• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Biaya Kemacetan Kendaraan Di Jalan Setiabudi (Studi Kasus Depan Sekolah Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah (YPSA) )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Biaya Kemacetan Kendaraan Di Jalan Setiabudi (Studi Kasus Depan Sekolah Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah (YPSA) )"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

93 DAFTAR PUSTAKA

Currin, Thomas R., (1950), Introduction to traffic engineering: a manual for data collection and analysis

Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jendral Bina Marga. (1995), Manual Biaya Operasional Kendaraan Untuk Jalan Perkotaan di Indonesia, Jalan NO.26-T-Bt-1995.

Hobbs, F.D. (1995), Perencanaan dan Teknik Lalu Lintas, Gadjah Mada University Press

Setijowarno, D (2003). Pengantar Rekayasa Dasar Transportasi.

Indrayana, I Gusti Ngurah Gede Agung (2013), Analisis Kinerja Ruas Jalan Dan Biaya Perjalanan Akibat Tundaan Pada Ruas Jalan, Jurnal Ilmiah Elektronik Infra Struktur Teknik Sipil, Volume 2. Universitas Udayana No 2 , April 2013Tamin, O.Z (1997). Perencanaan dan Pemodelan Transportasi. Sub Jurusan Transportasi – Jurusan Teknik Sipil ITB, Bandung.

Morlok, Edward K, (1995). Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi. Jakarta : Erlangga

Pertiwi, Anna Aga. Wicaksono, Ahmad. Anggraeni, Mustika. (2011), Pengaruh Keberadaan Parkir dan Pedagang Kaki Lima Terhadap Biaya Kemacetan dan Polusi Uddara Di Jalan Kolonel Sugiono Maan, Jurnal Rekayasa Sipil / Volume 5. Universitas Brawijaya Malang No.3 – 2011 ISSN 1978 - 5658

RSNI. (2006), Pedoman Perhitungan Biaya Operasional Kendaraan, Balitbang PU Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.

Sugianto, G. 2011. Pengembangan Model dan Estimasi Biaya Kemacetan bagi Pengguna Mobil dan Sepeda Motor Pribadi di Kawasan Pusat Perkotaan, Yogyakarta: Program Pascasarjana Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Sugiyanto, Gito. Munawar, Ahad. Malkhamah, Siti. Sutomo, Heri. (2011),

(2)

94

(3)

59 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3. 1 Umum

Sebelum mulai mengerjakan Tugas Akhir ini, maka perlu disusun langkah-langkah pengerjaan sesuai dengan tahapan yang akan dilakukan dan bagan alir kegiatan sebagai berikut :

1. Tugas akhir ini dimulai dengan mengidentifikasi masalah lalu merumuskan masalah tersebut menjadi tujuan penelitian, seperti yang telah diuraikan sebelumnya pada bab I.

2. Setelah dirumuskan tujuan penelitian, langkah berikutnya adalah lmelakukan survei pendahuluan untuk menentukan ruang lingkup pembahasan dan pembatasan masalah yang akan dibahas, lmengidentifikasi data yang diperlukan, teknik pengumpulan data, dan penentuan waktu pelaksanaan survei. Survei pendahuluan ini juga ditunjang dengan literatur dari berbagai sumber dan rujukan dari beberapa studi terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini.

3. Survei dilakukan dengan mengumpulkan data yang akan diolah dapat dipergunakan sebagai input dalam proses analisis berikutnya.

(4)

60 ruas jalan yang berupa kecepatan perjalanan. Setelah itu kecepatan yang didapat digunakan untuk menghitung Biaya Operasional Kendaraan (BOK). 5. Menghitung biaya kerugian yang disebabkan adanya kemacetan di daerah

yang ditinjau.

6. Tahapan terakhir dalam penelitian ini adalah menghitung besarnya biaya kemacetan yang terjadi pada kawasan Jalan Setia budi yang dibebankan bagi pengguna kendaraan pribadi.

7. Kesimpulan dan saran.

Gambar diagram alir penelitian dapat dilihat seperti berikut:

Gambar 3.1 Diagram Alir penelitian Latar Belakang

Studi Literatur

Pengambilan Data/ Survey

Analisa Kerja dan Evaluasi

Analisa Biaya Kemacetan

(5)

61 3.2 Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel penelitian yang berkaitan dengan perhitungan Biaya Operasional Kendaraan (BOK) yang harus ditanggung oleh pengguna kendaraan pribadi yang disebabkan adanya penurunan kecepatan di ruas jalan Setia budi. Beberapa variabel yang berkaitan dengan biaya operasional kendaraan adalah data volume lalu lintas untuk setiap kendaraan dan kecepatan rata-rata dari kendaraan tersebut.

Karena tugas akhir ini menggunakan metode LAPI ITB, maka diperlukan sejumlah data masukan yang akan diolah menjadi hasil akhir berupa estimasi baiya operasional kendaraan yan merupakan perkiraan biaya, yang terdiri atas:

1. Bahan bakar 2. Minyak pelumas 3. Ban

4. Suku cadang 5. Perawatan pekerja 6. Deprisiasi

(6)

62 3.3 Teknik Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data ada beberapa survey yang harus dilakukan guna mendapatkan data untuk melakukan analisis perhitungan Biaya Operasional Kendaraan, teknik pengumpulan data tersebut yaitu:

3.3.1 Survei Karakteristik Jalan

Surver karakteristik jalan dibagi tiga kelompok, yakni :

a. Survei Geometrik Jalan

Untuk mengumpulkan data geomterik jalan perlu dilakukan langsung pada lokasi penelitian yakni di Jalan Setiabudi dengan mengukur lebar jalan, lebar trotoar dan hal lain yang berkaitan dengan geometric jalan. Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan meteran.

b. Survei Arus Lalu Lintas

(7)

63 c. Survei Kecepatan

Survei kecepatan kendaraan dilakukan dengan cara melakukan pengamatan langsung dengan mobil gerak. Kecepatan kendaraan dihitung dengan melewati 2 titik patok yang telah ditentukan dimana survey yang dilakukan setiap lima belas menit dan rata-rata kecepatan diambil untuk periode per jam.

3.3.2 Lokasi Survey dan Waktu Survey

(8)

64 Sumber : Google maps

(9)

65

B

Sketsa Penelitian

3.4 Teknik Pengolahan Data

Berdasarkan data yang dikumpulkan maka pengolahan data yang dilakukan secarra umum terbagi atas 4 bagian yaitu :

a. Pengolahan data yang berkaitan dengan volume lalu lintas harian

b. Pengolahan data yang berkaitan dengan kondisi ruas jalan

c. Penentuan jam puncak, karakteristik lalu lintas pada jam puncak

d. Perhitungan biaya operasional kendaraan

(10)

66 3.4.1 Pengolahan Data Volume Lalu Lintas

Dalam selang waktu lima menit jumlah kendaraan yang melintas dititik pengamatan dihitung sesuai dengan peruntukan lembar kerja lapangan. Dari hasil perhitungan masing masing kendaraan dapat diketahui jumlah total dan jenis kendaraan yang dicatat.

Selanjutnya sesuai dengan ketentuan konversi tehadap kendaraan mobil penumpang, jumlah masing masing kendaraan tersebut selanjutnya akan di konversikan ke dalam satuan mobil penumpang, yang dikelompokkan dalam total kendaraan bermotor pula. Perhitungan dilakukan secara terus menerus untuk semua kendaraan yang masuk pada keseluruhan jam pengamatan sehingga didapat susunan data volume kendaraan pada setiap interval waktunya.

3.4.2 Pengolahan Data Kecepatan

(11)

67 3.4.3 Perhitungan Biaya Kemacetan Berdasarkan BOK

Pada tahap ini perhitungan biaya peningkatan BOK merupakan biaya yang harus dikeluarkan oleh kendaraan yang mlintas yang tidak melakukan parkir. Adapun komponen BOK adalah:

1. Biaya kendaraan (mobil kecil, minibus, angkot, sepeda motor dan pick up)

2. Biaya konsumsi bahan bakar (bensin dan solar)

3. Biaya konsumsi minyak pelumas (disesuaikan dengan merek pelumas)

4. Biaya pemakaian ban (disesuaikan dengan tipe ban)

5. Biaya service (pemeliharaan)

3.4.3.1 Perhitungan Biaya Konsumsi Bahan Bakar Minyak

Untuk menghitung biaya konsumsi bahan bakar minyak untuk suatu jenis kendaraan, dapat dilakukan tahapan sebagai berikut:

a. Pengumpulan data kondisi jalan kondisi lalu-lintas

b. Penentuan jenis kendaraan dan jenis bahan bakar minyak, kendaraan akan dikaji berhubungan dengan jenis bahan bakar minyak yang digunakan.

c. Pengumpulan data harga bahan bakar minyak dan perhitungan harga satuan dari BBM.

d. Pengumpulan data kecepatan rata-rata.

(12)

68 f. Perhitungan tingkat konsumsi bahan bakar minyak. Tingkat kosumsi bahan

bakar minyak (dalam liter/km) untuk setiap jenis kendaraan yang dikaji dapat dihitung dengan mengikuti persamaan (2.3) yang sesuai dan memasukkan nilai-nilai peubah yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut.

g. Hitung besaran biaya konsumsi bahan bakar minyak. Besaran biaya bahan bakar minyak (dalam rupiah/km) untuk setiap jenis kendaraan yang dikaji dan dapat dihitung dengan mengalikan besaran tingkat konsumsi bahan bakar minyak dengan harga satuannya.

3.4.3.2 Perhitungan Biaya Konsumsi Oli

Untuk menghitung biaya konsumsi oli untuk jenis kendaraan, maka dapat dilakukan tahapan berikut, yaitu:

a) Penentuan jenis kendaraan. Jenis kendaraan yang akan dikaji berhubungan dengan jenis dan harga oli yang digunakan.

b) Pengumpulan data harga oli.

c) Perhitungan tingkat konsumsi oli. Tingkat konsumsi oli (dalam liter/km) untuk setiap jenis kendaraan yang dikaji dapat dihitung dengan mengikuti rumus persamaan (2.4) dan (2.5) dan memasukkan nilai-nilai peubah yang diperoleh dari hasil pengukuran ke dalam persamaan tersebut.

