• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL SPIRITUAL DENGAN PERILAKU KEBERAGAMAAN SISWA KELAS XI MAN I MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015. - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL SPIRITUAL DENGAN PERILAKU KEBERAGAMAAN SISWA KELAS XI MAN I MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015. - Test Repository"

Copied!
145
0
0

Teks penuh

(1)

i

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL

SPIRITUAL DENGAN PERILAKU KEBERAGAMAAN

SISWA KELAS XI MAN I MAGELANG TAHUN

PELAJARAN 2014/2015.

SKRIPSI

Disusun Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam

dalam Ilmu Tarbiyah

Oleh :

ISNAINI NAFIATUN

NIM : 111 09 057

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi MOTTO

HIDUP ITU INDAH KETIKA KITA SELALU MENJAGA HATI DEKAT DENGAN ALLAH SANG MAHA SEGALANYA

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Bapak (Saefudin) dan ibu (siti khatijah) atas semua yang telah diberikan selama

ini, juga untuk setiap do’a yang diberikan dengan tulus, semoga Allah meridhai.

2. Kakakku (Fitriyatun Uswah) dan adikku (Ahmad Alfan Nurhuda), yang selalu member inspirasi.

3. Orang yang aku cintai dan mencintaiku yang selalu memberi motivasi.

Salatiga, 13 Maret 2015

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan nikmatNya kepada hamba-hambaNya. Sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw beserta keluarga, sahabat, dan orang-orang yang teguh berpegang kepada risalahNya.

Skripsi ini disusun guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam. Dengan terselesaikannya skripsi ini, dengan rasa kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Ibu Siti Ruhayati, M. Ag, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.

3. Bapak Drs. H. Ahmad Sulthoni, M.Pd, selaku dosen pembimbing skripsi yang senantiasa memberikan bimbingan dan arahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Ibu Maslikhah, S.Ag, M.Si, selaku dosen pembimbing akademik yang selalu memberikan bimbingan dan motivasi.

5. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan perpustakaan dan bagian administrasi yang telah banyak membimbing dan membantu dalam penyelesaian skripsi.

6. Drs. H. M. Mansur Asnawi, M.Si, selaku kepala MAN 1 Magelang yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

(9)

ix

8. Seluruh keluargaku di rumah yang telah membantu baik materiil maupun spiritual sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di IAIN Salatiga dengan lancar.

9. Rekan-rekan PAI B angkatan tahun 2009 serta seluruh mahasiswa STAIN Salatiga angkatan tahun 2009.

10. Semua pihak yang ikut serta memberikan motivasi dalam penulisan skripsi ini. Semoga kebaikan mereka diterima sebagai amal ibadah oleh Allah SWT dan mendapat balasan yang berlipat ganda. Penulis berharap, semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis maupun pembaca serta dunia pendidikan.

(10)

x ABSTRAK

Nafiatun, Isnaini. 2015. Hubungan Kecerdasan Emosional Spiritual Dengan Perilaku Keberagamaan Siswa kelas XI MAN 1 Magelang Tahun Pelajaran 2014/2015. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Intitut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. Ahmad Sulthoni, M.Pd.

Kata kunci: Kecerdasan Emosional Spiritual dan Perilaku Keberagamaan

Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui hubungan kecerdasan emosional spiritual dengan perilaku keberagamaan siswa kelas XI MAN 1 Magelang Tahun Pelajaran 2014/2015. Rumusan masalah yang ingin dicari jawabannya adalah (1) bagaimana variasi kecerdasan Emosional Spiritual siswa kelas XI MAN 1 Magelang Tahun Pelajaran 2014/2015 ? (2) Bagaimana variasi Perilaku Keberagamaan siswa kelas XI MAN 1 Magelang Tahun Pelajaran 2014/2015? (3) Adakah hubungan antara kecerdasan emosional spiritual dengan perilaku keberagamaan siswa kelas XI MAN 1 Magelang Tahun Pelajaran 2014/2015? Untuk menjawab pertanyaan itu, penulis menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode angket.

Temuan penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan emosional spiritual siswa kelas XI MAN 1 Magelang Tahun 2014/2015 yang berada pada kategori tinggi sebanyak 34 responden atau sebesar 34%, yang berada pada kategori sedang sebanyak 59 responden atau 59%, dan yang berada pada kategori rendah sebanyak 7 responden atau sebesar 7%. Perilaku keberagamaan siswa kelas XI MAN 1 Magelang Tahun Pelajaran 2014/2015 yang berada pada kategori tinggi sebanyak 40 responden atau sebesar 40%, yang berada pada kategori sedang sebanyak 55 responden atau 55%, yang berada pada kategori rendah sebanyak 5 responden atau sebesar 5%. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa Kecerdasan Emosional Spiritual dan Perilaku Keberagamaan siswa kelas XI MAN 1 Magelang Tahun 2014/2015 berada pada kategori sedang.

(11)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

GAMBAR LOGO IAIN SALATIGA ... ii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

MOTTO ... vi

H. Sistematika Penulisan... 18

BAB II KAJIAN TEORI A. Kecedasan Emosional Spiritual... 20

B. Perilaku Keberagamaan ... 46

(12)

xii BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum MAN 1 Magelang ... 56

B. Penyajian Data .. ... 67

BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Pertama... 76

B. Analisis Kedua ... 89

C. Analisis Ketiga ... 101

D. Interpretasi Data ... 105

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 106

B. Saran ... 107

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Daftar Nama Responden....………... 67

Tabel 3.2 : Distribusi Jawaban Angket Kecerdasan Emosional Spiritual…….. 70

Tabel 3.3 : Distribusi Jawaban Angket perilaku Keberagamaan ... 73

Tabel 4.1 : Nilai Angket Kecerdasan Emosional Spiritual ………... 76

Tabel 4.2 : Nominasi Kecerdasan Emosional Spiritual………... 80

Tabel 4.3 : Persentase Tingkat Kecerdasan Emosional ………... 83

Tabel 4.4 : Persentase Jawaban Per Item Angket Kecerdasan Emosional Spiritual... 84

Tabel 4.5 : Nilai Angket Perilaku Keberagamaan……...…….. 90

Tabel 4.6 : Nominasi Perilaku Keberagamaan…..………... 93

Tabel 4.7 : Persentase Perilaku Keberagamaan………..…………... 96

Tabel 4.8 : Persentase Jawaban Per Item Anket Perilaku Keberagamaan……. 97

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Intrumen Penelitian... 111

2. Daftar Riwayat Hidup... 117

3. Daftar SKK... 118

4. Surat Tugas Pembimbing... 124

5. Lembar Konsultasi ... 125

6. Surat Ijin Penelitian... 126

7. Struktur Organisasi MAN 1 Magelang... 127

8. Tabel Nilai-Nilai r Product Moment... 128

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tidak bisa dipungkiri manusia sebagai makhluk sosial yang hidup di muka bumi ini mempunyai dua kebutuhan yang harus dipenuhi, yaitu kebutuhan jasmani dan rohani. Secara sadar atau tidak sadar manusia dalam memenuhi kebutuhannya itu tidak seimbang. Terlebih lagi dizaman yang semakin modern ini agama sudah dilupakan fungsinya. Agama dalam masyarakat modern tidak lagi berfugsi sebagai sumber terpenting akan kesadaran makna kehidupan (sense of meaning), dan sumber legitimasi kehidupan masyarakat. Agama dizaman modern ini hanya menjadi sandaran kehidupan kerohanian (spiritual) yang cakupannya begitu sempit, dan hanya menyentuh kehidupan personal manusia.(Arifin, 1996: 8)

(16)

2

Firman Allah dalam surat Ar Ruum ayat 41:

شٖظ

karena perbuatan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka

sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan

yang benar) (Q.S Ar Ruum : 41.) (Departemen Agama, 1989: 647)

Tuhan mengaruniakan potensi pada manusia sebagai bekal untuk hidup di dunia . Salah satu potensi yang dimilikinya adalah kecerdasan. Dengan kecerdasan tersebut, manusia mampu menciptakan peradaban, perilaku baik dan buruk. Semua itu tergantung dari individu dan pendidikan lingkungan sekitar.

Secara garis besar, setidaknya dikenal dengan tiga macam kecerdasan. Pertama Kecerdasan Intelektual, atau Intelegence Quotient (IQ). Kedua Kecerdasan Emosional atau Emotional Quotient (EQ). Keatiga Kecerdasan Spiritual atau Spiritual Quotient (SQ).

(17)

3

kehidupan manusia sendiri. Tanpa emosi, hidup menjadi hampa tidak berarti karena manusia tidak akan bisa merasakan lapangnya kebahagiaan dan sempitnya kesedihan (Mustofa, 2007: 15).

