• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.9 Kriteria Dalam Menentukan Prioritas

2.10.1 Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

2.10.2.3 Penghematan Biaya Operasi Kendaraan (BOK)

2.10.2.3.1 Biaya Tetap ( Standing Cost )

Biaya tetap merupakan biaya yang dalam pengeluarannya tetap tanpa tergantung pada volume produksi yang terjadi. Biasanya jangka waktu perhitungan adalah 1 (satu) tahun karena sebagian besar komponen biaya tetap dibayarkan setiap tahun. Biaya tetap ini dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1. Biaya administrasi, yakni biaya yang harus dikeluarkan pemilik untuk setiap kendaraan yang menggunakan jalan umum (STNK, KIR, Izin usaha, Izin trayek)

2. Biaya modal kendaraan, bunga modal dan angsuran pinjaman, yakni biaya yang harus dikeluarkan untuk membayar pinjaman dan bunga bank. Bunga modal yang berlaku adalah bunga modal kredit yang besarnya per tahun tergantung pada saat pinjaman dimulai.

3. Biaya penyusutan, yakni biaya yang “hilang” akibat penyusutan nilai kendaraan sejalan dengan umur ekonomisnya.

4. Biaya asuransi (BA)

5. Biaya Gaji / Pendapatan sopir dan kernet

65 2.10.2.3.2 Biaya Tidak Tetap (Running Cost)

Biaya tidak tetap merupakan biaya operasi kendaraan yang dibutuhkan untuk menjalankan kendaraan pada suatu kondisi lalu lintas dan jalan untuk suatu jenis kendaraan per kilometer jarak tempuh atau dapat dikatakan bahwa biaya tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan pada saat kendaraan beroperasi. Satuannya rupiah per kilometer (Rp/km).

Komponen – komponen biaya tidak tetap adalah sebagai berikut : a. Biaya konsumsi bahan bakar

b. Biaya konsumsi minyak pelumas (oli) c. Suku cadang kendaraan

d. Upah pekerja bengkel e. Biaya pemakaian ban

2.10.2.3.2.1Biaya Konsumsi Bahan Bakar Minyak (BiBBMj)

Biaya konsumsi bahan bakar merupakan biaya yang dibutuhkan untuk konsumsi bahan bakar minyak dalam pengoperasian suatu jenis kendaraan per kilometer jarak tempuh. Satuannya rupiah per kilometer (Rp/km).

Persamaan untuk menghitung biaya konsumsi bahan bakar minyak adalah : BiBBMj= KBBMi x HBBMj ………. (2.12)

dengan pengertian:

BiBBMj = Biaya konsumsi bahan bakar minyak jenis kendaraan i (Rp/km) KBBMi = Konsumsi bahan bakar minyak jenis kendaraan i (liter/km) HBBMj = Harga bahan bakar untuk jenis BBM j (Rp/liter)

66 i = Jenis kendaraan sedan (SD), utiliti (UT), bus kecil (BL), bus besar (BR), truk ringan (TR), truk sedang (TS) atau truk berat (TB). Utiliti adalah jenis kendaraan angkutan serbaguna. Sebagai contoh mini bus, pick up, jenis boks

j = Jenis bahan bakar minyak solar (SLR) atau premium (PRM). Premium untuk jenis kendaraan sedan dan utiliti dan solar untuk jenis kendaraan bis kecil, bis besar, truk ringan, truk sedang dan truk berat.  Konsumsi bahan bakar minyak (KBBM)

Konsumsi bahan bakar minyak untuk masing – masing kendaraan dapat dihitung dengan persamaan berikut :

KBBMi= (α + 1/VR+ 2 x VR2+ 3 x RR+ 4 x FR+ 5 x FR2+ 6 x DTR+ 7 x AR

+ 8x SA + 9x BK + 10 x BK x AR + 11x BK x SA)/1000 …………. (2.13)

dengan pengertian,

α = Konstanta (lihat tabel 2.23)

1... 12 = Koefisien-koefisien parameter (lihat tabel 2.23)

VR = Kecepatan rata-rata

RR = Tanjakan rata-rata

FR = Turunan rata-rata

DTR = Derajat tikungan rata-rata

AR = Percepatan rata-rata

SA = Simpangan baku percepatan BK = Berat Kendaraan

Nilai konstanta dan koefisien – koefisien parameter model konsumsi BBM dapat dilihat pada tabel 2.23 berikut :