(13)

69 mengalikan konsumsi oli bahan bakar minyak dengan harga satuannya seperti pada persamaan (2.4)

3.4.3.3 Perhitungan Biaya Konsumsi Suku Cadang

Untuk menghitung besaran biaya pemeliharaan untuk suatu jenis kendaraan, maka dapat dilakukan tahapan berikut:

a. Penentuan jenis kendaraan. Jenis kendaraan yang akan dikaji berhubungan dengan harga kendaraan yang digunakan.

b. Pengumpulan data harga kendaraan.

c. Penentuan nilai kerataan jalan. Pengumpulan data kekasaran jalan dapat dilakukan secara langsung dengan menggunakan alat pengukur kerataan jalan dalam satuan IRI (m/km).

d. Perhitungan biaya konsumsi suku cadang untuk setiap jenis kendaraan yang dikaji, dihitung dengan mengalikan nilai kosumsi suku cadang dengan harga kendaraan baru seperti pada persamaan (2.9).

3.4.3.4 Perhitungan Biaya Upah Pemeliharaan Kendaraan

Untuk menghitung besaran biaya upah pemeliharaan untuk suatu jenis kendaraan, maka dapat dilakukan tahapan berikut, yaitu:

(14)

70 b) Pengumpulan harga satuan upah tenaga pemeliharaan kendaraan. Harga

satuan upah tenaga pemeliharaan dapat diperoleh melalui survei penghasilan tenaga perbaikan kendaraan. Survei upah dapat dilakukan melalui survei langsung di bengkel atau mendapatkan data melaluilinstasional seperti Dinas Tenaga Kerja.

c) Perhitungan kebutuhan jam pemeliharaan. Kebutuhan jam pemeliharaan setiap jenis kendaraan yang akan dikaji dapat dihitung dengan mengikuti persamaan (2.10) dan (2.11).

d) Perhitungan biaya upah pemeliharaan kendaraan untuk setiap jenis kendaraan yang dikaji dapat dihitung dengan mengalikan kebutuhan jam pemeliharaan dengan harga satuan upah pemeliharaan seperti persamaan (2.11).

3.4.3.5 Perhitungan Biaya Konsumsi Ban

Untuk menghitung besaran biaya kosumsi ban untuk suatu jenis kendaraan, maka dapat dilakukan tahapan berikut, yaitu:

a. Penentuan ruas jalan.

b. Penentuan jenis kendaraan dan jenis ban c. Pengumpulan data harga ban.

d. Pengumpulan data kerataan jalan dapat dilakukan secara langsung dengan menggunakan alat pengukuran atau data sekunder dalam satuan IRI.

(15)

71 pengukuran dengan menggunakan alat pengukuran geometri jalan dan dihitung dengan persamaan (2.12) dan (2.13). Gunakan data sekunder atau nilai tipikal apabila data aktual tidak tersedia.

f. Perhitungan tingkat konsumsi ban. Tingkat kosumsi ban (dalam EBB/1000km) untuk setiap jenis kendaraan yang dikaji dapat dihitung dengan mengikuti rumus (2.13) dan memasukkan nilai-nilai peubah diperoleh dari hasil pengukuran.

g. Perhitungan besaran biaya konsumsi ban. Besaran biaya ban (dalam rupiah/km) untuk setiap jenis kendaraan yang dikaji dihitung dengan mengalikan kosumsi ban dengan harga satuannya dengan menggunakan persamaan (2.14).

3.5 Teknik Analisis dan Pembahasan

Pada tahapan ini akan dilakukan analisis terhadap hasil pengolahan data. Analisis yang dilakukan menggunakan metode PT. Jasa Marga dan LAPI ITB sehingga didapat biaya kemacetan di Jalan Setiabudi.

3.6 Kesimpulan dan Saran

(16)

72 BAB IV

ANALISA DATA

Pada bab ini, pembahasan meliputi pengumpulan, pengolahan, dan penganalisaan data. Dalam bab ini pengumpulan data terdiri dari pemilihan rute yang menjadi objek penelitian dan karakteristik lalu lintas. Pengolahan data berisi tentang penentuan jam pucak, perhitungan penambahan BOK sebagai biaya kemacetan untuk digunakan dalam analisis data. Selanjutnya akan dilakukan analisis dari hasil pengolahan data, yang mengacu terhadap perhitungan biaya kemacetan kendaraan pribadi.

4.1 Pemilihan rute yang dijadikan objek penelitian

Pemilihan ruas yang akan dijadikan obyek penelitian sangat diperlukan guna menentukan titik lokasi penelitian yang dapat mewakili kondisi kemacetan di Setia Budi Tanjung Rejo, tepatnya di depan Yayasan Syafiatul.

(17)

73 4.1.1 Karakteristik Fisik Ruas Jalan Setia Budi

Karakteristik fisik ruas jalan ini terdiri dari kondisi geometrik ruas jalan dan profil ruas jalan. Kondisi geometrik ruas jalan dijelaskan dalam potongan melintang dan alinemen, sedangkan yang dimaksud dengan profil ruas jalan adalah penambahan pemanfaatan jalan, serta pemanfaatan lahan disekitar ruas jalan .

Secara umum karakteristik ruas jalan Setia Budi kawasan sekolah Shafiyatul adalah sebagai berikut :

a. Panjang ruas jalan Setia Budi yang akan diteliti adalah 1 km dengan lebar jalan 6m. b. Lebar bahu efektif jalan 2,5 m.

c. Tipe ruas jalan adalah empat lajur terbagi.

d. Pemanfaatan lahan sekitar ruas jalanan sebagian besar untuk parkir.

4.1.2 Karakteristik Lalu Lintas Ruas Jalan Setia Budi

Data arus lalu lintas di jalan Setia Budi hasil survei yang dilakukan dari pukul 07.00 sampai dengan pukul 19.00. Arus lalu lintas yang diamati adalah lalu lintas kendaraan dengan klasifikasi kendaraan mobil pribadi, pick up, angkutan perkotaan, bus kecil, bus sedang, truk sedang, truk berat, sepeda motor, dan becak mesin.

(18)

74 Tabel 4.1 Volume lalu lintas di Ruas Jl.Setia Budi

(19)

75 Tabel 4.2 Volume Lalu Lintas dalam Smp/jam di Ruas Jl. Setia Budi

(arah dr Mansyur)

Sumber: Analisis

Waktu Kendaraan/Jam Smp/Jam

07.00-08.00 2514 1378

08.00-09.00 2287 1117

09.00-10.00 1089 695

10.00-11.00 948 635

11.00-12.00 1312 765

12.00-13.00 2177 1213

13.00-14.00 2294 1175

14.00-15.00 1872 979

15.00-16.00 2087 1145

16.00-17.00 2630 1337

17.00-18.00 1879 1032

(20)

76 Dari hasil perhitungan di atas didapat bahwa jenis kendaraan yang paling banyak melewati jalan Setia Budi arah Sekolah adalah sepeda motor dengan jumlah 13.633 kendaraan, selanjutnya diikuti kendaraan kendaraan pribadi dengan jumlah 6.903 kendaraan selama 12 jam penelitian. Sehingga total volume lalu lintas untuk 12 jam pengamatan sebesar 22.467 kendaraan atau 12.276 smp. Lalu lintas harian rata – rata untuk mobil pribadi sebesar 575 smp.

Grafik 4.1 Fluktuasi Volume Lalu Lintas di Jalan Setia Budi (arah sekolah)

Fluktuasi lalu lintas di daerah pengamatan dapat dilihat pada grafik 4.1 dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa pada ruas jalan tersebut kecenderungan jam puncak dapat terjadi Dari total hasil perhitungan diatas didapat bahwa volume kendaraan akan tinggi pada pagi hari pukul 07.00-08.00 dengan volume 2514

2514

07.00-08.00 09.00-10.00 11.00-12.00 13.00-14.00 15.00-16.00 17.00-18.00

(21)

77 kendaraan/jam dan sore hari pada pukul 16.00-17.00 dengan volume 2630 kendaraan/jam. Hal ini dapat dilihat pada grafik 4.1 di atas.

Dari tabel 4.1 di atas dapat diketahui rata-rata volume lalu lintas perjam untuk kendaraan ringan (LV) yang terdiri dari mobil kecil, angkot, dan pick up. Kendaraan berat (HV) yang terdiri dari bus besar, bus kecil, truk sedang, truk besar, dan truk gandeng serta sepeda motor (MC) untuk ruas jalan Setia Budi seperti tertera pada tabel IV.3 berikut :

Tabel 4.3 Rata-rata Lalu Lintas per jam di jalan Setia Budi

Kendaraan LV HV MC Jumlah

Kend/Jam 739 4 1174 1917

Smp/Jam 739 5 294 1038

Sumber : Analisis

(22)

78 4.1.3 Data Kecepatan Kendaraan

Dari hasil survey sepanjang jalan Setia Budi terdapat titik tertentu yang menjadi kemacetan terutama pada jam puncak. Titik yang menjadi kemacetan.

Kemacetan yang terjadi disepanjang jalan Setia Budi tentunya sangat merugikan bagi pengguna jalan. Pengguna jalan yang melalui jalan tersebut harus mengurangi kecepatan dari batas normal atau bahkan berhenti sesekali (tersendat-sendat) untuk menunggu kemacetan kendaraan yang terjadi. Hal ini tentu akan menambah waktu normal perjalanan untuk sampai ketempat aktivitas. Selain itu dengan adanya kemacetan, pengguna jalan mengalami kerugian biaya operasional kendaraan. Dengan semakin lama waktu perjalanan akan meningkat pula biaya operasional kendaraan yang akan dikeluarkan untuk menempuh suatu perjalanan.