Kecerdasan Emosi merupakan kemampuan mengendalikan setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, dan nafsu ataupun keadaan mental yang hebat, Kecerdasan Emosi erat kaitannya dengan perilaku pengendalian dan pengenalan diri, serta kemampuan menjalin hubungan sosial. Secara umum, kecerdasan ini menyangkut Kecerdasan Intrapersonal dan Interpersonal.

(18)

4

kehidupan membuktikan bahwa manusia selalu mendapatkan permasalahan yang terkadang membuat dirinya frustasi.

Peristiwa yang datang tidak terduga menjadikan hidup terasa penuh tekanan. Kecerdasan Emosi tidak dapat memberi solusi bagi permasalahan yang muncul dalam kehidupan. Maka dibutuhkan Kecerdasan Spiritual untuk menjawab segala persoalan tersebut. Dengan Kecerdasan Spiritual manusia

dapat membaca dan memahami secara intuitif mengapa Allah ta’ala memberi

kehidupan dan persoalan kepada manusia (Nasution, 2009: 6).

Kecerdasan Spiritual merupakan kecerdasan memberi makna hidup, pengetahuan akan kesadaran diri, tujuan hidup, dan nilai-nilai tertinggi. Kecerdasan ini berupa kemampuan mengelola suara hati sehingga terekspresikan secara tepat, dan efektif yang memungkinkan kita bekerja sama dengan lancar menuju sasaran yang lebih luas dan bermakna (Nasution, 2009:4).

Sebagai umat islam, sudah selayaknya memiliki kedua kecerdasan tersebut, yakni kecerdasan emosional dan spiritual. Islam memandang kecerdasan bukan hanya dilihat secara intelektual saja. Namun juga secara emosional dan spiritual. Nabi pernah menyinggung hal tersebut dalam haditsnya :

ٚٝا ِث ْٚثذح .ذٞى٘ىا ِث خٞقث بْث .صَحىا لييَىاذجع ِث ًبشٕبْثذح

(19)

5 beramal bagi kehidupan sesudah mati sedangkan orang yang lemah pikiran adalah orang yang mengikuti kehendak nafsunya dan berangan pada pemberian Allah SWT (Fuad Abdul Al Baqi, 1995: 1423).

Menurut Jalaludin (2000: 197) keberagamaan adalah suatu keadaan yang ada pada diri seseorang yang mendorong untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama.

Perilaku keberagamaan merujuk kepada aspek rohani individu yang berkaitan dengan keimanan kepada Allah yang merefleksikan ke dalam peribadatan kepada-Nya baik yang bersifat hablumminallah maupun

hablumminannas (Utomo, 2012: 34).

(20)

6

shalat menghina saudaranya dan menjatuhkan nama baik temannya. Itulah ibadah ritual yang tidak termanifestasikan dalam perilaku sosial yang baik.

Antara kecerdasan emosi dan spiritual harus bersinergi. Ketidakseimbangan EQ dan SQ akan memunculkan dikotomisasi, sehingga muncul istilah manusia sosial, individual, dan agamis. Padahal Islam sendiri menyuruh umatnya benar keyakinannya, ritualnya, perilaku sosialnya, dan berbuat baik terhadap diri sendiri. Kemampuan mengendalikan diri, mengenal diri sendiri, memotivasi diri, adalah wujud dari perilaku ihsan terhadap diri sendiri. Kemampuan membina hubungan sosial, berperilaku empati, adalah wujud dari hablumminannas, yang semua itu adalah bentuk pengabdian kepada sang Pencipta. Oleh karena itu, Kecerdasan Emosional Spiritual adalah akhlak dalam Islam (Ginanjar, 2001: 276). Akhlak yang baik adalah buah dari ibadah yang baik atau ibadah yang baik dan diterima Allah tentu akan melahirkan akhlak yang baik dan terpuji (Ilyas, 2007: 11).

Islam menghendaki umatnya menjadi muslim yang kaffah. Artinya setiap muslim setidaknya benar aqidahnya, rajin beramal, dan berakhlak yang baik. Ini tidak lain umat Islam diharuskan menjadi hamba yang sholeh, dan seimbang antara urusan dunia dan akhirat. Tujuannya agar umat Islam mencapai kebahagian dunia dan akhirat.

(21)

7

Spiritual dengan Perilaku Keberagamaan Siswa Kelas XI di MAN 1 Magelang Tahun Pelajaran 2014/ 2015”.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang dan pejelasan yang penulis sajikan, penulis kemukakan bahwa pokok masalah dalam penelitian ini, penulis rumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana variasi kecerdasan emosional spiritual siswa kelas XI MAN 1 Magelang Tahun Pelajaran 2014/2015?

2. Bagaimana variasi perilaku keberagamaan siswa kelas XI MAN 1 Magelang Tahun Pelajaran 2014/2015?

3. Adakah hubungan antara kecerdasan emosional spiritual dengan perilaku keberagamaan siswa kelas XI MAN 1 Magelang Tahun Pelajaran 2014/2015?

C. Tujuan Penelitian

Agar dapat memberikan gambaran yang nyata serta arahan yang jelas dalam pelaksanaan penelitian ini, penulis perlu merumuskan tujuan yang ingin dicapai, yaitu:

1. Untuk mengetahui variasi kecerdasan emosional spiritual siswa kelas XI MAN 1 Magelang Tahun Pelajaran2014/ 2015.

(22)

8

3. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara kecerdasan emosional spiritual dengan perilaku keberagamaan siswa kelas XI MAN 1` Magelang Tahun Pelajaran 2014/ 2015.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik dengan data. (Sugiyono, 2010 : 96).

Dari arti katanya, hipotesis memang berasal dari 2 penggalan

kata,”hypo” yang artinya “di bawah” dan “thesa” yang artinya ”kebenaran”.

Jadi hipotesis yang kemudian cara menulisnya disesuaikan dengan Ejaan Bahasa Indonesia menjadi hipotesa, dan berkembang menjadi hipotesis. (Arikunto, 2005 : 110)

Dari kedua pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa hipotesis adalah dugaan sementara terhadap suatu permasalahan, yang belum tentu kebenarannya, hipotesis ini akan diterima apabila benar dan ditolak apabila salah.

(23)

9

“Adanya korelasi positif yang signifikan antara variabel satu yaitu :

kecerdasan emosional spiritual dengan variabel dua yaitu perilaku keberagamaan pada siswa kelas XI MAN 1 Magelang Tahun Pelajaran 2014/ 2015.

E. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis, yaitu :

1. Secara teoritis, sebagai tambahan khasanah keilmuan dunia pendidikan islam dan dapat memperluas pengetahuan baik bagi penulis maupun pembaca.

2. Secara praktis, enelitian ini berguna untuk memperbaiki kualitas pendidikan di MAN 1 Magelang.

F. Definisi Operasional

Untuk menghindari kemungkinan terjadinya penafsiran yang berbeda dengan yang penulis maksud dalam penggunaan kata pada judul ini, perlu penjelasan pada istilah pokok maupun kata-kata yang menjadi variabel penelitian.

(24)

10

Kecerdasan emosional spiritual adalah bagaimana mengatur tiga komponen: iman, islam, ihsan dalam keselarasan dan kesatuan tauhid (Ginanjar, 2003: 14). Kecerdasan emosional spiritual adalah gabungan dari dua kecerdasan yaitu kecerdasan emosi dan spiritual yang didasarkan oleh ihsan, rukun iman dan rukun Islam. Dalam bukunya Ary Ginanjar

yang berjudul “Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan

Spiritual ” kecerdasan ini didasarkan dengan satu hati, 6 prinsip, dan 5 langkah. Kecerdasan emosional spiritual menurut Ary Ginanjar tersebut adalah suatu perangkat kerja dalam hal pengembangan karakter dan kepribadian berdasarkan nilai-nilai rukun iman dan rukun islam yang pada akhirnya akan menghasilkan manusia unggul disektor emosi dan spiritual yang mampu mengeksplorasi dan menginternalisasi kekayaan ruhiyah dan jasadiyah dalam hidupnya.

Berikut ini penulis mengambil indikator kecerdasan emosional dan spiritual yang bersumber dari pendapat Ginanjar (2001: 276).

Indikator kecerdasan emosional spiritual tersebut adalah:

a. Selalu konsisten dalam menjalani kehidupan sesuai dengan ajaran islam.

b. Berlaku rendah hati dihadapan orang lain.

(25)

11

e. Menyeimbangkan antara kebutuhan fisik dan rohani. f. Berperilaku jujur dan dapat dipercaya.

g. Berbuat kebajikan dengan sebaik-baiknya.

Dalam penelitian ini, penulis mengambil indikator kecerdasan emosional spiritual menurut Ary Ginanjar untuk menyusun instrumen. 2. Perilaku Keberagamaan

Perilaku keberagamaan adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan (KBBI, 2007: 859).

