• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III : Laporan Hasil Penelitian

3) Berusaha dan Berserah Diri ( Tawakal )

3) Berusaha dan Berserah Diri (Tawakal)

Tawakal artinya menyerahkan segala sesuatu kepada Allah SWT dan selalu bergantung kepadaNya.

Tawakal diawali dengan usaha (ikhtiar) yang sungguh-sungguh dan maksimal. Kemudian apa yang telah diusahakan itu, diserahkan kepada Allah. Tawakal hanya diperbolehkan kepada Allah. Tawakal kepada ikhtiar (berusaha tanpa ada kepasrahan kepada Allah) akan mendatangkan kesombongan. Ini termasuk cara tawakalnya orang-orang kafir.

Diantara hikmah tawakal yaitu ketika seseorang sudah merencanakan sesuatu dengan cermat, mengerahkan segala tenaga, dan melaksanakan rencananya dengan penuh kedisiplinan, dan dirinya putus asa. Pada setiap proses yang akan dan telah kita lalui, terdapat takdir atau hokum ketetapan Tuhan, yang bersifat pasti (Ginanjar, 2001 : 212).

4) Ketulusan

Ikhlas berasal dari bahasa Arab khalasha yang artinya bersih, jernih, murni, tidak bercampur. Secara istilah ikhlas adalah beramal semata-mata mengharapkan ridha Allah Swt (Ilyas, 2007:29). Jadi

40

ikhlas adalah beramal dengan sebaik-baiknya tanpa ada rasa pamrih dan mengharapkan ridho Allah. Ikhlas

membuat seseorang tidak lupa diri menerima pujian, mundur karena cacian, tidak putus asa saat menghadapi permasalahan, dan terhindar dari kesombongan.

Menurut pendapat Ilyas, ikhlas itu tidak ditentukan oleh ada atau tidaknya imbalan materi tetapi ditentukan oleh tiga faktor: niat yang ikhlas, beramal dengan sebaik-baiknya, dan memanfaatkan hasil usaha dengan tepat. (Ilyas, 2007:30)

Niat yang ikhlas berarti niat yang didasarkan hanya untuk mencari ridho Allah. Prinsip mencari ridho Allah tersebut, selain membuat hati menjadi tenteram dan bahagia juga menjaga kestabilan emosi (Ginanjar, 2001:133). Beramal sebaik-baiknya sama dengan melakukan pekerjaan secara professional. Pemanfatan hasil usaha adalah menggunakan hasil jerih payahnya untuk kebajikan diri sendiri dan orang lain.

5) Totalitas (kaffah)

Totalitas (kaffah) artinya keseluruhan. Dalam Al

Qur’an disebutkan agar orang mukmin masuk Islam

41

Seseorang yang masuk Islam secara kaffah, maka akan menjalankan ajaran agamanya dengan menyeluruh secara lahir batin. Dia akan komitmen dengan ajaran Islam seperti perintah untuk menaati rukun Iman, langsung dari Allah dan bersyahadat kepada Allah (Ginanjar, 2001:265).

Dengan begitu tampak dalam aktivitas kehidupannya yang diabdikan hanya untuk Allah. Semua perbuatannya diniatkan semata-mata ibadah kepada Allah. Tujuannya mencari ridha Allah.

6) Keseimbangan (Tawaazun)

Tawazun berasal dari bahasa Arab yatawaazanu –

Tawaazana – Tawaazunan, yang artinya keseimbangan (Munawir, 2002:1556). Adapun yang dimaksud dengan

tawazun di sini adalah menyeimbangkan kebutuhan fisik, rohani, dan akal, serta menyeimbangkan antara urusan dunia dan akhirat.

Fisik atau jasmani membutuhkan istirahat, makanan dan minuman. Akal membutuhkan ilmu dan wawasan baru. Ruh (hati) memerlukan siraman rohani untuk meraih ketenangan. Selain itu, pemenuhan urusan dunia (harta, jabatan, dan lain-lain) dan urusan akhirat (ibadah), keduanya juga dituntut untuk seimbang tanpa dikotomisasi.

42

Di dunia ini, setiap orang membutuhkan bahagia. Dengan menjaga keseimbangan itulah seseorang dapat meraih kebahagiaan hakiki yang merupakan nikmat Allah. Kebahagiaan itu dapat berupa kebahagiaan batin (ketenangan jiwa) dan kebahagiaan dhahir (kestabilan dalam kerja).

7) Integritas

Integritas adalah perilaku jujur dan dapat dipercaya (Ary Ginanjar, 2001:129). Integritas merupakan kesamaan antara perkataan, perbuatan, dan pikiran. Orang yang integritas dalam melakukan pekerjaan tidak membutuhkan pujian maupun tepuk tangan dari orang lain. Dia mengerjakannya dengan penuh kesungguhan, ketuntasan, dan bekerja dengan hati. Ketika diberi kepercayaan dia akan menjaga kepercayaan itu tanpa berkhianat sedikitpun. Inilah gambaran dari orang yang mempunyai integritas, sebagai akibatnya dia mendapatkan kepercayaan dari orang lain dan hubungan sosialnya berjalan dengan baik.

