• Tidak ada hasil yang ditemukan

Biaya Modal Rata-rata Tertimbang

Institut Pertanian Bogor

DAFTAR PUSTAKA 75 LAMPIRAN

2.7 Biaya Modal

2.7.1 Biaya Modal Rata-rata Tertimbang

Perusahaan dalam membiayai proyek investasinya dapat dilakukan dengan modal sendiri, sehingga cost of capital sebesar cost of rate sebesar biaya modal sendiri. Terkadang perusahaan seringkali tidak hanya menggunakan satu sumber dana melainkan dari berbagai sumber dana. Apabila perusahaan menggunakan kombinasi beberapa jenis sumber dana, maka cost of capital yang diperlukan diperhitungkan adalah keseluruhan biaya modal atau disebut sebagai weighted average cost of capital atau biaya modal rata-rata tertimbang.

Biaya modal rata-rata tertimbang sering digunakan dalam perhitungan cost of capital, dengan formula sebagai berikut:

RWACC = (B/(B+S)) x rB x (1-Tc) + (s/(B+S)) x rS ... (2.1)

 rs = cost of equity

 rB = cost of debt

 rWACC = weighted average cost of capital

 B = The value of Debt

 S = The value of equity

 Tc = Pajak Perusahaan

Nilai estimasi untuk cost of debt dapat ditentukan melalui perhitungan tingkat rata-rata suku bunga pinjaman yang digunakan perusahaan. Apabila pinjaman perusahaan tidak dapat dinilai market value nya, maka dapat dinilai dari book value.

2.7.2 Cost of Equity

Biaya ekuitas merupakan biaya yang mengacu pada hak investor atas investasi yang ditanamkannya. Dalam subyek cost of capital secara keseluruhan, maka cost of equity ini adalah yang paling sulit, karena tidak ada cara untuk mengamati atau mengetahui secara langsung tingkat return yang diharapkan oleh investor. Biaya ekuitas dipengaruhi oleh tingkat disclosure, risiko (BETA) dan nilai pasar ekuitas. Profesi keuangan mengalami kesulitan dalam mengembangkan suatu pendekatan dalam menghitung tingkat pengembalian yang diinginkan oleh investor. Namun ada satu metode yang sering digunkan untuk mengitung tingkat pengembalian investor yaitu model CAPM (capital asset pricing model). Model ini merupakan suatu persamaan yang menyamakan tingkat pengembalian yang diharapkan dengan tingkat premi ditambah dengan premi asuransi untuk resiko sistematis. Model ini tergantung pada tiga hal: (Keown, 2008) 1. Tingkat bebas resiko, krf,

2. Resiko sistematis dari pengembalian saham biasa relatif teradap pasar secara kesulurahan.

3. Premi resiko pasar, yang sama dengan perbedaan tingkat pengembalian yang diharapkan untuk pasar secara keseluruhan.( km – krf)

Dengan CAPM, tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor dapat ditulis sebagai berikut:

kc = krf + β(km – krf) ... (2.2) kc = Cost of equity

krf = risk free interest rate km = expected market return

β = Beta coeficient

Persamaan diatas menggambarkan pengembalian risiko yang ada di pasar, dimana resiko ditetapkan dengan istilah beta. Tingkat bebas resiko merupakan instrumen keuangan yang tidak memiliki resiko, biasanya adalah tingkat suku bunga obligasi pemerintah.

Robert S Hamada memperkenalkan suatu formulasi yang mengkombinasikan antara teori MM (setelah pajak) dengan CAPM untuk mencari perkiraan nilai cost of equity pada perusahaan leverage (Brigham & Gapensky, 1997).

