DAFTAR PUSTAKA
Adiati, U. Soepeno. E. Handawirawan, A. Gunawan dan D. Angreani. 1995. Pengaruh Pemberian Pupuk kandang Terhadap Rumput Gajah (Pennisetum Purperium. Di kecamatan Puspo Kabupaten Pasuruan. Prosidang Seminar Nasional Peternakan 7-8 November.
Adijaya,I,. N dan Yasa, I., M. 2007. Pemanfaatan Bio Urine dalam produksi Hijauan Pakan ternak Rumput Raja. Prossiding Seminar nasional Dukungan Inovasi Teknologi dan kelembagaan dalam mewujudkan Agribisnis Industri Pedesaan, Mataram 22-23 juli 2007. Balai Desa Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian.
Albertus., 2011.. Demonstrasi Teknologi Pembuatan Pupuk Organik Cair Dari Urin Sapi di Kabupaten Sinjai. Sulsel.Litbang.Pertanian.go.id diakses pada juli 2011.
Agussuryani, S. 1995. Pengaruh Konsentrasi Urine Sapi dan Dosis Pupuk Kandang Ayam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman semangka Non Biji, Universitas Santo Thomas Medan, Hlm 21.
Agus, Fahmuddin,. 2005. Analisis Kimia Tanah,Tanaman, Air, dan Pupuk. Balai Penelitian Tanah. Departemen Pertanian.
Amien, Fadli,. 2014. Pemanfaatan Urin Sapi Sebagai Pestisida Ramah Lingkungan. Makalah Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam., Universitas Negeri Malang.
Amirullah, 2006. Pupuk cair. Diakses dari html/cara mudah fermentasi urine sapi. ppYahoo.id.
Djafaruddin. 1970. Pupuk dan pemupukan. Fakultas Pertanian Universitas Andalas.Padang. 70 hal.
Hariadi, 2011. Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Urine Sapi Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Rosella (hibiscus sabdariffa l.).Budidaya Pertanian., Fakultas Pertanian Universitas Andalas., Padang
Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo,& S. Lebdosukojo. 1980. Tabel Komposisi Bahan Makanan ternak untuk Indonesia. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Jipelos, 1989.Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Urine Sapi Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Rosella. Skripsi universitas Andalas. Padang .
Judoamidjojo et al,. 1992.Produksi Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) yang Diberi Pupuk N, P dan K dengan Dosis 0, 50 dan 100% pada Devoliasi Hari ke-45. Skripsi Hijauan Makan Ternak, Manokwari, Universitas Negeri Papuan.Papua
Lingga, P. Dan Marsono, 1991. Pupuk dan Cara Memupuk. Kanisius,. Jakarta. Muhhaka., 2012. Optimalisasi Pupuk Cair Urine Sapi Slury Biogas metode
Nanometer Untuk Meningkatkan Produktivitas Rumput Gajah. Seminar Nasional Pengembangan Sumberdaya Pedesaan Dan Kearifan Lokal Berkelanjutan.
Madjid, M.D, Bachtiar E. H, Fayzi, H. Hamida, 2011. Dasar Pupuk dan Pemupukan Kesuburan Tanah. USU Press.
Manauw, E. 2005. Pertumbuhan dan Produksi Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) pada Sistem Tiga Strata (STS) di Distrik Oransbari Kabupaten Manokwari. Skripsi Sarjana. Fakultas Peternakan Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Negeri Papua, Manokwari. (tidak diterbitkan).
Prihmantoro, H dan Indriyani, Y. H. 1994. Hidroponik Sayuran Semusim. Penebar Swadaya, Jakarta.
Reksohadiprodjo, S. 1994. Produksi Tanaman Hijauan Makan Ternak Tropik. BPFE. Universitas Gajah Mada
Reksohadiprodjo, S. 1989. Produksi Tanaman Hijauan Makan Ternak Tropik. BPFE. Universitas Gajah Mada. Jogyakarta
Sajimin Sutendi,E,Purwantari, N,D., dan Prawiradaputra.2000. Pengaruh Rasio Penggunaan Limbah Ternak dan Hijauan terhadap Kualitas Pupuk Cair. Gamma7(1), Hal 61-68.
Setiawan., 1998. Studi Pembuatan Pupuk Organik cair dari Fermentasi Urin Sapi (Fenisa) dengan Variasi Lokasi Peternakan Yang Berbeda. Program Studi Tehnik Lingkungan Hidup. Undip. Semaran
Sirait, J., N. D. Purwantari dan K. Simanihuruk. 2005. Produksi dan Serapan Nitrogen Rumput pada Naungan dan Pemupukan yang Berbeda. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner, 10 (3) : 175 - 181.
Dan Stardec Dalam Pembuatan Komposimbah Kulit KopiOleh:Imron Pane
Syarifuddin, NA. 2006. Nilai Gizi Rumput Gajah Sebelum dan Setelah Enzilase Pada Berbagai Umur Pemotongan. Produksi Ternak, Fakultas Pertanian UNLAM, Lampung.
Sostrosoedirjot, 1981. Pengaruh kompos pupukorganik yang Dipekaya dengan Bahan Mineral dan Pupuk Hayati terhadap SifatsifatTanah, Serapan Hara dan Produksi Sayuran Organik.Laporan ProyekPenelitian Program Pengembangan Agribisnis. Balai Penelitian Tanah..
Sufriyanto. Hastuti,JS., Prawbawa, D., Setyawati,S,J., Yuwono, E., Andyani,J., dan Pudjiasti.2011. Opimalisasi Pupuk cair Urin sapi Sapi Bunting dan Slurry Biogas Metode Nanometer Untuk Meningkatkan Produktivitas Rumput Gajah. Fakultas Peternakan. Universitas Jendral Soedirman.
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Medan. Penelitian ini berlangsung selama 4 bulan terhitung mulai dari Bulan April 2016 sampai dengan Agustus 2016 di Laboratorium Lahan Percobaan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan
Urin sapi, MOL limbah buah (nenas, pisang dan pepaya) sebagai starter pengurai pada saat fermentasi, molases sebagai sumber karbohidrat dan nitrogen
(N) bagi mikroorganisme, Rumput gajah (Pennisetum Purpureum) berupa pols sebagai objek yang akan diteliti.
Alat
Peralatan yang digunakan meliputi: cangkul, meteran, gembor, kertas label, pisau dan polybag, timbangan sebagai alat menimbang bahan segar dan
bahan kering, karung sebagai alat tempat rumput yang dipotong, oven sebagai alat pengeringan bahan segar setelah panen sehingga diperoleh bahan kering alat
untuk pengukur serapan N.
Metode penelitian
Adapun metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental
5 x 4 = 20 sampel.
Model pengacakan dapat dilihat pada denah berikut :
Tabel 3. Denah Plot tanaman percobaan setelah dilakukan pengacakan.
Baris 1 Baris 2 Baris 3 Baris 4
Perlakuan pada penelitian ini yaitu : P0 : kontrol (tanpa urin)
P1 : 50 ml pupuk cair urin sapi fermentasi/polybag tanaman P2 : 100 ml pupuk cair urin sapi fermentasi/ polybag tanaman
P3 : 150 ml pupuk cair urin sapi fermentasi/ polybag tanaman
Yij = µ +αi+εij
Keterangan :
i = 1, 2, 3,...i = perlakuan
j = 1, 2, 3, ...i = ulangan
Yij = nilai pengamatan pada perlakuan ke – i ulangan ke-j µ = nilai tengah umum
αi = pengaruh dari perlakuan ke-i
εij = efek galat percobaan pada perlakuan ke-i pada kelompok ke-j
Peubah yang Diamati
Jumlah anakan
anakan jika telah mempunyai daun, artinya daun telah membuka dengan sempurna. Jumlah anakan diukur setiap enam minggu sekali.
