• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Proporsi Frekuensi dan Volume Foto Berita………….………….... 45 Proporsi Foto Berita Keras dan Lunak... 45 Proporsi Foto Berita Keras... 50 Proporsi Foto Berita Lunak... 53 Proporsi Sumber Foto... 57 Proporsi Lingkup Foto... 60 Proporsi Penempatan Foto... 64 Analisis Terhadap Perbedaan Frekuensi Foto Berita... 68

Perbedaan Frekuensi Foto Berita Keras dan Foto Berita Lunak... 68 Perbedaan Frekuensi Foto Berita Keras... 71 Perbedaan Frekuensi Foto Berita Lunak... 74 Perbedaan Frekuensi Lingkup Foto... 76 Perbedaan Frekuensi Sumber Foto... 78 Perbedaan Frekuensi Penempatan Foto... 79 SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan... 82 Saran... 83 DAFTAR PUSTAKA... 85 LAMPIRAN... 89

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Koefisien Reliabilitas Kesepakatan Antar Juri... 41 2 Frekuensi dan Volume Foto Berita Keras dan Berita Lunak Surat

Kabar Republika Tahun 2004………... 45

3 Frekuensi dan Volume Foto Berita Keras Surat Kabar Republika Tahun 2004……….

51

4 Frekuensi dan Volume Foto Berita Lunak Surat Kabar Republika Tahun 2004...

54

5 Frekuensi dan Volume Sumber Foto Surat Kabar Republika Tahun 2004...

57

6 Frekuensi dan Volume Lingkup Foto Berita Surat Kabar Republika Tahun 2004...

60

7 Frekuensi dan Volume Penempatan Foto Berita Surat Kabar

Republika Tahun 2004... 64

8 Analisis Sidik Ragam (Anova) terhadap Perbedaan Frekuensi Foto Berita Keras dan Foto Berita Lunak………...

68

9 Analisis Sidik Ragam (Anova) terhadap Perbedaan Frekuensi Foto Berita Keras………....

72

10 Analisis Sidik Ragam (Anova) terhadap Perbedaan Frekuensi Foto Berita Lunak...

74

11 Analisis Sidik Ragam (Anova) terhadap Perbedaan Frekuensi lingkup Foto Lokal, Nasional dan Internasional………

76

12 Analisis Sidik Ragam (Anova) terhadap Perbedaan Frekuensi Sumber Foto Staf Redaksi, Kantor Berita dan Lain-lain...

78

13 Analisis Sidik Ragam (Anova) terhadap Perbedaan Frekuensi

Penempatan Foto………. 79

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Daftar Sampel Penelitian………... 90 2 Hasil Uji Reliabilitas Kesepakatan Juri………. 91 3 Hasil Analisis Uji Beda Anova... 94 4 Analisis Anova Frekuensi Foto Berita... 97 5 Beberapa Foto Berita... 99

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Di Indonesia, perkembangan media massa seperti media cetak merupakan salah satu kebijaksanaan dalam mewujudkan tujuan pembangunan yang dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan. Dewasa ini peranan media massa cetak mengalami banyak perkembangan dan merupakan instrumen kunci bagi pembangunan masyarakat. Dengan demikian media cetak memiliki pengaruh yang cukup besar di masyarakat. Surat kabar, sebagai salah satu media massa cetak memiliki kekhasan tersendiri, baik dari segi bentuk maupun isi. Berbagai peristiwa hingga pendapat masyarakat dapat dituangkan dalam bentuk tulisan atau pun gambar yang dapat diakses berulang-ulang oleh pembaca karena bentuknya yang tercetak. Bentuk tercetak ini juga mempermudah kegiatan dokumentasi dan menganalisa kembali isi surat kabar.

Dalam media cetak seperti surat kabar, gambar sebagai salah satu bentuk visual memiliki beberapa kelebihan dibanding dengan tulisan, antara lain khalayak sasaran hanya perlu melihat gambar dan tidak perlu memiliki kemampuan membaca untuk mengetahui suatu pesan atau informasi. Gambar dalam pers cetak dapat berbentuk karikatur, komik, gambar lukisan atau sketsa, vinyet (sekarang sudah sangat jarang) dan yang terakhir yang paling banyak digunakan dalam surat kabar adalah foto. Foto dalam media surat kabar menjadi salah satu sarana dalam menarik perhatian pembaca.