Peningkatan biaya operasional kendaraan yang disebabkan oleh bertambahnya waktu perjalanan merupakan suatu pemborosan yang sangat merugikan. Dari hasil survei yang dilakukan pada permasalahan kemacetan di Jalan Setia Budi, indikator yang paling kelihatan adalah adanya penurunan kecepatan.

(23)

79 Berikut ini analisa kecepatan kendaraan melewati Jalan Setia Budi arah sekolah dengan analisa kecepatan perjalanan.

Tabel 4.4 Kecepatan Rata-Rata Perjam arah sekolah

Waktu Kecepatan (Km/Jam) 07.00-08.00 12.49 08.00-09.00 16.66 09.00-10.00 20.51 10.00-11.00 22.92 11.00-12.00 18.59 12.00-13.00 21.27 13.00-14.00 20.39 14.00-15.00 11.66 15.00-16.00 8.83 16.00-17.00 5.24 17.00-18.00 7.55 18.00-19.00 21.18 Sumber : Analisis

Dari hasil analisas kecepatan di atas, terdapat dua perbedaan kecepatan yaitu kecepatan maksimal dan kecepatan minimal. Pada hari sekolah perbedaan kecepatan sangat signifikan terutama pada jam jam sibuk.

(24)

80 Grafik 4.2 Fluktuasi kecepatan rata-rata perjam pada ruas jalan setia budi arah

sekolah

Kecepatan kendaraan sangat berhubungan dengan volume lalu lintas, karena semakin tinggi volume lalu lintas maka kecepatan rata-rata kendaraan yang bergerak juga semakin rendah, sebaliknya jika volume lalu lintas semakin sedikit yang melintas di jalan Setia Budi, maka kecepatan rata-rata akan tinggi. Hal ini dapat dilihat pada tabel IV.2 dan IV.4, yaitu volume tertinggi dan kecepatan rata-rata terendah terjadi pada pukul 16.00-17.00 dengan volume sebesar 2630 kendaraan/jam atau 1.337 smp/jam dengan kecepatan 5.24 km/jam. Selanjutnya hal ini dapat dilihat pada grafik 4.3 di bawah ini:

0 5 10 15 20 25

Kecepatan

(25)

81 Grafik 4.3 Hubungan Kecepatan dengan Volume Kendaraan

Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa kecepatan kendaraan berpengaruh dengan volume kendaraan. Dimana jika volume kendaraan banyak maka kecepatan kendaraan akan berkurang begitu juga sebaliknya.

(26)

82 4.2 Perhitungan Biaya Operasional Kendaraan

Unit-unik biaya yang dihitung untuk perhitungan Biaya Operasi Kendaraan adalah :

1. Harga Ekonomi Kendaraan representasi Wilayah Studi (dalam Rupiah) Tabel 4.5 Harga Kendaraan Baru

Tipe Kendaraan Merek dan

Model Harga (Rp)

Pick Up Standard 148.000.000

Small Bus/Bus Kecil

Mitsubishi L300 Minibus Standard

189.500.000

Large Bus/Bus Besar Mercedes Benz

OH 1521 600.000.000 Light Truck/Truck

Ringan

Mitsubishi Colt

FE73 110PS 266.500.000 Heavy Truck/Truck

Berat

Mitsubishi Fuso

FN 527M 790.000.000 Motorcycle/Sepeda

Motor

Honda Supra X

125 17.050.000

Sumber: Showroom

2. Harga Bahan Bakar Minyak

Tabel 4.6 Harga Bahan Bakar Minyak

Jenis BBM Harga Perliter (Rp)

Solar 6.800

Premium 7.300

(27)

83 3. Harga Ekonomi Pelumas

Tabel 4.7 Harga Pelumas Tiap Kendaraan

Tipe Kendaraan Merek Pelumas Harga (Rp/Liter) Car/Kendaraan

Penumpang Castrol Magnetec 10W-40 65.000 Utility/Kendaraan

Serbaguna Mesran SAE 40 1L SE 26.000

Small Bus/Bus Kecil Mesran B30/B40 23.750

Large Bus/Bus Besar Mesran B30/B40 23.750

Light Truck/Truck Ringan Mesran B30/B40 23.750

Heavy Truck/Truck Berat Mesran B30/B40 23.750

Motorcycle/Sepeda Motor Top 1 Oil SMO MC 25.000 Sumber : Showroom

4. Harga Ekonomi Ban Kendaraan Representasi (dalam Rupiah) Tabel 4.8 Harga Ban Tiap Kendaraan

Tipe Kendaraan Harga (Rp)

Car/Kendaraan Penumpang 650.000

Utility/Kendaraan Serbaguna 550.000

Small Bus/Bus Kecil 629.000

Large Bus/Bus Besar 1.150.000

Light Truck/Truck Ringan 629.000

Heavy Truck/Truck Berat 1.150.000

(28)

84 5. Biaya Ekonomi Awak Kendaraan Bermotor Jenis Komersial

Tabel 4.9 Harga Ekonomi Awak Kendaraan

6. Biaya Pekerja Bengkel

Perhitungan biaya pekerja bengkel diperhitungkan biaya pekerja bengkel 2015, dari hasil yang diperoleh dari biaya rata-rata pekerja bengkel sebesar Rp. 7.800.- perjam

7. Besaran Biaya BOK dan Kecepatan per Jam

Dari hasil analisis kecepatan diatas dapat dilihat perbedaan kecepatan

maksimum dan minimum. Sehingga dapat dihitung biaya operasional perjam dengan kecepatan tersebut. Sehingga dapat dihitung biaya operasional kendaraan dengan rumus yang dikembangkan oleh PT. Jasa Marga dan LAPI ITB :

No Jenis Kendaraan Biaya Awak

(Rp/jam) 1 Car/Kendaraan Penumpang 8.300

2 Utility/Kendaraan

Serbaguna 8.300

3 Small Bus/Bus Kecil 8.300

4 Large Bus/Bus Besar 12.500

5 Light Truck/Truck Ringan 12.500

6 Heavy Truck/Truck Berat 26.953

(29)

85 - Konsumsi Bahan Bakar

= 0.0284฀2 - 3.0644฀2 + 141.68

= 0.0284(60)2 - 3.0644(60)2 + 141.68 = 60.056 lt/1000km Y = KKBdasar x ( 1 ± ฀ + 1 + )

= 60.056 lt/1000km [ 1 ± ( 0.4 + 0.253 + 0.085 ) ] = 104.377 lt/1000km

Y’ = Konsumsi BBM x harga BBM = 104.377 lt/1000km x Rp. 7.300,- = Rp 761.955,-/1000km

- Konsumsi Minyak Pelumas

Y = (0.003 lt/1000km x 1000) x 1.5 = 4.5 /1000km

Y’ = konsumsi pelumas x harga pelumas = 4.5 /1000km x Rp 65.000

= Rp 292.500,-/1000km - Konsumsi Pemakaian Ban

Y = 0.000848V – 0.0045333 = 0.000848 (60) – 0.0045333 = 0.049 / 1000km

Y’ = pemakaian ban x harga ban = 0.049 x Rp 650.000

(30)

86 - Biaya pemeliharaan ( suku cadang )

Y = 0.0000064V + 0.0005567 = 0.0000064 (60) + 0.0005567 = 0.00094 /1000km

Y’ = pemakaian suku cadang x harga kendaraan = 0.00094 /1000km x Rp. 180.600.000

= 169.890 /1000km - Biaya Pemeliharaan (montir)

Y = 0.00362V + 0.36267 = 0.00362(60) + 0.36267 = 0.57987 /1000km

Y’ = Pemeliharaan montir x upah kerja montir perjam = 0.65227 /1000km x Rp. 42.500

= Rp. 24.644 /1000km - Biaya penyusutan

Y = 1 / (2.5V + 125) = 1 / (2.5 (60) + 125) = 0.0036 / 1000km

Y’ = biaya penyusutan x 1

2 harga kendaraan = 0.0036 /1000km x 1

(31)

87 - Bunga modal

Bunga modal = 0.22 % x harga kendaraan = Rp. 397.320

- Biaya Asuransi Y = 38 / 500V = 38 / 500 (60) = 0.0012 / 1000km

Y’ = biaya asuransi x harga kendaraan = 0.0095 /1000km x Rp 180.600.000 = Rp. 228.760 /1000km

Jadi jumlah biaya operasional kendaraan yang dialami oleh pengguna kendaraan pribadi dengan kecepatan 60 km/jam di jalan Setiabudi sebesar Rp. 1.837.673 /1000km atau Rp. 1.838/km per kendaraan.

(32)

88 Tabel 4.10 Besaran Biaya Operasional Kendaraan Pada Setiap Jam

Jam Kecepatan

(Km/Jam)

Biaya Operasional Kendaraan (Rp/km)

07.00-08.00 12.49 3.461

08.00-09.00 16.66 3.052

09.00-10.00 20.51 2.777

10.00-11.00 22.92 2.638

11.00-12.00 18.59 2.904

12.00-13.00 21.27 2.731

13.00-14.00 20.39 2.784

14.00-15.00 11.66 3.583

15.00-16.00 8.83 4.072

16.00-17.00 5.24 5.292

17.00-18.00 7.55 4.389

(33)

89 Grafik 4.4 Hubungan Kecepatan dan Biaya Operasional Kendaraan

Dari hasil perhitungan biaya operasional dan kecepatan kendaraan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa apabila kecepatan kendaraan menurun maka biaya operasional kendaraan akan bertambah, sehingga pada pengguna mobil pribadi mengalami kerugian.

Rp0,000 Rp1,000 Rp2,000 Rp3,000 Rp4,000 Rp5,000 Rp6,000

Hubungan Kecepatan dan Biaya

Operasional Kendaraan

(34)

90 4.3 Biaya Kemacetan dengan Perhitungan Biaya Operasional Kendaraan

untuk Mobil Pribadi

Biaya kemacetan di jalan Setiabudi dihitung dengan menggunakan selisih antara biaya umum pada kondisi yang sebenarnya dan pada kondisi kecepatan rencana.