Tinggi tanaman
Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah sampai ujung daun tertinggi dengan cara menegakkan seluruh daun keatas sampai tegak lurus, kemudian
dilakukan pengukuran secara vertikal pada bagian tanaman yang paling tinggi dari permukaan tanah. Tinggi tanaman diukur setiap 10 hari sekali.
Produksi segar
Produksi segar rumput gajah diperoleh dengan melakukan penimbangan daun rumput gajah dalam keadaan segar atau tanpa dilakukan pengeringan pada
hasil pemotongan yang dilakukan setiap perlakuan. Penimbangan produksi segar rumput gajah dilakukan setiap 40 hari sekali.
Produksi kering
Produksi bahan kering diperoleh dari produksi bahan segar rumput gajah setelah dilakukan penimbangan. Selanjutnya di oven pada suhu 60oC selama 24 jam, kemudian ditimbang berat kering rumput tersebut.
Selanjutnya diambil sampel untuk mengetahui berat kering tanamn pada oven 105oC. Kemudian dilakukan konverse antara BK suhu 60oC dengan BK
sehu oven 105oC untuk mengetahui persentase bahan kering.
Serapan N
Analisis kadar nitrogen dilakukan dengan metode kjehdahl. Serapan Nitrogen diukur dari batang utama dan tulang daun/ ujung daun. Serapan N
dilakukan sebanyak 2 kali pada saat pemanenan pertama dan kedua. Proses pengukuran serapan N adalah dimulai dari pengambilan sampel data yaitu ujung daun, penyiapan sampel, kemudian menganalisis dengan metode kedjhal.
Proses pengukuran serapan N
Serapan N dihitung setiap pemanenan dengan menggunakan sampel daun
yang telah dihaluskan menjadi tepung kemudian dianlisis menggunakan tabung labu kedjhal. Hasil perhitungan serapan N dapat menggunakan rumus:
Serapan N = Produksi Kering setelah oven 60o C × N-total labu kedjhal.
Pelaksanaan penelitiaan
Pembuatan MOL Buah (Nenas, Pisang, dan Pepaya)
Pembuatan MOL limbah buah (nenas, pisang, pepaya) dibuat dengan cara
mencampur limbah buah berupa buahan busuk telah disiapkan yaitu limbah, pisang, nenas, dan pepaya masing-masing sebanyak 1 kg, air kelapa 10 liter dan
gula sebanyak 1 kg. Kemudian ditambahkan ragi tape sebanyak 8 buah. Semua bahan dimasukan kedalam satu wadah. Kemudian wadah ditutup dan dibiarkan
selama 14 hari untuk mengalami proses fermentasi.
Pembuatan pupuk cair fermentasi
Pembutan pupuk cair urin sapi fermentasi dilakukan dengan cara
pepaya) kemudian ditambahkan 250 gr gula merah. Semua bahan dimasukan kedalam satu wadah. Bahan di aduk dan dihomogenkan. Setelah diaduk dan homogen wadah ditutup rapat dan dibiarkan selama 14 hari. Setelah 14 hari pupuk
cair dapat digunakan.
Persiapan Media Tanam
Disiapkan tanah untuk media tanam dengan cara mengayak tanah sehingga
teksturnya rata dan terhindar dari sisa-sisa gulma. Diisi polybag ukuran 10 kg sebanyak 20 buah kemudian diberi pupuk cair dengan dosis yang sama. Tanah
yang sudah dipupuk dibiarkan selama 1 minggu. Kemudian bibit berupa stek ditanam pada semua polybag dengan jarak tanam 1m x 1m sesuai dengan kode
perlakuan dan ulangan.
Pemberian Pupuk Cair Urin Sapi Fermentasi
Setelah media tanam selesai pupuk cair urin sapi fermentasi juga dapat
digunakan, dilakukan pemberian masing-masing ke polybag sesuai dengan perlakuan setiap 1 bulan sekali.
Pemeliharaan Rumput
Dilakukan penyiraman pada sore hari supaya bibit cepat tumbuh. Tanaman dan sekitar lahan di siangi sehingga pertumbuhan rumput tidak terganggu oleh
Trimming
Trimming dilakukan pada saat usia rumput gajah telah mencapai 21 hari. Trimming dilakukan dengan cara memangkas seluruh perlakuan pada rumput
gajah bertujuan untuk menyeragamkan tanaman agar mendapatkan tinggi yang rata untuk mengetahui pertambahan tinggi pada saat defoliasi pertama. Trimming dilakukan dengan memotong tanaman dengan menyisahkan 10 cm panjang
tanaman dari permukaan tanah.
Pemanenan
Pemanenan dilakukan sebanyak 2 kali dengan interval pemotongan 40 hari, dilakukan dengan memotong tanaman dengan menyisahkan 10 cm panjang
tanaman dari permukaan Parameter yang diamati saat pemanenan adalah produksi segar, produksi bahan kering, jumlah anakan, tinggi tanaman dan serapan N.
Pengambilan Data
1. Jumlah anakan rumput gajah dilakukan setiap 4 minggu sekali setiap perlakuan. 2. Pertumbuhan tinggi tanaman dilakukan setiap 10 hari sekali setiap perlakuan. 3. Produksi segar rumput gajah setiap 6 minggu sekali dan stelah pemotongan
dilakukan penimbangan.
4. Produksi bahan kering rumput gajah setiap 6 minggu sekali setiap perlakuan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tinggi Tanaman Rumput Gajah (Pennistum purpureum)
Hasil penelitian diperoleh bahwa pemberian pupuk cair urin sapi fermentasi dengan dosis yang berbeda memberikan pengaruh yang nyata terhadap
pertumbuhan tinggi tanaman (Lampiran 2). Tinggi tanaman Rumput Gajah (Pennisteum purpureum) selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 4 berikut:
Tabel 4: Rataan tinggi tanaman Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) (cm/minggu) selama penelitian
Keterangan : Superskrip dengan huruf kecil yang berbeda kearah garis menunjukan adanya perbedaan yang nyata (P<0,05)
Analisis statistika menunjukan bahwa pemberian pupuk cair urin sapi
berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Pada pengujian lebih lanjut dengan menggunakan uji Duncan ( Lampiran 3) dapat diketahui bahwa tinggi tanaman
Amirullah (2016) menyatakan pemanfaatan urin dapat digunakan sebagai pupuk organik cair yang sangat berguna bagi pertanian. Pupuk organik cair mudah larut kedalam tanah dan membawa unsur-unsur hara penting untuk kesuburan
tanah. Adanya fermentasi mengakibatkan zat-zat kompleks dalam urin tersebut dipecah oleh mikroorganisme. Zat-zat kompleks akan mengalami perubahan
bentuk ke senyawa yang lebih sederhana atau dengan kata lain proses fermentasi akan mengubah senyawa kimia ke substart organik. Perubahan sifat senyawa dalam urin tersebut akan memperkaya kandungan bahan kimia yang berguna bagi
tanaman sehingga lebih mudah diserap oleh tanaman. Dengan demikian semakin tinggi pemberian urin sapi fermentasi sebagai pupuk akan meningkatkan produksi
bagi tanaman tersebut.