Dalam trade off theory faktor financial risk termasuk kedalam financial distress cost yang akan mengurangi nilai perusahaan. Untuk mengetahui hubungan beta unleverage dengan beta leverage dapat dilihat sebagai berikut:

βL = βu[1+(1-Tc) x (D/E)] ... (2.3)

2.8 Hutang

Hutang merupakan sumber dana eksternal yang sangat diperlukan apabila perusahaan mengalami pertumbuhan. Keputusan penggunaan dana ekternal diambil setelah sumber dana internal tidak mampu membiayai keseluruhan dana yang diperlukan perusahaan. Sumber dana dari hutang menimbulkan kewajiban membayar bunga dan pokok pinjaman. Pembayaran bunga dan pokok pinjaman memiliki prioritas sebelum sisa keuntungan tersedia untuk para pemegang saham. Perusahaan dikatakan mempunyai financial leverage apabila perusahaan tersebut menggunakan

sumber dana dengan beban tetap (salah satu diantaranya adalah hutang). Tujuan financial leverage adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan (value of the firm) yang lebih tinggi. Untuk mewujudkan tujuan tersebut diperlukan strategi penentuan struktur modal. (Sugihen SG, 2003)

Pajak penghasilan badan usaha merupakan biaya bisnis yang utama bagi hampir kebanyakan perusahaan. Akibatnya perusahaan menghabiskan banyak waktu dan usaha untuk meminimalkan beban pajaknya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan memilih pendanaan melalui hutang karena sifat bunga yang dibayarkan kepada pemberi pinjaman yang bersifat deductible atas laba usaha sehingga mengurangi beban pajak perusahaan. Brigham dan Houston (2001) mengemukakan bahwa bunga merupakan beban yang dapat dikurangkan dengan tujuan perpajakan, dan pengurangan tersebut sangat bernilai bagi perusahaan yang terkena tarif pajak yang tinggi. Karena itu, makin tinggi tarif pajak perusahaan makin besar penggunaan hutang (Siahaan, Lubis dan Bahri, 2009). Manfaat dari hutang dapat terlihat pada perolehan laba seperti berikut ini.

EBT = EBIT - Beban bunga ... (2.4) EAT = EBT – Beban Pajak ... (2.5) Perhitungan beban pajak dihitung berdasarkan nilai dari earning before tax (EBT) sehingga apabila beban bunga semakin tinggi maka akan mengurangi nilai EBT yang akan mengakibatkan beban pajak semakin kecil. Dengan kata lain penggunaan hutang akan mengurangi beban pajak perusahaan. Namun pada suatu titik tertentu beban bunga (hutang) yang terlalu tinggi akan berdampak pada ketidakstabilan kondisi perusahaan dan mengakibatkan resiko terjadi kebangkrutan. Beban bunga yang terjadi karena adanya hutang merupakan prioritas pertama dalam segi pembayaran dibandingkan dengan beban pajak, selain itu juga perusahaan tidak bisa menangguhkan beban bunga. Oleh karena itu dibutuhkan kondisi penggunaan hutang yang tepat.

2.9 Struktur Modal Optimal

Dalam memahami struktur modal optimal dapat dilihat dari hubungan dasar keuangan. Dapat dikatakan bahwa nilai perusahaan dapat

optimal ketika biaya modal minimal. Dengan menggunakan nilai sederhana pertumbuhan nol maka nilai perusahaan dapat dihitung sebagai berikut:

... (2.6) N = Nilai Perusahaan

EBIT = Laba sebelum bunga dan pajak Tax = Tarif Pajak

rWACC = Biaya modal rata-rata tertimbang

Jika EBIT dianggap konstan maka nilai perusahaan dapat maksimal dengan cara meminimalkan biaya modal rata-rata tertimbang. Umumnya semakin rendah biaya modal rata-rata tertimbang, semakin besar perbedaan antara biaya dari hasil proyek, dan menyebabkan semakin besar penghasilan pemilik. Dengan meminimalkan biaya modal rata-rata tertimbang memungkinkan manajemen untuk dapat mengambil lebih banyak proyek yang menguntungkan dan dapat meningkatkan nilai perusahaan. Dalam kenyataannya, WACC perusahaan akan meningkat dan nilai perusahaan akan menurun setelah mencapai titik tertentu, seperti terlihat pada Gambar 4 sebagai berikut ini:

Gambar 4. Biaya Modal dan Nilai Perusahaan (dalam kenyataan) (Sumber : Siaw, 1999)

Dari gambar tersebut, terlihat ada kombinasi hutang dan ekuitas tertentu yang menghasilkan biaya modal minimum dan nilai perusahaan maksimum. Salah satu perhatian utama dari manajer keuangan adalah menetukan struktur modal optimal yang akan meminimumkan biaya modal dan memaksimumkan nilai perusahaan.

