• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Kecepatan dan Biaya Operasional Kendaraan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Transportasi

2.6 Biaya Kemacetan Lalu Lintas

2.7.4 Biaya Upah Tenaga Pemeliharaan (BUi)

Biaya yang dibutuhkan untuk upah pemeliharaan kendaraan untuk setiap jenis kendaraan yang dioperasikan dalam jarak tertentu. Satuannya rupiah per kilometer. Biaya upah perbaikan kendaraan untuk masing-masing jenis kendaraan dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

BUi = JPi x UTP/1000………(2.10)

Dimana :

BUi : Biaya upah perbaikan kendaraan (Rp/km) JPi : Jumlah jam pemeliharaan (jam/1000km) UTP : Upah tenaga pemeliharaan (Rp/jam)

1. Harga satuan upah tenaga pemeliharaan (UTP)

Data upah tenaga kerja dapat diperoleh melalui survey penghasilan tenaga perbaikan kendaraan. Survey upah ini dapat dilakuakan melalui survey langsung di bengkel atau mendapatkan melalui data instansional seperti Dinas Tenaga Kerja.

2. Kebutuhan jam pemeliharaan (JPi)

Kebutuhan jumlah jam pemeliharaan untuk masing-masing jenis kendaraan dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

48 JPi = ��0 x ������1……….(2.11)

Dimana :

JPi : Jumlah jam pemeliharaan (jam/1000km)

Pi : Konsumsi suku cadang kendaraan jenis i

0…. 1: konstanta

Nilai tipikal untuk model parameter persamaan jumlah jam pemeliharaan adalah sebagai berikut:

Tabel 2.5 Nilai Tipikal �0 dan 1

Jenis Kendaraan . Sedan 77,14 0,547 Utility 77,14 0,547 Bus kecil 242,03 0,519 Bus besar 293,44 0,517 Truk kecil 242,03 0,519 Truk sedang 242,03 0,517 Truk besar 301,46 0,519

49 2.7.5 Biaya Konsumsi Ban

Biaya yang dibutuhkan untuk konsumsi ban dalam pengoperasian suatu kendaraan per kilometer jarak tempuh. Satuannya rupiah per kilometer.

a. Kekasaran

Data kerataan permukaan jalan yang diperlukan dalam satu satuan hasil pengukuran meter per kilometer (IRI).

b. Tanjakan dan turunan

Perhitungan nilai tanjakan dan turunan (TT) merupakan penjumlahan nilai tanjakan rata-rata (FR) dan nilai turunan rata-rata (RR). Nilai tanjakan dan turunan rata-rata dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

TT = FR+ RR ………(2.12)

Apabila data pengukuran tanjakan dan turunan tidak tersedia dapat digunakan nilai tipikal seperti tabel berikut:

Tabel 2.6 Nilai tipikal tanjakan dan turunan pada medan jalan

Kondisi medan TT (%)

Datar 5

Bukit 25

Pegunungan 45

50 c. Biaya Konsumsi Ban

BBi = KBixHBj / 1000………..(2.13)

Dimana :

BBi : Biaya konsumsi ban untuk jenis kendaraan i, dalam rupiah/km

HBj : Harga ban untuk jenis kendaraan j, dalam EEB/1000km

i : Jenis kendaraan

j : Jenis Ban

d. Konsumsi Ban

Konsumsi ban untuk masing-masing kendaraan dapat dihitung dengan menggunakan rumus persamaan berikut, yaitu :

KBi = χ + δ1 x IRI +δ2 x TTrata-rata + δ3 x DTrata-rata…….(2.14)

Dimana :

χ : Konstanta

δ1…..δ3 : Koefisien-koefisien parameter

TTrata-rata : Tanjakan dan turunan rata-rata

51 Komponen utama biaya pengguna jalan antara lain terdiri dari biaya operasi kendaraan (BOK), nilai waktu perjalanan (value of travel time saving), dan biaya kecelakaan (accident cost). BOK terdiri dari dua komponen utama yaitu biaya tidak tetap (running cost) dan biaya tetap (fixed cost). Biaya tidak tetap komponen-komponennya adalah: biaya konsumsi bahan bakar, biya oli, biaya konsumsi suku cadang, biaya upah pemeliharaan, dan biaya ban. Sedangkan biaya tetap komponen-komponennya adalah: biaya depresiasi kendaraan, biaya bunga, dan biaya overhead.