Penting dan menariknya sebuah foto bagi media cetak seperti surat kabar menjadi dasar dilakukannya penelitian ini. Hal ini mengingat variasi pesan dalam sebuah pers cetak seperti surat kabar akan menjadi salah satu daya tarik meningkatkan pembaca. Sajian foto pun menjadi terasa penting dengan tumbuhnya persaingan antar media massa dan antar pers cetak untuk merebut perhatian khalayak sasaran terutama jika kita melihat jumlah media massa yang ada di Indonesia sekarang ini, terutama menjamurnya pers cetak. Penelitian ini juga dilatarbelakangi oleh studi yang pernah dilakukan Manangka mengenai foto berita pada tahun 1982, yang kemudian menulis bahwa dengan tingkat readership

yang rendah di kalangan rakyat Indonesia, maka peningkatan penggunaan foto dalam surat kabar dapat merupakan kunci ke arah perubahan tersebut (dalam Flournoy, 1989).

Landasan lain yang menyebabkan diusungnya tema foto berita dalam penelitian ini adalah hasil penelitian Wilbur Schramm dan David Manning yang dikutip Rivers et.al (2004) yang mengungkapkan bahwa pembaca dewasa lebih banyak membaca ketimbang pembaca muda yang lebih senang dengan gambar- gambar atau foto-fotonya saja. Ditulis juga bahwa mereka yang status sosio- ekonominya lebih tinggi sama senangnya menyimak gambar dan foto seperti kalangan yang statusnya lebih rendah. Selain itu dasar tema ini diangkat juga berkaitan dengan pentingnya penggunaan foto sebagai sarana komunikasi di tengah keragaman masyarakat Indonesia. Penggunaan foto dalam media cetak merupakan sarana menembus batas dalam menyampaikan informasi atau pesan yang dapat diketahui semua orang dengan budaya dan latar belakang yang berbeda tanpa perlu adanya penterjemah, karena bahasa foto bersifat universal. Dengan dasar berbagai hal di atas, tema foto berita menjadi menarik untuk diangkat dalam suatu penelitian.

Berkaitan dengan foto berita di atas, media yang digunakan untuk menyajikan foto berita di sini berbentuk surat kabar. Di antara begitu banyaknya surat kabar yang beredar di Indonesia, surat kabar Republika merupakan surat kabar dengan periode terbit harian yang ternama dan memiliki oplah yang tinggi yaitu seratus ribu eksemplar. Dengan berkembangnya kebutuhan masyarakat akan informasi, kualitas dan kuantitas foto berita atau foto jurnalistik tampaknya makin diperbaiki oleh media cetak seperti halnya yang dilakukan oleh Republika. Pihak redaksi surat kabar harian Republika dari tahun ke tahun tampak melakukan peningkatan sajian gambar mereka yang dahulu banyak didominasi oleh foto hitam putih, sekarang telah memuat foto berwarna semakin banyak.

Republika menjadi bahan penelitian di sini juga dikarenakan Republika pernah menjadi juara I dalam hal penyajian tata wajah terbaik media cetak nasional pada tahun 1994 dan juara II pada tahun 1996. Berkaitan dengan hal tersebut, penelitian ini akan melihat bagaimana bentuk penyajian foto-foto berita dari sebuah surat kabar yang pernah mendapatkan penghargaan penyajian tata

wajah terbaik. Selain itu, untuk surat kabar ini belum pernah dibuat penelitian foto berita dengan menggunakan metode analisis isi, dengan demikian penelitian ini dipandang perlu dilakukan untuk melihat profil dari foto berita yang disajikan harian Republika selama tahun 2004. Hal ini mengingat pada tahun tersebut terjadi serangkaian peristiwa penting dimana dilaksanakan proses Pemilihan Umum yang baru terutama dengan adanya moment pemilihan Presiden secara langsung oleh rakyat Indonesia yang baru pertama kali dilaksanakan.

Republika diangkat sebagai bahan penelitian juga dilatarbelakangi sejarah berdirinya Republika yang berbeda dengan surat kabar-surat kabar besar lainnya di Indonesia, yaitu adanya nafas agama Islam yang melekat dalam pemikiran Republika. Dalam penyajiannya yang khas dengan ciri agama yang cukup melekat ini, Republika cenderung menghadirkan suatu pesan atau informasi yang hangat dan menarik dengan nuansa menghibur atau santai. Namun demikian Republika tetap menjaga kejelasan informasi serta kesan intelek dari sajiannya yang berupa tulisan dan yang berupa foto berita. Republika berusaha agar pembaca tidak perlu energi terlalu banyak untuk memahami sajiannya terutama lewat sajian foto berita. Hal ini sesuai dengan slogan Republika saat itu yaitu “Akrab dan Cerdas” yang mencerminkan bahwa Republika juga menjalankan misi pers yang terkandung dalam produk penerbitan pers yaitu mencerdaskan masyarakat, termasuk lewat sajian foto beritanya.