Pada kenyataannnya sulit untuk mendapatkan struktur modal yang optimal, hal ini dikarenakan tidak mungkin untuk mengetahui posisi pasti dimana struktur modal yang optimal. Pada umumnya perusahaan hanya berada pada struktur modal yang diyakini mendekati optimal. Kenyataannya laba ditahan dan segala sumber serta jumlah pembiayaan baru akan mengakibatkan perubahan pada struktur modal, hal inilah yang mengakibatkan struktur modal selalu berubah dan tidak akan pernah berada pada suatu kondisi struktur modal yang optimum, melainkan berada pada sebaran struktur modal.

Dalam pemilihan pendanaan dengan hutang dan ekuitas, tidak ada teori yang berlaku umum, karena masing-masing perusahaan memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Ada beberapa teori keuangan yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan pendanaan. Menurut balanced theory, perusahaan mendasarkan keputusan pendanaan pada struktur modal yang optimal. Struktur modal yang optimal dibentuk dengan menyeimbangkan manfaat dari penghematan pajak atas penggunaan hutang terhadap biaya

Stephen A. Ross menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan manufacturing umumnya memiliki komposisi hutang jangka panjang antara 0%-50% dari total kapitalisasi, sedangkan perusahaan utilities sekitar 30%-60%. Sementara banyak studi mengenai struktur modal yang menyimpulkan aturan umum bahwa cost of capital akan minimum dalam komposisi hutang berbanding ekkuitas 1:2 berbeda data struktur modal untuk perusahaan di beberapa Negara dan Amerika Serikat diberikan dalam Tabel 2 dan Tabel 3.

Tabel 2. Perbandingan Struktur Modal di Beberapa Negara Negara Persentase debt terhadap Nilai pasar

Amerika 48% Jepang 72% Jerman 49% Kanada 45% Perancis 58% Italia 59% Sumber : Ross SA (1997)

Tabel 3. Struktur modal beberapa industri di Amerika Serikat

Perusahaan Presentase Debt terhadap nilai pasar

Leverage tinggi Konstruksi bangunan 60,2% Industri perhotelan 55,4% Transportasi udara 38,8% Logam Dasar 29,1% Kertas 28,2 Leverage Rendah

Industri kimia dan obat 4,80%

Elektronika 9,10%

Jasa manajemen 12,30%

Komputer 9,60%

Pelayanan Kesehatan 15,20%

Sumber : Ross SA(1997) 2.10 Valuasi

Tujuan dilakukannya penilaian bisnis (valuasi bisnis) adalah disamping untuk melakukan aktivitas merger dan akuisisi, tetapi juga untuk 1) divestasi ataupun penambahan ekuitas dari mitra baru dalam perusahaan, 2) penjualan sebagian saham kepada publik. Dengan business valuation, pelaku bisnis dapat mengetahui nilai wajar ekuitas suatu perusahaan untuk perolehan pendanaan dan investor perlu mengukur berapa capital gain dari saham untuk menilai perkembangan kekayaannya (Nurhayati E, 2009). Melakukan valuasi perusahaan berarti mengukur tidak hanya kekayaan (aset) tetapi juga keterkaitannya dengan utang dan ekuitas. Secara umum dikenal tiga pendekatan dalam melakukan valuasi yaitu metode discounted cash flow, metode penilaian relatif (relative valuation) dan metode contingent claim valuation. Berikut ini adalah penjelasan masing-masing dari ketiga model tersebut (Prasetyo AH, 2011):

1. Metode Discounted Cash Flow: metode ini menekankan penerapan time value of money pada setiap variabel yang digunakan. Di satu

sisi, metode ini dapat digunakan untuk memprediksi nilai perusahaan beberapa periode kedepan. Di sisi lain, metode ini dipandang sebagai salah satu metode yang termasuk dalam kategori cukup realistis.