67 Tabel 2.23 Nilai Konstanta dan Koefisien Parameter Model Konsumsi BBM

1/VR VR2 RR FR FR2 DTR AR SA BK BK x AR BK x SAR β1 β2 β3 β4 β5 β6 β7 β8 β9 β10 β11 Sedan 23,78 1181,2 0,0037 1,265 0,634 - - -0,638 36,21 - - - Utiliti 29,61 1256,8 0,0059 1,765 1,197 - - 132,2 42,84 - - - Bus Kecil 94,35 1058,9 0,0094 1,607 1,488 - - 166,1 49,58 - - - Bus Besar 129,60 1912,2 0,0092 7,231 2,790 - - 266,4 13,86 - - - Truk Ringan 70,00 524,6 0,0020 1,732 0,945 - - 124,4 - - - 50,02 Truk Sedang 97,70 - 0,0135 0,7365 5,706 0,0378 -0,0858 - - 6,661 36,46 17,28 Truk Berat 190,30 3829,7 0,0196 14,536 7,225 - - - 11,41 10,92 Jenis Kendaraan α Sumber : Pd T-15-2005-B, Departemen PU

Kecepatan Rata – Rata (VR) Lalu Lintas

Merupakan kecepatan rata – rata yang dihitung sebagai nilai rata – rata dari sejumlah data kecepatan sesaat (Vk) atau kecepatan rata – rata ruang (space mean speed). Apabila data kecepatan lalu lintas tidak tersedia maka kecepatan dapat dihitung dengan manual kapasitas jalan Indonesia (Pd T-15-2005-B). Kecepatan yang dapat digunakan dalam menghitung biaya pemakai jalan adalah kecepatan arus bebas. Kecepatan arus bebas kendaraan ringan merupakan kecepatan arus bebas yang digunakan. Untuk jenis kendaraan lain dapat dihitung juga dengan menghitung faktor penyesuainnya terlebih dahulu. Kecepatan arus bebas memiliki dua arti, yaitu :

1. Kecepatan rata-rata teoritis (km/jam) lalu-lintas pada kerapatan = 0, yaitu tidak ada kendaraan yang lewat.

2. Kecepatan (km/jam) kendaraan yang tidak dipengaruhi oleh kendaraan lain (yaitu kecepatan dimana pengendara merasakan perjalanan yang nyaman

68 dalam kondisi geometrik, lingkungan dan pengaturan lalu-lintas yang ada pada segmen jalan dimana tidak ada kendaraan yang lain).

Adapun persamaan kecepatan dengan manual kapasitas jalan Indonesia adalah sebagai berikut :

 Kecepatan bebas hambatan kendaraan ringan

FV = (FVO + FVW) × FFVSF × FFVCS………….. (2.14) Jalan perkotaan

FV = (FVO + FVW) × FFVSF × FFVRC………….. (2.15) Jalan luar kota

Dimana :

FV = Kecepatan arus bebas kendaraan ringan pada kondisi lapangan (km/jam) FVo = Kecepatan arus bebas dasar kendaraan ringan (km/jam)

FVW = Penyesuaian lebar jalur lalu-lintas efektif (penjumlahan) (km/jam)

FFVSF = Faktor penyesuaian kondisi hambatan samping (perkalian)

FFVCS = Faktor penyesuaian ukuran kota (perkalian)

FFVRC = Faktor penyesuaian akibat kelas fungsi jalan dan guna lahan. ( Guna lahan

merupakan pengembangan lahan di sepanjang jalan. Untuk tujuan perhitungan guna lahan ditentukan sebagai persentase dari segmen jalan dengan pengembangan tetap dalam bentuk bangunan).