Keberagamaan adalah perihal beragagama (KBBI, 2007: 12). Perilaku keberagamaan merujuk kepada aspek rohani individu yang berkaitan dengan keimanan kepada Allah yang merefleksikan ke dalam peribadatan kepada-Nya baik yang bersifat hablumminallah

maupun hablumminannas (Utomo, 2012: 34).

Dengan demaikian dapat disimpulkan bahwa perilaku keberagamaan adalah tingkah laku, perbuatan dan sikap seseorang atas pengakuan dirinya dengan hal-hal yang disyari’atkan Allah dalam rangka beribadah kepadanya, baik dalam aspek ibadah, akhlak maupun aspek sosial.

(26)

12

Djamaludin Ancok (1994:80) dimensi- dimensi tersebut dibagi menjadi tiga bagian, diantaranya dimensi keyakinan sama dengan dimensi akidah Islam, dimensi praktik agama disejajarkan dengan syariah, dan dimensi pengamalan disejajarkan dengan akhlak.

Dari uraian di atas, penulis membatasi indicator perilaku keberagamaan dengan mengambil indikator milik Djamaludin Ancok pada dimensi praktik agama dan pengamalan atau akhlak. Adapun indikator tersebut adalah

a. Dimensi praktek agama atau syariah

1) Menjadikan shalat sebagai suatu kebutuhan.

2) Melaksanakan puasa semata-mata hanya untuk beribadah kepada Allah.

3) Rajin membaca Al Qur’an.

4) Selalu berdo’a dalam menjani kehidupan baik dalam keadaan senang maupun susah.

b. Dimensi pengamalan atau akhlak.

1) Menolong orang yang membutuhkan dengan ikhlas 2) Menjalin hubungan baik dengan siapa saja

3) Berjuang untuk hidup sukses.(Djamaludin Ancok, 1994 : 81)

(27)

13

Untuk memperoleh data yang lengkap dan dapat dipertanggung jawabkan, dalam penelitian ini penulis menggunakan metode yang dipandang tepat yaitu:

1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dan menggunakan rancangan penelitian studi korelasional. Hal ini dikarenakan penelitian ini meneliti tentang hubungan antara variabel satu yaitu kecerdasan emosional spiritual dengan variabel yang kedua yaitu perilaku keberagamaan.

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah MAN 1 Magelang . Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan yakni Februari sampai dengan Maret yang terbagi dalam beberapa teknis dari proses pengumpulan data hingga proses penulisan laporan.

3. Populasi dan Sampel a. Populasi

(28)

14

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa MAN 1 Magelang kelas XI sebanyak 500 siswa.

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. (Sugiyono, 2010: 118) sedangkan menurut Suharsimi Arikunto, jika kita hanya akan meneliti sebagian dari populasi, maka penelitian tersebut disebut penelitian sampel. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.(Arikunto, 2013: 174)

Dalam pengambilan sampel, Arikunto menjelaskan apabila subjeknya kurang dari seratus orang, lebih baik diambil semua. Selanjutnya jika jumlah subjeknya lebih dari 100 maka diambil sampel antara 10-20% atau 20-25% atau (Arikunto, 2013: 177). Maka untuk menghemat waktu dalam penelitian, peneliti mengambil sampel 100 orang siswa dari 500 orang siswa atau sekitar 20% dari total populasi siswa.

4. Metode Pengumpulan Data.

a. Angket atau Kuesioner (Questionnaire)

(29)

15

pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. (Sugiyono,2010: 199).

Metode angket penulis gunakan sebagai metode pokok untuk mencari data tentang kecerdasan spiritual dan perilaku keberagamaan siswa. b. Observasi

Orang seringkali mengartikan observasi sebagai suatu aktiva yang sempit, yakni memperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata. Di dalam pengertian psikologik, observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. (Arikunto,2013: 199)

Metode ini penulis gunakan sebagai pelengkap dalam mencari data penelitian.

c. Dokumentasi

(30)

16

memilih tiga alternatif jawaban yang telah disediakan. Kemudian penulis memberikan skor sebagai berikut:

1). Pilihan jawaban A jumlah skor 3 2). Pilihan jawaban B jumlah skor 2 3). Pilihan jawaban C jumlah skor 1 5. Analisis Data

Proses data untuk menganalisa data pertama penulis menggunakan rumus persentase sebagai berikut:

Keterangan:

P : Angka persentase

F : Frekuensi yang sedang dicari prosentasenya N : Jumlah siswa atau siswi

100% : Bilangan konstan

Selanjutnya untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara kecerdasan spiritual dengan perilaku keberagamaan siswa, penulis menggunakan rumus:

rxy = √{ }{ } (Arikunto, 2013: 317 ) Keterangan :

rxy : Koefisien korelasi variable X dan variable Y X : Variabel pengaruh

Y : Variabel terpengaruh X2 : Product dari X Y2 : Product dari Y

(31)

17 H. Sistematika Penulisan

Untuk lebih mudah dan memperjelas gambaran dalam memahami skripsi sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan

Pada bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, metodologipenelitian dan sistematika penulisan skripsi.

BAB II : Kajian Pustaka

Pada bab ini berisi tentang deskripsi variable kecerdasan emosional spiritual dan ciri-cirinya, definisi perilaku keberagamaan dann dimensi-dimensinya serta uraian hubungan kecerdasan emosional spiritual dengan perilaku keberagamaan.

BAB III : Laporan Hasil Penelitian

(32)

18 BAB IV : Analisis Data

Bab IV berisi tentang analisis data penelitian kecerdasan emosional spiritual, analisis data perilaku keberagamaan, dan uji hipotesis hubungan kecerdasan emosional spiritual dengan perilaku keberagamaan siswa. BAB V : Penutup

(33)

19 BAB II KAJIAN TEORI A. Kecerdasan Emosional Spiritual

Sebelum membahas teori kecerdasan emosional spiritual, terlebih dahulu penulis akan mendefinisikan arti kecerdasan. Kecerdasan berasal dari kata cerdas yang artinya kesempurnaan akal budi (seperti kepandaian, ketajaman pikiran, dan sebagainya (Poerwodarminta, 2006:201). Pada tahun 1980-an seorang pesikolog dari Harvard, yaitu Howard Gardner (dalam Uno, 2000 : 96) memberikan definisi tentang kecerdasan sebagai kecakapan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya, kecakapan untuk mengembangkan masalah baru untuk dipecahkan dan kecakapan untuk membuat sesuatu atau melakukan sesuatu yang bermanfaat didalam kehidupannya.

Dari definisi tersebut diatas penulis mendapat pengertian bahwa kecerdasan adalah kemampuan seseorang dalam berpikir dan bertindak untuk menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap tuntutan lingkungan secara cepat, tepat, efektif dan efisien.

1. Kecerdasan Emosional a. Pengertian

(34)

20

dilontarkan pada tahun 1990 oleh dua orang ahli , yaitu Peter Salovey dan John Mayer dengan mendefinisikan kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih dan membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran, memahami perasaan dan maknanya, dan mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga membantu perkembangan emosi dan intelektual.

Pendapat lain dikemukakan oleh Reuven Bar-On (dalam Uno,2000 : 69), menjelaskan bahwa kecerdasan emosional adalah serangkaian kemampuan , kompetensi, dan kecakapan non kognitif yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan. Dengan kata lain kecerdasan emosional adalah serangkaian kecakapan yang memungkinkan kita melapangkan jalan di dunia yang rumit, mencakup aspek pribadi, sosial, dan pertahanan dari seluruh kecerdasan, akal sehat yang penuh misteri, dan kepekaan yang penting untukberfungsi secara efektif setiap hari.

(35)

21

kecerdasan emosional diukur dari kemampuan mengendalikan emosi dan menahan diri.

Pada intinya kecerdasan emosional merupakan kemampuan seseorang untuk mengendalikan emosi yang sedang bergejolak sehingga diharapkan tidak merugikan diri-sendiri maupun orang lain. Kecerdasan emosi ini juga dimaknai dengan kemampuan seseorang dalam membina hubungan dengan sesamanya, memahami perasaan serta mampu untuk bekerja sama. Jadi kecerdasan emosional berkaitan dengan hubungan intrapersonal dan interpersonal, di mana seseorang tidak hanya dituntut untuk bisa memahami diri sendiri, memotivasi diri, mengendalikan diri. Akan tetapi juga dapat berperilaku sosial yang baik dengan orang lain. Inti kemampuan pribadi dan sosial yang merupakan kunci utama keberhasilan sesungguhnya adalah kecerdasan emosi(Ginanjar, 2001:9). b. Macam-Macam Emosi

Jumlah emosi manusia ada ratusan, bersama campuran, variasi, mutasi, dan nuansanya. Akan tetapi Goleman (1997:411), mengemukakannya ke dalam delapan jenis emosi yaitu:

(36)

22

2) Kesedihan: pedih, sedih, muram, kesepian, ditolak, putus asa, dan depresi berat.

