa staf redaksi pada tiap- tiap edisinya. Ditekankan juga oleh pihak redaksi bahwa sajian informasi dan foto berita dalam surat kabar Republika ditujukan untuk dapat dikonsumsi oleh keluarga sehingga pihak redaksi tidak akan mengangkat gambar/foto yang bertemakan kekerasan berlebihan, sadisme dan sensualitas. Hal ini juga

dilatarbelakangi oleh nuansa agama Islam yang melekat pada surat kabar Republika. Kebijakan redaksi lebih mengutamakan sajian foto yang bersifat menghibur, ”jenaka” dalam hal ini dimaksudkan meski serius, penting namun tampak santai serta tetap intelek, mudah dicerna, dan atau bernilai informatif.

Proporsi Frekuensi dan Volume Foto Berita

Hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi dan volume masing-masing kategori foto berita surat kabar Republika adalah (1) berita keras, (2) berita lunak, (3) sumber foto, (4) lingkup foto dan (5) penempatan foto. Perolehan masing-

Dokumen terkait