Tabel 4.11 Selisih biaya kemacetan per jam

(35)

91 Dari hasil analisis biaya kemacetan diatas didapat kerugian akibat kemacetan perhari sebesar Rp. 1.530 /km per kendaraan pribadi. Dari hasil biaya kemacetan di atas maka kita dapat memprediksi biaya kemacetan untuk 10 tahun kedepan dimana pertumbuhan kendaraan sebesar 8 % dan tingkat suku bunga sebesar 7.5 %

Tahun LHR LHR/ tahun

(36)

92 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil analisis diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1) Ruas jalan Setia Budi arah sekolah mengalami volume tertinggi pada pukul 07.00-08.00 pagi hari dan pukul 16.00-17.00 dengan volume lalu lintas 1378 smp/jam dan 1337 smp/jam.

2) Dengan adanya kemacetan yang terjadi kecepatan kendaraan untuk menempuh jalan tersebut berkurang dari 22.92 km/jam sampai 5.24 km/jam. 3) Biaya kemacetan yang terjadi dijalan Setia Budi sebesar Rp 1.530

/km/kendaraan.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang dihasilkan, ada beberapa saran yang dapat diberikan untuk mengurangi biaya kemacetan tersebut yaitu:

1) Dikarenakan banyaknya kendaraan yang melewati jalan tersebut ada baiknya yang memakai kendaraan pribadi menggunakan angkutan umum agar berkurang biaya kemacetan dijalan Setia Budi.

(37)

27 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Transportasi

Kata transportasi berasal dari bahasa latin yaitu transportare, dimana trans adalah seberang atau sebelah lain dan portrare mengangkut atau membawa, jadi transportasi adalah mengangkut atau membawa sesuatu ke sebelah lain atau dari satu tempat ketempat lain.

Menurut Edward K. Morlok, transportasi adalah memindahkan atau mengangkut barang atau penumpang dari suatu tempat ke tempat lain. Transportasi dikatakan baik apabila perjalanan cukup cepat, tidak mengalami kemacetan, frekuensi pelayanan cukup aman, bebas dari kemungkinan kecelakaan dan kondisi pelayanan nyaman. Untuk mencapai kondisi seperti itu, banyak faktor yang mempengaruhi yaitu: kondisi prasarana jalan, sistem jaringan jalan, kondisi kendaraan dan sikap mental pemakai fasilitas tersebut.

2.2 Teknik Perlalu-Lintasan

(38)

28 komponen transportasi, yakni kondisi prasarana jalan serta sistem jaringannya dan kondisi kendaraan serta sikap mental pemakai fasilitas transportasi tersebut.

Untuk mengetahui tentang transportasi kota dalam aspek perencanaan dan pelaksanaannya, maka penting sekali untuk memahami aspek teknik perlalu lintasan (Traffic Engineering), teknik lalu lintas angkutan darat meliputi: karakteristik volume lalu lintas, kapasitas jalan, satuan mobil penumpang, asal dan tujuan lalu lintas, dan pembangkit lalu lintas. ( Budi D. Sinulingga, 1999)

2.3 Pengertian Volume Lalu Lintas

Volume lalu lintas adalah jumla tertentu pada suat perlintasan dikenal volume lalu lintas harian atau sering juga disebut lalu lintas harian rata-rata (LHR) yaitu jumlah kendaraan yang lewat secara rata-rata dalam sehari (24 jam) pada suatu ruas jalan tertentu, besarnya LHR akan menentukan dimensi penampang jalan yang akan dibangun. Volume lalu lintas ini bervariasi besarnya, tidak tetap, tergantung waktu, variasi dalam sehari, seminggu, sebulan dan setahun.

(39)

29

yang over estimate akan membuat perencanaan menjadi boros, sedangkan volume yang under estimate akan membuat jaringan jalan cepat mengalami kemacetan, sehingga memerlukan pengembangan pula.

2.4 Pengertian Kemacetan Lalu Lintas

Kemacetan adalah kondisi dimana arus lalu lintas yang lewat pada ruas jalan yang ditinjau melebihi kapasitas rencana jalan tersebut yang mengakibatkan kecepatan bebas ruas jalan tersebut mendekati atau melebihi 0 km/jam sehingga menyebabkan terjadinya antrian. Pada saat terjadinya kemacetan, nilai derajat kejenuhan pada ruas jalan akan ditinjau dimana kemacetan akan terjadi bila nilai derajat kejenuhan mencapai lebih dari 0,5 (MKJI, 1997).

Arus lalu lintas adalah suatu fenomena yang kompleks, dengan melihatnya kita dapat mengetahui bahwa pada saat arus lalu lintas meningkat, umumnya kecepatan akan menurun. Sedikitnya terdapat delapan variable yang digunakan untuk menjelaskan arus lalu lintas dan beberapa karakteristik aliran lainnya diturunkan dari variable-variabel utama seperti kecepatan, volume dan kepadatan, variable lainnya yaitu headway, spacing dan occupancy. Ada juga dua parameter lainnya yang berhubungan dengan spacy dan headway yaitu clearance dan gap.

(40)

30 Pada saat batas aliran lalu lintas yang ada pada suatu ruas jalan dilampaui, maka rata-rata kecepatan lalu lintas akan turun sehingga pada saat kecepatan mulai turun maka akan mengakibatkan biaya operasional kendaraan akan meningkat antara kisaran 0 – 45 km/jam dan waktu untuk melakukan perjalanan akan semakin meningkat. Sementara itu, waktu berarti biaya dan nilai yang keduanya merupakan dua bagian dari total biaya perjalanan yang ditimbulkan oleh menurunnya kecepatan akibat meningkatnya aliran lalu lintas (Sugiono, G).

Kemacetan apabila ditinjau dari tingkat pelayanan jalan (Level of Service), pada saat LOS < C.LOS < C, kondisi arus lalu lintas mulai tidak stabil, kecepatan operasi menurun relatif cepat akibat hambatan samping yang timbul dan kebebasan bergerak relatif kecil. Pada kondisi ini volume-kapasitas lebih besar atau sama dengan 0,8 ( V/C > 0,8 ).

Dan pada akhirnya nilai LOS sudah mencapai tingkat pelayanannya, maka aliran lalu lintas menjadi tidak stabil sehingga terjadi tundaan berat, yang disebut kemacetan lalu lintas (Ofyar Z Tamin, 1998).

(41)

31 2.5 Biaya Dalam Sistem Transportasi

Didalam sistem transportasi terdapat beberapa konsep biaya, salah satu dari biaya tersebut adalah biaya sosial atau social cost. Biaya sosial dari suatu fasilitas adalah biaya yang harus ditanggung oleh bukan pengguna fasiitas akibat penggunaan fasilitas oleh pihak lain. Secara umum biaya sosial disebut juga biaya eksternal dari suatu fasilitas walaupun pada beberapa literature artinya memiliki perbedaan.

Berikut ini beberapa konsep umum tentang eksternal cost, yaitu:

1. Biaya eksternal adalah biaya yang disebabkan oleh suatu aksi yang dilakukan oleh orang lain yang tidak memiliki kepentingan untuk melakukan aksi tersebut. Biaya eksternal akan menjadi masalah apabila pelakunya hanya menyadari biaya dan keuntungan dalam mengambil keputusan untuk melakukan aksi, tetapi terdapat biaya eksternal yang tidak diperhitungkan, dan nilainya lebih besar daripada keuntungan yang diperoleh.

2. Biaya eksternal adalah semua biaya yang dibebankan kepada pihak lain dan tidak dirasakan oleh pihak yang melakuakan aktivitas yang membangkitkan biaya tersebut.

(42)

32 Secara umum dapat disimpulkan biaya eksternal adalah biaya yang ditimbulkan akibat adanya kegiatan yang ditanggung oleh pihak ketiga yang sama sekali tidak terlibat langsung dengan kegiatan tersebut.

Dalam kajian ini, biaya eksternal berupa pemborosan biaya transportasi pengguna jalan, dimana pada kajian ini mempertimbangkan bagi pengguna kendaraan pribadi yang disebabkan oleh kemacetan pada kawasan jalan Setia budi. Biaya yang dipehitungkan berupa biaya operasional kendaraan (BOK).

2.6 Biaya Kemacetan Lalu Lintas

Kemacetan lalu lintas adalah situasi ketika kecepatan actual kendaraan berada dibawah kecepatan arus bebas. Situasi ini mengakibatkan kerugian bagi pengguna jalan, yang berupa peningkatan konsumsi bahan bakar. Biaya kemacetan merupakan selisih biaya dari kecepatan normal dengan kecepatan eksisting.

(43)

33 Biaya kemacetan atau congestion cost merupakan selisih antara marginal social cost (biaya yang dikeluarkan masyarakat) dengan marginal private cost (biaya

yang dikeluarkan oleh pengguna kendaraan pribadi) yang disebabkan oleh adanya tambahan kendaraan pada ruas jalan yang sama.

Secara pendekatan analisis, biaya kemacetan timbul dari hubungan antara dengan aliran di jalan dan hubungan antara kecepatan dengan biaya kendaraan. Perhitungan beban biaya kemacetan didasarkan kepada perbedaan antara biaya marginal social cost dan marginal private cost dari suatu perjalanan (Sugiono.G,

2008).

(44)

34 Selisih antara marginal social cost dan marginal private cost merupakan congestion cost yang disebabkan oleh adanya tambahan kendaraan pada ruas jalan

yang sama dan keseimbangan tercapai dititik F dengan arus lalu lintas sebanyak Q2 dan biaya sebesa P2. Dari sudut pandang sosial, arus lalu lintas sebanyak Q1 terlalu berlebihan karena pengemudi kendaraan hanya menikmati manfaat sebesar Q1E atau P4. Tambahan kendaraan setelah titik optimal Q2 harus mengeluarkan biaya sebesar Q2Q1HF namun hanya menikmati manfaat sebesar Q2Q1EF, sehingga terdapat welfare gain yang hilang sebesar luasan FEH. Oleh karena itu perhitungan biaya

kemacetan didasarkan pada perbedaan antara biaya marginal social cost dan marginal private cost. (lihat grafik 2.2)

Kerugian yang timbul akibat kemacetan lalu lintas sangatlah besar, tetapi pada umumnya pengemudi atau pengguna fasilitas transportasi kurang menyadarinya. Kerugian ini meliputi pemborosan bahan bakar, waktu, tenaga dan ketidaknyamanan berlalu lintas, serta biaya sosial atau eksternasi yang dibebankan pengemudi lain dan pihak ketiga (Ofyar Z. Tamin, 1998).