Model-model komponen biaya operasi kendaraaan (BOK) yang ada disusun berdasarkan data empiris di negara-negara berkembang di luar Indonesia. Oleh sebab itu, perlu disusun model perhitungan BOK berdasarkan dengan kondisi di Indonesia. Dalam tahun 1996 sampai dengan tahun 2001, PUSLITBANG Prasarana Transportasi, BALITBANG Kimpraswil telah melakukan studi BOK, untuk berbagai jenis kendaraan, bekerja sama dengan TRL (Transport Research Laboratory) UK. Dari studi-studi di atas telah dihasilkan beberapa model perhitungan komponen BOK yang telah disesuaikan dengan kondisi di Indonesia dan dapat dijadikan sebuah pedoman dalam memperhitungkan biaya operasi kendaraan (BOK).

Pedoman ini nantinya akan dijadikan suatu acuan dalam melakukan perhitungan biaya operasi kendaraan bagi perencana. Dimana bagian 1 yaitu pedoman perhitungan komponen biaya tidak tetap (running cost), sedangkan bagian 2 yaitu pedoman perhitungan komponen biaya tetap (fixed cost).

Penyusunan pedoman ini bertujuan untuk memudahkan dan menyeragamkan metoda perhitungan biaya operasi kendaraan dan mencakup uraian umum, ketentuan teknik, dan cara pengerjaan.

52 2.8 Perhitungan BOK yang Dikembangkan oleh PT. Jasa Marga dan LAPI

ITB

1. Konsumsi Bahan Bakar (KKB) Jalan Tol

Konsumsi Bahan Bakar = basic fuel (1+ (kk+kI+kr))

Konsumsi Bahan Bakar Gol I = 0,0284 V² - 3,0644 V + 141,68 Konsumsi Bahan Bakar Gol IIA = 2,26533 x Basic fuel Gol I Konsumsi Bahan Bakar Gol IIB = 2,90805 x Basic fuel Gol I

Dimana: basic fuel dalam liter/1000 km kk = koreksi akibat kelandaian kI = koreksi akibat kondisi lalu lintas

kr = Koreksi akibat kekasaran jalan (roughness) V = Kecepatan

• Jalan non Tol

Konsumsi bahan bakar = basic fuel (I+(kk+kl+kr))

Konsumsi Bahan Bakar Gol I = 0,05693V² - 6,42593 V + 269,1856 Konsumsi Bahan Bakar Gol IIA = 0,21692 V² - 24,11549 V + 954,78624 Konsumsi Bahan Bakar Gol IIB = 0,21557 V² - 24,17699 V + 947,80862 Dimana: basic fuel dalam liter/1000 km

kk = koreksi akibat kelandaian kl = koreksi akibat kondisi lalu lintas kr = Koreksi akibat kekasaran jalan (roughness)

53 Faktor koreksi konsumsi bahan bakar ditampilkan dalam tabel berikut:

Tabel 2.7 Faktor Koreksi Akibat Kelandaian

Koreksi Kelandaian Negatif (Kk)

g < -5% -0,337

-5 % ≤ g ≤ 0 % -0,158

Koreksi Kelandaian Positif (Kk)

0 % ≤ g ≤ -5 % 0,400

g ≥ 5 % 0,820

Sumber : LAPI-ITB (1997)

Tabel 2.8 Faktor Koreksi Akibat Kekasaran

Koreksi Lalu Lintas (Kl)

0 ≤ v/c < 0,6 0,050 0,6 ≤ v/c < 0,8 0,185 v/c > 0,8 0,253 Koreksi Kekasaran (Kl) < 3 m/km 0,035 ≥ 3 m/km 0,085 Sumber : LAPI-ITB (1997)

54 2. Konsumsi Minyak Pelumas

Berdasarkan survey literatur, dengan kriteria kemudahan dalam mengimplementasikan model, maka dipilih spesifikasi model yang dikembangkan dalam GENMERRI, yaitu model yang dipakai oleh Bina Marga untuk studi kelayakan jalan. Model ini memperhatikan pengaruh dari kecepatan perjalanan dan kekasaran permukaan jalan terhadap konsumsi minyak pelumas.

Pada tabel dapat dilihat konsumsi dasar minyak pelumas (liter/km) untuk jalan tol yang dimodifikasikan dari model ini. Konsumsi dasar ini kemudian dikoreksi lagi menurut tingkatan kekasaran jalan seperti yang terlihat pada tabel:

Tabel 2.9 Konsumsi Dasar Minyak Pelumas (liter/km) Kecepatan

(Km/Jam)

Jenis Kendaraan

Golongan IA Golongan IIA Golongan IIB

10 – 20 0,0032 0,0060 0,0049 20 – 30 0,0030 0,0057 0,0046 30 – 40 0,0028 0,0055 0,0044 40 – 50 0,0027 0,0054 0,0043 50 – 60 0,0027 0,0054 0,0043 60 – 70 0,0029 0,0055 0,0044 70 – 80 0,0031 0,0057 0,0046 80 – 90 0,0033 0,0060 0,0049 90 – 100 0,0035 0,0064 0,0053 Sumber : LAPI-ITB (1997)

