• Tidak ada hasil yang ditemukan

Better Education through Reformed Management and Universal Teacher Upgrading (BERMUTU)

Dalam dokumen Buku Laporan TW III 2014 (Halaman 129-132)

BERMUTU merupakan proyek yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatan kompetensi dan kinerja guru. Terdapat empat komponen untuk mencapai tujuan tersebut yaitu: i) mereformasi pendidikan bagi calon guru; ii) Memperkuat upaya peningkatan mutu guru pada tingkat kabupaten dan sekolah; iii) memperbaharui sistem akuntabilitas dan insentif untuk meningkatkan kinerja dan karir guru; dan iv) meningkatkan monitoring dan evaluasi mutu guru dan prestasi belajar murid. Executing agency dari proyek ini adalah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Proyek ini efektif pada tanggal 5 Februari 2008 dan berakhir pada 31 Desember 2013. Pinjaman IBRD untuk proyek mencapai USD 24,5 juta, pinjaman IDA mencapai SDR 40,3 juta, dan hibah sebesar USD 52 juta.

Tabel 4.2 Profil Proyek Better Education through Reformed Management and Universal Teacher Upgrading

Kode Loan 4349-IND

Nama Proyek Better Education through Reformed Management and

Universal Teacher Upgrading

122

Nilai Pinjaman USD 87,13 juta

Masa Laku Pinjaman 30 Juni 2007 s/d 31 Desember 2013

Pencapaian Indikator Kinerja

Hingga akhir pelaksanaan proyek, sebagian besar capaian indikator proyek telah melebihi target. Salah satu contoh indikator yang berhasil melampaui target adalah turunnya tingkat kemangkiran guru. Keberhasilan pelaksanaan indikator ini menunjukan adanya suatu sistem yang sudah terbangun untuk perbaikan tingkat kehadiran guru. Keberlanjutan dari sistem tersebut penting untuk dilakukan.

Pembelajaran

Terdapat beberapa hasil identifikasi pembelajaran dari proyek ini. Baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun pasca berakhirnya proyek. Salah satu pembelajaran penting dari BERMUTU adalah perlunya sosialisasi atau pemberian informasi-informasi penting terkait dengan proyek pinjaman untuk menghindari kesalahpahaman atau kurangnya pemahaman pada pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan. Apabila pada saat proyek berjalan terdapat kesalahpahaman ataupun terdapat pihak yang kurang mendapatkan informasi terkait dengan proyek pinjaman maka hal tersebut dapat menjadi hambatan bagi pelaksanaan proyek. Sebagai contoh, pada proyek ini terdapat Satker yang belum memahami pengalokasian anggaran PHLN sehingga banyak Satker yang tidak mengalokasikan dana pendamping. Seharusnya, ketika proyek pinjaman akan berjalan, proyek tersebut dapat memberikan informasi terkait dengan pengalokasian anggaran PHLN, sehingga tahap perencanaan pada proyek ini dapat lebih baik. Contoh lainnya adalah adanya perbedaan persepsi antara pemerintah pusat dan kabupaten/kota terkait dengan DBL yang langsung disalurkan kepada kelompok sasaran yang dinilai melangkahi wewenang kabupaten. Sebaiknya ketika awal mula pelaksanaan kegiatan, pemerintah dapat menyamakan persepsi terlebih dahulu dengan kabupaten terkait.

Sementara itu, pasca berakhirnya proyek BERMUTU terdapat dua pembelajaran penting. Pertama, meningkatnya sinergisitas antara pemerintah yaitu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan Kabupaten/Kota (Disdik) dalam pengelolaan dan pengembangan profesionalitas guru yang diamanahkan dalam UU No. 14 Tahun 2005. Kedua, tumbuhnya kesadaran kelompok sasaran (Guru, Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah) tentang manfaat program bagi karir mereka sehingga sebagian kelompok sasaran berinisiatif melanjutkan kegiatan dengan swadana.