Khasanah studi analisis isi di program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor (IPB), yang salah satunya adalah penelitian Jumroni (2000) tentang “Profil Rubrik Hikmah Surat Kabar Republika” juga telah menguatkan alasan penulis dalam mengambil judul penelitian ini. Hal tersebut mengingat hasil studi Jumroni menggambarkan bahwa Republika memiliki komitmen dalam menjalankan misi pers cetak. Simpulan studi mengungkapkan bahwa sebagian besar rubrik hikmah berisi bidang masalah tentang akhlak dengan sifat tulisan yang informatif. Pengejawantahan motto Republika juga tersirat dalam hasil studi Jumroni ini dimana Republika berperan dalam pembangunan mental dan kognisi masyarakat. Berdasarkan berbagai hal tersebut, Republika diangkat menjadi obyek studi seperti yang telah dikemukakan di atas.

Melihat pentingnya sajian foto dalam pers cetak, dan mengingat belum banyak studi yang mengkaji sajian foto berita/jurnalistik tersebut maka dalam penelitian ini akan melihat bagaimana isi sajian tersebut dengan menggunakan analisis isi media massa. Dengan berkaca pada studi dari Fosdick (1968), Trayers (1977) dan Manangka (1982), maka studi ini dilakukan untuk memberikan masukan bagi perkembangan foto berita/jurnalistik.

Rumusan Masalah

Dengan semakin maraknya keberadaan pers cetak di Indonesia, maka surat kabar sebagai salah satu bentuk pers cetak harus memiliki kiat-kiat dalam mengemas pesan, tidak hanya berupa tulisan tetapi juga berupa foto berita. Kemampuan sebuah foto dalam menterjemahkan peristiwa dalam waktu singkat dan lebih akurat secara fisik membuat redaksi surat kabar melakukan pengolahan khusus mengenai foto-foto yang akan dimuat dalam media mereka. Untuk itu, penelitian ini akan melihat bagaimana media mengemas pesan dan mengkonstruksi suatu realitas yang terjadi dalam bentuk foto berita, dan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana proporsi foto berita keras dan foto berita lunak yang disajikan dalam surat kabar Republika?

2. Bagaimana proporsi kategori dalam foto berita keras yang disajikan dalam surat kabar Republika?

3. Bagaimana proporsi kategori dalam foto berita lunak yang disajikan dalam surat kabar Republika?

4. Bagaimana proporsi lingkup foto, sumber foto dan penempatan foto yang disajikan dalam surat kabar Republika?

5. Apakah penyajian foto berita keras berbeda frekuensinya dengan foto berita lunak?

6. Apakah frekuensi penyajian pada berita keras, berita lunak, lingkup foto, sumber foto dan penempatan foto masing-masing berbeda?

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan menggambarkan profil foto berita/jurnalistik yang disajikan oleh surat kabar Republika. Hal ini untuk mengetahui bagaimana media mengemas pesan dan mengkonstruksi suatu realitas yang terjadi dalam bentuk foto berita bagi masyarakat, yang diukur berdasarkan frekuensi dan volume kategori.

Secara terperinci tujuan penelitian ini adalah:

1. Menganalisis proporsi foto berita keras dan foto berita lunak yang disajikan dalam surat kabar Republika.

2. Menganalisis proporsi kategori dalam foto berita keras yang disajikan dalam surat kabar Republika.

3. Menganalisis proporsi kategori dalam foto berita lunak yang disajikan dalam surat kabar Republika.

4. Menganalisis proporsi lingkup foto, sumber foto, penempatan foto yang disajikan dalam surat kabar Republika.

5. Menganalisis perbedaan frekuensi penyajian foto berita keras dengan foto berita lunak.

6. Menganalisis perbedaan frekuensi penyajian lingkup foto, sumber foto dan penempatan foto.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan mempunyai kegunaan untuk:

1. Bahan masukan dan pertimbangan bagi pihak pengelola surat kabar sebagai alternatif pengambilan kebijakan dalam merancang penyajian pesan atau informasi dalam bentuk foto berita/jurnalistik untuk disajikan di tengah masyarakat.