Seiring peningkatan penggunaan dosis pupuk urin sapi fermentasi terjadi peningkatan tinggi tanaman rumput gajah. Peningkatan rataan tinggi tanaman
dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 3 menunjukkan terjadi peningkatan tinggi tanaman seiring peningkatan penggunaan dosis pupuk. Penelitian menunjukkan bahwa perlakuan P0 dan P1 menghasilkan tinggi tanaman dengan rataan P0=87,39 cm, P1= 89,83,
dan P2= 96,70 nyata lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan P3 (111,8). Perbedaan tinggi tanaman Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) disebabkan
dikarenakan pada perlakuan P3 tanaman yang lebih banyak mendapat unsur hara sehingga pertumbuhannya lebih baik jika dibandingkan dengan tanaman yang tidak diberi pupuk (P0) atau sedikit diberi pupuk (P1). Hal ini sesuai dengan
pernyataan Madjid et al. (2011) yang menyatakan bahwa pupuk adalah suatu bahan yang bersifat organik maupun anorganik yang bila ditambahkan kedalam
tanah ataupun ketanaman dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, biologi tanah dan dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman.
Jumlah anakan Rumput Gajah (Pennisetum purpureum)
Hasil penelitian menunjukan pemberian dosis yang berbeda memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah anakan rumput gajah (Pennisetum purpureum)
(Lampiran 2). Jumlah anakan tertinggi dapat dilihat pada Tabel 5 berikut:
Tabel 5 :Rataan jumlah anakan rumput gajah (Pennisetum purpureum) (buah)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
1 2 3 4 5
Tabel 5 menunjukan bahwa pemberian pupuk cair urin sapi dengan dosis yang berbeda menunjukan pengaruh yang nyata terhadap jumlah anakan rumput
gajah (Pennisetum purpureum). Jumlah anakan rumput gajah
(Pennisetum purpureum) yang paling tinggi terdapat pada P3 yaitu dengan rataan 14,3 dan rataan terendah terdapat pada P0 yaitu 4,9 tunas/rumpun tanaman rumput
gajah. Dari uji Duncan (Lampiran 4) menyatakan adanya perbedaan yang nyata antara P0 dengan P1dan P2 dan berbeda nyata dengan perlakuan P3.
Seiring peningkatan penggunaan dosis pupuk urin sapi fermentasi terjadi
peningkatan jumalah anakan rumput gajah. Peningkatan jumlah anakan dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 4. Jumlah anakan rumput gajah Pennisetum purpureum
Berdasarkan Gambar 4 dapat diketahui bahwa rata-rata jumlah anakan tertinggi yaitu pada perlakuan P3 (14,3), kemudian disusul berturut-turut oleh
adalah terdapat pada P0 yaitu sebesar 4,9. Gambar menunjukan terjadi peningkatan jumlah anakan seiring peningkatan penggunaan dosis pupuk.
Perlakuan P0 (kontrol) menghasilkan rataan jumlah anakan 4,9 dan nyata
lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan (P1, P2, dan P3) dengan perlakuan jenis dosis yang berbeda. Hal ini disebabkan perlakuan P0 adalah kontrol (tanpa pemberian pupuk) sehingga mempengaruhi jumlah anakan yang tumbuh
dibandingkan dengan perlakuan dengan pemberian pupuk, karena tidak ada unsur hara dalam tanah yang menyediakan karbohidrat untuk pertumbuhan jumlah
anakan yang baru. Tanah yang memiliki nilai kebutuhan hara yang cukup akan menghasilkan nilai produksi yang baik pula terhadap pertumbuhan rumput gajah (Pennisetum purpureum) atau dengan kata lain dapat mendorong laju
pertumbuhan tunas-tunas rumput gajah (Pennisetum purpureum). Salah satu jenis pupuk yang baik, agar sifat fisik tanah dapat dipertahankan adalah pupuk organik.
Pupuk ini dapat berbentuk dari daun-daunan, jerami, atau kotoran hewan yang sudah lapuk/ hancur.
Pertumbuhan tunas dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu salah satunya
unsur hara. Hal ini didukung oleh pernyataan Sufriyanto et al. (2011) yang menyatakan perkembangbiakan tanaman diukur dari jumlah tunas yang
dihasilkan, hasil penelitian menggunakan pupuk cair urin sapi dengan dosis 0,5 ml/l menghasilkan 122,66 batang dari 21 rumpun tanaman rumput gajah. Pertumbuhan tunas dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu unsur hara yang tersedia
maka akan meningkatkan pertumbuhan tanaman termasuk didalamnya jumlah anakan.
Produksi Segar Rumput Gajah (Pennisetum purpureum)
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukan bahwa dosis pupuk
berpengaruh nyata terhadap produksi segar tanaman rumput gajah (Pennisetum purpureum). Uji Duncan menyatakan penggunaan pupuk cair urin
sapi fermentasi menunjukan perbedaan yang nyata terhadap produksi segar rumput gajah (lampiran 5). Perbedaan yang nyata dapat dilihat pada Tabel 6
berikut:
Keterangan : Superskrip dengan huruf kecil yang berbeda kearah garis menunjukan adanya perbedaan yang nyata (P<0,05)
Analisis data statistik menunjukan bahwa produksi segar rumput gajah
bahwa produksi tanaman pada rumput gajah (Pennisetum purpureum) yang paling tinggi dan berbeda nyata adalah pada perlakuan P3 (lampiran 5).
Seiring peningkatan penggunaan dosis pupuk urin sapi fermentasi terjadi
peningkatan produksi segar rumput gajah. Peningkatan produksi segar dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 5. Produksi segar rumput gajah (Pennisetum purpureum)
Berdasarkan Gambar 5 dapat dilihat seiring peningkatan penggunaan dosis pupuk urin sapi fermentasi terjadi peningkatan produksi segar rumput gajah.
Gambar 5 menunjukan adanya perbedaan yang nyata pada tiap-tiap perlakuan dosis pupuk yaitu dengan rataan P3 (598,84 gr), kemudian disusul berturut-turut
dengan perlakuan P2 (389,08 gr ), P1 (261,64 gr),dan data terendah terdapat pada P0 yaitu dengan jumlah produksi segar 227,084 gr. Hal ini menunjukan adanya pengaruh yang nyata terhadap pemberian dosis pupuk. Semakin tinggi pupuk
memperoleh produksi yang tinggi pada lahan tingkat kesuburannya rendah dapat dilakukan dengan pemberian pupuk organik. Penyediaan unsur hara terutama nitrogen (N), pospor (P), dan Kalium (K) dalam tanah secara optimal akan
meningkatkan produksi tanaman.
Produksi Kering Rumput Gajah (Pennisetum purpureum)
Hasil penelitian diperoleh bahwa dosis pemberian pupuk memberikan
pengaruh yang nyata terhadap produksi kering rumput gajah (Pennisetum purpureum) (Lampiran 2). Hasil produksi kering sejalan dengan hasil produksi segar rumput gajah. Hasil uji dengan menggunakan uji Duncan menyatakan
pemberian dosis yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata pada tiap perlakuan (Lampiran 6). Hasil rataan produksi kering Rumput gajah (Pennisetum
purpureum) dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7: Pengaruh dosis pupuk terhadap produksi kering (gr/rumpun) rumput gajah (Pennisetum purpureum)
Perlakuan Ulangan Jumlah (gr) Rataan (gr)
1 2
Keterangan : Superskrip dengan huruf kecil yang berbeda kearah garis menunjukan adanya perbedaan yang nyata (P<0,05)
gajah didapat pada P3 yaitu 107,41 gr/plot tanaman. Kemudian disusul dengan perlakuan P2 (73,45), P1 (61,95), dan data terendah adalah P0 (43,66). Hal ini
berbanding lurus dengan produksi segar rumput gajah (Penisetum purpureum).