2. Metode Penilaian Relatif : Metode ini mendasarkan perhitungan pada keterkaitan antara aset yang divaluasi dengan aset yang menjadi benchmark. Metode ini juga mendasarkan nilai aset pada nilai pasarnya.

3. Contingent Claim Valuation : Metode ini umumnya digunakan untuk menilai sekuritas yang diterbitkan oleh perusahaan. Sekuritas tersebut dapat berupa saham biasa, warrant, maupun obligasi. Dari metode yang telah dijelaskan sebelumnya, setiap metode memiliki jenis metodenya masing-masing yang dapat dilihat pada Gambar 5 sebagai beikut:

Gambar 5. Metode Valuasi (Sumber : Damodaran Aswath, 2002)

Untuk menilai perusahaan maka digunakan metode discounted cash flow, dalam metode DCF nilai dari suatu aset merupakan present value dari expected cash flow asset tersebut yang kemudian didiskontokan pada suatu nilai discount rate yang menggambarkan tingkat risiko dari expected cash flow tersebut (Damodaran, 2001). Metode DCF dalam

aplikasinya tidak terlepas dari kelebihan dan kekurangan. Hal inilah yang membuat terjadinya perkembangan valuasi dalam dunia keuangan. Menurut Mun dalam Baroto (2008) terdapat kelebihan dari metode DCF yaitu:

1. Jelas serta konsisten dalam decision criteria untuk seluruh proyek. 2. Terdapat faktor time value of money yang menunjukkan nilai

sesungguhnya sekarang. Serta struktur risiko yang sudah terkandung didalam time value of money.

3. Mudah dalam menjelaskan kepada pihak manajemen.

Namun diantara kelebihan tersebut, metode DCF juga memiliki banyak kekurangan seperti:

1. Ketidakpastian dimasa yang akan datang membuat hasil dari metode DCF yang statis menjadi kurang dinamis.

2. Proyek-proyek yang dinilai berdasarkan metode DCF bersifat lebih pasif.

3. Seluruh tingkat risiko diasumsikan sudah diwakilkan oleh factor discount rate, padahal dalam kenyataan tingkat risiko tersebut dapat berubah tiap waktu.

4. Metode DCF mengasumsikan cash flow dimasa depan dapat diramalkan dengan tepat.

Metode DCF memiliki kelemahan dalam kasus terjadi perubahan struktur modal perusahaan, yang berdampak juga pada nilai perusahaan. Hal ini diantisipasi oleh metode Adjusted Present Value (APV), metode ini memisahkan free cash flow atas arus kas dari operasi dan arus kas dari sumber lain-lain yang umumnya didominasi oleh perlindungan pajak (tax shield). Pendekatan APV, dimulai dengan nilai perusahaan tanpa hutang. Dengan menambah hutang perusahaan, Damodaran mempertimbangkan efek pada nilai bersih dengan mempertimbangkan baik manfaat dan biaya pinjaman. Untuk melakukan ini, Damodaran mengasumsikan bahwa manfaat dari pinjaman adalah risiko tambahan kebangkrutan. (Damodaran A, 2002)

2.11 Penelitian Terdahulu

Penelitian ini merujuk kepada penelitian terdahulu mengenai analisis optimasi struktur modal. Skripsi yang disusun oleh Mohamat Emir Ferdian (2008) yang berjudul Analisa Optimasi Struktur Modal dan Manajemen Kas PT Indonesia Power Dalam Usahanya Untuk Memenuhi Ekspansi Usaha yang Dimiliki menggunakan model MM dengan perhitungan WACC dan asumsi optimasi struktur modal didapat ketika WACC minimum. Hasil valuasi pada penelitian tersebut menunjukkan bahwa perusahaan masih memiliki prospek yang sangat baik untuk berkembang. Dari aspek optimasi struktur modal, struktur modal yang paling optimal dengan rasio hutang sebesar 30% .