 Kecepatan bebas hambatan kendaraan berat

FVHV = FVHV0– (FFV × (FVHV0 / FV0))……….. (2.16)

 Kecepatan bebas hambatan kendaraan berat menengah

FVMHV = FVMHV0– (FFV × (FVMHV0 / FV0))………….. (2.17)

Dengan pengertian :

FVHV = Kecepatan arus bebas kendaraan berat (km/jam)

FVHV0 = Kecepatan arus bebas dasar HV (km/jam)

69 FV0 = Kecepatan arus bebas dasar LV (km/jam)

FFV = Penyesuaian kecepatan arus bebas LV (km/jam)

FVMHV = Kecepatan arus bebas kendaraan berat menengah (MHV) (km/jam)

FVMHV0 = Kecepatan arus bebas dasar MHV (km/jam)

Dimana : FFV = FV0– FV

Adapun nilai – nilai kecepatan arus bebas dasar, penyesuaian lebar jalur lalu lintas efektif, kondisi hambatan samping dan ukuran kota untuk jalan perkotaan seperti pada tabel 2.24 sampai tabel 2.28 berikut ini :

Tabel 2.24 Kecepatan Arus Bebas Dasar (FV0) Pada Jalan Perkotaan

(LV) (HV) (MC) Semua Kendaraan (rata-rata) (6/2D) atau (3/1) 61 52 48 57 (4/2 D) atau (2/1) 57 50 47 55 (4/2 UD) 53 46 43 51 (2/2 UD) 44 40 40 42 Kecepatan Arus Tipe Jalan Sumber : MKJI, 1997

Tabel 2.25 Faktor Penyesuaian Kecepatan Arus Bebas Untuk Ukuran Kota (FFVCS)

Ukuran Kota (Juta Penduduk) Faktor penyesuaian untuk ukuran kota < 0,1 0,90 0,1 - 0,5 0,93 0,5 - 1,0 0,95 1,0 - 3,0 1,00 > 3,0 1,03 Sumber : MKJI, 1997

70 Tabel 2.26 Faktor Penyesuaian Kecepatan Arus Bebas Akibat Hambatan Samping

(FFVSF) Pada Jalan Perkotaan

ч 0,5 m 1,0 m 1,5 m ш 2 m Sangat rendah 1,02 1,03 1,03 1,04 Rendah 0,98 1,00 1,02 1,03 Sedang 0,94 0,97 1,00 1,02 Tinggi 0,89 0,93 0,96 0,99 Sangat Tinggi 0,84 0,88 0,92 0,96 Sangat rendah 1,02 1,03 1,03 1,04 Rendah 0,98 1,00 1,02 1,03 Sedang 0,93 0,96 0,99 1,02 Tinggi 0,87 0,91 0,94 0,98 Sangat Tinggi 0,80 0,86 0,90 0,95 Sangat rendah 1,00 1,01 1,01 1,01 Rendah 0.96 0,98 0,99 1,00 Sedang 0,91 0,93 0,96 0,99 Tinggi 0,82 0,86 0,90 0,95 Sangat Tinggi 0,73 0,79 0,85 0,91

Empat lajur terbagi (4/2 D)

Empat lajur tak terbagi (4/2 UD)

Dua lajur tak terbagi (2/2 UD) atau jalan satu arah

Lebar bahu efektif rata - rata Ws (m) Faktor penyesuaian untuk hambatan

samping dan lebar bahu Kelas Hambatan

Samping (SFC) Tipe Jalan

Sumber : MKJI, 1997

71 Tabel 2.27 Faktor Penyesuaian Kecepatan Arus Bebas Untuk Hambatan Samping

Dan Jarak Kereb - Penghalang (FFVSF) Pada Jalan Perkotaan

Tipe Jalan

Kelas Hambatan Samping (SFC)

Faktor penyesuaian untuk hambatan samping dan jarak kereb penghalang

Lebar bahu efektif rata - rata Wk (m) ≤ 0,5 m 1,0 m 1,5 m ≥ β m Empat lajur terbagi (4/2 D) Sangat rendah 1,00 1,01 1,01 1,02 Rendah 0,97 0,98 0,99 1,00 Sedang 0,93 0,95 0,97 0,99 Tinggi 0,87 0,90 0,93 0,96 Sangat Tinggi 0,81 0,85 0,88 0,92 Empat lajur tak

terbagi (4/2 UD) Sangat rendah 1,00 1,01 1,01 1,02 Rendah 0,96 0,98 0,99 1,00 Sedang 0,91 0,93 0,96 0,98 Tinggi 0,84 0,87 0,90 0,94 Sangat Tinggi 0,77 0,81 0,85 0,90 Dua lajur tak

terbagi (2/2 UD) atau jalan satu arah Sangat rendah 0,98 0,99 0,99 1,00 Rendah 0,93 0,95 0,96 0,98 Sedang 0,87 0,89 0,92 0,95 Tinggi 0,78 0,81 0,84 0,88 Sangat Tinggi 0,68 0,72 0,77 0,82 Sumber : MKJI, 1997

