• Tidak ada hasil yang ditemukan

Partisipatif 3.40 Sangat Setuju

2 Berpindah dari satu partai ke partai lain

tidak bertentangan dengan nilai etis 72 30 4 0 3.53

Sangat Baik Komitmen Kontinuan

1 Yakin untuk mengembangkan karier politik

saya di partai XYZ 40 45 10 0 3.16 Baik 2 Tidak mungkin meninggalkan partai XYZ,

meskipun saya bisa 44 30 16 1 3.03 Baik 3.1 Baik

Berdasarkan tabel 23, persepsi pengurus terhadap komitmen menunjukkan bahwa hal yang membuat individu merasa lebih Engagement terhadap partai ialah karena sebenarnya berpindah dari satu partai ke partai lain itu tidak etis, karena itu adalah hak pribadi dari setiap individu, sesuai kebutuhan dan tingkat kepentingan masing-masing individu.

Analisis pengaruh Gaya kepemimpinan ketua DPD terhadap Engagament pengurus harian dengan menggunakan metode Partial Least Square

Model PLS yang digunakan dalam penelitian ini adalah model reflektif. Pengujian validitas dan reliabilitas dalam model reflektif dilakukan dalam tiga pengujian, yaitu discriminant validity, convergent, dan composite reliability. Sebuah model diperlukan pada setiap pengolahan data dengan menggunakan metode SEM- PLS. Model SEM-PLS untuk mencari pengaruh gaya kepemimpinan terhadap engagement dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Inner model Gaya kepemimpinan terhadap Engagement

Keterangan Variabel pada path Partial least square

GP : Gaya Kepemimpinan GPO : Gaya Kepemimpinan Otoriter GPP : Gaya Kepemimpinan Partisipatif GPD : Gaya Kepemimpinan Delegatif ENG : Engagement EP : Engagement Pride

ES : Engagement Satisfaction ED : Engagement Dukungan

EKA : Engagement Komitmen Afektif EKK : Engagament Komitmen Kontinuan EKN : Engagament Komitmen Normatif

Gambar 4 menggambarkan pengaruh gaya kepemimpinan terhadap Engagement individu. Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh positif terhadap terbentuknya engagement, dengan nilai Beta 0,738 dan di di dukung dengan nilai sebesar 0,544 yang menunjukkan nilai outer loading original sample pengaruh terhadap engagement itu sendiri. Semakin tinggi nilainya berarti indikator tersebut semakin mewakili konstrak. Untuk hasil nilai outer loading > 0.50, dapat dilihat pada (Lampiran 3). Hasil pengujian validitas dilakukan dengan melihat nilai atas convergent validity, hasilnya menujukkan bahwa nilai loading ≥ 0.5 yaitu 0.738 dan memiliki nilai T-statistik > 1.96 pada taraf signifikansi = 0,1. Hasil composite reliability > 0.70, dapat dilihat pada lampiran 3. Hasil pengujian terhadap discriminant validity (variabel yang tidak berkorelasi) untuk tabel crossloading dapat dlihat pada lampiran 2. Hasil average variance extracted (AVE) menujukkan bahwa nilai AVE > 0.5 dan ≥ 0.7, hasilnya dapat di lihat pada (Lampiran 3).

Setelah melakukan pengujian tersebut, dilanjutkan dengan melakukan uji signifikan atau bootsrapping, yang dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Outer Model Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Engagement

ket : : Nilai manifest tertinggi yang berpengaruh terhadap variabel laten

Gambar 5 merupakan hasil dari uji Bootsrapping, yang menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan memiliki signifikansi nyata, atau berpengaruh nyata terhadap

engagement individu, hal tersebut dapat di lihat pada indikator terbesar dengan nilai 17.089 yaitu kepemimpinan delegatif, yaitu GPD2 (gaya kepemimpinan delegatif pernyataan 2) dengan pernyataan “ pemberian tanggung jawab penuh kepada semua anggota “. Hal tersebut yang mencerminkan bahwa untuk gaya kepemimpinan yang tepat dibutuhkan adanya pemberian tanggung jawab penuh kepada semua anggota. Hasil tersebut di dukung dengan Beta sebesar 13.188, yang berarti bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh signifikan terhadap engagement individu dengan nilai 13.188, engagement sendiri dapat terbentuk oleh manifest ED1 (Engagement dukungan pernyataan 1), yaitu dukungan moril dari pimpinan kepada semua anggota partai. Maka dapat disimpukan bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh secara signifikan terhadap engagement individu. Semakin baik kepemimpinan yang dilaksanakan, maka semakin membuat individu terikat (engagement). Hal ini sejalan dengan hipotesis dari penelitian ini adalah H1 yaitu adanya pengaruh gaya kepemimpinan terhadap engagement individu. .

Implikasi Manajerial

Berdasarkan hasil analisis, menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap engagement individu. Baik secara deskriptif maupun secara pengujian menggunakan partial least square. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah ide dan tindakan nyata untuk meningkatkan hal tersebut di DPD Partai XYZ, sebagai input, dapat dilihat pada Tabel 24.