3) Rasa Takut: cemas, takut, gugup, khawatir, was-was, waspada, tidak tenang, ngeri, fobia, dan panik.

4) Kenikmatan: bahagia, gembira, puas, senang, terhibur, bangga, kenikmatan inderawi, rasa terpesona, rasa terpenuhi, kegirangan, luar biasa, dan mania.

5) Cinta: penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kasmaran, dan kasih.

6) Terkejut: kaget, terkesikap, takjub, terpana.

7) Jengkel: hina, jijik, mual, benci, tidak suka, mau muntah. 8) Malu: rasa salah, kesal hati, sesal aib, dan hati hancur lebur.

Sedangkan menurut pendapat Darwis Hude (2006: 137), di

dalam Al Qur’an, emosi dasar manusia meliputi:

1) Emosi Senang

(37)

23

تٕر ِى٘قٞى ٔزغٍ ءاشض ذعث ءبَعّ ٓبْقرا ِئىٗ

) ا .: دٖ٘ىا( س٘خف حشفى ّٔا ْٚع دبًـٞغىا

Artinya: Dan jika kami rasakan kepadanya

kebahagiaan sesudah bencana yang menimpanya, niscaya

dia akan berkata “ Telah hilang bencana-bencana itu dari

padaku; sesungguhnya dia sangat gembira lagi

bangga.(Q.S Huud: 1) (Departemen Agama, 1989: 328).

2) Emosi Marah

(38)

24

Artinya: Kemudian Musa kembali kepada kaumnya dengan marah dan bersedih hati. Berkata Musa: Hai kaumku bukankah TuhanMu telah menjanjikan kepadamu suatu janji yang baik? Apakah terasa lama masa perjanjian itu bagimu? atau kamu menghendaki agar kemurkaan dari Tuhan menimpamu. Lalu kamu melanggar perjanjianmu dengan aku.(Q.S Thaaha: 86) (Departemen Agama, 1989:486).

3) Emosi Sedih

Emosi sedih menghinggapi hati manusia ketika tertimpa musibah, mendapatkan masalah, dan akibat dari hubungan interpersonal yang tidak baik, dikarenakan perilaku dan sikap seseorang yang menyakitkan hati. Emosi ini diekspresikan dengan tangisan, dan kekhawatiran.

ىا ٔغٍ ُاٗشٞخىا ءبعد ٍِ ُبغّلاا ٌئغٝلا

ط٘ئٞف شش

) : ذيصف ( طْ٘ق

(39)

25 4) Emosi Takut

Dalam kehidupanya, manusia kadang diliputi emosi takut. Manusia takut dengan kematian, kekurangan harta, tertimpa bencana alam, dan lain-lain. Sebab-sebab yang membuat manusia takut dari masing-masing individu berbeda-beda.

ذّا لّا فخر لا بْيق ٚعٍ٘ خفٞخ ٔغفّ ٚف ظجٗآف

) : ٔط ( ٚيعلاا

Artinya: Maka Musa merasa takut dalam hatinya. Kami berkata: Janganlah kamu takut sesungguhnya kamulah yang paling unggul (menang.)(Q.S Thaaha: 67-68) (Departemen Agama, 1989:483).

5) Emosi Benci

Dalam Al Qur’an telah digambarkan tentang orang -orang yang membenci kebenaran dari Allah, keharusan taat, dan berjihad.

(40)

26

6) Emosi Heran dan Kaget

Seandainya ada sesuatu yang terjadi di luar dugaan dan rencananya, maka emosi heran dan kaget akan

Artinya: Istrinya berkata: Sungguh mengherankan apakah aku akan melahirkan anak. Padahal aku adalah seorang perempuan tua, dan suamiku pun dalam keadaan yang sudah tua pula? Sesungguhnya ini benar-benar suatu yang sangat aneh. Para malaikat itu berkata: Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah? (itu adalah) rahmat Allah yang keberkatanNya, dicurahkan atas kamu hai ahlul bait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah.(Q.S Hud: 72-73)Departemen Agama, 1989:338).

c. Ciri-Ciri Kecerdasan Emosional

Menurut Salovey sebagaimana dikutip oleh Goleman (1997:56), tanda-tanda orang yang memiliki kecerdasan emosi adalah sebagai berikut:

1) Mampu Mengenali Emosi Diri Sendiri

(41)

27

apa yang sedang dirasakan. Apakah dalam kondisi senang, susah, atau khawatir. Tanda orang yang bisa mengenali emosi, dia bisa mengatakan bagaimana suasana hatinya saat itu, dan dia menyadarinya sehingga dengan mudah mengatasi perasaannya. Bila suasana hatinya sedang jelek, mereka tidak risau dan tidak larut ke dalamnya, dan mereka mampu melepaskan diri dari suasana itu dengan lebih cepat. (Goleman, 1997:65).

2) Mampu Mengelola Emosi

Emosi seperti kesedihan, jika dibiarkan akan menggangu kesehatan dan berlanjut pada depresi. Emosi yang menyenangkan seperi cinta, apabila tidak dikelola juga akan membuat lupa diri. Dengan mengelola emosi, berarti mampu untuk menjaga keseimbangan emosi. Menjaga emosi yang merisaukan agar tetap terkendali adalah kunci kecerdasan emosi. (Mustofa, 2007:43)

3) Mampu Memotivasi Diri sendiri

(42)

28

merupakan upaya untuk mengantarkan seseorang kepada kesuksesan di berbagai bidang.

4) Memiliki Empati

Empati merupakan kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan orang lain. Empati adalah memahami perasaan dan masalah orang lain, berpikir dengan sudut pandang orang lain dan menghargai perbedaan perasaan orang mengenai berbagai hal (Goleman, 1997:428). Hasil dari empati yakni munculnya sikap altruisme.

5) Mampu Membina Hubungan dengan lingkungan sekitar Dari kematangan empatik yang dimiliki seseorang akan dapat mengarahkan orang tersebut untuk dapat berhubungan dengan orang lain sekaligus memelihara hubungan tersebut, meyakinkan, mempengaruhi, dan membuat orang lain merasa aman (Yasin Mustofa:46). Hubungan sosial sangat dibutuhkan dalam kehidupan, karena manusia adalah zoon politicon

(makhluk sosial dan tidak dapat hidup sendiri). Jika hubungan sosial diabaikan, maka kesulitan sering di dapat.

2. Kecerdasan Spiritual a. Pengertian

(43)

29

menangani situasi-situasi dan kemampuan mempelajari sesuatu, termasuk pencapaian hubungan dengan yang lain. Kemampuan berurusan dengan kerumitan, kerumitan atau dengan abstrak-abstrak, kemampuan dan kecakapan berfikir. (Sudarsono, 1993, 118).

Kecerdasan berasal dari kata “cerdas” yang mendapat

imbuan ke-an. Cerdas berarti akal budi, pandai, tajam pikiran (Poerwadarminta, KBBI. 2006 hal.363 ).

Spiritual adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan atau bersifat kejiwaan, rohani atau batin (Perwadarminta, 2006: 1143).

kecerdasan spiritual (Spiritual Quotient) adalah kemampuan seseorang untuk mendengarkan hati sebagai bisikan kebenaran yang berasal dari Allah Swt, ketika seseorang mengambil keputusan atau melakukan pilihan, berempati, dan beradaptasi. Potensi ininsangat ditentukan oleh upaya membersihkan qalbu dan memberikan pencerahan qalbu, sehingga mampu memberikan nasehat dan mengarahkan tindakan, bahkan akhirnya menuntut seseorang dalam mengambil tiap-tiap keputusan (Tasmara, 2001 : 48).

(44)

30

makna atau value yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau tujuan hidup seorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain. SQ adalah landasan yang digunakan untuk mengoptimalkan EQ dan IQ dengan baik. Bahkan dapat dikatakan bahwa SQ merupakan kecerdasan tertinggi kita (Zohar,Marshall dalam Nasution,2009 :16).

Firman Allah dalam surat Ar Ruum ayat 30:

بْىاشطف ٚزىا الله دشطف ٚيق بفْٞح ِٝذيى لٖجٗ ٌقبف

mencipatakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan dalam fitrah Allah. (itulah) agama yang lurus; tetapi kebnyakan manusia tidak mengetahui.”(Q.S Ar Ruum: 30). ). (Departemen Agama, 1989: 645)

(45)

lain-31

lain. Oleh Ary Ginanjar, nilai-nilai itu dinamakan suara hati fitrah yang bersumber dari asmaul husna. Ia menjelaskan bahwa nilai yang paling dalam itu (God Spot) mengandung sifat-sifat Tuhan (Asmaul Husna) sebagai potensi diri untuk dikembangkan (Nasution, 2009 : 27).

Sedangkan dalam ESQ, kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk memberi makna spiritual adalah kemampuan untuk memberi makna spiritual terhadap pemikiran, perilaku dan kegiatan, serta menyinergikan IQ, EQ dan SQ secara komprehensif (Ginanjar, 2007 : 47).