72 Tabel 2.28 Penyesuaian Kecepatan Arus Bebas Akibat Lebar Jalur Lalu Lintas

(FVw) Pada Jalan Perkotaan

Tipe Jalan Lebar jalur lalu lintas

efektif (m) FVW (km/jam) Per lajur 3,00 -4 3,25 -2 3,50 0 3,75 2 4,00 4 Per lajur 3,00 -4 3,25 -2 3,50 0 3,75 2 4,00 4 Total 5 -9,5 6 -3 7 0 8 3 9 4 10 6 11 7

Empat-lajur terbagi atau jalan satu arah

Empat-lajur tak terbagi

Dua lajur tak terbagi

Sumber : MKJI, 1997

Adapun nilai – nilai kecepatan arus bebas dasar, penyesuaian lebar jalur lalu lintas efektif, kondisi hambatan samping dan kelas fungsi jalan untuk jalan luar kota seperti pada tabel 2.29 sampai tabel 2.32 berikut ini :

73 Tabel 2.29 Kecepatan Arus Bebas Dasar Untuk Jalan Luar Kota (FV0)

Kendaraan Ringan LV Kendaraan Berat Menengah MHV Bus Besar LB Truk Besar LT Sepeda Motor MC Enam lajur terbagi

- Datar 83 67 86 64 64

- Bukit 71 56 68 52 58

- Gunung 62 45 55 40 55

Empat lajur terbagi

- Datar 78 65 81 62 64

- Bukit 68 55 66 51 58

- Gunung 60 44 -53 39 55

Empat lajur tak terbagi

- Datar 74 63 78 60 60

- Bukit 66 54 65 50 56

- Gunung 58 43 52 39 53

Dua lajur tak terbagi

- Datar SDC A 68 60 73 58 55 - Datar SDC B 65 57 69 55 54 - Datar SDC C 61 54 63 52 53 - Bukit 61 52 62 49 53 - Gunung 55 42 50 38 51 Tipe Jalan/Tipe alinyemen/(Kelas jarak pandang)

Kecepatan arus bebas dasar (km/jam)

Sumber : MKJI, 1997

Catatan : Perhatikan bahwa untuk jalan dua lajur dua arah, kecepatan arus bebas dasar juga adalah fungsi dari kelas jarak pandang. Jika kelas jarak pandang tidak tersedia, anggaplah pada jalan tersebut SDC B.

74 Tabel 2.30 Faktor Penyesuaian Kecepatan Arus Bebas Akibat Hambatan Samping

(FFVSF) dan Lebar Bahu Pada Jalan Luar Kota

ч 0,5 m 1,0 m 1,5 m ш 2 m Sangat rendah 1,00 1,00 1,00 1,00 Rendah 0,98 0,98 0,98 0,99 Sedang 0,95 0,95 0,96 0,98 Tinggi 0,91 0,92 0,93 0,97 Sangat Tinggi 0,86 0,87 0,89 0,96 Sangat rendah 1,00 1,00 1,00 1,00 Rendah 0,96 0,97 0,97 0,98 Sedang 0,92 0,94 0,95 0,97 Tinggi 0,88 0,89 0,90 0,96 Sangat Tinggi 0,81 0,83 0,85 0,95 Sangat rendah 1,00 1,00 1,00 1,00 Rendah 0,96 0,97 0,97 0,98 Sedang 0,91 0,92 0,93 0,97 Tinggi 0,85 0,87 0,88 0,95 Sangat Tinggi 0,76 0,79 0,82 0,93

Empat lajur terbagi (4/2 D)

Empat lajur tak terbagi (4/2 UD)

Dua lajur tak terbagi (2/2 UD)

Lebar bahu efektif rata - rata Ws (m) Faktor penyesuaian untuk hambatan

samping dan lebar bahu Kelas Hambatan

Samping (SFC) Tipe Jalan

Sumber : MKJI, 1997

Tabel 2.31 Faktor Penyesuaian Kecepatan Arus Bebas Akibat Kelas Fungsional Jalan Dan Guna Lahan (FFVRC)

