• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

BETN 42,9 Sumber :(Hartadi et al.,1980)

Pemupukan

Pupuk cair diberikan setiap 10 hari sekali dengan cara disemprotkan pada tanaman, perbandingan pupuk cair dengan air adalah 1 liter pupuk cair berbanding 5 liter air. Penyemprotan pupuk cair dilakukan diareal tanaman seperti batang dan daun, saat melakukan pemupukan mengikuti arah mata angin agar pupuk cair yang disemprotkan tidak mempengaruhi petak percobaan lain yang memiliki perlakukan berbeda.

Sajimin et al. (2001) menyatakan bahwa untuk memperoleh produksi yang tinggi pada lahan yang tingkat kesuburannya rendah dapat dilakukan dengan penggunaaan pupuk organik. Penyediaan unsur hara terutama nitrogen (N), pospof (P), dan kalium (K) dalam tanah secara optimal bagi tanaman dapat meningkatkan produksi tanaman. Disamping upaya penyediaan unsur hara perlu juga dilakukan pemilihan jenis hijauan unggul yang cocok dan responsif terhadap pemupukan.

Pemupukan dengan dosis 7.500 L/ha memberikan biomassa rumput raja 54,05 ton ha-1 tidak berbeda dengan penggunaan 250 kg urea ha-1 dan 54,94 ha-1, sedangkan kontrol tanpa pemupukan menghasilkan biomassa 28,42 ton ha-1. Penelitian pemanfaatan urin sapi yang dilakukan pada rumput raja menunjukan bahwa urin sapi dosis 7500 l/ ha, mampu meningkatkan biomassa rumput raja

pada panen pertama sebesar 90,18 %, dibandingkan tanpa pemupukan (Adijaya dan Yasa, 2007).

Produktivitas

Beberapa dosis perlakuan urin sapi memberikan pengaruh yang sama terhadap semua pariabel pertumbuhan pada tanaman rosella, kecuali pada tinggi tanaman, panjang cabang primer tanaman rosella umur 13 minggu dan jumlah bunga pertanaman dan perplot. Dosis urin sapi 1.200 ml/tanaman adalah yang terbaik untuk pertumbuhan tanaman rosella, yang memberikan pengaruh lebih tinggi, dan cabang primer yang lebih panjang pada umur 13 minggu (Hariadi, 2011).

Masa panen rumput gajah yaitu umur 55-65 hari atau sebelum berbunga. Pada umur tersebut rumput gajah belum terlalu muda dan terlalu tua. Cara memanen rumput gajah adalah dengan cara memotong batangnya dari bagian tanah, kira-kira 10-15 cm dari permukaan tanah. Kalau pemotongannya tinggi atau terlalu rendah, maka tunas yang tumbuh tidak akan terlalu banyak, maka pemotongan rumput gajah harus diperhatikan. Produktifitas rumput gajah pertahunnya adalah 40 ton/ha/tahun.

Produksi Bahan Segar

Manauw (2005), menyatakan penggunaan sistem tiga strata (STS) tanpa

pemupukan melaporkan produksi segar rumput gajah 2,14 k/m2. Penggunaan pupuk

urea dosis tinggi 900 kg urea/ha menghasilkan 525 ton/ha/tahun atau setara dengan

5,25 kg/ha/tahun sedangkan menggunakan pupuk N, P, K menghasilkan 29,86 kg/m2.

Produktivitas rumput gajah yang diberikan pupuk urin sapi bunting dengan dosis 0,5 ml/ l yang disiram setiap satu minggu sekali pada defoliasi 45 hari sampai

60 hari menunjukan hasil panen sebanyak 19,733 kg atau 9,85 kg/m2. Hal ini

dikarenakan faktor vegetatif atau pertumbuhan karena pada waktu tanaman tumbuh sangat membutuhkan unsur karbohidrat, apabila karbohidrat berkurang maka

pembelahan sel akan menjadi lambat maka perkembangan sel tanaman juga menjadi lambat. Unsur nitrogen berfungsi untuk pertumbuhan dan pembentukan sel vegetatif, meningkatkan pertumbuhan tanaman, menyehatkan pertumbuhan daun, meningkatkan kadar protein dalam tubuh tanaman, meningkatkan kualitas tanaman penghasil daun serta meningkatkan mikroorganisme dalam tanah (Amirullah, 2006).