Keberlanjutan dan Rencana Replikasi

Beberapa upaya yang dilakukan untuk menjaga kesinambungan kegiatan adalah sebagai berikut:  Sejak Tahun 2013 Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Dasar

telah mengembangkan program Replikasi dan Diseminasi yang didukung oleh pengalokasian angggaran termasuk untuk DBL dengan sasaran 8 Provinsi mitra dan 17 Provinsi perluasan, sehingga semua provinsi tercakup;

 Sebagian besar (48) dari 75 Kabupaten/Kota Mitra menerbitkan Perbup/PerWali yang mengawal sustainability program. Hal ini mengindikasikan terbangunnya harmonisasi kebijakan Pusat dan Daerah di era otonomi daerah;

Sebagian Kabupaten/Kota telah mengadopsi program dan mengalokasikan anggaran untuk replikasi dan diseminasi termasuk DBL.

123

BAB V

PENUTUP

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pemantauan terhadap pelaksanaan kegiatan yang dibiayai dari pinjaman/hibah luar negeri Triwulan III TA 2014, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

 Total nilai pinjaman luar negeri pada Triwulan III TA 2014 mencapai ekuivalen USD 18.042,89 juta. Penarikan pinjaman dari seluruh pinjaman luar negeri sampai dengan Triwulan III TA 2014 (posisi 30 September 2014) adalah sebesar ekuivalen USD 6.796,44 juta atau 37,67% dari total nilai pinjaman, sehingga total pinjaman yang belum ditarik sebesar ekuivalen USD 11.246,44 juta. Realisasi penyerapan periode Januari – September 2014 mencapai ekuivalen USD 1.845,42 juta atau 56,87% dari target penyerapan TA 2014 sebesar ekuivalen USD 3.244,89 juta. Jumlah proyek yang dipantau dalam Triwulan III TA 2014 meliputi 126 proyek (139 Loan Agreement) dan 54 proyek dari pembiayaan KSA/LPKE;

 Permasalahan yang umumnya terjadi dalam pelaksanaan proyek di triwulan ini adalah: i) pengadaan tanah yang masih menjadi kendala di Kementerian Pekerjaan Umum dan PT.PLN; ii) pengadaan barang dan jasa yang masih menjadi hambatan di Kementerian Pekerjaan Umum dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan; iii) proses pencairan dan pencatatan masih menjadi penyebab keterlambatan penyerapan di Kementerian Pertahanan, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan PT. PLN; iv) kekurangan/kelebihan alokasi anggaran dalam DIPA yang memerlukan revisi masih menjadi penghambat proyek-proyek yang dilaksanakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Perhubungan, dan Kementerian Kesehatan;

 Pelaksanaan kegiatan hibah dalam Triwulan III TA 2014 dilaporkan oleh 19 Kementerian/Lembaga. Jumlah kegiatan hibah mencapai 143 proyek dengan total nilai hibah sebesar ekuivalen USD 714 juta;

Lesson learned dari proyek-proyek yang telah selesai sebagaimana terdapat dalam laporan akhir proyek (Project Completion Report) Sustainable Aquaculture Development for Food Security and Poversty Reduction (SAFVER), antara lain i) merencanakan waktu yang memadai untuk konsultan desain dalam mempersiapkan desain pekerjaan sipil guna menjamin kualitas pekerjaan; ii) memastikan kembali kapasitas kontraktor untuk menyelesaikan pekerjaan sipil tepat waktu dengan standar kualitas yang baik sebelum melakukan kontrak pekerjaan; iii) melibatkan partisipasi kepala daerah sejak awal proyek untuk memastikan keberlanjutan dukungan dan menjaga keberlanjutan manfaat yang didapatkan dari proyek; dan iv) kepemimpinan yang efektif dan baik dari Direktur Proyek serta komitmen yang kuat dari konsultan dalam memantau dan mengawasi proyek merupakan kunci utama keberhasilan proyek. Adapun pembelajaran yang bisa diperoleh dari proyek Better Education through Reformed Management and Universal Teacher Upgrading adalah perlunya sosialisasi atau pemberian berbagai informasi penting terkait dengan proyek pinjaman untuk menghindari kesalahpahaman atau kurangnya pemahaman pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan.

124

Dalam dokumen Buku Laporan TW III 2014 (Halaman 129-132)