0 25 50 75 100

Empat-lajur terbagi

- Arteri 1,00 0,99 0,98 0,96 0,95

- Kolektor 0,99 0,98 0,97 0,95 0,94

- Lokal 0,98 0,97 0,96 0,94 0,93

Empat-lajur tak terbagi

- Arteri 1,00 0,99 0,97 0,96 0,945 - Kolektor 0,97 0,96 0,94 0,93 0,915 - Lokal 0,95 0,94 0,92 0,91 0,895 Dua-lajur tak-terbagi - Arteri 1,00 0,98 0,97 0,96 0,94 - Kolektor 0,94 0,93 0,91 0,90 0,88 - Lokal 0,90 0,88 0,87 0,86 0,84 Faktor penyesuaian FFVRC Pengembangan samping jalan (%) Tipe jalan

Sumber : MKJI, 1997

75 Tabel 2.32 Penyesuaian Kecepatan Arus Bebas Akibat Lebar Jalur Lalu Lintas

(FVw) Pada Jalan Luar Kota

Datar: SDC=A,B -Bukit: SDC=A,B,C - Datar: SDC=C Gunung Per lajur 3,00 -3 -3 -2 3,25 -1 -1 -1 3,50 0 0 0 3,75 2 2 2 Per lajur 3,00 -3 -2 -1 3,25 -1 -1 -1 3,50 0 0 0 3,75 2 2 2 Total 5 -11 -9 -7 6 -3 -2 -1 7 0 0 0 8 1 1 0 9 2 2 1 10 3 3 2 11 3 3 2 FVW (km/jam) Empat-lajur dan enam lajur terbagi Empat-lajur tak terbagi

Dua lajur tak terbagi

Tipe Jalan

Lebar efektif jalur lalu lintas

(WC) (m)

Sumber : MKJI, 1997

Sementara itu batasan kecepatan rata – rata kendaraan (dalam km/jam) yang dicakup oleh model persamaan dapat dilihat pada tabel 2.33 berikut :

Tabel 2.33 Kecepatan Rata – Rata Kendaraan yang Direkomendasikan Jenis Kendaraan Nilai Minimum

(km/jam) Nilai Maksimum (km/jam) Sedan 5,0 100,0 Utiliti 5,0 100,0 Bus Kecil 5,0 100,0 Bus Besar 5,0 100,0 Truk Ringan 5,0 100,0 Truk Sedang 5,0 100,0 Truk Berat 5,0 100,0 Sumber : Pd T-15-2005-B, Departemen PU

76  Percepatan Rata – Rata (AR)

Percepatan rata – rata merupakan percepatan rata – rata yang dihitung sebagai nilai rata – rata dari sejumlah data percepatan (AM). Percepatan (AM) sendiri

merupakan percepatan pada observasi ke-m yang dihitung sebagai selisih antara dua data kecepatan sesaat yang berurutan.

Persamaan percepatan rata – rata lalu lintas adalah :

AR= 0,01β8 x (V/C) ……….……… (2.18)

Dimana :

AR = percepatan rata – rata

V = volume lalu lintas (smp/jam) C = kapasitas jalan (smp/jam)

Simpangan Baku Percepatan (SA)

Merupakan simpangan baku pada percepatan. Persamaan simpangan baku percepatan adalah :

SA = SA max (1,04 / (1 + e (a0 + a1)*V/C)) ……… (2.19) Dimana :

SA = Simpangan baku percepatan (m/s2)

SA max= Simpangan baku percepatan maksimum (m/s2) (tipikal/default = 0,75) a0, a1 = koefisien parameter (tipikal/default a0 = 5,140 ; a1 = - 8,264)

V = volume lalu lintas (smp/jam) C = kapasitas jalan (smp/jam)

Tanjakan dan Turunan Rata - Rata

Tanjakan rata – rata (RR) adalah tanjakan yang dihitung sebagai nilai rata –

rata dari sejumlah data tanjakan (Ri) dan turunan rata – rata (FR) juga merupakan

77 turunan yang dihitung sebagai nilai rata – rata dari sejumlah data turunan (Fi) pada

arah pengamatan yang sama. Geometri jalan yang diperhitungkan dalam model persamaan hanya faktor alinemen vertikal yang terdiri dari tanjakan dan turunan. Batasan tanjakan dan turunan yang dicakup oleh model persamaan dapat dilihat pada tabel 2.34 berikut:

Tabel 2.34 Alinemen Vertikal Yang Direkomendasikan Jenis Alinemen Vertikal Nilai Minimum (m/km) Nilai Maksimum (m/km) Tanjakan 0.0 90.0 Turunan -70.0 0.0

Sumber : Pd T-15-2005-B, Departemen PU.