Yang dimaksud dengan SQ yakni pengetahuan akan kesadaran diri, makna hidup dan nilai-nilai tertinggi.

Kecerdasan ini berupa mengelola “kecerdasan hati” sehingga terekspresikan kita bekerja sama dengan lancar menuju sasaran yang lebih luas dan bermakna.

(46)

32

Nilai-nilai spiritual inilah yang dapat memberikan makna kehidupan karena sesungguhnya pemaknaan terhadap kehidupan ini bukan datang dari luar akan tetapi datang dari dalam. Dengan kata lain, harta, jabatan, dan kemewahan lainnya (dunia luar) tidak bisa memberikan ketenangan yang hakiki bagi kehidupan manusi. Buktinya banyak orang yang cukup secara materi, tetapi batin mereka kering dan hampa (Nasution,2009:10). Meskipun demikian, bukan berarti kemiskinan (jauh dari harta, jabatan dan kemewahan) menjadi kunci ketenangan. Akan tetapi yang dimaksud adalah kita orang islam jangan terjebak kepada fatamorgan kemewahan

dunia. Jadikanlah materi hanya sebagai target “antara” untuk

mempertahankan kelangsungan hidup mengabdi kepada Allah

Ta’ala menuju target akhir (Kehidupan abadi di akhirat).

(47)

33

b. Ciri-Ciri Kecerdasan Spiritual

Menurut Zohar dan Ian Marshall dalam Muhaimin (2010 :43) seseorang yang memiliki kecerdasan spiritual mempunyai ciri-ciri berikut :

1) Kemampuan Berperilaku Fleksibel (adaptif secara sepontan dan aktif).

Orang yang mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi ditandai dengan sikap hidupnya yang berperilaku fleksibel akan terlihat luwes dalam menyelesaikan permasalahan dikarenakan pengetahuannya yang luas dan dalam. Dia menyesuaikan diri dalam situasi dan kondisi apapun dengan mudah.

2) Tingkat Kesadaran Diri yang Tinggi.

Tingkat kesadaran yang tinggi ditandai dengan mengenali siapa dirinya. Kesadaran yang tinggi telah menjadikannya mudah untuk mengendalikan diri dan memahami orang lain.

3) Kemampuan Menghadapi Penderitaan

(48)

34

penderitaan itu masih ada orang yang lebih menderita dari pada dirinya, dan dia akan selalu mengambil hikmah disetiap penderitaan itu. 4) Kemampuan Menghadapi Rasa Takut

Rasa takut pasti pernah dialami setiap orang. Dalam kehidupannya, manusia terkadang merasa takut kehilangan jabatannya, hartanya, orang yang disayanginya dan sebagainya. Namun dengan kecerdasan spiriatual rasa takut itu bisa dihadapi dengan wajar tanpa ada kecurangan ataupun tindakan yang tidak terpuji.

5) Kualitas Hidup yang Diilhami Oleh Visi dan Nilai

(49)

35

6) Enggan Menyebabkan Kerugian yang Tidak Perlu

Agar keputusan atau langkah-langkah yang diambil tidak merugikan diri sendiri dan orang lain, maka orang yang cerdas spiritualnya akan berpikir selektif.dia selalu memutuskan sesuatu yang mempertimbangkan sisi baik buruknya, sehingga menimbulkan langkah yang efektif. 7) Cenderung Melihat Keterkaitan Berbagai Hal

Berpikir holistik atau melihat keterkaitan berbagai hal, bermanfaat untuk menghasilkan kebaikan. Berpikir holistik membuat seseorang tampak lebih matang dan berkualitas. Kecenderungan melihat keterkaitan berbagai hal diperlukan saat menghadapi suatu kejadian.

8) Cenderung Bertanya “Mengapa” atau

“Bagaimana Jika”

Pertanyaan “mengapa” atau” bagaimana jika”

(50)

36

Tujuan bertanya mengapa atau bagaimana jika adalah supaya seseorang tidak tejebak dalam satu permasalahan yang memungkinkan seseorang dapat mengambil keputusan dengan tidak tepat , dan terhindar dari kegagalan mencapai sebuah keberhasilan.

Orang yang mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi akan bias menjadi pemimpin yang penuh pengabdian dan tanggung jawab. (Zohar dan Marshall, 2007:14)

Tony Buzan menyebutkan ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasan spiritual : senang berbuat baik, senang menolong orang lain, menemukan tujuan hidup, turut merasa memikul sebuah misi yang mulia kemudian merasa terhubung dengan sumber kekuatan, dan memiliki selera humor yang baik (Muhaimin, 2010 :56).

3. Kecerdasan Emosional Spiritual a. Pengertian

Kecerdasan emosional spiritual adalah bagaimana mengatur tiga komponen: Iman, Islam, Ihsan dalam keselarasan dan kesatuan tauhid (Ginanjar, 2001:14).

(51)

37

rukun Iman dan rukun Islam yang akhirnya akan menghasilkan manusia unggul di sektor emosi dan spiritual yang mampu mengeksplorasi dan menginternalisasi kekayaan ruhiyah dan jasadiyah dalam hidupannya.

Menurut penulis kecerdasan emosional spiritual adalah gabungan dari dua kecerdasan yaitu kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Kedua kecerdasan tersebut didasarkan pada pemaknaan rukun iman,islam dan ihsan.

b. Ciri-Ciri Kecerdasan Emosional Spiritual.

Ary Ginanjar (2001:276) berpendapat: hal-hal yang berhubungan dengan kecakapan emosi dan spiritual, seperti konsistensi (istiqamah), kerendahan hati (Tawadhu’), berusaha dan berserah diri (tawakkal), ketulusan/sincerity (keikhlasan), totalitas (kaffah), keseimbangan (tawazun), integritas, dan penyempurnaan (Ihsan).

1) Konsisten (istiqomah)

(52)

38

Orang yang istiqomah dalam melaksanakan perintah Allah jiwanya tidak akan terpengaruh oleh kondisi lingkungan, ujian kehidupan baik yang bersifat menyenangkan maupun menyedihkan. Dengan keistiqomahannya seseorang akan tetap menghadapi ujian itu dan tetap berpegang teguh kepada Allah. Hubungannya dengan kecerdasan emosi, orang yang istiqomah akan dijauhkan dari kesedihan, yang negatif yakni kesedihan berlarut-larut dan diliputi penyesalan mendalam serta ketakutan menghadapi masa depan. 2) Kerendahan Hati (Tawadu’)

Tawadhu’ atau kerendahan hati bukan berarti

merendahkan diri di hadapan manusia, akan tetapi tawadhu’ adalah tidak memandang diri lebih tinggi dari orang lain. Orang yang tawadhu’ menyadari bahwa apa saja yang dia miliki baik bentuk rupa yang cantik atau tampan, ilmu pengetahuan, harta kekayaan, pangkat, dan kedudukan, semuanya itu adalah karunia Allah Swt (Ilyas, 2007:123). Sedangkan orang yang takabbur suka melecehkan orang lain dan menolak kebenaran.

(53)

39

3) Berusaha dan Berserah Diri (Tawakal)

Tawakal artinya menyerahkan segala sesuatu kepada Allah SWT dan selalu bergantung kepadaNya.

Tawakal diawali dengan usaha (ikhtiar) yang sungguh-sungguh dan maksimal. Kemudian apa yang telah diusahakan itu, diserahkan kepada Allah. Tawakal hanya diperbolehkan kepada Allah. Tawakal kepada ikhtiar (berusaha tanpa ada kepasrahan kepada Allah) akan mendatangkan kesombongan. Ini termasuk cara tawakalnya orang-orang kafir.

Diantara hikmah tawakal yaitu ketika seseorang sudah merencanakan sesuatu dengan cermat, mengerahkan segala tenaga, dan melaksanakan rencananya dengan penuh kedisiplinan, dan dirinya putus asa. Pada setiap proses yang akan dan telah kita lalui, terdapat takdir atau hokum ketetapan Tuhan, yang bersifat pasti (Ginanjar, 2001 : 212).

4) Ketulusan

(54)

40

ikhlas adalah beramal dengan sebaik-baiknya tanpa ada rasa pamrih dan mengharapkan ridho Allah. Ikhlas

membuat seseorang tidak lupa diri menerima pujian, mundur karena cacian, tidak putus asa saat menghadapi permasalahan, dan terhindar dari kesombongan.