Seiring peningkatan penggunaan dosis pupuk urin sapi fermentasi terjadi peningkatan produksi kering rumput gajah. Peningkatan produksi kering dapat
dilihat pada gambar berikut :
Gambar 6. Produksi kering rumput gajah (Pennisetum purpureum)
Berdasarkan dari Gambar 6 dapat dilihat terjadi peningkatan produksi bahan kering seiring peningkatan dosis pupuk. Semakin tinggi level penggunaan dosis pupuk urin sapi fermentasi maka prosuksi kering yang dihasilkan semakin
tinggi. Gambar menunjukan adanya perbedaan yang nyata dari tiap perlakuan. Produksi bahan kering yang tertinggi terdapat pada P3 yaitu dengan rataan 107,41
Produksi bahan kering sejalan dengan produksi bahan segar. Hal ini dikarenakan produksi bahan kering dipengaruhi oleh hasil bahan segar. Peningkatan produksi bahan kering rumput gajah dikarenakan pupuk cair urin sapi
menyediakan unsur hara untuk produksi tanaman rumput gajah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Muhakka (2012) yang menyatakan bahwa rumput gajah taiwan
tanggap terhadap pupuk cair urin sapi. Produksi bahan kering yang dihasilkan dengan penggunaan dosis 2 liter/ha menunjukan nilai yang nyata yaitu 208,80 gr/rumpun. Hal ini dikarenakan pupuk urin sapi menyediakan unsur hara N, yang
dibutuhkan dalam proses pembentukan protein tanaman sehinggga meningkatkan vegertatif tanaman seperti batang, daun, dan akar.
Serapan N Rumput Gajah ( Pennisetum purpureum)
Hasil penelitian menunjukan pengaruh yang nyata terhadap serapan N Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) (Lampiran 2). Adanya perbedaan yang
nyata dari tiap perlakuan pupuk cair urin sapi yang berbeda dosis dapat dilihat pada pada Tabel berikut :
Tabel 8: Pengaruh dosis pupuk terhadap produksi serapan N (gr/rumpun) rumput gajah (Pennisetum purpureum)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
1 2 3 4 5
Analisis statistika menyatakan adanya pengaruh yang nyata terhadap serapan N tanaman. Serapan N nyata pada perlakuan P3 yaitu 197,97 gr kemudian disusul P2 (134,08 gr), P1 (132,24), dan (97,85). Efisiensi serapan N penggunaan
urin sapi fermentasi pada P1 dan P2 relatif sama. Namun efisiensi penggunaan pupuk cair urin sapi fermentasi dengan dosis P3 menunjukan adanya perbedaan
yang nyata (lampiran 7). Tinggi serapan N sejalan dengan produksi bahan kering. Hal ini dikarenakan serapan N berkorelasi dengan jumlah bahan kering yang dihasilkan rumput gajah (Pennisetum purpureum ). Jika bahan kering yang
dihasilkan tinggi maka akan mempengaruhi serapan N yang dihasilkan. Hal ini tampak jelas pada perlakuan P3(197,97) nyata lebih tinggi dibanding perlakuan
P0, P1, dan P2.
Gambar 7. Serapan N rumput gajah (Pennisetum purpureum)
Berdasarkan Gambar 7 dapat dilihat produksi serapan N semakin meningkat seiring peningkatan penggunaan dosis pupuk urin sapi fermentasi.
nyata terhadap serapan N rumput gajah (Pennisetum purpureum). Efisiensi serapan N perlakuan P3 menunjukan hasil penyerapan N sebesar 197,97 gr dan yang terendah adalah P0 yaitu 97,85 gr/rumpun. Hal ini dikarenakan bahan
organik yang terdapat didalam urin ( N-organik) mampu menitrifikasi bakteri-baketri tanah menjadi asam amino kemudian menjadikan (NH4) dan (NH3) yang
larut kedalam tanah yang semua komponen tersebut berperan didalam proses fotosintesis tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Agus (2005) yang menyatakan bahwa nitrogen berperan dalam pelaksanaan fotosintesis pada
tanaman. Salah satu faktor peranan penting nitrogen adalah pengaruhnya terhadap penggunaan karbohidrat didalam tanaman. Nitrogen berfungsi dalam peningkatan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Hasil penelitian memperlihatkan terjadi peningkatan produksi tanaman seiring peningkatan dosis penggunaan pupuk organik urin sapi fermentasi.
Semakin tinggi penggunaan pupuk cair urin sapi fermentasi semakin tinggi produktivitas yang dihasilkan diantaranya produksi tinggi tanaman, jumlah
anakan, produksi segar, produksi bahan kering dan serapan N tanaman rumput gajah (Pennisetum purpureum).
Saran
Untuk meningkatkan produksi hijauan makan ternak dapat menggunakan
pupuk cair urin sapi fermentasi. Disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan pupuk cair urin sapi fermentasi mol buah dengan
TINJAUAN PUSTAKA
Urin Sapi
Urin sapi merupakan salah satu limbah cair dari peternakan sapi, yang dapat
ditemukan di tempat pemeliharaan hewan. Urin ini dibentuk didaerah ginjal setelah
dieleminasi dari tubuh melalui saluran kencing dan berasal dari metabolisme nitrogen
dalam tubuh ( urea, asam urat, dan keratin) serta 90% urin terdiri dari air. Urin yang
dihasilkan ternak dipengaruhi oleh makanan, aktivitas ternak, suhu, konsumsi air dan
sebagainya. Urin yang dihasilkan ternak sebagai hasil metabolisme mempunyai nilai
yang sangat bermanfaat yaitu kadar N, P, dan K yang sangat tinggi, urin mudah
diserap tanaman dan urin mengandung hormon pertumbuhan tanaman
(Sostrosoedirjoet, 1981).
Urin sapi sering juga disebut dengan pupuk kandang cair. Urin sapi mengandung unsur hara N, P, K, dan bahan organik, yang berperan dalam
memperbaiki struktur tanah. Urin sapi dapat digunakan langsung sebagai pupuk baik pupuk dasar maupun pupuk susulan (Sutanto, 2002).
Urin yang diaplikasikan pada saat tanaman berumur setelah satu minggu setelah tanam, pengaruhnya mulai nampak nyata bahkan sangat nyata terhadap panjang tanaman, karena konsentrasi urin sapi yang disemprotkan lewat daun
mampu menstimulir panjang daun (Agusuryani, 1995).
Nutrisi alami belum banyak digunakan atau dimanfaatkan oleh masyarakat
hara yang berlainan. Pupuk kandang cair jarang digunakan, padahal kandungan haranya lebih banyak. Hal ini disebabkab untuk menampung urin ternak lebih susah, repot dan secara estetika juga kuran baik (Phrimantoro, 1994).
Pemanfaatan urin dapat digunakan sebagai pupuk organik cair yang sangat berguna bagi pertanian. Pupuk organik cair mudah larut kedalam tanah dan
membawa unsur-unsur hara penting untuk kesuburan tanah (Muhammad, 2012).