8) Penyempurnaan.

Kata ihsan berasal dari Bahasa Arab yuhsinu-ahsana-ihsanan yang artinya berbuat kebaikan. (munawir, 2000:265).

43

Nabi Saw mengartikan ihsan dalam hadisnya berikut ini :

ةشح ِثشٕٞصٗ ,ٔجٞع ٚثا ِٝشنث٘ثابْثذح

ِثا ِعبعَٞج .

:شٕٞص هبق خٞيع

,ُبٞح ٚثا ِع ,ٌٕٞاشثا ِث وٞعبَعأبْثذح

:هبق :حشٝشٕ ٚثا ِع ,شٝشج ِثٗشَع ِث خعسص ٚثا ِع

ُبم

بٝ :هبقف .وجس ٓبرآف طبْى اصسبث بٍ٘ٝ صلى الله عليه وسلم الله ه٘عس

ٔثبزمٗ ٔزنئلاٍٗ للهبث ٍِؤر ُا :هبق ؟ُبَٝلاابٍ ,الله ه٘عس

الله ه٘عسبٝ :هبق ,شخلاا ثعجىبث ٍِؤرٗ ٔيعسٗ ٔئبقىٗ

ٌٞقرٗ .آٞش ٔث كششر لاٗ اللهذجعر ُا ًلاعلاا :هبق ؟ًلاعلاابٍ

ىا ٙدؤرٗ .ٔجزنَىا حلاصىا

ضٗشفَىا حبمض

الله ه٘عسبٝ :هبق .ُبضٍشٍ٘صرٗ

ُا هبق ؟ُبغحلاابٍ

.كاشٝ ّٔبف ٓاشر ِى ُا لّبف .ٓاشر لّبم اللهذجعر

....

Artinya: Diriwayatkan dari Abi Hurairah ra. Pada suatu hari Rasullulah SAW muncul di tengah orang banyak, lalu beliau didatangi oleh seorang laki-laki. Orang

itu bertanya, “wahai Rasullulah, apakah iman itu? Beliau menjawab, “ iman adalah kamu harus percaya kepada

Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-Nya, pertemuan dengan-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kebangkitan di

akhirat nanti.” Orang itu bertanya lagi, “wahai Rasullulah, apakah islam itu?” Beliau menjawab, “islam

adalah kamu harus menyembah Allah dan jangan menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, mendirikan shalat wajib, mengeluarkan zakat fardhu, dan mengerjakan

puasa pada bulan Ramadhan.” Orang itu bertanya lagi,

44

menjawab, “Ialah kamu menyembah Allah, seolah-olah kamu Nya karena jika kamu tidak dapat

melihat-Nya, pasti Dia melihatmu.”....(Abu Khusain Muslim, tanpa tahun:39).

Bentuk pengabdian kepada Allah tidak hanya sebatas ibadah ritual saja, akan tetapi juga menyangkut hubungan baik dengan sesama, diri-sendiri, dan alam lingkungan.

Pengabdian itu diniati hanya karena Allah ta’ala.

Ihsan menghendaki manusia untuk menyadari kehadiran Allah dan berperilaku dengan sebaik-baiknya. (Ginanjar, 2003 : 17) ihsan membuat seseorang melakukan kegiatan secara maksimal karena ia selalu merasa diawasi oleh Allah.

B. Perilaku Keberagamaan. 1. Pengertian

Sebelum dijelaskan arti perilaku keberagamaan, terlebih dahulu perlu diketahui pengertian perilaku. Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan (KBBI, 2007: 859).

Sedangkan keberagamaan berasal dari kata agama.Agama adalah ajaran. Siatem yang mengatur tata keimanan(kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan yang Maha Kuasa serta tatakaidah yang

45

berhubngan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.(KBBI, 2007: 12).

Menurut asal katanya, kata agama dalam bahasa sansekerta, terdiri

dari kata a dan gam.”A” berartitidak dan “gam” berarti pegi. Jadi kata

agama artinya tidak pergi tetap ditempat, langgeng, diwariskan bsecara turun temurun (Abdul, 1996: 2).

Dalam bahasa Arab agama disebut Al Din artinya kepercayaan, paksaan, pembalasan, dan keputusan (Munawir, 2002: 437).