Persamaan tanjakan rata – rata suatu ruas jalan adalah :

……… (2.20)

Persamaan turunan rata – rata suatu ruas jalan adalah :

……….….. (2.21)

Namun apabila data pengukuran tanjakan dan turunan tidak tersedia maka nilai tipikal (default) seperti dalam tabel 2.35 di bawah dapat digunakan.

Tabel 2.35 Alinemen Vertikal Yang Direkomendasikan Pada Berbagai Medan Jalan

No Kondisi Medan Tanjakan rata - rata (m/km)

Turunan rata - rata (m/km)

1 Datar 2,5 -2,5

2 Bukit 12,5 -12,5

3 Pegunungan 22,5 -22,5

Sumber : Pd T-15-2005-B, Departemen PU

78  Derajat Tikungan Rata – Rata

Apabila data pengukuran derajat tikungan untuk suatu ruas jalan tidak tersedia maka dapat menggunakan nilai tipikal seperti pada tabel 2.36 berikut ini :

Tabel 2.36 Nilai Tipikal Derajat Tikungan Pada Berbagai Medan Jalan No Kondisi Medan Derajat Tikungan (◦/km)

1 Datar 15

2 Bukit 115

3 Pegunungan 200

Sumber : Pd T-15-2005-B, Departemen PU  Berat Kendaraan (BK)

Berat kendaraan merupakan berat yang dihitung sebagai penjumlahan berat kendaraan kosong ditambah berat muatan. Batasan berat kendaraan total (dalam ton) yang dicakup oleh persamaan dapat dilihat pada tabel 2.37 berikut :

Tabel 2.37 Batasan Berat Kendaraan Total yang Direkomendasikan Jenis Kendaraan Nilai Minimum (ton) Nilai Maksimum (ton)

Sedan 1,3 1,5 Utiliti 1,5 2,0 Bus Kecil 3,0 4,0 Bus Besar 9,0 12,0 Truk Ringan 3,5 6,0 Truk Sedang 10,0 15,0 Truk Berat 15,0 25,0 Sumber : Pd T-15-2005-B, Departemen PU

2.10.2.3.2.2Biaya Konsumsi Oli (BOi)

Merupakan biaya yang dibutuhkan untuk konsumsi oli dalam pengoperasian suatu jenis kendaraan per kilometer jarak tempuh (Rp/km). Persamaan biaya konsumsi oli untuk suatu jenis kendaraan adalah :

79 BOi = KOi x HOj……… (2.22)

Dimana :

BOi = Biaya konsumsi oli untuk jenis kendaraan i (Rp/km)

KOi = Konsumsi oli untuk jenis kendaraan i (liter/km)

HOj = Harga oli untuk jenis oli j (Rp/liter)

i = Jenis kendaraan j = Jenis oli

Konsumsi Oli (KOi)

Persamaan konsumsi oli untuk masing – masing jenis kendaraan adalah : KOi = OHKi + OHOi x KBBMi……… (2.23)

Dimana :

OHKi = oli hilang akibat kontaminasi (liter/km)

OHOi = oli hilang akibat operasi (liter/km)

KBBMi = konsumsi bahan bakar (liter/km)

Kehilangan oli akibat kontaminasi (OHKi) dihitung dengan persamaan

berikut ini :

OHKi = KPOi / JPOi ... (2.24)

Dimana :

KPOi = kapasitas oli (liter)

JPOi = jarak penggantian oli (km)

Nilai tipikal (default) untuk persamaan tersebut di atas dapat dilihat pada tabel 2.38 berikut :

80 Tabel 2.38 Nilai Tipikal (default) JPOi, KPOi dan OHOi yang Direkomendasikan

Jenis Kendaraan JPOi (km) KPOi (liter) OHOi (liter/km)