Tabel 1. Jenis dan kandungan zat hara pada beberapa kotoran ternak padat dan cair.
Penelitian pemanfaatan urin sapi yang dilakukan pada rumput raja
menunjukan bahwa urin sapi dosis 7500 lt/ ha, mampu meningkatkan biomassa rumput raja pada panen pertama sebesar 90,18 %, dibandingkan tanpa
pemupukan. Pemupukan dengan dosis 7.500 lt/ha memberikan biomassa rumput raja 54,05 ton ha-1 tidak berbeda dengan penggunaan 250 kg urea ha-1 dan 54,94 ha-1, sedangkan kontrol tanpa pemupukan menghasilkan biomassa 28,42 ton ha-1
(Adijaya dan Yasa, 2007).
Fermentasi
segala macam proses metabolisme (enzim, jasad renik secara oksida, reduksi, hidrolisa atau reaksi kimia lainnya) yang melakukan perubahan kimia pada suatu substrat organik dengan menghasilkan produk akhir. Prinsip dari fermentasi ini
adalah bahan limbah organik dihancurkan oleh mikroba dalam kisaran temperatur dan kondisi tertentu yaitu fermentasi. Studi tentang jenis bakteri yang respon
untuk fermentasi dimulai sejak tahun 1892 sampai sekarang. Ada dua tipe bakteri yang terlibat yaitu bakteri fakultatif yang mengkonversi selulosa menjadi glukosa selama proses dekomposisi akhir dari bahan organik yang menghasilkan bahan
yang sangat berguna dan alternatif energi pedesaan (Judoamidjojo et al., 1992).
Sumber nitrogen sangat mempengaruhi pola fermentasi. Mikroorganisme akan mampu tumbuh dengan cepat dengan adanya unsur nitrogen dalam bentuk
organik dan beberapa membutuhkan unsur nitrogen yang absolutMol (mikroorganisme lokal) merupakan kumpulan mikroorganisme yang bisa
dikembangbiakan, yang berfungsi sebagai starter dalam pembuatan bokasi ataupun kompos. Pemanfaatan limbah pertanian seperti buah-buahan yang tidak layak konsumsi untuk diolah menjadi mol dapat meningkatkan nilai tambah
limbah serta mengurangi pencemaran ligkungan (Juanda et al., 2011).
Fermentasi dapat terjadi karena ada aktivitas mikroorgansime penyebab
fermentasi pada substart organik yang sesuai, proses ini dapat menyebabkan perubahan fisik tersebut. Lama fermentasi dipengaruhi oleh faktor-faktor yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi lama fermentasi. Waktu
fermentasi yang lama akan menyebabkan cadangan makanan berkurang karena dimanfaatkan mikrobia didalamnya (Sirait, 2005).
Urin Sapi Fermentasi
Berdasarkan hasil pengamatan pada urin yang difermentasi terdapat perbedaan kandungan diantara keduanya. Kandungan nitrogen pada saat sebelum yang memiliki kandungan hara N, P, K adalah 1,1;0,5;0,9 dan saat urin
difermentasi terjadi peningkatan kandungan jumlah unsur hara N, P, K menjadi 2,7;2,4;3,8. Fermentasi bertujuan meningkatkan unsur hara. Selain itu bau urin
sapi yang difermentasi menjadi kurang menyengat dibanding dengan bau urin yang belum difermentasi (Amien, 2014).
Pada proses fermentasi urin terdapat kelebihan jika dibanding dengan urin yang tidak difermentasi. Kandungan urin yang telah difermentasi akan meningkat dibanding urin yang tidak difermentasi dimana peningkatan kandungan hara yang
terdapat didalamnya menyuburkan tanaman. Selain itu, bau urin yang telah difermentasi menjadi kurang menyengat dibanding dengan bau urin yang belum
difermentasi (Albertus, 2011).
Rumput Gajah (Pennisetum purpureum)
Rumput gajah (Pennisetum purpureum) merupakan jenis rumput unggul yang mempunyai produktivitas dan kandungan zat gizi yang cukup tinggi serta
memiliki palatabilitas yang tinggi bagi ternak ruminansia. Tanaman ini merupakan salah satu jenis hijauan pakan ternak yang berkualitas dan disukai
terhadap pemupukan, serta menghendaki tingkat kesuburan tanah yang tinggi. Rumput gajah tumbuh merumpun dengan perakaran serabut, dan terus
menghasilkan anakan apabila dipangkas secara teratur (Syarifuddin, 2006).
Adiati et al. (1995) menyatakan bahwa pertumbuhan dan produksi rumput gajah di Indonesia sangat bervariasi. Pertumbuhan dan produksi rumput ini akan lebih baik bila dilakukan pemupukan dengan dosis yang tepat dan sesuai.
Penggunaan dosis pupuk N, P, dan K secara optimal dapat meningkatkan produksi rumput gajah.
Rumput gajah dibudidayakan dengan potongan batang (stek) atau sobekan rumpun (pols) sebagai bibit. Bahan stek berasal dari batang yang sehat dan tua, dengan panjang stek 20 – 25 cm (2 – 3 ruas atau paling sedikit 2 buku atau mata).
Waktu yang terbaik untuk memotong tanaman yang akan dibuat silase adalah pada fase vegetatif, sebelum pembentukan bunga (Reksohadiprodjo, 1994).
Penggunaan rumput ini dapat digunakan untuk dikeringkan sebagai hay ataupun silase, disamping itu juga bisa dijadikan rumput pengembalaan kerena memiliki defoliasi yang bagus tetapi tidak dapat dipotong di bawah 30 cm
(Skerman dan Riveros, 1990).
Tabel 2. Kandungan nutrisi rumput gajah (pennisetum purpureum)
Nutrisi Kandungan (%)
BK 76
PK 8,8
SK 33,6
BETN 42,9 Sumber :(Hartadi et al.,1980).
Pemupukan
Pupuk cair diberikan setiap 10 hari sekali dengan cara disemprotkan pada tanaman, perbandingan pupuk cair dengan air adalah 1 liter pupuk cair berbanding
5 liter air. Penyemprotan pupuk cair dilakukan diareal tanaman seperti batang dan daun, saat melakukan pemupukan mengikuti arah mata angin agar pupuk cair yang disemprotkan tidak mempengaruhi petak percobaan lain yang memiliki
perlakukan berbeda.
Sajimin et al. (2001) menyatakan bahwa untuk memperoleh produksi yang
tinggi pada lahan yang tingkat kesuburannya rendah dapat dilakukan dengan penggunaaan pupuk organik. Penyediaan unsur hara terutama nitrogen (N), pospof
(P), dan kalium (K) dalam tanah secara optimal bagi tanaman dapat meningkatkan produksi tanaman. Disamping upaya penyediaan unsur hara perlu juga dilakukan pemilihan jenis hijauan unggul yang cocok dan responsif terhadap pemupukan.
Pemupukan dengan dosis 7.500 L/ha memberikan biomassa rumput raja 54,05 ton ha-1 tidak berbeda dengan penggunaan 250 kg urea ha-1 dan 54,94 ha-1, sedangkan kontrol tanpa pemupukan menghasilkan biomassa 28,42 ton ha-1.