Menurut pendapat Ilyas, ikhlas itu tidak ditentukan oleh ada atau tidaknya imbalan materi tetapi ditentukan oleh tiga faktor: niat yang ikhlas, beramal dengan sebaik-baiknya, dan memanfaatkan hasil usaha dengan tepat. (Ilyas, 2007:30)

Niat yang ikhlas berarti niat yang didasarkan hanya untuk mencari ridho Allah. Prinsip mencari ridho Allah tersebut, selain membuat hati menjadi tenteram dan bahagia juga menjaga kestabilan emosi (Ginanjar, 2001:133). Beramal sebaik-baiknya sama dengan melakukan pekerjaan secara professional. Pemanfatan hasil usaha adalah menggunakan hasil jerih payahnya untuk kebajikan diri sendiri dan orang lain.

5) Totalitas (kaffah)

Totalitas (kaffah) artinya keseluruhan. Dalam Al

Qur’an disebutkan agar orang mukmin masuk Islam

(55)

41

Seseorang yang masuk Islam secara kaffah, maka akan menjalankan ajaran agamanya dengan menyeluruh secara lahir batin. Dia akan komitmen dengan ajaran Islam seperti perintah untuk menaati rukun Iman, langsung dari Allah dan bersyahadat kepada Allah (Ginanjar, 2001:265).

Dengan begitu tampak dalam aktivitas kehidupannya yang diabdikan hanya untuk Allah. Semua perbuatannya diniatkan semata-mata ibadah kepada Allah. Tujuannya mencari ridha Allah.

6) Keseimbangan (Tawaazun)

Tawazun berasal dari bahasa Arab yatawaazanu – Tawaazana – Tawaazunan, yang artinya keseimbangan (Munawir, 2002:1556). Adapun yang dimaksud dengan

tawazun di sini adalah menyeimbangkan kebutuhan fisik, rohani, dan akal, serta menyeimbangkan antara urusan dunia dan akhirat.

(56)

42

Di dunia ini, setiap orang membutuhkan bahagia. Dengan menjaga keseimbangan itulah seseorang dapat meraih kebahagiaan hakiki yang merupakan nikmat Allah. Kebahagiaan itu dapat berupa kebahagiaan batin (ketenangan jiwa) dan kebahagiaan dhahir (kestabilan dalam kerja).

7) Integritas

Integritas adalah perilaku jujur dan dapat dipercaya (Ary Ginanjar, 2001:129). Integritas merupakan kesamaan antara perkataan, perbuatan, dan pikiran. Orang yang integritas dalam melakukan pekerjaan tidak membutuhkan pujian maupun tepuk tangan dari orang lain. Dia mengerjakannya dengan penuh kesungguhan, ketuntasan, dan bekerja dengan hati. Ketika diberi kepercayaan dia akan menjaga kepercayaan itu tanpa berkhianat sedikitpun. Inilah gambaran dari orang yang mempunyai integritas, sebagai akibatnya dia mendapatkan kepercayaan dari orang lain dan hubungan sosialnya berjalan dengan baik.

8) Penyempurnaan.

(57)

43

Nabi Saw mengartikan ihsan dalam hadisnya berikut ini :

ةشح ِثشٕٞصٗ ,ٔجٞع ٚثا ِٝشنث٘ثابْثذح

banyak, lalu beliau didatangi oleh seorang laki-laki. Orang

itu bertanya, “wahai Rasullulah, apakah iman itu? Beliau menjawab, “ iman adalah kamu harus percaya kepada

Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-Nya, pertemuan dengan-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kebangkitan di

akhirat nanti.” Orang itu bertanya lagi, “wahai Rasullulah, apakah islam itu?” Beliau menjawab, “islam

adalah kamu harus menyembah Allah dan jangan menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, mendirikan shalat wajib, mengeluarkan zakat fardhu, dan mengerjakan

puasa pada bulan Ramadhan.” Orang itu bertanya lagi,

(58)

44

menjawab, “Ialah kamu menyembah Allah, seolah-olah kamu Nya karena jika kamu tidak dapat

melihat-Nya, pasti Dia melihatmu.”....(Abu Khusain Muslim, tanpa tahun:39).

Bentuk pengabdian kepada Allah tidak hanya sebatas ibadah ritual saja, akan tetapi juga menyangkut hubungan baik dengan sesama, diri-sendiri, dan alam lingkungan.

Pengabdian itu diniati hanya karena Allah ta’ala.

Ihsan menghendaki manusia untuk menyadari kehadiran Allah dan berperilaku dengan sebaik-baiknya. (Ginanjar, 2003 : 17) ihsan membuat seseorang melakukan kegiatan secara maksimal karena ia selalu merasa diawasi oleh Allah.

B. Perilaku Keberagamaan. 1. Pengertian

Sebelum dijelaskan arti perilaku keberagamaan, terlebih dahulu perlu diketahui pengertian perilaku. Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan (KBBI, 2007: 859).

(59)

45

berhubngan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.(KBBI, 2007: 12).

Menurut asal katanya, kata agama dalam bahasa sansekerta, terdiri

dari kata a dan gam.”A” berartitidak dan “gam” berarti pegi. Jadi kata

agama artinya tidak pergi tetap ditempat, langgeng, diwariskan bsecara turun temurun (Abdul, 1996: 2).

Dalam bahasa Arab agama disebut Al Din artinya kepercayaan, paksaan, pembalasan, dan keputusan (Munawir, 2002: 437).

Khadijah Salim sebagaimana dikutip oleh Mujahid Abdul (1996: 4), mendefinisikan agama adalah peraturan Allah SWT yang diturunkan-Nya kepada Rasul-Rasul-Nya yang telah lalu yang berisi suruhan, larangan, dan sebagainya yang wajib ditaati oleh umat manusi dan menjadi pedoman serta pegangan hidup agar selamat dunia akhirat. Dengan demikian agama merupakan perintah Tuhan yang disampaikan melalui utusan-Nya, untuk mengatur kehidupan manusia agar selamat didunia dan akhirat.

Keberagamaan menurut Jalaludin(2000: 197) adalah suatu keadaan yang ada pada diri seseorang yang mendorong untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama.

(60)

46

dalam peribadatan kepada-Nya baik yang bersifat hablumminallah

maupun hablumminannas (Utomo, 2012: 34).

Dengan demikian penulis meyimpulkan bahwa perilaku keberagamaan adalah tingkah laku, perbuatan dan sikap seseorang atas pengakuan dirinya dengan hal-hal yang disyari’atkan Allah dalam rangka beribadah kepadanya, baik dalam aspek ibadah, akhlak maupun aspek sosial yang mencakup aspek afektif, kognitif dan psikomotorik. 2. Dimensi Keberagamaan.

Keberagamaan manusia dapat diwujudkan dalam berbagai dimensi. Aktivitas beragama tidak hanya terjadi saat seseorang melakukan ibadah ritual, aktivitas yang tampak dilihat oleh mata, namun juga aktivitas yang tidak tampak dan terjadi didalam hati.

Menurut Glok dan Stark ada lima macam dimensi keberagamaan, yaitu : dimensi keyakinan (ideologi), dimensi peribadatan (ritualistik), dimensi penghayatan (eksperiensial), dimensi pengamalan (konsekuensial), dimensi pengetahuan (intelektual) (Ancok, 2005 :77).

a. Dimensi keyakinan merupakan tingkatan seseorang dalam berpegang teguh terhadap agama yang dipeluknya dan mengakui kebenaran-kebenaran yang diajarkan agamanya.

(61)

47

c. Dimensi penghayatan yaitu persepsi-persepsi, perasaan, dan sensasi seseorang saat memeluk dan melakukan ritual agama contohnya merasakan kehadiran Tuhan, merasa Tuhan

mengabulkan do’anya.

d. Dimensi pengetahuan agama adalah beragama setidaknya seseorang mengetahui dasar-dasar meyakini agama, tata cara ritual, kitab suci maupun tradisi agama.

e. Dimensi pengamalan dan konsekuensi adalah dimensi ini mengacu pada identifikasi akibat-akibat keyakinan keagamaan, praktik, pengalaman dan pengetahuan seseorang dari hari kehari. (Ancok, 2005: 78)

Menurut pendapat Ancok, dimensi keberagamaan diatas memiliki kesamaan dengan Islam,walupun tidak sepenuhnya sama, dimensi kyakinan dapat disejajarkan dengan akidah, dimensi praktik agama disejajarkan dengan syariah, dan dimensi pengalaman disejajarkan dengan akhlak (Ancok, 2005: 80).

(62)

48

berhubungan dengan yang ghaib, seperti adanya ruh dalam jasad, adanya jin dan syetan serta adanya alam ghaib.

Dimensi Syariat atau praktek agama adalah kepatuhan dan pelaksanaan ibadah atau kegiatan ritual seperti shalat, zakat, puasa, haji, zikir, ibadah qurban, membaca Al-Qur’an dan lain-lain.

Dimensi pengalaman atau akhlak adalah berperilaku sesuai dengan ajaran agama seperti bersinteraksi dengan lingkungan sekitar dengan baik, beribadah tepat waktu, menolong sesama dalam kebaikan, memaafkan kesalahan orang lain, berjuang untuk hidup sukses, bekerja sama dengan orang lain dan sebagainya.