Sedan 2000 3,5 2,8 x 10-6 Utiliti 2000 3,5 2,8 x 10-6 Bus Kecil 2000 6 2,1 x 10-6 Bus Besar 2000 12 2,1 x 10-6 Truk Ringan 2000 6 2,1 x 10-6 Truk Sedang 2000 12 2,1 x 10-6 Truk Berat 2000 24 2,1 x 10-6 Sumber : Pd T-15-2005-B, Departemen PU

2.10.2.3.2.3Biaya Konsumsi Suku Cadang (BPi)

Merupakan biaya yang dibutuhkan untuk konsumsi suku cadang kendaraan dalam pengoperasiannya per kilometer jarak tempuh (Rp/km). Adapun data yang dibutuhkan dalam menghitung konsumsi suku cadang adalah data kerataan permukaan jalan (IRI) dan harga kendaraan baru. Persamaan untuk menghitung biaya konsumsi suku cadang adalah sebagai berikut :

BPi = Pi x HKBi /1000000 ... (2.25)

Dimana :

BPi = Biaya pemeliharaan (konsumsi suku cadang) kendaraan (Rp/km)

HKBi = Harga kendaraan baru rata-rata (Rp)

Pi = Nilai relatif biaya suku cadang terhadap harga suatu jenis kendaraan

i = Jenis kendaraan.  Harga Kendaraan Baru

Data harga kendaraan dapat diperoleh melalui survai harga suatu kendaraan baru jenis tertentu dikurangi dengan nilai ban yang digunakan. Harga kendaraan dihitung sebagai harga rata-rata untuk suatu jenis kendaraan tertentu. Survai harga

81 dapat dilakukan melalui survai langsung di pasar atau mendapatkan data melalui survai instansional seperti asosiasi pengusaha kendaraan bermotor.

Nilai relatif biaya suku cadang terhadap harga kendaraan baru (Pi)

Nilai relatif biaya suku cadang terhadap harga kendaraan baru atau konsumsi suku cadang untuk suatu jenis kendaraan i dapat dihitung dengan rumus berikut ini :

Pi = (ϕ+ 1 x IRI) (KJTi/1000000)β ... (2.26)

Dimana :

Pi = Konsumsi suku cadang kendaraan jenis i per juta kilometer

ϕ = Konstanta (lihat tabel 2.39)

1& 2= Koefisien-koefisien parameter (lihat tabel 2.39)

IRI = Kekasaran jalan (m/km)

KJTi = Kumulatif jarak tempuh kendaraan jenis i (km)

i = Jenis kendaraan

Tabel 2.39 Nilai Tipikal ϕ, 1dan 2

ϕ 1 2 Sedan -0,69 0,42 0,10 Utiliti -0,69 0,42 0,10 Bus Kecil -0,73 0,43 0,10 Bus Besar -0,15 0,13 0,10 Truk Ringan -0,64 0,27 0,20 Truk Sedang -1,26 0,46 0,10 Truk Berat -0,86 0,32 0,40

Jenis Kendaraan Koefisien Parameter

Sumber : Pd T-15-2005-B, Departemen PU

82 2.10.2.3.2.4Biaya Upah Pemeliharaan Kendaraan (BUi)

Merupakan biaya yang dibutuhkan untuk upah pemeliharaan kendaraan untuk setiap jenis kendaraan yang dioperasikan dalam jarak tertentu (Rp/km). Biaya upah perbaikan kendaraan untuk masing-masing jenis kendaraan dihitung dengan persamaan berikut :

BUi = JPi x UTP/1000 ... (2.27)

Dimana :

BUi = Biaya upah perbaikan kendaraan (Rp/km)

JPi = Jumlah jam pemeliharaan (jam/1000km)

UTP = Upah tenaga pemeliharaan (Rp/jam)  Harga Satuan Upah Tenaga Pemeliharaan (UTP)

Data upah tenaga pemeliharaan dapat diperoleh melalui survai penghasilan tenaga perbaikan kendaraan baik melalui survai langsung di bengkel atau mendapatkan data melalui instansional seperti dinas tenaga kerja

Kebutuhan Jam Pemeliharaan (JPi)

Kebutuhan jumlah jam pemeliharaan untuk masing – masing jenis kendaraan dihitung dengan persamaan berikut :

JPi = a0 x Pia1………... (2.28)

Dimana :

JPi = Jumlah jam pemeliharaan (jam/1000km)