(45)

35 maka kita tidak perlu menanggung kerugian yang disebabkan oleh kemacetan tersebut.

Biaya akibat kemacetan lalu lintas ini sebenarnya merupakan tambahan biaya perjalanan yang harus ditanggung oleh pengguna jalan akibat bertambahnya volume lalu lintas dan waktu perjalanan. Komponen biaya perjalanan adalah volume lalu lintas, waktu perjalanan, biaya operasional kendaraan and nilai waktu perjalanan. Jadi, untuk ruas jalan yang sama maka biaya perjalanan akan meningkat jika volume lalu lintas dan waktu perjalananpun ikut bertambah.

Ada juga model kaitan antara kecepatan dengan biaya kemacetan, dimana model ini memiliki asumsi ( Basuki. M, 2008):

a) Perbedaan tingkat kecepatan ( lambat dan cepat )

b) Kecepatan tiap kendaraan tidak dibuat berdasarkan tingkat lalu lintas c) Tidak menggunakan satuan penumpang

d) Biaya kemacetan cenderung nol jika kecepatannya sama e) Kendaraan tidak saling mendahului

2. 7 Biaya Operasional Kendaraan (BOK)

(46)

36 pada volume produksi jasa sampai ketingkat tertentu) sedangkan biaya tetap adalah biaya yang berubah apabila terjadi perubahan pada volume produksi jasa (Gito Sugianto).

Biaya Operasional Kendaraan merupakan suatu nilai yang menyatakan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk pengoperasian suatu kendaraan. BOK terdiri atas beberapa komponen sebagai berikut:

a. Biaya Tidak Tetap (Running Cost) adalah biaya yang besarnya berubah tergantung pada pengoperasian alat-alat pengangkutan, meliputi:

- Bahan bakar - Minyak Pelumas - Ban

- Pemeliharaan

b. Biaya Tetap (Fixed Cost) adalah biaya tetap yang dikeluarkan setiap bulan, meliputi:

- Asuransi - Bunga Modal - Depresiasi

(47)

37 Dalam penetapan nilai operasi kendaraan, Button (1993) menyatakan bahwa penetapan harga layanan transportasi (pricing) bertujuan untuk maksimasi kepentingan penyedia jasa transportasi dengan tetap mempertimbangkan kesejahteraan masyarakat (maximizing welfare). Kondisi ini akan stabil untuk jangka panjang atau Long Run Marginal Cost (LRMC). LRMC merupakan komponen biaya yang mempengaruhi penetapan harga dengan memperhatikan biaya-biaya kapital atau biaya tetap lainnya yang mempengaruhi kelangsungan kendaraan pada kondisi yang akan datang.

Dalam kajian ini, terdapat beberapa macam model yang digunakan untuk memperoleh biaya operasi kendaraan (BOK), dalam hal ini ada beberapa analisis model yang digunakan yaitu metode yang dikembangkan PT. Jasa Marga bekerja sama dengan Lembaga Afiliasi Penelitian dan Industri Insititut Teknologi Bandung (LAPI ITB). Berdasarkan model perhitungan BOK yang dikembangkan oleh PT. Jasa Marga bekerja sama dengan Lembaga Afiliasi Penelitian dan Industri Teknologi Bandung (LAPI ITB), maka hanya akan diperhitungkan faktor-faktor tertentu yang dianggap memberikan pengaruh terhadap komponen-komponen yang memberikan kontribusi relatif besar terhadap nilai biaya operasional kendaraan.

(48)

38 Unit observasi dalam penelitian ini adalah kendaraan pribadi, yaitu kendaraan pribadi berupa kendaraan bermotor roda empat dan roda dua. Jenis kendaran yang akan dijadikan sebagai unit observasi adalah kendaraaan yang representasinya mendekati atau sesuai dengan rekomendasi.

Analisis akan dilakukan dengan pendekatan deskriptif, berdasarkan pada data kuantitatif sebagai hasil perhitungan besaran biaya operasi kendaraaan. Seluruh data-data biaya yang dikumpulkan dari kegiatan survei, akan dikonversi kedalam nilai rupiah per Km jarak tempuh. Dalam hal ini, teknik statistik digunakan dalam perhitungan komponen-komponen biaya operasi kendaraan, yang mencakup:

1) Biaya pemakaian bahan bakar

2) Biaya pemakaian pelumas

3) Biaya pemakaian ban

4) Biaya pemeliharaan kendaraan

5) Biaya depresiasi kendaraan

6) Biaya awak kendaraan

2.7.1 Biaya Konsumsi Bahan Bakar

(49)

39 a. Kecepatan Rata-rata Lalu-Lintas

Data kecepatan lalu lintas dapat diperoleh dengan melakukan pengukuran langsung dengan menggunakan metode moving car observer dan selanjutnya dilakukan perhitungan kecepatan rata-rata ruang. Apabila data kecepatan lalu-lintas tidak tersedia maka kecepatan dapat dihitung dengan Manual Kapasitas Jalan Indonesia.

b. Percepatan rata-rata

Percepatan rata-rata lalu-lintas dalam suatu ruas jalan dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut (manual BOK, 1995) :

Ag = 0,0128 x (V /C)………..(2.1)

Dimana:

Ag : percepatan rata-rata

V : volume lalu-lintas (smp / jam)

C : kapasitas jalan (smp / jam)

c. Tanjakan dan turunan

Tanjakan rata-rata ruas jalan dapat dihitung berdasarkan data aligment vertical dengan rumus sebagai berikut (manual BOK, 1995):

��

=

∑ ��

� �=1

(50)

40 Turunan rata-rata ruas jalan dapat dihitung berdasarkan data aligment vertical dengan rumus (manual BOK, 1995):

��

=

∑ �

� �=1

L (m / km)………..(2.3)

Apabila data pengukuran tanjakan dan turunan tidak tersedia dapat digunakan nilai tipikal sebagai berikut:

Tabel 2.1 Nilai tipikal tanjakan dan turunan rata-rata

Kondisi Medan

Tanjakan rata-rata

(m/km)

Turunan rata-rata (m/km)

Datar 2,5 -2,5

Bukit 12,5 -12,5

Pegunungan 22,5 -22,5

Sumber: RSNI Pedoman Perhitungan BOK, 2006

d. Biaya konsumsi Bahan Bakar Minyak

BiBB����= KBBMi x HBBMj………(2.4)

Dimana :

(51)

41 KBBMi : Konsumsi bahan bakar minyak untuk jenis kendaran i, dalam liter/km.

HBBMj : Harga bahan bakar untuk jenis BBMj, dalam rupiah per liter. i : Jenis kendaraan sedan, utility, bus kecil, bus besar, atau truk. j : Jenis bahan bakar minyak solar ataupun premium.

e. Konsumsi Bahan Bakar minyak (KBBM)

Konsumsi bahan bakar minyak untuk masing-masing kendaraan dapat dihitung dengan rumus persamaan sebagai berikut (manual BOK, 1995): KBBMi=(α+β1/Vr+β2xVr²+β3xRr+β4xFr+β5xFr²+β6xDTr+β7xAr+β8xSa+β

9xBk+β10xBkxAr+β11xBkxSa)/1000……….(2.5)

(52)

42 Tabel 2.2 Nilai Ekivalen Mobil Penumpang Untuk Jalan Perkotaan Tak Terbagi

Tipe jalan

Lebar Jalur Lalu lintas Wc(m)

Sumber : Kemenhub NO.14(2006)

β1..β11 : koefisien-koefisien parameter ( lihat tabel 2.3)

(53)

43

Tabel 2.3 Nilai Ekivalensi Mobil Penumpang Untuk Jalan Perkotaan Terbagi dan Satu Arah

Rr : Tanjakan rata-rata

Fr : Turunan rata-rata

DTr : Derajat tikungan rata-rata

Ar : Percepataan rata-rata

SA : Simpangan baku percepatan

(54)

44 2.7.2 Biaya Konsumsi Oli

Biaya yang dibutuhkan untuk konsumsi oli kendaraan dalam pengoperasian suatu kendaraan per kilometer jarak tempuh. Satuannya rupiah per kilometer.

a. Biaya konsumsi oli

BOi = KOi x Hoi………..(2.6)

Dimana:

BOi : Biaya konsumsi oli untuk jenis kendaraan i, dalam Rupiah/km

HOj : Konsumsi oli untuk jenis oli j, dalam liter/km

i : Jenis kendaraan

j : Jenis Oli

b. Konsumsi oli (KO)

Konsumsi oli untuk masing-masing jenis kendaraan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

KOi = OHKi + OHOi x KBBMi……….(2.7) Dimana:

OHKi : Oli hilang akibat kontaminasi (liter/km)

OHOi : Oli hilang akibat operasi (liter/km)

(55)

45 Kehilangan oli akibat kontaminasi dihitung sebagai berikut :

OHKi = KAPOi / JPOi……….(2.8)

Dimana :

KAPOi : kapasitas oli (liter)

JPOi : jarak penggantian oli (km)

Nilai tipikal untuk persamaan tersebut dapat dilihat pada tabel:

Tabel 2.4 Nilai tipikal JPOi, KPOi, dan OHOi yang direkomendasikan

Jenis Kendaraan JPOi KPOi OHOi

Sedan 2000 3,5 2,1 x 10−6

Utility 2000 3,5 2,1 x 10−6

Bus kecil 2000 6 2,1 x 10−6

Truk besar 2000 12 2,1 x 10−6

Truk ringan 2000 6 2,1 x 10−6

Truk sedang 2000 12 2,1 x 10−6

Truk besar 2000 24 2,1 x 10−6

(56)