Menurut William James ciri-ciri dan sikap keberagamaan dalam bukunya (Jalaludin, 1987: 81) menilai secara garis besarnya sikap dan perilaku keagamaan itu dapat dikelompokkan menjadi dua tipe, yaitu: tipe orang yang sakit jiwa dan tipe orang yang sehat jiwa. Kedua tipe ini menunjukkan perilaku dan sikap keagamaan yang berbeda:

1. Tipe orang yang sakit jiwa.

(63)

49

penderitaan yang mereka alami sebelumnya, penderitaan yang dialami disebabkan oleh dua faktor utama yaitu: faktor intern (dalam diri) sedangkan yang kedua adalah karena faktor ekstern.

a. Faktor intern yang menjadi penyebab dari timbulnya sikap keberagamaan ini adalah:

1) Temperamen, sikap ini merupakan salah satu unsur dalam membentuk kepribadian manusia sehingga dapat tercermin dari kehidupan jiwa orang-orang yang melancholis akan berbeda dengan orang yang berkepribadian displatis dalam sikap dan pandanganya terhadap agama.

2) Gangguan jiwa, orang yang mengidap gangguan jiwa menunjukkan kelainan dalam sikap dan tingkah lakunya. Tindak tanduk keagamaan dan pengalaman keagamaan yang ditampilkannya tergantung dari gangguan jiwa yang mereka idap.

(64)

50

4) Jauh dari Tuhan, orang yang kehidupannya jauh dari ajaran agama, lazimnya akan merasa dirinya lemah dan kehilangan pegangan saat menghadapi cobaan, hal ini menyebabkan terjadi semacam perubahan sikap pada dirinya.

Adapun ciri-ciri keagamaan mereka yang mengalami kelainan kejiwaan itu pada umumnya cenderung menampilkan sikap: pesimis, introvert, menyayangi paham yang ortodoks, mengalami proses keagamaan secara non-graduasi.

a. Faktor ekstern adalah faktor yang turut mempengaruhi sikap keagamaan secara mendadak adalah:

(65)

51

2) Kejahatan, mereka yang menekuni kehidupan dilingkungan dunia hitam, baik sebagai pelaku maupun pendukung kejahatan, umumnya akan mengalami keguncangan batin dan rasa berdosa.

2. Tipe orang yang sehat jiwa.

Ciri dan sifat agama pada orang yang sehat jiwa menurut

W. Starbuck yang dikemukakan oleh W. Houston clark dalam

bukunya “Religion Psychology” adalah : a. Optimis dan gembira

Orang yang sehat jiwa menghayati segala bentuk ajaran agama dengan perasaan optimis. Pahala menurut pandanganya adalah hasil jerih payahnya yang diberikan oleh Tuhan.

b. Exstrovert dan tak mendalam.

Sikap optimis dan terbuka yang dimiliki orang yang sehat jiwa ini menyebabkan mereka mudah melupakan kesan-kesan buruk dan luka hati yang tergores sebagai akses agamis tindakanya. Dosa mereka anggap sebagai akibat perbuatan mereka yang keliru.

c. Menyenangi ajaran ketauhidan yang liberal.

Sebagai pengaruh kepribadian yang exstrovert maka mereka cenderung:

(66)

52

2) Menunjukkan tingkah laku keagamaan yang lebih bebas. 3) Menekankan ajaran cinta kasih daripada kemurkaan dan

dosa.

4) Bersifat liberal dalam menafsirkan pengertian ajaran Islam. 5) Selalu berpandangan positif.

C. Hubungan Kecerdasan Emosional Spiritual dengan Perilaku Keberagamaan.

Dalam bukunya, Ari Ginanjar menjelaskan tentang pengertian kecerdasan emosional (EQ) yang mengutip pendapat Robert K. Cooper Phd.

yang mengatakan bahwa kecerdasan emosi “hati mengaktifkan nilai-nilai kita yang paling dalam mengubahnya dari sesuatu yang kita pikirkan menjadi sesuatu yang kita jalani. Hati tahu hal-hal yang tidak atau tidak dapat diketahui pikiran. Hati adalah sumber keberanian dan semangat, integritas dan komitmen. Hati adalah sumber energi dan perasaan mendalam yang menuntut kita belajar, menciptakan kerja sama, memimpin dan melayani”. Ari Ginanjar juga mengatakan bahwa hati nurani akan menjadi pembimbing terhadap apa yang harus ditempuh dan apa yang harus diperbuat. Artinya setiap manusia sebenarnya telah memiliki sebuah radar hati sebagai pembimbingnya.

(67)

53

manusia unggul di sector emosi dan spiritual yang mampu menyinergikan kekayaan hati, pikiran dan fisik dalam kesatuan yang integral (Ginanjar, 2001:25).

Telah dijelaskan pada halaman sebelunya, bahwa seseorang yang memiliki kecerdasan emosional spiritual dapat dilihat indikatornya. Dalam Islam, hal-hal yang berhubungan dengan kecakapan emosi dan spiritual, seperti konsistensi (Istiqamah), kerendahan hati (tawadhu), berusaha dan berserah diri (tawakal), ketulusan (sincerity), totalitas (kaffah), keseimbangan (tawazun), integritas dan penyempurnaan (ihsan) itu dinamakan akhlakul karimah (Ginanjar, 2001:276).

Akhlak merupakan cerminan dari Iman. Keimanan seseorang tidak hanya diucapkan dalam hati, tetapi harus diwujudkan dalam langkah nyata melalui ibadah. Ajaran Islam menuntut setiap muslim selalu melaksanakan ibadah ritual (hablumminallah) dan ibadah sosial (hablumminannas). Akhlak yang baik adalah buah dari ibadah yang baik, atau ibadah yang baik dan diterima oleh Allah Swt tentu akan melahirkan akhlak yang baik dan terpuji (Ilyas, 2007:11).

(68)

54

berperilaku kurang baik, kemungkinan besar oarang tersebut tidak mendengarkan suara hatinya, ia hanya menjalankan kemauannya sendiri karena seseungguhnya suara hati selalu mendorong manusia untuk selalu berbuat kebaikan baik. Maka ketika ada orang berbuat kejahatan, apabila orang tersebut beriman suatu saat ia akan menyesal atas perbuatannya dan diliputi rasa bersalah karena yang ia lakukan sebenarnya tidak sesuai dengan suara hatinya.

(69)

55 BAB III

LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umun MAN 1 Magelang.

1. Sejarah Berdirinya MAN 1 Magelang.

Madrasah Aliyah Negeri 1 Magelang beralamat di jalan Sunan Bonang nomor 17 desa Karet, Jurangombo, Kabupaten Magelang. MAN 1 Magelang pada awalnya merupakan Sekolah Guru Hakim Agama (SGHI) yang berdiri tangal 25 Mei 1950. Kemudian berubah menjadi Pendidikan Guru Agama Pertama (PGAP) pada tahun 1956. Tahun 1960 berubah menjadi Pendidikan Guru Agama 4 tahun atau PGA 4 tahun dan berubah menjadi PGA 6 tahun pada tahun 1967. Akhirnya PGAN berubah menjadi Madrasah Aliyah Negeri 1 Magelang sampai saat ini. MAN 1 merupakan sekolah setingkat SMA/SMK yang berada di bawah naungan Kementrian Agama, yang membedakan dengan SMA adalah mata pelajaran agama lebih banyak dan terdapat asrama yang dikhususkan bagi siswa berprestasi untuk menimba ilmu agama lebih dalam. MAN 1 Magelang memiliki 4 program penjurusan yaitu; Agama, Bahasa, IPA, dan IPS.

(70)

56

di dalam kurikulum memasukkan kelas keterampilan. Kelas keterampilan yang ada di MAN 1 Magelang adalah reparasi peralatan listrik (RPL), reparasi sepeda motor (RSP), tata busana dan teknik komputer jaringan (TKJ).

Siswa kelas keterampilan adalah siswa pilihan dan yang berminat mengikuti kelas tersebut. Kelas keterampilan dilaksanakan setelah jam 13.00 dan berakhir pada jam 16.00 tiga kali dalam satu minggu. MAN 1 Magelang menyelenggarakan Boarding School (asrama sistem pesantren) bagi peserta didik unggulan dengan prinsip Billingual Class Program jurusan Agama, IPA, IPS, dan Bahasa dilengkapi fasilitas yang cukup memadai, pengasuh dari Pondok Pesantren ternama. Peserta didik yang memenuhi syarat dan dari keluarga kurang mampu dapat memperoleh fasilitas pendidikan gratis.

2. Keadaan Fisik MAN 1 Magelang

Keadaan fisik MAN 1 Magelang meliputi bangunan, tata ruang dan fasilitas madrasah dijabarkan sebagai berikut:

a. Luas Tanah Madrasah

(71)

57

1) Status gedung : Milik sendiri (APBN, ASFI dan BP.3).