Pi = Konsumsi suku cadang kendaraan jenis i

a0, a1 = Konstanta

Nilai tipikal (default) untuk model parameter persamaan jumlah jam pemeliharaan seperti pada tabel 2.40 berikut :

83 Tabel 2.40 Nilai Tipikal a0 dan a1

No Jenis Kendaraan ao a1 1 Sedan 77,14 0,547 2 Utiliti 77,14 0,547 3 Bus Kecil 242,03 0,519 4 Bus Besar 293,44 0,517 5 Truk Ringan 242,03 0,519 6 Truk Sedang 242,03 0,517 7 Truk Berat 301,46 0,519 Sumber : Pd T-15-2005-B, Departemen PU

2.10.2.3.2.5 Biaya Konsumsi Ban

Merupakan biaya yang dibutuhkan untuk konsumsi ban dalam pengoperasian suatu jenis kendaraan per kilometer jarak tempuh (Rp/km).

Biaya konsumsi ban dapat dihitung dengan persamaan berikut ini : BBi = KBi x HBj /1000 ... (2.29)

Dimana :

BBi = Biaya konsumsi ban untuk jenis kendaraan i (Rp/km)

KBi = Konsumsi ban untuk jenis kendaraan i (EBB/1000km)

HBj = Harga ban baru jenis j (Rp/ban)

i = Jenis kendaraan j = Jenis ban  Konsumsi Ban (KB)

Rumus untuk menghitung konsumsi ban untuk setiap jenis kendaraan adalah : KBi = χ + δ1x IRI + δ2x TTR + δ3 x DTR ... (2.30)

Dimana :

χ = Konstanta (lihat tabel 2.41)

84 δ1... δ3 = Koefisien-koefisien parameter (lihat tabel 2.41)

TTR = Tanjakan+turunan rata-rata DTR = Derajat tikungan rata-rata

Untuk nilai tipikal χ, δ1, δ2dan δ3 dapat dilihat pada tabel 2.41 berikut : Tabel 2.41Nilai Tipikal χ, δ1, δ2dan δ3

IRI TTR DTR δ1 δ2 δ3 Sedan -0,01471 0,01489 - - Utiliti 0,01905 0,01489 - - Bus Kecil 0,02400 0,02500 0,003500 0,000670 Bus Besar 0,10153 - 0,000963 0,000244 Truk Ringan 0,02400 0,02500 0,003500 0,000670 Truk Sedang 0,095835 - 0,001738 0,000184 Truk Berat 0,158350 - 0,002560 0,000280 χ Jenis Kendaraan Sumber : Pd T-15-2005-B, Departemen PU  Tanjakan dan Turunan (TT)

Perhitungan nilai tanjakan + turunan (TT) merupakan penjumlahan nilai tanjakan rata-rata (FR) dan nilai mutlak turunan rata-rata (RR). Nilai tanjakan dan

turunan rata-rata dihitung dengan menggunakan persamaan berikut : TT = FR + RR ………….…….. (2.31)

Apabila data pengukuran tanjakan+turunan tidak tersedia maka nilai tipikal (default) seperti pada tabel 2.42 di bawah dapat digunakan.

Tabel 2.42 Nilai Tipikal Tanjakan dan Turunan (TTR) pada Berbagai Medan Jalan

No Kondisi Medan TTR (m/km)

1 Datar 5

2 Bukit 25

3 Pegunungan 45

Sumber : Pd T-15-2005-B, Departemen PU

85  Derajat Tikungan

Nilai tipikal derajat tikungan yang dapat dipakai jika data pengukurannya tidak tersedia dapat dilhat pada tabel 2.43 berikut :

Tabel 2.43 Nilai Tipikal Derajat Tikungan (DTR) Pada Berbagai Medan Jalan No Kondisi Medan Derajat tikungan (◦/km)

1 Datar 15

2 Bukit 115

3 Pegunungan 200

Sumber : Pd T-15-2005-B, Departemen PU

2.10.2.3.2.6 Biaya Tidak Tetap Besaran BOK (BTT)

Sehingga biaya tidak tetap besaran BOK dapat dihitung dengan menjumlahkan semua komponen biaya tidak tetap seperti persamaan berikut :

BTT = BiBBMj + BOi + BPi + BUi + BBi ... (2.32)

Dokumen terkait