Produksi Kering

Produksi berat kering yang dihasilkan dari suatu sistem pemeliharaan rumput gajah dengan penggunaan dosis urin sapi 2 liter/ha menunjukan nilai yang sangat nyata yaitu 208,80 gr/rumpun. Hal ini dikarenakan pupuk urin sapi yang diberikan menyediakan unsur hara N, yang dibutuhkan dalam proses pembentukan protein tanaman sehingga meningkatkan perumbuhan vegetatif tanaman seperti batang, daun dan akar. Hasil tersebut menunjukan bahwa rumput gajah taiwan tanggap terhadap pupuk cair urin sampai dosis 2L/ha. Hal ini terlihat dari peningkatan produksi berat kering rumput gajah taiwan seiring dengan peningkatan dosis pupuk cair 1 sampai 2L/ ha (Muhakka, 2012).

Rumput gajah merupakan tumbuhan yang memerlukan hari dengan waktu siang yang pendek, dengan foto periode kritis antara 13-12 jam. Kandungan nutrisi rumput gajah terdiri atas: 19.9% bahan kering (BK), 10.2% protein kasar (PK), 1.6% lemak, 34.2% serat kasar, 11.7% abu dan 42.3% bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) (Reksohadiprodjo, 1985).

Jumlah Anakan

Perkembangbiakan tanaman diukur dari jumlah tunas yang dihasilkan, hasil penelitiaan menyatakan bahwa pemberian pupuk cair optimal urin sapi dosis 0,5 ml/l

menghasilkan 122,66 batang dari 21 rumpun tanaman rumput gajah. Pertumbuhan tunas dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu unsur hara yang tersedia dan asupan unsur hara (pemupukan) dan faktor defoliasi. Defoliasi oleh manusia atau renggutan hewan dapat mempengaruhi keseimbangan hormon antara lain sitokinin dengan auksin pada ketiak daun dibawah ujung batang. Sintesis auksin terjadi pada bagian tanaman yang sedang mengalami pertumbuhan atau meristematis terutama pada ujung batang. Tinggi dan rendahnya sisa potongan mempengaruhi pertumbuhan tanaman untuk selanjutnya, baiknya dilakukan 40 hari pada musim penghujan dan 60 hari pada musim kamarau (Sufriyanto et al., 2011).

Serapan N

Dalam praktek pemupukan, nitrogen yang diserap tanaman hanya berkisar antara 22-65 %. Secara umum efisiensi serapan nitrogen pada lahan sawah beririgasi hanya bisa mencapai 45% dan sisanya sekitar 55% tidak dapat dimanfaatkan tanaman (Jipelos, 1989). Dari hasil penelitian dengan penambahan pupuk organik 2 ton/ha dan 50kg/ha urea + 100 kg/ha SP-36 + 50 kg/ha ZA

mampu meningkatkan serapan N tanaman padi sebesar 40,71% (Djafaruddin, 2006).

Unsur nitrogen (N) terutama berfungsi untuk merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, terutama batang, cabang, dan daun. Pemberian urin sapi sebagai pupuk organik merupakan salah satu cara untuk mengatasi kekurangan hara dan bahan organik pada tanah sehingga dapat mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman(Setiawan et al., 1998)..

Tingkat efisiensi serapan N baik pada penggunaan urin sapi yang diperkaya urea 20% maupun yang tidak diperkaya dengan pemupukan 150 kg/ha urea relatif sama. Namun efisiensi serapan N pada dosis pemupukan 150 kg/ha urea lebih tinggi dibandingkan dengan 300 kg/ha urea apabila sama-sama

dikombinasikan dengan aplikasi 120 L/ha urin sapi diperkaya urea 20%, yaitu 89,28% dan 51,12%. Secara agronomis, efisiensi

pemupukan 150 kg/ha urea juga lebih tinggi dibandingkan dengan 300 kg/ha urea apabila dikombinasikan dengan aplikasi 120 Lt/ha urin sapi diperkaya urea 20%, yakni 43,67 kg/kg urea dan 18,72 kg/kg urea.

Peredaran nitrogen didalam tanah dapat bersumber dari udara bebas. Namun nitrogen bebas udara tidak dapat langsung digunakan, nitrogen harus diubah dulu menjadi bentuk amonium dan nitar melalui kegiatan-kegiatan jasad renik mengikat nitrogen dari udara, baik yang bebas atau yang bersimbiosis dengan tanaman seperti bintil akar tanaman leguminosa dengan bakteri rhizobium. Selain itu, sumber nitrogen dalam tanah adalah dari hasil dekomposisi bahan organik. Bahan organik mengandung protein (N organik), selanjutnya dalam dekomposisi bahan organik protein akan dilapuki oleh jasad-jasad renik menjadi asam-asam amino, kemudian menjadi (NH4) dan nitrat (NO3) yang larut kedalam tanah. Bakteri yang berperan dalam dekomposisi ini adalah bakteri-bakteri nitrifikasi.