46 2.7.3 Biaya Konsumsi Suku Cadang

Biaya yang dibutuhkan untuk konsumsi suku cadang kendaraan dalam pengoperasian suatu kendaraan per kilometer jarak tempuh. Satuannya rupiah per kilometer.

a) Kerataan

Data kerataan permukaan jalan dapat diperoleh dari hasil pengukuran dengan menggunakan alat ukur kerataan permukaan jalan dengan satuan hasil pengukuran meter per kilometer ( IRI ).

b) Harga Kendaraan Baru

Data kendaraan baru dapat diperoleh dari survei harga suatu kendaraan baru jenis tertentu dikurangi dengan nilai ban yang digunakan. Harga kendaraan dihitung sebagai harga rata-rata untuk suatu jenis kendaraan tertentu. Survei harga dapat dilakuakan survei langsung di pasar atau mendapatkan data melalui survei instansional seperti asosiasi pengusaha kendaraan bermotor.

c) Biaya konsumsi Suku Cadang

BPi = Pi x HKBi / 1000000……….(2.9)

Dimana:

BPi : Biaya pemeliharaan kendaraan untuk jenis Kendaraan i, dalam rupiah/km

(57)

47 Pi : Nilai relative biaya suku cadang terhadap harga kendaraan baru jenis i

i : Jenis kendaraan

2.7.4 Biaya Upah Tenaga Pemeliharaan (BUi)

Biaya yang dibutuhkan untuk upah pemeliharaan kendaraan untuk setiap jenis kendaraan yang dioperasikan dalam jarak tertentu. Satuannya rupiah per kilometer. Biaya upah perbaikan kendaraan untuk masing-masing jenis kendaraan dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

BUi = JPi x UTP/1000………(2.10)

Dimana :

BUi : Biaya upah perbaikan kendaraan (Rp/km) JPi : Jumlah jam pemeliharaan (jam/1000km) UTP : Upah tenaga pemeliharaan (Rp/jam)

1. Harga satuan upah tenaga pemeliharaan (UTP)

Data upah tenaga kerja dapat diperoleh melalui survey penghasilan tenaga perbaikan kendaraan. Survey upah ini dapat dilakuakan melalui survey langsung di bengkel atau mendapatkan melalui data instansional seperti Dinas Tenaga Kerja.

2. Kebutuhan jam pemeliharaan (JPi)

(58)

48 JPi = ��0 x ������1……….(2.11)

Dimana :

JPi : Jumlah jam pemeliharaan (jam/1000km)

Pi : Konsumsi suku cadang kendaraan jenis i

�0…. �1: konstanta

Nilai tipikal untuk model parameter persamaan jumlah jam pemeliharaan adalah sebagai berikut:

Tabel 2.5 Nilai Tipikal �0 dan 1

Jenis Kendaraan . �

Sedan 77,14 0,547

Utility 77,14 0,547

Bus kecil 242,03 0,519

Bus besar 293,44 0,517

Truk kecil 242,03 0,519

Truk sedang 242,03 0,517

Truk besar 301,46 0,519

(59)

49 2.7.5 Biaya Konsumsi Ban

Biaya yang dibutuhkan untuk konsumsi ban dalam pengoperasian suatu kendaraan per kilometer jarak tempuh. Satuannya rupiah per kilometer.

a. Kekasaran

Data kerataan permukaan jalan yang diperlukan dalam satu satuan hasil pengukuran meter per kilometer (IRI).

b. Tanjakan dan turunan

Perhitungan nilai tanjakan dan turunan (TT) merupakan penjumlahan nilai tanjakan rata-rata (FR) dan nilai turunan rata-rata (RR). Nilai tanjakan dan turunan rata-rata dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

TT = FR+ RR ………(2.12)

Apabila data pengukuran tanjakan dan turunan tidak tersedia dapat digunakan nilai tipikal seperti tabel berikut:

Tabel 2.6 Nilai tipikal tanjakan dan turunan pada medan jalan

Kondisi medan TT (%)

Datar 5

Bukit 25

Pegunungan 45

(60)

50 c. Biaya Konsumsi Ban

BBi = KBixHBj / 1000………..(2.13)

Dimana :

BBi : Biaya konsumsi ban untuk jenis kendaraan i, dalam rupiah/km

HBj : Harga ban untuk jenis kendaraan j, dalam EEB/1000km

i : Jenis kendaraan

j : Jenis Ban

d. Konsumsi Ban

Konsumsi ban untuk masing-masing kendaraan dapat dihitung dengan menggunakan rumus persamaan berikut, yaitu :

KBi = χ + δ1 x IRI +δ2 x TTrata-rata + δ3 x DTrata-rata…….(2.14)

Dimana :

χ : Konstanta

δ1…..δ3 : Koefisien-koefisien parameter

TTrata-rata : Tanjakan dan turunan rata-rata

(61)

51 Komponen utama biaya pengguna jalan antara lain terdiri dari biaya operasi kendaraan (BOK), nilai waktu perjalanan (value of travel time saving), dan biaya kecelakaan (accident cost). BOK terdiri dari dua komponen utama yaitu biaya tidak tetap (running cost) dan biaya tetap (fixed cost). Biaya tidak tetap komponen-komponennya adalah: biaya konsumsi bahan bakar, biya oli, biaya konsumsi suku cadang, biaya upah pemeliharaan, dan biaya ban. Sedangkan biaya tetap komponen-komponennya adalah: biaya depresiasi kendaraan, biaya bunga, dan biaya overhead.

Model-model komponen biaya operasi kendaraaan (BOK) yang ada disusun berdasarkan data empiris di negara-negara berkembang di luar Indonesia. Oleh sebab itu, perlu disusun model perhitungan BOK berdasarkan dengan kondisi di Indonesia. Dalam tahun 1996 sampai dengan tahun 2001, PUSLITBANG Prasarana Transportasi, BALITBANG Kimpraswil telah melakukan studi BOK, untuk berbagai jenis kendaraan, bekerja sama dengan TRL (Transport Research Laboratory) UK. Dari studi-studi di atas telah dihasilkan beberapa model perhitungan komponen BOK yang telah disesuaikan dengan kondisi di Indonesia dan dapat dijadikan sebuah pedoman dalam memperhitungkan biaya operasi kendaraan (BOK).

Pedoman ini nantinya akan dijadikan suatu acuan dalam melakukan perhitungan biaya operasi kendaraan bagi perencana. Dimana bagian 1 yaitu pedoman perhitungan komponen biaya tidak tetap (running cost), sedangkan bagian 2 yaitu pedoman perhitungan komponen biaya tetap (fixed cost).

(62)

52 2.8 Perhitungan BOK yang Dikembangkan oleh PT. Jasa Marga dan LAPI

ITB

1. Konsumsi Bahan Bakar (KKB) Jalan Tol

Konsumsi Bahan Bakar = basic fuel (1+ (kk+kI+kr))

Konsumsi Bahan Bakar Gol I = 0,0284 V² - 3,0644 V + 141,68 Konsumsi Bahan Bakar Gol IIA = 2,26533 x Basic fuel Gol I Konsumsi Bahan Bakar Gol IIB = 2,90805 x Basic fuel Gol I

Dimana: basic fuel dalam liter/1000 km kk = koreksi akibat kelandaian

kI = koreksi akibat kondisi lalu lintas

kr = Koreksi akibat kekasaran jalan (roughness)

V = Kecepatan • Jalan non Tol

Konsumsi bahan bakar = basic fuel (I+(kk+kl+kr))

Konsumsi Bahan Bakar Gol I = 0,05693V² - 6,42593 V + 269,1856 Konsumsi Bahan Bakar Gol IIA = 0,21692 V² - 24,11549 V + 954,78624 Konsumsi Bahan Bakar Gol IIB = 0,21557 V² - 24,17699 V + 947,80862 Dimana: basic fuel dalam liter/1000 km

(63)

53 Faktor koreksi konsumsi bahan bakar ditampilkan dalam tabel berikut:

Tabel 2.7 Faktor Koreksi Akibat Kelandaian

Koreksi Kelandaian Negatif (Kk)

g < -5% -0,337

-5 % ≤ g ≤ 0 % -0,158

Koreksi Kelandaian Positif (Kk)

0 % ≤ g ≤ -5 % 0,400

g ≥ 5 % 0,820

Sumber : LAPI-ITB (1997)

Tabel 2.8 Faktor Koreksi Akibat Kekasaran

Koreksi Lalu Lintas (Kl)

0 ≤ v/c < 0,6 0,050

0,6 ≤ v/c < 0,8 0,185

v/c > 0,8 0,253

Koreksi Kekasaran (Kl)

< 3 m/km 0,035

≥ 3 m/km 0,085

(64)

54 2. Konsumsi Minyak Pelumas

Berdasarkan survey literatur, dengan kriteria kemudahan dalam mengimplementasikan model, maka dipilih spesifikasi model yang dikembangkan dalam GENMERRI, yaitu model yang dipakai oleh Bina Marga untuk studi kelayakan jalan. Model ini memperhatikan pengaruh dari kecepatan perjalanan dan kekasaran permukaan jalan terhadap konsumsi minyak pelumas.