Penelitian pemanfaatan urin sapi yang dilakukan pada rumput raja menunjukan bahwa urin sapi dosis 7500 l/ ha, mampu meningkatkan biomassa rumput raja
Produktivitas
Beberapa dosis perlakuan urin sapi memberikan pengaruh yang sama
terhadap semua pariabel pertumbuhan pada tanaman rosella, kecuali pada tinggi
tanaman, panjang cabang primer tanaman rosella umur 13 minggu dan jumlah bunga
pertanaman dan perplot. Dosis urin sapi 1.200 ml/tanaman adalah yang terbaik untuk
pertumbuhan tanaman rosella, yang memberikan pengaruh lebih tinggi, dan cabang
primer yang lebih panjang pada umur 13 minggu (Hariadi, 2011).
Masa panen rumput gajah yaitu umur 55-65 hari atau sebelum berbunga. Pada
umur tersebut rumput gajah belum terlalu muda dan terlalu tua. Cara memanen
rumput gajah adalah dengan cara memotong batangnya dari bagian tanah, kira-kira
10-15 cm dari permukaan tanah. Kalau pemotongannya tinggi atau terlalu rendah,
maka tunas yang tumbuh tidak akan terlalu banyak, maka pemotongan rumput gajah
harus diperhatikan. Produktifitas rumput gajah pertahunnya adalah 40 ton/ha/tahun.
Produksi Bahan Segar
Manauw (2005), menyatakan penggunaan sistem tiga strata (STS) tanpa
pemupukan melaporkan produksi segar rumput gajah 2,14 k/m2. Penggunaan pupuk
urea dosis tinggi 900 kg urea/ha menghasilkan 525 ton/ha/tahun atau setara dengan
5,25 kg/ha/tahun sedangkan menggunakan pupuk N, P, K menghasilkan 29,86 kg/m2.
Produktivitas rumput gajah yang diberikan pupuk urin sapi bunting dengan
dosis 0,5 ml/ l yang disiram setiap satu minggu sekali pada defoliasi 45 hari sampai
60 hari menunjukan hasil panen sebanyak 19,733 kg atau 9,85 kg/m2. Hal ini
dikarenakan faktor vegetatif atau pertumbuhan karena pada waktu tanaman tumbuh
pembelahan sel akan menjadi lambat maka perkembangan sel tanaman juga menjadi
lambat. Unsur nitrogen berfungsi untuk pertumbuhan dan pembentukan sel vegetatif,
meningkatkan pertumbuhan tanaman, menyehatkan pertumbuhan daun,
meningkatkan kadar protein dalam tubuh tanaman, meningkatkan kualitas tanaman
penghasil daun serta meningkatkan mikroorganisme dalam tanah (Amirullah, 2006).
Produksi Kering
Produksi berat kering yang dihasilkan dari suatu sistem pemeliharaan rumput
gajah dengan penggunaan dosis urin sapi 2 liter/ha menunjukan nilai yang sangat
nyata yaitu 208,80 gr/rumpun. Hal ini dikarenakan pupuk urin sapi yang diberikan
menyediakan unsur hara N, yang dibutuhkan dalam proses pembentukan protein
tanaman sehingga meningkatkan perumbuhan vegetatif tanaman seperti batang, daun
dan akar. Hasil tersebut menunjukan bahwa rumput gajah taiwan tanggap terhadap
pupuk cair urin sampai dosis 2L/ha. Hal ini terlihat dari peningkatan produksi berat
kering rumput gajah taiwan seiring dengan peningkatan dosis pupuk cair 1 sampai
2L/ ha (Muhakka, 2012).
Rumput gajah merupakan tumbuhan yang memerlukan hari dengan waktu siang yang pendek, dengan foto periode kritis antara 13-12 jam. Kandungan nutrisi rumput gajah terdiri atas: 19.9% bahan kering (BK), 10.2% protein kasar
(PK), 1.6% lemak, 34.2% serat kasar, 11.7% abu dan 42.3% bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) (Reksohadiprodjo, 1985).
Jumlah Anakan
Perkembangbiakan tanaman diukur dari jumlah tunas yang dihasilkan, hasil
menghasilkan 122,66 batang dari 21 rumpun tanaman rumput gajah. Pertumbuhan
tunas dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu unsur hara yang tersedia dan asupan unsur
hara (pemupukan) dan faktor defoliasi. Defoliasi oleh manusia atau renggutan hewan
dapat mempengaruhi keseimbangan hormon antara lain sitokinin dengan auksin pada
ketiak daun dibawah ujung batang. Sintesis auksin terjadi pada bagian tanaman yang
sedang mengalami pertumbuhan atau meristematis terutama pada ujung batang.
Tinggi dan rendahnya sisa potongan mempengaruhi pertumbuhan tanaman untuk
selanjutnya, baiknya dilakukan 40 hari pada musim penghujan dan 60 hari pada
musim kamarau (Sufriyanto et al., 2011).
Serapan N
Dalam praktek pemupukan, nitrogen yang diserap tanaman hanya berkisar
antara 22-65 %. Secara umum efisiensi serapan nitrogen pada lahan sawah beririgasi hanya bisa mencapai 45% dan sisanya sekitar 55% tidak dapat dimanfaatkan tanaman (Jipelos, 1989). Dari hasil penelitian dengan penambahan
pupuk organik 2 ton/ha dan 50kg/ha urea + 100 kg/ha SP-36 + 50 kg/ha ZA
mampu meningkatkan serapan N tanaman padi sebesar 40,71%
(Djafaruddin, 2006).
Unsur nitrogen (N) terutama berfungsi untuk merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, terutama batang, cabang, dan daun. Pemberian urin
sapi sebagai pupuk organik merupakan salah satu cara untuk mengatasi kekurangan hara dan bahan organik pada tanah sehingga dapat mendukung
Tingkat efisiensi serapan N baik pada penggunaan urin sapi yang diperkaya urea 20% maupun yang tidak diperkaya dengan pemupukan 150 kg/ha urea relatif sama. Namun efisiensi serapan N pada dosis pemupukan 150 kg/ha
urea lebih tinggi dibandingkan dengan 300 kg/ha urea apabila sama-sama
dikombinasikan dengan aplikasi 120 L/ha urin sapi
diperkaya urea 20%, yaitu 89,28% dan 51,12%. Secara agronomis, efisiensi pemupukan 150 kg/ha urea juga lebih tinggi dibandingkan dengan 300 kg/ha urea apabila dikombinasikan dengan aplikasi 120 Lt/ha urin sapi diperkaya urea 20%,
yakni 43,67 kg/kg urea dan 18,72 kg/kg urea.
Peredaran nitrogen didalam tanah dapat bersumber dari udara bebas. Namun nitrogen bebas udara tidak dapat langsung digunakan, nitrogen harus
diubah dulu menjadi bentuk amonium dan nitar melalui kegiatan-kegiatan jasad renik mengikat nitrogen dari udara, baik yang bebas atau yang bersimbiosis
dengan tanaman seperti bintil akar tanaman leguminosa dengan bakteri rhizobium. Selain itu, sumber nitrogen dalam tanah adalah dari hasil dekomposisi bahan organik. Bahan organik mengandung protein (N organik), selanjutnya dalam
dekomposisi bahan organik protein akan dilapuki oleh jasad-jasad renik menjadi asam-asam amino, kemudian menjadi (NH4) dan nitrat (NO3) yang larut kedalam
Gambar 1. Siklus Nitrogen PadaTanaman
Nitrogen berperan dalam pelaksanaan fotosintesis dalam tanaman. Salah
satu faktor penting peranan nitrogen adalah pengaruhnya terhadap penggunaan karbohidrat didalam tanaman. Nitrogen berfungsi dalam peningktan ukuran sel yaitu menyebabkan daun dan batang tanaman menjadi lebih sukulen dan kurang
keras juga berfungsi dalam warna hijau tanaman (Agus, 2005).