Gambar 1. Siklus Nitrogen PadaTanaman

Nitrogen berperan dalam pelaksanaan fotosintesis dalam tanaman. Salah satu faktor penting peranan nitrogen adalah pengaruhnya terhadap penggunaan karbohidrat didalam tanaman. Nitrogen berfungsi dalam peningktan ukuran sel yaitu menyebabkan daun dan batang tanaman menjadi lebih sukulen dan kurang keras juga berfungsi dalam warna hijau tanaman (Agus, 2005).

Serapan N dapat dilakukan dengan Senyawa nitrogen organik dioksidasi dalam lingkungan asam sulfat pekat dengan katalis campuran selen membentuk

(NH4)2SO4. Kadar amonium dalam ekstrak dapat ditetapkan dengan cara destilasi atau

spektrofotometri. Pada cara destilasi, ekstrak dibasakan dengan penambahan larutan

NaOH. Selanjutnya, NH3 yang dibebaskan diikat oleh asam borat dan dititar dengan

larutan baku H2SO4 menggunakan penunjuk Conway. Cara spektrofotometri

menggunakan metode pembangkit warna indofenol biru. Cara destilasi merupakan cara dengan menggunakan metode N-kedjhal yaitu pipet 10 ml ekstrak contoh ke dalam labu didih. Tambahkan sedikit serbuk batu didih dan aquades hingga setengah

volume labu. Siapkan penampung NH3 yang dibebaskan yaitu erlenmeyer yang berisi

10 ml asam borat 1 % ditambah 2 tetes indikator Conway (berwarna merah) dan dihubungkan dengan alat destilasi. Dengan gelas ukur, tambahkan NaOH 40% sebanyak 10 ml ke dalam labu didih yang berisi contoh dan secepatnya ditutup. Destilasi hingga volume penampung mencapai 50–75 ml (berwarna hijau). Destilat

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Salah satu bagian yang meningkatkan produksi peternakan ruminansia adalah pakan. Pakan hijauan dibutuhkan dalam proses pemenuhan nutrisi kebutuhan ternak ruminansia. Sebagai pakan ternak ruminansia, ketersediaan hijauan makanan ternak merupakan hal sangat penting. Hijauan berkualitas dalam jumlah yang memadai sepanjang tahun akan berpengaruh terhadap produktivitas ternak. Namun kenyataannya ketersediaan hijuan berkualitas untuk pakan ternak ruminansia sangat terbatas.

Ketersedian hijauan pakan ternak dibatasi oleh rendahnya unsur hara pada tanah disebagian besar wilayah Indonesia yang memiliki daerah jenis tanah rendah akan hara, sehingga ketersediaan hijauan yang ditanam akan menghasilkan produktivitas yang rendah pula. Ketersedian yang rendah ini berimbas kepada pemenuhan nutrisi pakan ternak ruminansia. Untuk menyikapi hal itu diperlukan intensifikasi dalam pemeliharaan hijauan makan ternak.

Intensifikasi dapat dilakukan dengan cara perbaikan unsur tanah dengan menggunakan cairan urin sapi. Urin sapi merupakan cairan sisa hasil sekresi metabolisme yang dikeluarkan dari dalam tubuh yang masih mengandung nutrisi yang baik untuk hara pada tanah. Satu ekor sapi dewasa bobot 350 kg dapat menghasilkan kotoran dan urin 35 kg/ hari. Urin sapi umumnya memiliki kandungan hara yang lebih tinggi dibandingkan kotoran padat, sehingga pada aplikasinya tidak sebanyak penggunaan pupuk organik padat. Urin sapi mengandung unsur hara yaitu N=1,01% , P =0,50 % dan K=1,50%.

Nitrogen merupakan unsur ensensial bagi pertumbuhan tanaman, tanpa nitrogen pertumbuhan tanaman akan lambat. Pentingnya nitrogen bagi tanaman dipertegas dengan kenyataan bahwa dalam tanaman hanya karbon kandungan jumlahnya lebih banyak dari nitrogen, sehingga untuk memenuhi kebutuhan tanaman terhadap unsur ini, dapat dilakukan dengan pemberian urin sapi yang memiliki kandungan Nitrogen 1%.

Pemberian urin sapi diharapkan mampu memperbaiki unsur hara pada tanah yaitu meningkatkan kandungan nitrogen pada tanah. Perbaikan unsur hara pada tanah mampu meningkatkan mutu hijauan makan ternak ruminansia. Dari pemaparan diatas penulis tertarik untuk meneliti urin sapi sebagai pupuk cair fermentasi. Pertumbuhan dan produksi rumput ini akan lebih baik bila dilakukan pemupukan dengan dosis yang tepat dan sesuai. Penggunaan dosis pupuk cair urin sapi fermentasi mol buah (nenas, pisang, pepaya) secara optimal dapat meningkatkan produksi rumput gajah (Pennisetum purpureum). Oleh karenanya diperlukan suatu penelitian dengan tujuan untuk mengetahui respon produksi rumput gajah yang meliputi produksi bahan segar, produksi kering, jumlah anakan, tinggi tanaman, dan serapan N rumput gajah yang di berikan pupuk cair urin sapi fermentasi mol buah (nenas, pisang, pepaya) dengan dosis berbeda.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui respon pemberian pupuk cair urin sapi fermentasi mol buah terhadap produktivitas (jumlah anakan, tinggi tanaman, produksi segar, produksi kering) dan serapan N rumput gajah (Pennisetum purpureum).

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi peneliti, kalangan akademik dan masyarakat tentang respon pemberian pupuk cair urin sapi fermentasi mol buah terhadap peningkatan produksi dan serapan N hijauan makan ternak rumput gajah (Pennisetum purpureum). Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Hipotesis Penelitian

Pemanfaatan pupuk cair urin sapi fermentasi mol buah dapat meningkatkan produktivitas (jumlah anakan, tinggi tanaman, produksi segar, produksi kering) dan serapan N pada hijauan makan ternak rumput gajah (Pennisetum purpureum).

ABSTRAK

RINA MARIANA, 2016: Respon Pemberian Pupuk Cair Urin Sapi Fermentasi MOL Buah Terhadap Peningkatan Produktivitas dan Serapan N Rumput Gajah (Pennisetum purpureum). Dibimbing oleh NEVY DIANA HANAFI dan ISKANDAR SEMBIRING.

Pemanfaatan limbah peternakan sebagai pupuk organik diharapkan dapat membantu masyarakat karena memiliki nilai ekonomis, disamping itu kualitas dan kandungan unsur hara pupuk organik ini sangat bagus. Penelitian dilakukan di lahan percobaan Unit Penelitian Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada bulan April – Agustus 2016 menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan 5 ulangan. Perlakuan terdiri dari P0: kontrol (tanpa urin), P1: 50 ml pupuk cair urin sapi fermentasi, P2: 100 ml pupuk cair urin sapi fermentasi, P3: 150 ml pupuk cair urin sapi fermentasi. Parameter yang diamati adalah Tinggi tanaman, Jumlah anakan, Produksi segar, Produksi Kering, Serapan N.

Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian pupuk cair urin sapi fermentasi menggunakan dosis 150 ml/pot tanaman mampu meningkatkan produktivitas rumput gajah (Pennisetum purpureum) yaitu tinggi tanaman, jumlah anakan, produksi segar, produksi kering, dan serapan N tanaman.

ABSTRACT

RINA MARIANA, 2016 : The Responses of Fertilizing Ox Urine Fermentation by Local Microorganism for Increasing the Productivity and Absorption of Nitrogen of Napier Grass (Pennistum purpureum). Supervised by NEVY DIANA HANAFI and ISKANDAR SEMBIRING.

Livestock waste utilization as organic fertilizer is expected to help community as an economic value, in addition to the quality and nutrient content of organic fertilizers is very good. The study was conducted experiment research Unit of the Departetment of Animal Husbandry Faculty of Agriculture, University of North Sumatera in April – August 2016. The designt in this research used completely randomized design (CRD) with 5 treatments and 4 replications. Treatments were consisted of P0 : control, P1: 50 ml fertilizing ox urine fermentation, P2: 100 ml fertilizing ox urine fermentation, P3: 150 ml fertilizing ox urine fermentation. The observed parameters are Height of Plants, Number of Tillers, Fresh Materials Production, Dry Materials Production, The Absorption of Nitrogen.

The result showed fertilizing Ox Urine Fermentation using dosis 150 ml/pot plants that can increase the productivity of Napier Grass (Pennistum purpureum). Those are Height of Plants, Number of Tillers, Fresh Materials Production, Dry Materials Production, The Absorption of Nitrogen.

RESPON PEMBERIAN PUPUK CAIR URIN SAPI FERMENTASI

Dokumen terkait