Pada tabel dapat dilihat konsumsi dasar minyak pelumas (liter/km) untuk jalan tol yang dimodifikasikan dari model ini. Konsumsi dasar ini kemudian dikoreksi lagi menurut tingkatan kekasaran jalan seperti yang terlihat pada tabel:

Tabel 2.9 Konsumsi Dasar Minyak Pelumas (liter/km)

Kecepatan (Km/Jam)

Jenis Kendaraan

Golongan IA Golongan IIA Golongan IIB

10 – 20 0,0032 0,0060 0,0049

(65)

55 Konsumsi dasar minyak pelumas untuk jalan non tol dirumuskan sebagai berikut: Konsumsi minyak pelumas Gol I = 0,00037 V² - 0,04070 V + 2,20405

Konsumsi minyak pelumas Gol IIA = 0,00209 V² - 0,24413 V + 13,29445 Konsumsi minyak pelumas Gol IIB = 0,00186 V² - 0,22035 V + 12,06486 Dimana: V = Kecepatan

Tabel 2.10 Faktor Koreksi Konsumsi Minyak Pelumas

Nilai Kekasaran Faktor Koreksi

< 3 m/km 1,00

>3 m/km 1,50

Sumber : LAPI-ITB (1997) 3. Konsumsi Ban

Ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi kondisi umur ban, yaitu: a) Rolling Friction yaitu gesekan antara ban dengan permukaan jalan

b) Gesekan akibat Driving Force, yang diakibatkan tekanan udara yang terjadi pada saat kendaraan melakukan tanjakan dan atau pengurangan kecepatan c) Gaya longitudinal dan transversal yang menyebabkan gesekan pada sebagian

permukaan ban. Gaya tersebut terjadi akibat pengereman, akselerasi dan tikungan

Dengan memperhitungkan kriteria kesederhanaan dan kemudahan dalam mengimpelentasikan model, maka digunakan model PCI sebagai berikut:

(66)

56 Golongan IIB Y = 0.0015553 V – 0,0059333

Dimana: Y = Pemakaian ban per 1000 km V = Kecepatan

4. Pemeliharaan

Biaya Pemeliharaan terdiri dari biaya suku cadang dan upah montir yang berlaku untuk perhitungan BOK pada jalan tol maupun jalan non tol, sedangkan menurut PCI persamaannya sebagai berikut:

a) Suku Cadang

Golongan I Y = 0,0000064 V + 0,0005567 Golongan IIA Y = 0,0000332 V + 0,0020891 Golongan IIB Y = 0.0000191 V + 0.0015400

Dimana : Y = Pemeliharaan suku cadang per1000 km V = Kecepatan

b) Montir

Golongan I Y = 0,00362 V + 0,36267 Golongan IIA Y = 0,02311 V + 1,97733 Golongan IIB Y = 0,01511 V + 0,21200 Dimana : Y = Jam montir per1000 km

V = Kecepatan 5. Deprisiasi

(67)

57 Golongan I Y = 1 / (2,5 V + 125)

Golongan IIA Y = 1 / (1,9 V + 450) Golongan IIB Y = 1 / (6,0 V + 300)

Dimana : Y = Depresiasi per1000 km dikalikan ½ nilai depresiasi dari kendaraan

6. Asuransi

Biaya asuransi berlaku untuk perhitungan BOK pada jalan tol maupun jalan non tol. Persamaannya sebagai berikut:

Golongan I Y = 38 / (500 V)

Golongan IIA Y = 6 / (2571,45857 V) Golongan IIB Y = 61 / (1714,28571 V) Dimana : Y = Asuransi per1000 km

V = Kecepatan 7. Bunga Modal

Bunga modal per kendaraan-km yang dilambangkan dalam dengan INT dan diekspresikan sebagai fraksi dari kendaraan baru diberikan dalam persamaan berikut:

INT = AINT / AKM Dimana :

AINT = Rata-rata bunga modal tahunan dari kendaraan yang diekspresikan sebagai fraksi dari kendaraan baru. 0,01 (AINV/2)

AINV = Bunga modal tahunan dari kendaraan baru.

(68)

58 8. Persamaan dari waktu perjalanan

Gol I (mobil) : Y = -

Gol IIA (Bus) : Y = 1000 / V Gol IIB (truk) : Y = 1000 / V

Dimana : Y = Jam perjalanan dikalikandengan upah/jam/1000km. V = Kecepatan (km/jam)

Rata-rata jumlah awak kendaraan. Gol I (mobil) : sopir 1

Gol IIA (Bus) : sopir 1 ; kondektur 1,7 Gol IIB (truk) : sopir 1 ; kernet 1 9. Overhead (biaya tak terduga)

Gol I (mobil) : -

(69)

12 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Transportasi merupakan salah satu komponen yang penting bagi kehidupan dan perkembangan ekonomi, sosial, politik dan mobilitas penduduk. Permasalahan transportasi yang sekarang selalu dihadapi kota-kota besar di Indonesia adalah masalah kemacetan lalu lintas. Menurut Tamin (2000 : 493) masalah lalu lintas atau kemacetan menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi pemakai jalan terutama dalam hal pemborosan waktu, pemborosan bahan bakar, pemborosan tenaga dan rendahnya tingkat kenyamanan berlalu-lintas serta meningkatnya polusi baik suara maupun polusi udara. Kota Medan sebagai kota yang sedang berkembang tidak lepas dari masalah transportasi seperti masalah kemacetan dan masalah ketidaknyamanan berlalulintas sebagaimana kota-kota besar lainnya.

(70)

13 Kemacetan menurut Gito Sugiyanto adalah situasi atau keadaan tersendat atau bahkan terhentinya lalu lintas yang disebabkan banyaknya jumah kendaraan melebihi kapasitas jalan. Dapat dikatakan juga macet merupakan suasana menumpuknya kendaraan yang ada di jalan raya yang disebabkan oleh kapasitas jalan yang tidak sepadan dengan jumlah kendaraan yang ada. Kemacetan lalu lintas di jalan juga terjadi karena ruas jalan yang sudah mulai tidak mampu lagi menerima atau melewatkan arus kendaraan yang datang. Hal ini terjadi karena pengaruh hambatan atau gangguan samping yang tinggi, sehingga mengakibatkan penyempitan ruas jalan, seperti: parkir di badan jalan, berjualan di trotoar dan badan jalan, kegiatan sosial yang menggunakan badan jalan dan lain lain.

Kemacetan atau tundaan lalu lintas juga sering terjadi karena prilaku angkutan umum yang sering mendahului dan tiba-tiba berhenti di badan jalan untuk menaikkan dan menurunkan penumpang dengan alasan kejar setoran tanpa memperhatikan keselamatan pengendara lain. Tidak tertibnya para pengemudi kendaraan umum seringkali menimbulkan kemacetan – kemacetan, terutama di jalur – jalur utama. Berhentinya kendaraan umum disembarang tempat dan waktu, sehingga praktis lajur tidak dapat digunakan secara efektif (Suryani, 2001).

(71)

14 Biaya kemacetan adalah biaya perjalanan akibat tundaan lalu lintas maupun tambahan volume kendaraan yang mendekati atau melebihi kapasitas pelayanan jalan (Nash, 1997, dalam Cahyani, 2000).

Pada jam-jam tertentu di ruas jalur Jalan Setia budi depan sekolah Shafiyatul Amaliyah sering terjadi kemacetan karena beberapa hal seperti parkir kendaraan kendaraan roda empat di badan jalan dan angkutan umum yang berhenti tidak pada tempatnya. Dengan adanya kemacetan maka pengguna jalan harus mengurangi kecepatan kendaraannya atau bahkan berhenti sesekali (tersendat-sendat) untuk menunggu tundaan kendaraan yang terjadi.

Kemacetan yang terjadi sering terjadi di kawasan tersebut sehingga pengguna kendaraan tidak mengetahui bahwa kemacetan dapat menambah biaya-biaya yang sering juga disebut biaya kemacetan.

Pada penelitian ini penulis ingin mengetahui berapa biaya kemacetan di Jalan Setia budi depan sekolah Shafiyatul Amaliyah melalui perhitungan selisih biaya operasional kendaraan normal dengan biaya operasional kendaraan akibat macet.

1.2 Permasalahan

(72)

15 pendidikan, mendorong masyarakat terutama yang memiliki tingkat perekonomian tinggi berusaha untuk dapat menyekolahkan putra dan putrinya disekolah tersebut. Sebagian besar murid di yayasan ini menggunakan mobil untuk antar jemput, baik itu sarana yang dikelola pihak sekolah maupun kendaraan pribadi orang tua murid.

Adanya simpang dan lebar jalan yang kurang memadai, maka pada pagi hari saat murid masuk sekolah, dan pada siang hari saat murid pulang sekolah kemacetan tak dapat dihindari lagi. Jumlah antrian yang cukup panjang di depan sekolah ini terjadi pada pagi pukul 06.15 hingga pukul 08.30 dan untuk siang hari terjadi pada pukul 13.00 hingga pukul 14.00. Walaupun secara sekilas hal ini tidak menimbulkan permasalahan yang penting, tetapi perlu adanya analisa lalu lintas melalui perhitungan-perhitungan teknis, sehingga dapat diketahui seberapa besar dampak yang ditimbulkan oleh kemacetan lalu lintas di lokasi tersebut.

1.3 Perumusan Masalah Penelitian

(73)

16 1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini untuk mengetahui biaya operasional kendaraan yang dikeluarkan akibat penurunan kecepatan di Jalan Setia budi depan sekolah Shafiyatul Amaliyah

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian adalah:

1. Bagi penulis, menjadi sarana untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh dari bangku perkuliahan yang dituangkan dalam suatu penelitian terhadap studi kasus di lapangan.

2. Masyarakat dapat menjadi bahan masukan dalam mempertimbangkan biaya yang dikeluarkan jika terjebak macet.

1.6 Batasan Masalah

1. Transportasi darat yang dihitung biaya operasional kendaraan yang dikeluarkan adalah mobil pribadi.

2. Penelitian dilakukan pada ruas Jalan Setia budi depan sekolah Shafiyatul Amaliyah

(74)

17 1.7 Metodologi Penelitian

Metode penelitian yang akan dilaksanakan adalah:

1.7.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Jalan Setiabudi

(75)

18

B

Sketsa Penelitian

1.7.2 Metode dan Tahapan Penelitian

Tugas akhir ini disusun dengan tahapan sebagai berikut :

1. Penelitian ini dimulai dengan mencari latar belakang masalah kemudian dirumuskan menjadi rumusan masalah dan tujuan penelitian.

2. Setelah dirumuskan tujuan penelitian, tahapan berikutnya mencari studi terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini.