Serapan N dapat dilakukan dengan Senyawa nitrogen organik dioksidasi dalam lingkungan asam sulfat pekat dengan katalis campuran selen membentuk
(NH4)2SO4. Kadar amonium dalam ekstrak dapat ditetapkan dengan cara destilasi atau
spektrofotometri. Pada cara destilasi, ekstrak dibasakan dengan penambahan larutan
NaOH. Selanjutnya, NH3 yang dibebaskan diikat oleh asam borat dan dititar dengan
larutan baku H2SO4 menggunakan penunjuk Conway. Cara spektrofotometri
menggunakan metode pembangkit warna indofenol biru. Cara destilasi merupakan
cara dengan menggunakan metode N-kedjhal yaitu pipet 10 ml ekstrak contoh ke
dalam labu didih. Tambahkan sedikit serbuk batu didih dan aquades hingga setengah
volume labu. Siapkan penampung NH3 yang dibebaskan yaitu erlenmeyer yang berisi
10 ml asam borat 1 % ditambah 2 tetes indikator Conway (berwarna merah) dan
dihubungkan dengan alat destilasi. Dengan gelas ukur, tambahkan NaOH 40%
sebanyak 10 ml ke dalam labu didih yang berisi contoh dan secepatnya ditutup.
Destilasi hingga volume penampung mencapai 50–75 ml (berwarna hijau). Destilat
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu bagian yang meningkatkan produksi peternakan ruminansia
adalah pakan. Pakan hijauan dibutuhkan dalam proses pemenuhan nutrisi kebutuhan ternak ruminansia. Sebagai pakan ternak ruminansia, ketersediaan
hijauan makanan ternak merupakan hal sangat penting. Hijauan berkualitas dalam jumlah yang memadai sepanjang tahun akan berpengaruh terhadap produktivitas ternak. Namun kenyataannya ketersediaan hijuan berkualitas untuk pakan ternak
ruminansia sangat terbatas.
Ketersedian hijauan pakan ternak dibatasi oleh rendahnya unsur hara pada
tanah disebagian besar wilayah Indonesia yang memiliki daerah jenis tanah rendah akan hara, sehingga ketersediaan hijauan yang ditanam akan menghasilkan produktivitas yang rendah pula. Ketersedian yang rendah ini berimbas kepada
pemenuhan nutrisi pakan ternak ruminansia. Untuk menyikapi hal itu diperlukan intensifikasi dalam pemeliharaan hijauan makan ternak.
Intensifikasi dapat dilakukan dengan cara perbaikan unsur tanah dengan menggunakan cairan urin sapi. Urin sapi merupakan cairan sisa hasil sekresi metabolisme yang dikeluarkan dari dalam tubuh yang masih mengandung nutrisi
yang baik untuk hara pada tanah. Satu ekor sapi dewasa bobot 350 kg dapat menghasilkan kotoran dan urin 35 kg/ hari. Urin sapi umumnya memiliki
Nitrogen merupakan unsur ensensial bagi pertumbuhan tanaman, tanpa nitrogen pertumbuhan tanaman akan lambat. Pentingnya nitrogen bagi tanaman dipertegas dengan kenyataan bahwa dalam tanaman hanya karbon kandungan
jumlahnya lebih banyak dari nitrogen, sehingga untuk memenuhi kebutuhan tanaman terhadap unsur ini, dapat dilakukan dengan pemberian urin sapi yang
memiliki kandungan Nitrogen 1%.
Pemberian urin sapi diharapkan mampu memperbaiki unsur hara pada tanah yaitu meningkatkan kandungan nitrogen pada tanah. Perbaikan unsur hara
pada tanah mampu meningkatkan mutu hijauan makan ternak ruminansia. Dari pemaparan diatas penulis tertarik untuk meneliti urin sapi sebagai pupuk cair
fermentasi. Pertumbuhan dan produksi rumput ini akan lebih baik bila dilakukan pemupukan dengan dosis yang tepat dan sesuai. Penggunaan dosis pupuk cair urin sapi fermentasi mol buah (nenas, pisang, pepaya) secara optimal dapat
meningkatkan produksi rumput gajah (Pennisetum purpureum). Oleh karenanya diperlukan suatu penelitian dengan tujuan untuk mengetahui respon produksi rumput gajah yang meliputi produksi bahan segar, produksi kering, jumlah
anakan, tinggi tanaman, dan serapan N rumput gajah yang di berikan pupuk cair urin sapi fermentasi mol buah (nenas, pisang, pepaya) dengan dosis berbeda.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui respon pemberian pupuk cair urin sapi fermentasi mol buah terhadap produktivitas (jumlah anakan, tinggi tanaman, produksi segar,
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi peneliti, kalangan akademik dan masyarakat tentang respon pemberian pupuk cair urin sapi
fermentasi mol buah terhadap peningkatan produksi dan serapan N hijauan makan ternak rumput gajah (Pennisetum purpureum). Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar sarjana di Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Hipotesis Penelitian
Pemanfaatan pupuk cair urin sapi fermentasi mol buah dapat
meningkatkan produktivitas (jumlah anakan, tinggi tanaman, produksi segar, produksi kering) dan serapan N pada hijauan makan ternak rumput gajah
ABSTRAK
RINA MARIANA, 2016: Respon Pemberian Pupuk Cair Urin Sapi Fermentasi MOL Buah Terhadap Peningkatan Produktivitas dan Serapan N Rumput Gajah (Pennisetum purpureum). Dibimbing oleh NEVY DIANA HANAFI dan ISKANDAR SEMBIRING.
Pemanfaatan limbah peternakan sebagai pupuk organik diharapkan dapat membantu masyarakat karena memiliki nilai ekonomis, disamping itu kualitas dan kandungan unsur hara pupuk organik ini sangat bagus. Penelitian dilakukan di lahan percobaan Unit Penelitian Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada bulan April – Agustus 2016 menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan 5 ulangan. Perlakuan terdiri dari P0: kontrol (tanpa urin), P1: 50 ml pupuk cair urin sapi fermentasi, P2: 100 ml pupuk cair urin sapi fermentasi, P3: 150 ml pupuk cair urin sapi fermentasi. Parameter yang diamati adalah Tinggi tanaman, Jumlah anakan, Produksi segar, Produksi Kering, Serapan N.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian pupuk cair urin sapi fermentasi menggunakan dosis 150 ml/pot tanaman mampu meningkatkan produktivitas rumput gajah (Pennisetum purpureum) yaitu tinggi tanaman, jumlah anakan, produksi segar, produksi kering, dan serapan N tanaman.
ABSTRACT
RINA MARIANA, 2016 : The Responses of Fertilizing Ox Urine Fermentation by Local Microorganism for Increasing the Productivity and Absorption of Nitrogen of Napier Grass (Pennistum purpureum). Supervised by NEVY DIANA HANAFI and ISKANDAR SEMBIRING.
Livestock waste utilization as organic fertilizer is expected to help community as an economic value, in addition to the quality and nutrient content of organic fertilizers is very good. The study was conducted experiment research Unit of the Departetment of Animal Husbandry Faculty of Agriculture, University of North Sumatera in April – August 2016. The designt in this research used completely randomized design (CRD) with 5 treatments and 4 replications. Treatments were consisted of P0 : control, P1: 50 ml fertilizing ox urine fermentation, P2: 100 ml fertilizing ox urine fermentation, P3: 150 ml fertilizing ox urine fermentation. The observed parameters are Height of Plants, Number of Tillers, Fresh Materials Production, Dry Materials Production, The Absorption of Nitrogen.