Selain penelitian oleh Ferdian (2008) terdapat rujukan berupa tesis yang disusun oleh Dini S. Mardiani (2001) dengan judul penelitian yaitu Analisis Struktur Modal yang Optimal LASMO PLC. Pada penelitian tersebut menggunakan anlisis sensitivitas dengan melihat pengaruh perubahan struktur modal LASMO terhadap biaya modal dan nilai perusahaan. Adapun hasil penelitian tersebut memberikan dua alternatif struktur modal optimal yaitu pada saat rasio hutang 60% dan 40%.

3.1 Kerangka Pemikiran

Tahapan awal yang dilakukan untuk menganalisis optimasi struktur modal pada PT Pusri adalah dengan menganalisis laporan keuangan. Selain itu melihat rencana jangka panjang tahun 2012-2014 untuk membiayai investasi-investasi yang akan dilakukan. Sumber dana sendiri terbagi menjadi dua yaitu sumber dana hutang yang akan dilihat pada hutang jangka panjang, dan sumber dana modal sendiri.

Analisis lainnya yang akan dilakukan yaitu analisis perusahaan, analisis regresi linear sederhana dan analisis valuasi. Alat analisis yang digunakan untuk menganalisis perusahaan yaitu analisis rasio serta analisis tren. Sedangkan pada analisis valuasi menggunakan metode penilaian langsung. Alat analisis yang digunakan dalam penilaian langsung yaitu discounted cash flow yang dikembangkan, untuk dapat mengantisipasi kelemahan DCF maka dibantu dengan metode Free Cash Flow of Firm (FCFF) dan Adjusted Present Value (APV). Hasil dari analisis ini dapat digunakan oleh perusahaan sebagai pedoman dalam menetapkan keputusan manajerial dimasa yang akan datang. Untuk lebih jelasnya kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 6.

PT Pupuk Sriwidjaya

Analisis Perusahaan

Analisis Rasio, Tren

Analisis Optimasi Struktur Modal

- Regresi linear sederhana - Korelasi

Pearson Optimasi Struktur Modal

Pada PT Pusri Analisis Valuasi

FCFF, APV

Keterangan:

: Alat Analisis

Gambar 6. Kerangka Pemikiran Penelitian

Penelitian ini didasarkan pada suatu proses alur pikir peneliti. Alur pemikiran menggambarkan suatu proses pelaksanaan penelitian hingga mencapai suatu hasil. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 7.

Struktur modal dan strategi pendanaan

Kebutuhan modal yang dibutuhkan untuk membiayai investasi-investasi yang akan dilakukan

Laporan Keuangan

Periode 2006-2010 Sebelum pelaksanaan Spin Off

Analisis Regresi Rencana Jangka

Panjang

Kebutuhan Investasi

Gambar 7. Alur Pikir

FBYDD:

Biaya Modal, harga, maupun profit.

FBYTDD:

Kondisi Perekonomian, Waktu, Penilaian, Resiko. Existing Problem: Struktur modal penting untuk diperhatikan perusahaan agar dapat meningkatkan nilai perusahaan Data Sekunder Internet, Buku, Annual Report. Data & Informasi : Profil Perusahaan, Laporan Keuangan (2006-2010), Rencana Jangka Panjang Proses: Analisis perusahaan (anilisis rasio, analisis trend), Analisis valuasi (analisis FCFF, APV), analisis regresi dan korelasi linear sederhana. Output : Kondisi keuangan perusahaan, debt berpengaruh terhadap laba berih, Nilai WACC minimum. Outcome: Kombinasi Rasio hutang & ekuitas agar struktur modal optimal, Rumusan strategi, Implikasi manajerial Impact : Struktur modal optimal, Peningkatan nilai perusahaan Parameter Kontrol :

1.komposisi hutang jangka panjang antara 0%-50% dari total kapitalisasi.