2) Sifat gedung : Permanen 3) Status tanah : Hak pakai c. Identitas Madrasah

1) Nama Madrasah : MAN 1 Magelang. 2) Tahun Berdiri : 1950

3) Status Madrasah : Negeri

4) Nomor Statistik Madrasah : 311337101263 5) Nomor kode Provinsi : 33

6) Nomor kode kota : - 7) Nomor kode kecamatan : -

8) Nomor pokok wajib pajak : 00.004.736.5-524.000

9) Alamat Madrasah : Jalan Sunan Bonang Nomor 17, desa Karet, Jurangombo, kabupaten Magelang.

10)Status Akreditasi : A 3. Visi dan Misi MAN 1 Magelang.

MAN 1 Magelang sebagai institusi pendidikan memiliki visi, dan misi sebagai pedoman pelaksanaan proses pembelajaran.

a. Visi MAN 1 Magelang.

(72)

58

dan norma positif secara tepat dalam kehidupan sehari-hari.

2) Berkarakter yaitu yakni memiliki watak dasar jujur, santun, disiplin dan bertanggung jawab.

3) Cerdas yaitu memiliki kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual dalam memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

4) Kompetitif yaitu mempunyai daya saing signifikan dalam era globalisasi dengan prinsip kompetensi dan etos kerja yang memadai.

5) Mandiri yaitu memiliki kepercayaan diri dalam berfikir, bersikap, bertindak serta kesiapan dalam menghadapi kehidupan berbangsa dan bernegara.

b. Misi MAN 1 Magelang

1) Membudayakan kehidupan Islami dalam kehidupan sehari-hari.

2) Meningkatkan kejujuran ilmiah dan kesantunan amaliah dalam segala aspek kehidupan.

3) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan sarana prasarana secara efektif dan efisien.

(73)

59

4. Tujuan Penyelenggaraan Pendidikan MAN 1 Magelang.

a. Mengoptimalkan proses dan hasil pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, menyenangkan dan bermakna.

b. Membentuk kepribadian Islami, berkarakter, berakhlak mulia dan bermartabat.

c. Menghasilkan lulusan yang menguasai IPTEK, kompetitif dan mandiri di era global.

d. Mengantarkan lulusan memasuki perguruan tinggi favorit dalam dan luar negeri.

e. Membudayakan komunikasi dalam bahasa Inggris dan Arab. f. Meningkatkan prestasi siswa di bidang olimpiade mata pelajaran,

karya ilmiah, karya seni, keterampilan dan olahraga. 5. Fasilitas MAN 1 Magelang

a. Ruang Kepala Sekolah

(74)

60 b. Ruang Wakasek

Ruangan wakasek terdapat di dekat ruang tamu atau lobby

MAN 1 Magelang. Terdapat 4 ruang wakasek, yaitu waka kesiswaan dan keIslaman, kurikulum, humas serta sarana prasarana.

c. Ruang Guru

Ruang guru terdapat di sebelah barat lobby MAN 1 Magelang. Ruangan ini berkapasitas banyak, sehingga dapat menampung semua guru MAN 1 Magelang. Inventaris yang terdapat di dalamnya diantaranya: kursi, meja, komputer, printer, lemari, lemari es dan rak buku.

d. Ruang Tata Usaha

Ruang Tata Usaha terletak disebelah barat ruang kepala madrasah. Ruangan ini berkapasitas 10 orang karyawan. Inventaris yang terdapat di dalamnya adalah: kursi, meja, computer, printer, lemari, dan dispenser.

e. Ruang Kelas

MAN 1 Magelang mempunyai kelas sebanyak ruang dengan rincian sebagai berikut:

(75)

61

2) Kelas XI : 14 ruang kelas terdiri dari 4 jurusan, yaitu Jurusan Agama 1 kelas, jurusan Bahasa 2 kelas, jurusan IPA 4 kelas, dan jurusan IPS 7 kelas.

3) Kelas XII : 11 ruang kelas terdiri dari 4 jurusan yaitu jurusan Agama 1 kelas, jurusan Bahasa 1 kelas, jurusan IPA 3 kelas, dan jurusan IPS 6 kelas.

Inventaris yang terdapat di dalam kelas diantaranya adalah: kursi, meja, papan tulis, lemari. Di dalam kelas juga terdapat beberapa fasilitas pendukung antara lain LCD(Liquid Crystal Display) proyektor permanen di setiap kelas XII, namun untuk kelas X dan XI masih menggunakan LCD(Liquid Crystal Display) proyektor bersama yang jumlahnya 2 buah dan penggunaannya secara bergantian.

f. Laboratorium

(76)

62

Laboratorium kedua dengan 32 komputer namun karena ada beberapa yang rusak dan yang masih dapat digunakan 25 komputer dan belum dilengkapi denga fasilitas internet. Dana pengadaan komputer di laboratorium diperoleh dari DIPA.

Laboratorium bahasa di MAN 1 Magelang ada dua buah. Masing – masing ruang laboratorium memiliki daya tampung 30 siswa. Alat dalam laboratorium bahasa sudah cukup lengkap dan cukup representatif. Laboratorium bahasa ini digunakan untuk menunjang mata pelajaran bahasa yang memerlukan peralatan khusus seperti headphone serta komputer. Laboratorium agama/ ibadah dan dakwah di MAN 1 Magelang masih dalam rencana karena melalui penuturan kepala laboratorium baru mengajukan proposal mengenai pembangunan laboratorium ibadah dan dakwah. Laboratorium ibadah dan dakwah merupakan laboratorium yang digunakan untuk menunjang mata pelajaran agama di MAN 1 Magelang. g. Perpustakaan

(77)

63

atau gambar yang berkaitan dengan pembelajaran, satu buah komputer yang digunakan untuk pendataan buku dan pembuatan lable, dan terdapat ruang baca yang bisa menampung lebih dari 30 siswa.

Koleksi buku diperpustakaan MAN 1 Magelang lebih difokuskan pada bukubuku paket atau buku penunjang belajar siswa untuk menghadapi ujian, baik ujian sekolah maupun ujian nasional. Dalam memenuhi buku paket siswa pihak sekolah menyesuaikan anggaran belanja buku, jadi tidak semua siswa bias mendapatkan buku satu persatu.

Tidak hanya buku paket saja, buku referensi yang lain juga ada diantaranya adalah buku Ensiklopedia,Kamus Bahasa arab, Kamus bahasa jepang, Kamus bahasa Inggris, Kamus bahasa Indonesia, Novel atau buku fiksi, buku keterampilan dan bahkan majalah atau surat kabar juga tersedia di perpustakaan tersebut. Namun, buku-buku paket yang tersedia jumlahnya tidak terlalu banyak karena pihak sekolah lebih memfokuskan untuk pemenuhan buku paket.

(78)

64

perpustakaan dengan menghubungi petugas perpustakaan terlebih dahulu.

h. Fasilitas Olahraga

1) Lapangan volly 2 buah 2) Gedung olah raga (GOR) 3) Lapangan basket 1 buah 4) Lapangan sepak bola 1 buah i. Tempat Ibadah

Tempat ibadah di MAN 1 Magelang berupa masjid yang menampung jamaah kurang lebih sekitar 700 jamaah. Masjid yang diberi nama An Najah ini pada saat sholat dhuhur masjid tersebut hanya digunakan oleh siswa putra, karena jumlah siswa yang banyak sehingga siswi putri dipindahkan tempat ibadah sholat dhuhurnya di gedung PSBB (pusat sumber belajar bersama). Di dalam masjid ini pula juga dilengkapi dengan perangkat sholat, sehingga bagi siswa ataupun guru yang lupa tidak membawa perangkat sholat.

j. Koprasi

Gambar

GAMBAR LOGO IAIN SALATIGA ....................................................................
Tabel : 3.1
Tabel : 3. 2
Tabel : 3. 3
+7

Referensi

Dokumen terkait

menjelaskan hubungan tahap implementasi dengan tahapan proses keperawatan

Through the symbolic character and the symbolic act, the writer could find the idea of social castration , a term denoting women’s lack of power in

ardyanth07@gmail.com Cari Bibit Ayam Petelur Cari Bibit Ayam Petelur Sudah dijawab. 29 31-08-2016 Ahmad Zakky ahmadzakky.1982@gmail.com Lokasi Peternakan Lokasi

Skripsi yang saya buat menggunakan sensor yang terdiri dari 3 sensor selonoid valve, flow liquid meter, passive infrared receiver dengan tambahan arduino uno

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dalam rangka tugas akhir

The combination of the three skills is well known as Technological Pedagogical and Content Knowledge (TPACK). By implementing TPACK in classroom lecturers are expected

[r]

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan yang berupa keandalan, ketanggapan, jaminan, empati dan bukti fisik terhadap kepuasan nasabah pada