• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Biaya Kemacetan Kendaraan Di Jalan Setiabudi (Studi Kasus Depan Sekolah Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah (YPSA) )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Biaya Kemacetan Kendaraan Di Jalan Setiabudi (Studi Kasus Depan Sekolah Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah (YPSA) )"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Transportasi

Kata transportasi berasal dari bahasa latin yaitu transportare, dimana trans adalah seberang atau sebelah lain dan portrare mengangkut atau membawa, jadi transportasi adalah mengangkut atau membawa sesuatu ke sebelah lain atau dari satu tempat ketempat lain.

Menurut Edward K. Morlok, transportasi adalah memindahkan atau mengangkut barang atau penumpang dari suatu tempat ke tempat lain. Transportasi dikatakan baik apabila perjalanan cukup cepat, tidak mengalami kemacetan, frekuensi pelayanan cukup aman, bebas dari kemungkinan kecelakaan dan kondisi pelayanan nyaman. Untuk mencapai kondisi seperti itu, banyak faktor yang mempengaruhi yaitu: kondisi prasarana jalan, sistem jaringan jalan, kondisi kendaraan dan sikap mental pemakai fasilitas tersebut.

2.2 Teknik Perlalu-Lintasan

(2)

komponen transportasi, yakni kondisi prasarana jalan serta sistem jaringannya dan kondisi kendaraan serta sikap mental pemakai fasilitas transportasi tersebut.

Untuk mengetahui tentang transportasi kota dalam aspek perencanaan dan pelaksanaannya, maka penting sekali untuk memahami aspek teknik perlalu lintasan (Traffic Engineering), teknik lalu lintas angkutan darat meliputi: karakteristik volume lalu lintas, kapasitas jalan, satuan mobil penumpang, asal dan tujuan lalu lintas, dan pembangkit lalu lintas. ( Budi D. Sinulingga, 1999)

2.3 Pengertian Volume Lalu Lintas

Volume lalu lintas adalah jumla tertentu pada suat perlintasan dikenal volume lalu lintas harian atau sering juga disebut lalu lintas harian rata-rata (LHR) yaitu jumlah kendaraan yang lewat secara rata-rata dalam sehari (24 jam) pada suatu ruas jalan tertentu, besarnya LHR akan menentukan dimensi penampang jalan yang akan dibangun. Volume lalu lintas ini bervariasi besarnya, tidak tetap, tergantung waktu, variasi dalam sehari, seminggu, sebulan dan setahun.

(3)

yang over estimate akan membuat perencanaan menjadi boros, sedangkan volume yang under estimate akan membuat jaringan jalan cepat mengalami kemacetan, sehingga memerlukan pengembangan pula.

2.4 Pengertian Kemacetan Lalu Lintas

Kemacetan adalah kondisi dimana arus lalu lintas yang lewat pada ruas jalan yang ditinjau melebihi kapasitas rencana jalan tersebut yang mengakibatkan kecepatan bebas ruas jalan tersebut mendekati atau melebihi 0 km/jam sehingga menyebabkan terjadinya antrian. Pada saat terjadinya kemacetan, nilai derajat kejenuhan pada ruas jalan akan ditinjau dimana kemacetan akan terjadi bila nilai derajat kejenuhan mencapai lebih dari 0,5 (MKJI, 1997).

Arus lalu lintas adalah suatu fenomena yang kompleks, dengan melihatnya kita dapat mengetahui bahwa pada saat arus lalu lintas meningkat, umumnya kecepatan akan menurun. Sedikitnya terdapat delapan variable yang digunakan untuk menjelaskan arus lalu lintas dan beberapa karakteristik aliran lainnya diturunkan dari variable-variabel utama seperti kecepatan, volume dan kepadatan, variable lainnya yaitu headway, spacing dan occupancy. Ada juga dua parameter lainnya yang berhubungan dengan spacy dan headway yaitu clearance dan gap.

(4)

Pada saat batas aliran lalu lintas yang ada pada suatu ruas jalan dilampaui, maka rata-rata kecepatan lalu lintas akan turun sehingga pada saat kecepatan mulai turun maka akan mengakibatkan biaya operasional kendaraan akan meningkat antara kisaran 0 – 45 km/jam dan waktu untuk melakukan perjalanan akan semakin meningkat. Sementara itu, waktu berarti biaya dan nilai yang keduanya merupakan dua bagian dari total biaya perjalanan yang ditimbulkan oleh menurunnya kecepatan akibat meningkatnya aliran lalu lintas (Sugiono, G).

Kemacetan apabila ditinjau dari tingkat pelayanan jalan (Level of Service), pada saat LOS < C.LOS < C, kondisi arus lalu lintas mulai tidak stabil, kecepatan operasi menurun relatif cepat akibat hambatan samping yang timbul dan kebebasan bergerak relatif kecil. Pada kondisi ini volume-kapasitas lebih besar atau sama dengan 0,8 ( V/C > 0,8 ).

Dan pada akhirnya nilai LOS sudah mencapai tingkat pelayanannya, maka aliran lalu lintas menjadi tidak stabil sehingga terjadi tundaan berat, yang disebut kemacetan lalu lintas (Ofyar Z Tamin, 1998).

(5)

2.5 Biaya Dalam Sistem Transportasi

Didalam sistem transportasi terdapat beberapa konsep biaya, salah satu dari biaya tersebut adalah biaya sosial atau social cost. