• Tidak ada hasil yang ditemukan

45besar minus Rp15,30 triliun Dalam

komponen pembiayaan utang bruto, Pemerintah atas persetujuan dari DPR melalui Hak Budget-nya telah men- ganggarkan dana untuk pembayaran kembali utangnya, sehingga kecil sekali kemungkinan Pemerintah tidak dapat melunasi kewajibannya. Hingga akhir bulan Maret 2018, defisit APBN telah dipenuhi melalui penerbi- tan SBN sebesar Rp148.22 triliun atau 37,13 persen dari yang ditargetkan. Se- mentara itu, melalui penarikan Pinja- man Luar Negeri defisit APBN berhasil dipenuhi sebesar Rp15,75 triliun atau 30,67 persen dari target.

Seiring dengan meningkatnya keper- cayaan investor terhadap Indonesia, kepemilikan SBN dalam mata uang Rupiah yang dapat diperdagangkan (tradable) oleh investor asing per akhir Maret 2018 mencapai 39,31 persen. Dari porsi tersebut, SBN yang dimiliki pihak asing mayoritas sekitar 72,59 persen adalah dengan tenor menengah - panjang yang dipegang oleh investor jangka panjang, seperti Bank Sentral dan Pemerintah Negara Asing, serta Dana Pensiun, Asuran- si, dan Reksadana yang merupakan Real Money Investor, dimana mereka benar-benar memanfaatkan dananya untuk investasi. Di luar SBN Rupiah,

terdapat pula SBN dalam valuta asing yang sebagian juga dimiliki oleh investor domestik. Disamping itu, Pemerintah juga menerapkan Crisis Management Protocol (CMP) dalam mengelola risiko keuangan dengan memantau indikator-indikator di pasar keuangan seperti yield seri-seri benchmark, nilai tukar, Indeks Harga Saham Gabungan, dan kepemilikan asing. Pemerintah juga telah meny- iapkan skema Bond Stabilization Framework (BSF) untuk memitigasi dampak pembalikan modal asing den- gan melibatkan BUMN-BUMN terkait yang senantiasa disumulasikan secara reguler setiap tahun. Dengan kom- posisi kepemilikan seperti itu serta upaya pengelolaan risiko yang terukur dan pruden, besarnya kepemilikan asing terhadap SBN kita kiranya tidak mengkhawatirkan.

Selain itu, pendalaman pasar juga terus dilakukan Pemerintah untuk mendorong pasar keuangan dan SBN yang dalam dan likuid. Salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui diversifikasi instrumen utang. Sebuah capaian penting yang telah diraih Pemerintah adalah penerbitan Green Sukuk, yaitu instrumen SBN berbasis syariah dengan prioritas pembiayaan proyek dan kegiatan yang mendukung kelestarian lingkungan hidup. Dis-

A P B N K IT A ( K in e rj a d a n F a k ta ) E d is i A p ri l 2 0 1 8

46

amping inovasi tersebut, dalam waktu dekat juga akan ditebitkan SBN untuk investor individu (ritel) yang dapat di- beli secara online dalam mendukung keuangan inklusif dan mengantisi- pasi perkembangan teknologi yang disruptif.

Pemerintah menerapkan strategi pembiayaan melalui utang secara hati-hati dengan memperhitung- kan biaya, risiko dan kapasitasnya, serta memperhatikan prinsip-prinsip pruden, efisiensi biaya, produktivitas, dan keseimbangan. Dengan meman- faatkan kepercayaan investor yang meningkat, terlebih setelah Moody’s menaikkan peringkat kredit kita satu notch di atas level terendah invest- ment grade serta dengan dilakukan- nya pendalaman pasar keuangan domestik, diharapkan adanya perlua- san terhadap basis investor. Dengan demikian, ketahanan (resilience) pasar dalam negeri akan semakin kuat dan kapasitas investor yang masuk ke pas- ar juga semakin besar, sehingga akan menciptakan permintaan (demand) SBN lebih banyak yang berdampak menurunkan biaya utang.

Produk Domestik Bruto (PDB) hingga bulan Maret 2018 diasumsikan men- capai Rp13.891,15 triliun. Dengan asumsi tersebut, Pemerintah optimis terhadap perkembangan ekonomi Indonesia yang tumbuh semakin baik pada tahun 2018. Berdasarkan asumsi PDB itu, rasio utang Pemer- intah terhadap PDB per akhir Maret 2018 masih terjaga di level aman pada

29,78 persen dengan jumlah utang mencapai Rp4.136,39. PPeningkatan rasio utang terhadap PDB dibandingkan dengan akhir Februari 2018 lebih disebabkan penerapan strategi front loading atas pembiayaan APBN guna men- gantisipasi meningkatnya pendanaan di pasar keuangan kedepannya sebagai dampak kenaikan Fed Fund Rate serta ketidakpastian global secara keseluruhan, seperti terjad- inya perang dagang, ekskalasi konflik geopolitik dunia, dan lainnya. Setelah semester pertama 2018, rasio utang terse- but akan menurun seiring dengan meningkatnya PDB. Dari segi komposisi utang, pertumbuhan Pinjaman Luar Negeri dan Dalam Negeri tahunan dari akhir Maret 2017 hingga akhir Maret 2018 secara keseluruhan mengalami kenaikan sebesar 5,81 persen, sementara pertumbuhan tahunan untuk Surat Berharga Negara (SBN) dalam peri- ode tersebut sebesar 15,00 persen. Rendahnya pertum- buhan Pinjaman Pemerintah salah satunya disebabkan oleh menurunnya pertumbuhan pinjaman dari kreditur komersial luar negeri sebesar 1,35 persen. Pada akhir Maret 2017 outstanding utang pemerintah dari kreditur komersial luar negeri sebesar Rp44,26 triliun, sedangkan pada akhir Maret 2018, outstanding terebut turun menjadi Rp43,66 triliun.

Meskipun terdapat penurunan porsi Pinjaman dalam pembiayaan, sumber ini tetap dijadikan sebagai pelengkap karena adanya beberapa manfaat tambahan yang diper- oleh seperti adanya transfer pengetahuan dan teknologi dari kreditur, terutama lembaga Multilateral, serta diterap- kannya tata kelola yang baik oleh kreditur internasional terhadap pemanfaatan Pinjaman yang akan meningkat- kan disiplin kita dalam menjalankan agenda reformasi. Adanya kenaikan outstanding SBN dibandingkan dengan Pinjaman menunjukkan bahwa Pemerintah serius untuk memanfaatkan sumber-sumber dalam negeri melalui pen- erbitan SBN dalam rangka pembiayaan defisit APBN yang sebagian besar dimanfaatkan untuk pengeluaran yang sifatnya produktif dan investasi serta tidak dapat ditunda pengadaannya.

47

          Nominal Growth (yoy) %

Mar-17 Mar-18

Total Utang Pemerintah Pusat 3.655,85 4.136,39 13,14% 100,00%

a. Pinjaman 736,91 779,69 5,81% 18,85%

  1. Pinjaman Luar Negeri 731,59 773,91 5,78% 18,71%

Bilateral 315,74 331,24 4,91% 8,01%

Multilateral 370,84 397,82 7,27% 9,62%

Komersial 44,26 43,66 -1,35% 1,06%

Suppliers 0,75 1,19 58,36% 0,03%

 

 

2. Pinjaman Dalam Negeri 5,32 5,78 8,68% 0,14%

b. Surat Berharga Negara 2.918,94 3.356,70 15,00% 81,15%

1. Denominasi Rupiah 2.129,47 2.416,02 13,46% 58,41%

 

 

2. Denominasi Valas 789,47 940,68 19,15% 22,74%

Pendapatan Domestik Bruto** 13.891,15

Rasio Utang thd PDB 29,78%

** Asumsi PDB hingga akhir’ Mar 2018

Beberapa capaian dari pengeluaran produktif Pemerintah seperti telah diselesaikannya pembangunan 6 bandara baru; rekonstruksi, peleb- aran dan pembangunan 9.544 km jalan; pembangunan 105 bendungan baru; pembangunan 818 km’sp rel kereta api, serta pembangunan 341,5 ribu unit rusun, rumah khusus, dan rumah swadaya, termasuk pening- katan kualitasnya. Selain capaian di bidang infrastruktur, terdapat capaian pengeluaran di bidang kese- hatan, pendidikan, dan perlindungan sosial. Di bidang kesehatan yakni tersalurkannya bantuan iuran Kartu Indonesia Sehat kepada 92,1 juta penerima dan tercapainya 83 persen persen ketersediaan obat dan vaksin

di Puskesmas. Di bidang pendidikan, yakni tersalurkannya Kartu Indone- sia Pintar kepada 61 juta siswa, ter- salurkanya beasiswa Bidikmisi kepada 962,5 ribu siswa dan mahasiswa, pembangunan dan rehabilitasi 90,9 ribu ruang kelas, serta penyaluran dana BOS kepada 152,4 juta siswa. Di bidang perlindungan sosial, yakni disalurkannya bantuan pangan sebe- sar Rp1,64 triliun, disalurkannya dana Program Keluarga Harapan sebesar Rp12,57 triliun, pemberian dana jam- inan kesehatan / KIS sebesar Rp25,50 triliun, dan disalurkannya Bantuan Siswa Miskin sebesar Rp14,39 triliun di tahun 2017.

SUN Ritel Online

Dokumen terkait