The result showed fertilizing Ox Urine Fermentation using dosis 150 ml/pot plants that can increase the productivity of Napier Grass (Pennistum purpureum). Those are Height of Plants, Number of Tillers, Fresh Materials Production, Dry Materials Production, The Absorption of Nitrogen.
RESPON PEMBERIAN PUPUK CAIR URIN SAPI FERMENTASI
MOL BUAH TERHADAP PENINGKATAN PRODUKTIVITAS
dan SERAPAN N RUMPUT GAJAH (Pennisetum Purpureum)
SKRIPSI
Oleh :
RINA MARIANA 120306035
PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RESPON PEMBERIAN PUPUK CAIR URIN SAPI FERMENTASI
MOL BUAH TERHADAP PENINGKATAN PRODUKTIVITAS
dan SERAPAN N RUMPUT GAJAH (Pennisetum Purpureum)
SKRIPSI
Oleh:
RINA MARIANA 120306035
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di program studi Peternakan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul : Respon Pemberian Pupuk Cair Urin Sapi Fermentasi MOL Buah terhadap Peningkatan Produktivitas dan Serapan N Rumput Gajah (Pennisetum purpureum )
Nama : Rina Mariana Nim : 120306035 Program studi : Peternakan
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
Dr. Nevy Diana Hanafi, S.Pt., M.Si Ir. Iskandar Sembiring, MM.
Ketua Anggota
Mengetahui,
ABSTRAK
RINA MARIANA, 2016: Respon Pemberian Pupuk Cair Urin Sapi Fermentasi MOL Buah Terhadap Peningkatan Produktivitas dan Serapan N Rumput Gajah (Pennisetum purpureum). Dibimbing oleh NEVY DIANA HANAFI dan ISKANDAR SEMBIRING.
Pemanfaatan limbah peternakan sebagai pupuk organik diharapkan dapat membantu masyarakat karena memiliki nilai ekonomis, disamping itu kualitas dan kandungan unsur hara pupuk organik ini sangat bagus. Penelitian dilakukan di lahan percobaan Unit Penelitian Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada bulan April – Agustus 2016 menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan 5 ulangan. Perlakuan terdiri dari P0: kontrol (tanpa urin), P1: 50 ml pupuk cair urin sapi fermentasi, P2: 100 ml pupuk cair urin sapi fermentasi, P3: 150 ml pupuk cair urin sapi fermentasi. Parameter yang diamati adalah Tinggi tanaman, Jumlah anakan, Produksi segar, Produksi Kering, Serapan N.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian pupuk cair urin sapi fermentasi menggunakan dosis 150 ml/pot tanaman mampu meningkatkan produktivitas rumput gajah (Pennisetum purpureum) yaitu tinggi tanaman, jumlah anakan, produksi segar, produksi kering, dan serapan N tanaman.
ABSTRACT
RINA MARIANA, 2016 : The Responses of Fertilizing Ox Urine Fermentation by Local Microorganism for Increasing the Productivity and Absorption of Nitrogen of Napier Grass (Pennistum purpureum). Supervised by NEVY DIANA HANAFI and ISKANDAR SEMBIRING.
Livestock waste utilization as organic fertilizer is expected to help community as an economic value, in addition to the quality and nutrient content of organic fertilizers is very good. The study was conducted experiment research Unit of the Departetment of Animal Husbandry Faculty of Agriculture, University of North Sumatera in April – August 2016. The designt in this research used completely randomized design (CRD) with 5 treatments and 4 replications. Treatments were consisted of P0 : control, P1: 50 ml fertilizing ox urine fermentation, P2: 100 ml fertilizing ox urine fermentation, P3: 150 ml fertilizing ox urine fermentation. The observed parameters are Height of Plants, Number of Tillers, Fresh Materials Production, Dry Materials Production, The Absorption of Nitrogen.
The result showed fertilizing Ox Urine Fermentation using dosis 150 ml/pot plants that can increase the productivity of Napier Grass (Pennistum purpureum). Those are Height of Plants, Number of Tillers, Fresh Materials Production, Dry Materials Production, The Absorption of Nitrogen.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Merbau Kanan pada tanggal 09 Oktober 1994 dari ayah Sahat Hutasoit dan Ibu Rumintang Gultom. Penulis merupakan putri ke-3
dari 6 bersaudara.
Tahun 2012 penulis lulus dari SMA negeri 1 Meranti Kabupaten Asahan dan pada tahun yang sama masuk ke Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara melalui jalur SNMPTN tertulis.
Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif sebagai anggota Ikatan
Mahasiswa Peternakan (IMAPET) dan anggota Ikatan Mahasiswa Kristen Peternakan (IMAKRIP).
Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di PT. Sabas
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian
yang berjudul “Respon Pemberian Pupuk Cair Urin Sapi Fermentasi Mol Buah terhadap Peningkatan Produktivitas dan Serapan N Rumput Gajah (Pennisetum
purpureum)”.
Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kedua orang tua penulis yang telah mendidik serta memotivasi penulis selama ini. Penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada Ibu Nevy Diana Hanafi dan Bapak Iskandar Sembiring, selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang
telah membimbing dan memberikan berbagai masukan kepada penulis.
Disamping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada civitas akademi di Program Studi Peternakan serta semua rekan akademi yang tidak dapat
disebutkan satu per satu yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat bagi ilmu
DAFTAR ISI
Kegunaan Penelitian... 3
Hipotesis Penelitian ... 3
TINJAUAN PUSTAKA Urin Sapi ... 4
Fermentasi ... 5
Rumput Gajah ( Pennisetum pupureum) ... 7
Urin Sapi Fermentasi... 7
Pemupukan ... 8 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 15
Bahan dan Alat Penelitian ... 15
Bahan ... 15
Alat ... 15
Peubah Penelitian ... 15
Proses Pengukuran Serapan N ... 18
Pembuatan Mol Limbah Pertanian ... 18
Pembuatan Pupuk Urine Cair ... 18
Persiapan Media Tanaman ... 19
Pemberian Pupuk Cair Urin Sapi ... 19
Pemeliharaan Rumput gajah ... 19
DAFTAR TABEL
No Ha
1. Kandungan nutrisi urin sapi ... 5
2. Kandungan nutrisi rumput gajah (Pennisetum purpureum) ... 8
3. Denah plot tanaman percobaan setelah dilakukan pengacakan ... 16
4. Rataan tinggi tanaman rumput gajah (Pennisetum purpureum) ... 21
5. Rataan jumlah tanaman rumput gajah (Pennisetum purpureum) ... 23
6. Rataan produksi segar tanaman rumput gajah (Pennisetum purpureum) ... 26
7. Rataan produksi kering tanaman rumput gajah (Pennisetum purpureum)... 27
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
1. Skema Penyerapan N Pada Tanaman ... 12
2. Pengukuran Serapan N Metode Kedjhal ... 13
3. Tinggi tanaman rumput gajah (Pennisetum purpureum) ... 22
4. Jumlah anakan tanaman rumput gajah (Pennisetum purpureum) ... 25
5. Produksi tanaman rumput gajah (Pennisetum purpureum) ... 27
6. Produksi kering tanaman rumput gajah (Pennisetum purpureum) ... 29