55 Konsumsi dasar minyak pelumas untuk jalan non tol dirumuskan sebagai berikut: Konsumsi minyak pelumas Gol I = 0,00037 V² - 0,04070 V + 2,20405

Konsumsi minyak pelumas Gol IIA = 0,00209 V² - 0,24413 V + 13,29445 Konsumsi minyak pelumas Gol IIB = 0,00186 V² - 0,22035 V + 12,06486 Dimana: V = Kecepatan

Tabel 2.10 Faktor Koreksi Konsumsi Minyak Pelumas

Nilai Kekasaran Faktor Koreksi

< 3 m/km 1,00

>3 m/km 1,50

Sumber : LAPI-ITB (1997) 3. Konsumsi Ban

Ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi kondisi umur ban, yaitu: a) Rolling Friction yaitu gesekan antara ban dengan permukaan jalan

b) Gesekan akibat Driving Force, yang diakibatkan tekanan udara yang terjadi pada saat kendaraan melakukan tanjakan dan atau pengurangan kecepatan c) Gaya longitudinal dan transversal yang menyebabkan gesekan pada sebagian

permukaan ban. Gaya tersebut terjadi akibat pengereman, akselerasi dan tikungan

Dengan memperhitungkan kriteria kesederhanaan dan kemudahan dalam mengimpelentasikan model, maka digunakan model PCI sebagai berikut:

Golongan I Y = 0,0008848 V – 0,0045333 Golongan IIA Y = 0,0012356 V – 0,0065667

56 Golongan IIB Y = 0.0015553 V – 0,0059333

Dimana: Y = Pemakaian ban per 1000 km V = Kecepatan

4. Pemeliharaan

Biaya Pemeliharaan terdiri dari biaya suku cadang dan upah montir yang berlaku untuk perhitungan BOK pada jalan tol maupun jalan non tol, sedangkan menurut PCI persamaannya sebagai berikut:

a) Suku Cadang

Golongan I Y = 0,0000064 V + 0,0005567 Golongan IIA Y = 0,0000332 V + 0,0020891 Golongan IIB Y = 0.0000191 V + 0.0015400

Dimana : Y = Pemeliharaan suku cadang per1000 km V = Kecepatan

b) Montir

Golongan I Y = 0,00362 V + 0,36267 Golongan IIA Y = 0,02311 V + 1,97733 Golongan IIB Y = 0,01511 V + 0,21200 Dimana : Y = Jam montir per1000 km

V = Kecepatan 5. Deprisiasi

Biaya deprisiasi berlaku untuk perhitungan BOK pada jalan tol maupun jalan non tol. Persamaannya sebagai berikut:

57 Golongan I Y = 1 / (2,5 V + 125)

Golongan IIA Y = 1 / (1,9 V + 450) Golongan IIB Y = 1 / (6,0 V + 300)

Dimana : Y = Depresiasi per1000 km dikalikan ½ nilai depresiasi dari kendaraan

6. Asuransi

Biaya asuransi berlaku untuk perhitungan BOK pada jalan tol maupun jalan non tol. Persamaannya sebagai berikut:

Golongan I Y = 38 / (500 V)

Golongan IIA Y = 6 / (2571,45857 V) Golongan IIB Y = 61 / (1714,28571 V) Dimana : Y = Asuransi per1000 km

V = Kecepatan 7. Bunga Modal

Bunga modal per kendaraan-km yang dilambangkan dalam dengan INT dan diekspresikan sebagai fraksi dari kendaraan baru diberikan dalam persamaan berikut:

INT = AINT / AKM Dimana :

AINT = Rata-rata bunga modal tahunan dari kendaraan yang diekspresikan sebagai fraksi dari kendaraan baru. 0,01 (AINV/2)

AINV = Bunga modal tahunan dari kendaraan baru.

Dalam hal ini bunga modal diasumsikan tidak dipengaruhi oleh pilihan pemakai jalan tol maupun jalan non tol.

58 8. Persamaan dari waktu perjalanan

Gol I (mobil) : Y = -

Gol IIA (Bus) : Y = 1000 / V Gol IIB (truk) : Y = 1000 / V

Dimana : Y = Jam perjalanan dikalikandengan upah/jam/1000km. V = Kecepatan (km/jam)

Rata-rata jumlah awak kendaraan. Gol I (mobil) : sopir 1

Gol IIA (Bus) : sopir 1 ; kondektur 1,7 Gol IIB (truk) : sopir 1 ; kernet 1 9. Overhead (biaya tak terduga)

Gol I (mobil) : -

Gol IIA (Bus) : 10 % dari sub total Gol IIB (truk) : 10 % dari sub total

Dokumen terkait