Khadijah Salim sebagaimana dikutip oleh Mujahid Abdul (1996: 4), mendefinisikan agama adalah peraturan Allah SWT yang diturunkan-Nya kepada Rasul-Rasul-Nya yang telah lalu yang berisi suruhan, larangan, dan sebagainya yang wajib ditaati oleh umat manusi dan menjadi pedoman serta pegangan hidup agar selamat dunia akhirat. Dengan demikian agama merupakan perintah Tuhan yang disampaikan melalui utusan-Nya, untuk mengatur kehidupan manusia agar selamat didunia dan akhirat.

Keberagamaan menurut Jalaludin(2000: 197) adalah suatu keadaan yang ada pada diri seseorang yang mendorong untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama.

Perilaku keberagamaan merujuk kepada aspek rohani individu yang berkaitan dengan keimanan kepada Allah yang merefleksikan ke

46

dalam peribadatan kepada-Nya baik yang bersifat hablumminallah

maupun hablumminannas (Utomo, 2012: 34).

Dengan demikian penulis meyimpulkan bahwa perilaku keberagamaan adalah tingkah laku, perbuatan dan sikap seseorang atas pengakuan dirinya dengan hal-hal yang disyari’atkan Allah dalam

rangka beribadah kepadanya, baik dalam aspek ibadah, akhlak maupun aspek sosial yang mencakup aspek afektif, kognitif dan psikomotorik. 2. Dimensi Keberagamaan.

Keberagamaan manusia dapat diwujudkan dalam berbagai dimensi. Aktivitas beragama tidak hanya terjadi saat seseorang melakukan ibadah ritual, aktivitas yang tampak dilihat oleh mata, namun juga aktivitas yang tidak tampak dan terjadi didalam hati.

Menurut Glok dan Stark ada lima macam dimensi keberagamaan, yaitu : dimensi keyakinan (ideologi), dimensi peribadatan (ritualistik), dimensi penghayatan (eksperiensial), dimensi pengamalan (konsekuensial), dimensi pengetahuan (intelektual) (Ancok, 2005 :77).

a. Dimensi keyakinan merupakan tingkatan seseorang dalam berpegang teguh terhadap agama yang dipeluknya dan mengakui kebenaran-kebenaran yang diajarkan agamanya.

b. Dimensi praktik agama adalah perilaku pemujaan, ketaatan yang dilakukan sebagai komitmen terhadap ajaran agamanya.

47

c. Dimensi penghayatan yaitu persepsi-persepsi, perasaan, dan sensasi seseorang saat memeluk dan melakukan ritual agama contohnya merasakan kehadiran Tuhan, merasa Tuhan

mengabulkan do’anya.

d. Dimensi pengetahuan agama adalah beragama setidaknya seseorang mengetahui dasar-dasar meyakini agama, tata cara ritual, kitab suci maupun tradisi agama.

e. Dimensi pengamalan dan konsekuensi adalah dimensi ini mengacu pada identifikasi akibat-akibat keyakinan keagamaan, praktik, pengalaman dan pengetahuan seseorang dari hari kehari. (Ancok, 2005: 78)

Menurut pendapat Ancok, dimensi keberagamaan diatas memiliki kesamaan dengan Islam,walupun tidak sepenuhnya sama, dimensi kyakinan dapat disejajarkan dengan akidah, dimensi praktik agama disejajarkan dengan syariah, dan dimensi pengalaman disejajarkan dengan akhlak (Ancok, 2005: 80).

Dimensi keayakinan atau akidah islam adalah tingkatan keyakinan muslim terhadap kebenaran agamanya dan ajaran-ajaran agamanya. Dimensi ini meliputi enam rukun iman : iman kepada Allah, Malikat, Kitab, Rasul, hari akhir, dan iman kpeda qadha dan qadar. Selain itu ada juga yang harus diimani yaitu sesuatu yang

48

berhubungan dengan yang ghaib, seperti adanya ruh dalam jasad, adanya jin dan syetan serta adanya alam ghaib.

Dimensi Syariat atau praktek agama adalah kepatuhan dan pelaksanaan ibadah atau kegiatan ritual seperti shalat, zakat, puasa, haji, zikir, ibadah qurban, membaca Al-Qur’an dan lain-lain.

Dimensi pengalaman atau akhlak adalah berperilaku sesuai dengan ajaran agama seperti bersinteraksi dengan lingkungan sekitar dengan baik, beribadah tepat waktu, menolong sesama dalam kebaikan, memaafkan kesalahan orang lain, berjuang untuk hidup sukses, bekerja sama dengan orang lain dan sebagainya.

Menurut William James ciri-ciri dan sikap keberagamaan dalam bukunya (Jalaludin, 1987: 81) menilai secara garis besarnya sikap dan perilaku keagamaan itu dapat dikelompokkan menjadi dua tipe, yaitu: tipe orang yang sakit jiwa dan tipe orang yang sehat jiwa. Kedua tipe ini menunjukkan perilaku dan sikap keagamaan yang berbeda:

Dokumen terkait