2.cost of capital akan minimum dalam komposisi hutang berbanding ekkuitas 1:2

Feed Back Lingkungan Eksternal: Kebijakan Politik, Globalisasi

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian yang dipilih adalah PT Pusri, Jalan Mayor Zen, kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan. Penelitian ini dilakukan selama satu bulan pada bulan Januari sampai Februari 2012. Penelitian ini didesain hanya untuk laporan keuangan, laporan rencana jangka panjang, dan laporan keuangan lainnya selama 5 tahun yaitu tahun 2006-2010 sebelum penetapan spin off, sehingga dapat diketahui struktur modal optimal dan dapat memprediksi strategi pendanaan kedepannya bagi PT Pupuk Sriwidjaja.

3.3 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif dan kuantitatif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti suatu kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu set pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskriptif, gambaran, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta. Sedangkan metode kuantitatif adalah penelitian yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya, tujuan penelitian kuantitatif adalah untuk mengembangkan dan menggunakan model-model matematis. (Nazir M, 2005).

3.4 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan (Nazir, 2005). Data yang dikumpulkan berupa data sekunder. Data sekunder adalah data yang pengumpulannya dilakukan oleh pihak lain. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh melalui studi pustaka. Data ini diperoleh dari Laporan Keuangan PT Pusri pada tahun 2006-2010, rencana jangka panjang PT Pusri, artikel tentang PT Pusri, skripsi yang terkait, jurnal, dan internet.

3.5 Metode Analisis Data

Metode yang digunakan dalam pengolahan data adalah menggunakan beberapa alat analisis keuangan dan alat analisis statistik, yaitu:

3.5.1 Analisis Laporan Keuangan

Laporan keuangan dirancang untuk membantu direktur, manajer, kreditor, dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya untuk mengambil keputusan-keputusan bisnis. Analisis laporan keuangan yang akan digunakan dalam penelitian ini teknik analisis rasio, dan analisa tren, hal ini dikarenakan pada analisis rasio menggambarkan kondisi keuangan perusahaan secara menyeluruh yang tergambar dari rasio likuiditas, aktivitas, solvabilitas dan profitabilitas. Sedangkan analisis tren dipilih karena penelitian ini ingin melihat kecenderungan perkembangan dari struktur modal yang terlihat dari kewajiban jangka panjang, modal dan laba bersih. Analisa rasio diantaranya yaitu:

1. Analisis Rasio

Analisis ini digunakan untuk melihat gambaran tentang baik- buruknya posisi keuangan suatu perusahaan. Analisis rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis rasio likuiditas, aktivitas, solvabilitas, dan profitabilitas.

a. Analisis Rasio Likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya suatu perusahaan. Rasio likuiditas yang digunakan yaitu rasio lancar dan cepat karena kedua rasio tersebut cukup untuk menggambarkan tingkat likuiditas perusahaan.

a) Rasio Lancar :

... (3.1) b) Rasio Cepat :

... (3.2) b. Analisis Rasio Aktivitas akan diketahui berbagai hal yang

dapat mengukur kinerja mereka selama ini. Berikut ini ada beberapa jenis-jenis rasio aktivitas diantaranya yaitu:

a) Perputaran Persediaan :

... (3.3) b) Perputaran Aktiva Tetap :

... (3.4) c) Perputaran Total Aktiva :

... (3.5) c. Rasio Solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan. Dalam praktiknya, terdapat beberapa jenis rasio solvabilitas yang sering digunakan, diantaranya yaitu:

a) Rasio Utang :

... (3.6) b) Debt to Equity Ratio (DER) :