Tabel 24 Hasil pengujian persepsi

Hasil Analisis Gaya Kepemimpinan (GP) Engagement (ENG) Deskriptif GP Partisipatif Pride (Kebanggaan) PLS GP Delegatif Advocacy (Dukungan)

Berdasarkan hasil pengujian persepsi yang tertera pada tabel 24, gaya kepemimpinan yang berpengaruh positif dan siginikan ialah kepemimpinan yang partisipatif dan delegatif, sedangkan indikator terbesar dalam terbentuknya engagement individu ialah adanya kebanggaan menjadi pengurus partai dan adanya dukungan moril dari pimpinan kepada pengurus DPD Partai XYZ kota bogor. untuk mengetahui bagaimana interpretasi dari input tersebut dapat dilihat pada implikasi yang dapat dijalankan secara manajerial, yaitu pada Gambar 5.

Hasil analisis pengaruh Gaya kepemimpinan terhadap Engagement

Partisipatif, Delegatif Pride, Advocacy Input Gaya Kepemimpinan Engagement

Proses Gagal Sukses Output Outcome

Gambar 5 Model Implikasi Manajerial

Terciptanya

1. Kenyamanan individu dipartai dengan terjalinnya hubungan yang harmonis dengan semua pengurus yang ada

2. Pengurus dapat mengabdi ke masyarakat dengan jangka waktu yang lebih lama, dan tidak berpindah ke partai lain

3. Kesamaan ideologi yang diterima semua pengurus partai

Dengan adanya input berupa hasil analisis yang menyatakan bahwa gaya kepemimpinan partisipatif dan delegatif adalah kepemimpinan yang dapat membuat individu merasa lebih bangga dan merasa didukung oleh pimpinan (engagement) terhadap partai, dibutuhkan cara untuk membuat individu merasa lebih terikat (engagement) kepada partai, beberapa cara dapat menjawabnya, yaitu :

1. Memberikan pendidikan politik terkait ideologisasi partai 2. Melakukan koreksi diri atas apa yang telah dilakukan,

3. Memberikan contoh sikap dan perilaku sebagai pengurus partai politik yang baik, misal Disiplin, dan tidak korupsi. dengan kepemimpinan yang bersifat leader like a friends, yakni bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama.

Jika cara yang dilakukan tersebut sukses, maka diharapkan semua anggota partai lebih mempunyai :

1. ideologi yang lebih jelas, integritas yang tinggi, dan moral yang baik, 2. Membuat program pengabdian ke masyarakat yang tepat sasaran dan

lebih jelas, yaitu sesuai aspirasi masyarakat dan diadakan minimal 3 bulan sekali

3. Menyelesaikan permasalahan yang ada dilapangan dengan solutif. Jika gagal, dapat memperbaiki di proses

Berdasarkan hasil analisis pengaruh gaya kepemimpinan terhadap engagement individu, diperoleh hasil bahwa kepemimpinan yang berpengaruh paling besar dalam terbentuknya individu yang semakin terikat (engagement). Input yang didapat ialah : 1. Kepemimpinan partisipatif, yaitu pimpinan selalu menjaga hubungan baik

dengan semua anggota. Serta dengan kepemimpinan delegatif yaitu pimpinan yang selalu memberikan dukungan moril kepada semua pengurus partai.

2. Indikator terbesar yang mempengaruhi terbentuknya engagement individu dengan indikator kebanggaan individu menjadi anggota partai, dengan nilai yaitu menjaga nama baik partai. Serta manifest terbesar yang mempengaruhi terbentuknya engagement individu ialah dukungan moril pimpinan partai kepada pengurus partai.

Kemudian input yang ada akan diproses sesuai dengan kebutuhan yang ada, proses yang didapat dilakukan agar membuat individu lebih merasa terikat (engagement) adalah :

1. Pimpinan dapat memberikan pendidikan politik terkait ideologisasi partai yang diberikan kepada semua pengurus partai,

2. Melakukan koreksi diri atas apa yang telah dilakukan, memberikan contoh sikap dan perilaku politik, misal tidak korupsi.

3. Memberikan contoh sikap dan perilaku sebagai pengurus partai politik yang baik, misal Disiplin, dan tidak korupsi.

Setelah proses tersebut dilakukan, peneliti mengharapkan adanya hasil atau output yaitu :

1. Jika hal tersebut sukses maka diharapkan semua pengurus partai dapat mempunyai, ideologi yang lebih jelas, integritas yang tinggi dan moral yang baik.

2. Membuat program pengabdian ke masyarakat yang tepat sasaran dan lebih jelas, misal diadakan minimal 3 bulan sekali.

3. Dapat menyelesaikan permasalahan yang ada dilapangan, namun jika dalam proses tersebut gagal, berarti proses membuat individu tersebut harus diperbaiki lagi.

Namun bukan hanya output yang ingin diberikan kepada pengurus harian, implikasi manajerial ini diharapkan dapat memberikan outcome :

1. Terciptanya kenyamanan individu di partai, dengan terciptanya hubungan yang harmonis dengan rekan kerja, pimpinan dan semua pengurus yang ada.

2. Mengabdi dengan jangka waktu yang lebih lama, dan tidak berpindah ke partai lain.

Dokumen terkait