2. Memperkaya khasanah ilmu Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan melalui metode penelitian analisis foto berita surat kabar.

TINJAUAN PUSTAKA

Surat Kabar

Media massa sebagai saluran informasi berperan untuk menumbuhkan dan memperkuat dukungan masyarakat berupa partisipasi di dalam proses pembangunan. Media massa memiliki kemampuan besar dalam menyebarkan pesan-pesan pembangunan kepada khalayak yang tinggal secara terpisah dengan serempak dan dengan ketepatan yang tinggi (Jahi, 1993). Pesan-pesan yang disajikan oleh media massa baik berupa tulisan atau pun gambar, mampu memainkan berbagai peranan dalam pembangunan nasional. Hal ini mengingat bahwa fungsi media massa (pers nasional) sebagaimana dinyatakan dalam pasal 3 ayat (1) UU Pokok Pers No. 40/1999 adalah sebagai media informasi, pendidikan, hiburan dan kontrol sosial.

Media massa sebagai saluran informasi berperan untuk menumbuhkan dan memperkuat dukungan masyarakat berupa partisipasi di dalam proses pembangunan. Katz, Gurevitch dan Hass (dalam Tan, 1981) mendefinisikan penggunaan media massa meliputi (1) isi media, (2) jenis media, dan (3) terpaan media dan situasinya. Isi surat kabar terdiri dari berbagai hal yang erat kaitannya dengan kepentingan umum (Effendi, 2000). Uraian tersebut berkaitan dengan apa yang ditulis Atmadi (1986) yaitu: “Pers Indonesia merupakan pers pembangunan, maka sudah logis kalau masyarakat mengharapkan bentuk dan isi pers Indonesia mencerminkan pembangunan.” Dengan demikian hal ini selaras dengan anggapan Yusuf (1987), bahwa apa pun corak pers nasional yang kita lihat sekarang adalah cermin kehidupan masyarakat kita sendiri.

Pada pencapaian komunikasi yang efektif perlu memperhitungkan hal-hal seperti isi pesan tertentu, disalurkan melalui media tertentu dan ditujukan kepada sasaran tertentu, merupakan hal yang ditentukan (Rusadi, 1994). Media massa khususnya media jurnalisme menurut Siregar dalam Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gajah Mada (2000), berfungsi bagi person pada tataran institusional, yaitu melayani warga masyarakat dalam keberadaannya sebagai bagian dari suatu institusi sosial (politik, ekonomi dan kultural). Fungsi utama

media pers yaitu untuk menyediakan informasi bagi person yang secara aktual berada dalam berbagai institusi sosial. Dalam menyediakan informasi ini disajikan pula bentuk informasi berupa foto berita yang berguna pula sebagai penarik minat baca khalayak dan memudahkan dalam memahami sebuah peristiwa atau berita.

Berbicara mengenai media massa, terdapat istilah lain, yaitu Pers yang menurut Effendi (2000) mempunyai dua pengertian, yaitu pers dalam arti sempit dan pers dalam arti luas. Pers dalam arti sempit adalah media massa cetak seperti surat kabar, majalah, mingguan tabloid dan sebagainya. Sedangkan pers dalam arti luas meliputi media massa elektronik, antara lain radio dan televisi. Pers adalah lembaga sosial (social institution) atau lembaga kemasyarakatan yang merupakan sub sistem dari sistem pemerintahan di negara dimana ia beroperasi bersama-sama dengan sistem lainnya (Effendi, 2000).

Beroperasinya sebuah institusi pers yang harus memiliki kinerja profesional tentu perlu memiliki dasar yang kuat agar tidak tergerus atau tergusur jaman. Menurut Sumadiria (2005), ibarat sebuah bangunan, pers hanya akan berdiri kokoh apabila bertumpu pada tiga pilar penyangga utama yang satu sama lain berfungsi saling menopang, tritunggal. Ketiga pilar pers itu ialah: 1) idealisme; 2) komersialisme; 3) profesionalisme. Selain itu lebih lanjut menurut Sumadiria terdapat pula 6 (enam) landasan yang harus dianut dan dimiliki oleh wadah pers nasional yaitu landasan: 1) idiil; 2) konstitusional; 3) yuridis formal; 4) strategis operasional; 5) sosiologis kultural; 6) etis profesional.