3. Pengambilan data/survey dilakukan selama dua hari yaitu pada hari senin dan selasa. Ada dua jenis data yang diperlukan: Data Primer yaitu volume lalu lintas dan kecepatan perjalanan. Data sekunder yakni data yang sudah tersusun yang didapat dari instansi-instansi tertentu dan dinas terkait.

Teknik pengambilan data primer untuk penilitian ini adalah :

(76)

19 Shafiyatul Amaliyah dan data kecepatan pada ruas jalan tesebut pada saat kondisi normal maupun macet.

- Pengambilan data dilaksanakan selama 2 hari, yaitu hari senin dan selasa, dengan pertimbangan bahwa pada hari tersebut dianggap dapat mewakili kondisi arus lalulintas yang padat dengan aktifitas sekolah dan kegiatan kerja.

- Pengumpulan data dilakukan selama 12 jam yaitu pada jam-jam sibuk, dimana pada jam 07.00 – 09.00 WIB, 09.00 – 11.00 WIB, 11.00 – 13.00 WIB, 13.00 – 15.00 WIB, 15.00 – 17.00 WIB, 17.00 – 19.00 WIB.

4. Setelah data terkumpul dihitung BOK yang disebabkan adanya kemacetan tersebut.

(77)

20 1.8 Diagram Alir Penelitian

1.9 Review Jurnal Sebelumnya

1. Judul : ANALISIS KECEPATAN KENDARAAN PADA RUAS JALAN BRIGJEN SUDIARTO ( MAJAPAHIT ) KOTA SEMARANG DAN PENGARUHNYA TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR MINYAK (BBM)

Peneliti : Yudha Wijayanto

Peningkatan volume lalu lintas di Jalan Brigjen Sudiarto tidak terlepas karena pertumbuhan jumlah penduduk disekitar jalan tersebut. Hal ini menyebabkan terjadinya kemacetan di sepanjang koridor Jalan Brigjen Sudiarto yang pada akhirnya

Latar Belakang

Studi Literatur

Pengambilan Data/ Survey

Analisa Kerja dan Evaluasi

Analisa Biaya Kemacetan

(78)

21 menimbulkan menurunnya kecepatan kendaraan yang sangat besar yang berpengaruh pada tingkat konsumsi BBM yang meningkat. Dalam studi ini pengaruh kecepatan kendaraan terhadap tingkat konsumsi BBM memperlihatkan hubungan yang sangat signifikan. Perhitungan tingkat konsumsi BBM didapat dari rumus Pacific Consultant International (PCI) yang telah dikalibrasi dengan analisa Sistem Persamaan Linear

Tiga Variabel dengan metode Matriks sesuai dengan masing-masing penggal jalan.

Dari rumus PCI didapat persamaan kuadrat baru yang mempunyai titik puncak/balik pada masing-masing penggal. Titik puncak/balik pada masing-masing penggal menunjukkan batasan yang akan memperlihatkan tingkat konsumsi BBM. Jika kecepatan kendaraan dibawah titik puncak maka tingkat konsumsi BBM berbanding terbalik dengan dengan kecepatan kendaraan, artinya konsumsi BBM naik apabila kecepatan kendaraan turun dan sebaliknya. Dan apabila kecepatan kendaraan sudah diatas titik puncak/balik maka tingkat konsumsi BBM berbanding lurus dengan kecepatan kendaraan, artinya tingkat konsumsi BBM naik apabila kecepatan kendaraan naik dan sebaliknya.

(79)

22 konsumsi BBM-nya sudah berbanding lurus dengan tingkat kecepatan kendaraan, yaitu pada jam 07.00-08.00 Wib, yaitu pada titik : (57,915;0,2245) dan pada jam 16.00-17.00 Wib pada titik : (54,915;0,223), (57,176;0,2242), dimana penggal I hari minggu arah menuju kota mempunyai titik puncak/balik (54,175;0,213), sehingga kecepatan kendaraan yang sudah melebihi titik puncak (balik) pada masing-masing penggalnya dapat dikatakan tingkat konsumsi BBM-nya boros karena sudah melebihi batas konsumsi BBM dan batas kecepatan kendaraan.

2. Judul : BIAYA KEMACETAN RUAS JALAN KOTA YOGYAKARTA Peneliti : Imam Basuki dan Siswadi

Masalah kemacetan pada suatu ruas jalan adalah sesuatu yang sering terjadi pada daerah perkotaan. Kemacetan lalu lintas mempunyai akibat yang sangat besar apabila dicermati secara lebih mendalam. Salah satu hal yang sangat dominan adalah adanya pemborosan bahan bakar. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar dampak secara ekonomi kerugian yang diakibatkan oleh adanya kemacetan.

(80)

23 Kerugian yang dihitung hanya mencakup masalah pemborosan dari nilai operasi kendaraan yang ada. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa hubungan antara jumlah arus (smp/jam) dengan kecepatan yang terjadi (km/jam) adalah kecepatan berbanding terbalik dengan besarnya arus lalu lintas. Kerugian akibat kelambatan arus lalu lintas yang terjadi di jalan Gejayan adalah sebesar Rp. 11.282.482,21 per jam. Kerugian ini berupa bertambahnya biaya operasional kendaraan yang semestinya tidak perlu dikeluarkan apabila kecepatannya bisa mencapai kecepatan desain perencanaan.

3. Judul : PERMODELAN BIAYA KEMACETAN PENGGUNA MOBIL PRIBADI DENGAN VARIASI NILAI KECEPATAN AKTUAL KENDARAAN

Peneliti : Gito Sugiyanto

Kemacetan lalulintas adalah situasi ketika kecepatan aktual kendaraan berada di bawah kecepatan arus bebas. Situasi ini mengakibatkan kerugian bagi pengguna jalan, yang dapat berupa peningkatan konsumsi bahan bakar, waktu yang terbuang, dan pencemaran lingkungan.. Biaya kemacetan merupakan selisih antara biaya gabungan transportasi pada kondisi kecepatan arus bebas dengan biaya gabungan biaya transportasi pada kondisi kecepatan aktual. Biaya gabungan transportasi terdiri atas biaya operasi kendaraan, biaya waktu perjalanan, dan biaya polusi.

(81)

24 membatasi perjalanan menggunakan kendaraan pribadi yang tidak perlu. Tarif yang optimal untuk setiap jenis kendaraan diperoleh dengan cara memaksimalkan manfaat bersih untuk masyarakat dan pengguna jalan dan meminimalkan disbenefit. Tarif ini merupakan selisih antara marginal social cost dengan marginal private cost.

BOK mobil pribadi dihitung untuk dua kondisi, yaitu berdasarkan pada kondisi yang sebenarnya saat terjadi kemacetan lalulintas di lapangan dan pada kondisi kecepatan arus bebas dengan menggunakan pendekatan metode yang dikembangkan oleh Lembaga Afiliasi Penelitian dan Industri ITB (LAPI ITB, 1996). Jenis kendaraan yang digunakan sebagai acuan adalah mobil Toyota Avanza 1.3 S M/T, dengan menggunakan acuan harga pendekatan ekonomi pada akhir bulan September 2009. Analisis BOK untuk mobil pribadi pada berbagai variasi kecepatan mengacu pada hasil studi Sugiyanto (2011).

Berdasarkan nilai waktu PDRB adalah Rp 2.973,90/trip dan dengan nilai waktu berdasarkan WTP, biaya kemacetan bagi pengguna mobil pribadi di kawasan Malioboro, Yogyakarta, untuk responden dengan tujuan perjalanan ke kawasan Malioboro adalah Rp 4.009,15/trip dan untuk responden dengan perjalanan sebagai arus menerus adalah Rp 4.224,29/trip.

1.10 Sistematika Penulisan

(82)

25 BAB I PENDAHULUAN

Merupakan rancangan yang akan dilakukan yang meliputi tinjauan umum, latar belakang, perumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, dan sistematika penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Merupakan kajian dari berbagai literatur serta hasil studi yang relevan dengan pembahasan ini. Dalam hal ini diuraikan hal-hal tentang beberapa teori-teori yang berhubungan dengan kemacetan lalu lintas, baik secara langsung maupun secara umum, seperti pengertian kemacetan lalu lintas, transportasi, teknik lalu lintas, tundaan, hambatan samping, jaringan jalan, biaya operasional kendaraan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang metode yang dipakai dalam penelitian ini, termasuk pengambilan data, langkah penelitian, analisa data, serta pemilihan wilayah penelitian. Secara umum penelitian ini dilakukan dengan melalui beberapa tahapan kerja seperti terlihat dalam bagan alir penelitian.

BAB IV ANALISIS DATA

(83)

26 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

(84)

2

ABSTRAK

Kemacetan lalu lintas merupakan masalah umum yang dihadapi hampir semua wilayah perkotaan di Negara berkembang. Akibat yang ditimbulkan dari kemacetan lalu lintas sangatlah besar apabila kita cermati. Salah satunya adalah pemborosan biaya operasional kendaraan. Jalan Setiabudi merupakan salah satu ruas jalur yang sangat padat lalu lintas terutama di sekitar sekolah Shafiyatul Amaliyah. Pada jam jam pergi dan pulang sekolah sering terjadi kemacetan. Ini menyebabkan biaya yang harus dikeluarkan semakin bertambah sehingga merugikan penggunaa kendaraan pribadi. Untuk menganalisa Biaya Operasional Kendaraan digunakan metode PT. Jasa Marga dan LAPI ITB sehingga didapat biaya kemacetan di jalan setiabudi sebesar Rp 1.370 /km/kendaraan.

(85)

1 ANALISIS BIAYA KEMACETAN KENDARAAN DI JALAN SETIABUDI

(Studi Kasus Depan Sekolah Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah (YPSA) )

Disusun Oleh:

090404079

YUSUF AULIA LUBIS

Disetujui Oleh: Pembimbing

NIP :19560618 198601 1 001 Ir. Indra Jaya Pandia, MT

BIDANG STUDI TEKNIK TRANSPORTASI DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

Referensi

Dokumen terkait