……….……. (3.7)

d. Rasio Profitabilitas dapat dilakukan dengan melakukan perbandingan antar berbagai komponen yang ada dalam laporan keuangan. Ada beberapa jenis rasio profitabilitas yang dapat digunakan dalam analisis kinerja keuangan , yaitu:

a) Profit Margin :

... (3.8) b) Return on Investment (ROI) :

... (3.9) c) Return on Equity (ROE) :

... (3.10) (Kasmir, 2010)

2. Analisis Tren

Analisis tren digunakan untuk menunjukkan kecenderungan dari suatu laporan keuangan. Dimana dalam penelitian ini menguji dengan menggunakan tiga model yaitu model tren linear, quadratic, dan exponential growth. model yang dipilih yaitu model yang menghasilkan tingkat MAPE, MAD, MSD terkecil karena MAPE, MAD, MSD menunjukkan tingkat kesalahan sehingga dipilih model yang memiliki tingkat kesalahan terkecil. Adapun perhitungan untuk ketiga model dijelaskan sebagai berikut (Suharyadi dan Purwanto, 2009):

a. Model Tren Linear:

……… (3.11)

……… (3.12)

……….. (3.13)

b. Model Tren Quadratic

………. (3.14)

………...………….. (3.15)

……….. (3.16)

………. (3.17)

c. Model Tren Exponential Growth

……….(3.18)

……….. (3.19)

………... (3.20)

Setelah dilakukan analisis tren maka akan dilakukan forecasting untuk tiga tahun kedepan dengan menggunakan persamaan yang diperoleh dari tren. Adapun asumsi yang digunakan dalam peramalan yaitu fungsi masa depan adalah fungsi masa lalu, dimana kondisi dianggap cateris paribus, dan

menganggap kondisi perekonomian tetap sesuai dengan kondisi data historical. Sehingga dalam peramalan mengabaikan ketidakpastian yang mungkin terjadi.

3.5.2 Analisis Korelasi dan Regresi Linear Sederhana

Penelitian ini akan menguji pengaruh terlebih dahulu sebelum dilakukan optimasi. Pengujian ini dilakukan untuk membuktikan teori yang menyatakan bahwa hutang merupakan suatu tax dedictable atau sebagai pengurang pajak yang akan mengakibatkan biaya pajak menurun, dan beban ini akan berpengaruh terhadap peningkatan laba bersih. Fungsi linear memiliki bentuk persamaan sebagai berikut:

Y = A + BX………. (3.21)

Dimana:

Y = variabel terikat (Profit) A = intersep

B = Koefisien regresi/slop. X = Variabel bebas (Debt)

………. (3.22)

………...………... (3.23)

Pada penelitian ini menggunakan koefisien korelasi yang didasarkan atas asumsi bahwa variabel X dan Y mempunyai distribusi gabungan. Jenis dari koefisien korelasi sederhana akan menggunakan koefisien korelasi pearson yang merupakan angka yang digunakan untuk mengukur keeratan hubungan antara dua variabel yang datanya

berupa data interval atau rasio yang disimbolkan dengan “r”. metode

korelasi pearson ini ditentukan dengan dua metode yaitu: d. Metode least square

………. (3.24)

e. Metode product moment

Dimana:

r = Koefisien korelasi

x = Deviasi rata-rata variabel X =

y = Deviasi rata-rata variabel Y =

3.5.3 Perhitungan Biaya Modal

Dalam perhitungan biaya modal yang kita utamakan adalah biaya pendanaan yang akan datang, dan bukan biaya di masa lalu, oleh karena itu untuk mempertimbangkan suatu bentuk sumber dana di masa yang akan datang dapat dilihat dari dua metode, yaitu:

1. Metode Penilaian. Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa harga pasar suatu sarana investasi mencerminkan tingkat pemulihan yang diminta oleh para investor.

2. Metode Pemulihan dan Risiko. Metode ini menggunakan pendekatan garis pasar efek dalam metode penilaian aktiva modal.

Perhitungan biaya modal dalam skripsi ini tidak akan membahas

Dokumen terkait