Membahas idealisme pers tentu akan berkaitan dengan isi serta kinerja media, dan sesuai pasal 6 UU Pokok Pers No. 40/1999 ditulis bahwa pers nasional memiliki 5 (lima) peranan. Kelima peranan pers tersebut adalah: 1) memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui; 2) menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi dan hak-hak asasi manusia serta menghormati kebhinnekaan; 3) mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat dan benar; 4) melakukan pengawasan, kritik, koreksi, dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan umum; dan 5) memperjuangkan keadilan dan kebenaran. Dengan demikian, secara jelas dan tegas, maknanya adalah pers harus memiliki dan mengemban idealisme. Idealisme adalah cita-cita, obsesi, sesuatu yang terus

dikejar untuk bisa dijangkau dengan segala daya dan cara yang dibenarkan menurut etika dan norma profesi yang berlaku serta diakui oleh masyarakat dan negara (Sumadiria, 2005).

Meski sisi idealisme penting, namun pers tidak hanya harus punya cita-cita ideal. Pers sendiri harus memiliki kekuatan dan keseimbangan. Hal ini diperoleh pers melalui segi komersial sesuai pasal 3 ayat (2) UU Pokok Pers No. 40/1999 yang menegaskan bahwa pers nasional dapat berfungsi sebagai lembaga ekonomi. Sebagai lembaga ekonomi, menurut Sumadiria (2005) penerbitan pers harus dijalankan dengan merujuk pada pendekatan dan kaidah ekonomi, efisiensi dan efektivitas. Dengan berpijak pada segi komersial inilah lembaga pers dapat mencapai cita-citanya yang ideal , karena pada dasarnya sebuah idealisme tanpa komersialisme hanyalah sebuah ilusi.

Hal lain dalam berbagai uraian di atas yang perlu dicermati adalah landasan keempat dan kelima dari pers nasional, yaitu landasan strategis operasional dan landasan sosiologis kultural. Menurut Sumadiria (2005) bahwa landasan keempat mengacu kepada kebijakan redaksional media pers masing-masing secara internal yang berdampak kepada kepentingan sosial dan nasional. Garis haluan manajerial berkaitan erat dengan filosofi, visi, misi, orientasi, kebijakan, dan kepentingan komersial. Garis haluan redaksional mengatur tentang kebijakan pemberitaan atau sesuatu yang menyangkut materi isi serta kemasan penerbitan media pers. Pada penerapan landasan inilah tampak jelas beda antara media yang satu dengan media yang lainnya dan ini menjadi ciri khas masing-masing media. Sedangkan landasan kelima pers nasional menurut Sumadiria (2005) berpijak pada tata nilai dan norma sosial budaya agama yang berlaku pada dan sekaligus dijunjung tinggi oleh masyarakat bangsa Indonesia. Ditegaskan bahwa pers kita adalah pers nasional yang sarat dimuati nilai serta tanggung jawab sosial.

Peran media massa atau pers dalam arti luas tampak jelas pada berbagai uraian di atas. Hal ini juga tampak dan diterapkan pada media tertua dalam sejarah pers yaitu surat kabar. Surat kabar merupakan sebuah media yang paling banyak dan luas penyebarannya, disertai penyajian yang dalam untuk daya kemampuannya merekam kejadian sehari-hari sepanjang sejarah di negara mana pun di dunia. Sebagai media massa tertua, tentu peran surat kabar telah banyak di

kehidupan masyarakat, antara lain mendorong terjadinya pembangunan. Berkaitan dengan hal tersebut terdapat istilah “Jurnalisme Pembangunan” yang pertama kali muncul sekitar tahun 1967. Ditulis Kusumaningrat (2005), bahwa gagasan utama tentang jurnalisme pembangunan tersebut secara ringkas adalah bahwa “pemberitaan mengenai peristiwa-peristiwa nasional maupun internasional haruslah memberikan kontribusi yang positif kepada negeri yang bersangkutan”. Hal ini banyak diterapkan di dalam negara-negara berkembang untuk membendung model jurnalisme Barat yang dianggap berperspektif individualistik.

Meski tampak sisi positif pers cetak di atas, surat kabar sebagai pers cetak tentu memiliki kelemahan dalam penyebaran pesannya, terutama karena bentuknya yang tercetak sehingga hanya dapat dinikmati oleh masyarakat yang dapat membaca atau tidak buta huruf. Hal ini sejalan dengan anggapan Rachmadi (1990), bahwa pertumbuhan pers berhubungan erat dengan berbagai faktor, seperti: tingkat melek huruf, tingkat pendidikan, urbanisasi, dan pendapatan per kapita yang di negara-negara berkembang merupakan tantangan yang harus dihadapi. Kendala ini cukup mengganggu di lingkungan negara-negara berkembang yang masih banyak memiliki penduduk buta huruf. Kendala ini dapat dikurangi dengan ditampilkannya berita berupa foto-foto peristiwa yang lebih mudah ditangkap oleh khalayak pembaca. Tampilan foto berita/jurnalistik menjadikan surat kabar menjadi lebih menarik pula untuk dilihat.

Meski surat kabar memiliki kekurangan, masih banyak kelebihan surat kabar yang menepis gangguan tersebut, seperti kemudahan pembaca dalam mencari surat kabar. Selain itu, informasi di dalam surat kabar yang tercetak tadi dapat didokumentasi dengan mudah oleh pembaca. Isinya pun dapat dibaca berulang- ulang sesuai keinginan pembaca. Menurut Cangara (1998) media cetak seperti surat kabar, buku-buku, dan majalah mampu memberikan pemahaman yang tinggi kepada pembacanya, karena ia sarat dengan analisis yang lebih mendalam dibandingkan dengan media lain. Dalam mengakses surat kabar, pembaca tidak terikat waktu karena kapan dan bagaimana pembaca ingin membaca surat kabar dapat ditentukan sendiri olehnya. Apakah pembaca akan membaca informasi tersebut secara cepat atau lambat, di mulai dari halaman depan, tengah atau

belakang terlebih dahulu, apakah akan mengulang bacaan, bukan merupakan masalah baginya.

Surat kabar sebagai salah satu bentuk dari komunikasi massa merupakan media yang cukup efektif menyebarkan dan menyampaikan pesan-pesan ke masyarakat. Menurut Effendy (1989) surat kabar merupakan lembaran tercetak yang memuat laporan yang terjadi di masyarakat, dengan ciri-ciri: terbit secara periodik, bersifat umum, isinya termasa atau aktual, mengenai apa saja dan dari mana saja di seluruh dunia, yang mengandung nilai untuk diketahui khalayak pembaca. Ciri surat kabar yang terbit secara periodik dapat dibedakan atas dua macam, yakni harian dan mingguan. Sedangkan dilihat dari formatnya (Pasaribu & Siregar, 2000), surat kabar menggunakan kertas koran, sampul dan halaman dalam sama, jenis kertasnya tidak dijilid. Tiap halaman bisa terdiri dari beberapa item tulisan sehingga penataannya agak lebih sulit agar tampilam lebih menarik dan mudah dibaca. Ukuran kertas yang digunakan adalah Broudsheet ( ½ plano). Pada dasarnya isi surat kabar yang merupakan salah satu bentuk pers cetak terdiri dari: berita tulis dan foto, tulisan pandangan/pendapat/opini, dan periklanan. Produk penerbitan pers ini mempunyai misi: ikut mencerdaskan masyarakat, menegakkan keadilan dan memberantas kebatilan. Hal ini sejalan dengan pendapat Effendy (2000) bahwa komunikasi massa memiliki fungsi mendidik yang berarti berkaitan dengan proses penyampaian pesan informatif.

Berkaitan dengan itu, McQuail (1996) menulis bahwa media paling baik digunakan secara terencana untuk menimbulkan perubahan dengan menerapkannya dalam program pembangunan berskala besar. Ia juga mengatakan, media massa merupakan sumber kekuatan-alat kontrol, manajemen, dan inovasi dalam masyarakat yang didayagunakan sebagai pengganti kekuatan atau sumber daya lainnya. Berkaitan dengan hal itu Nasution (2000) beranggapan bahwa media massa diketahui memiliki kekuatan mengendalikan pengetahuan khalayaknya melalui apa-apa yang disiarkan dan tidak disiarkannya. Karena itu dengan mengorganisir sedemikian rupa isi pesan yang disampaikan, media massa pada dasarnya dapat membantu masyarakat memusatkan perhatian pada masalah- masalah pembangunan. Hal ini tentu tidak lepas dari peran gatekeepers suatu

Dokumen terkait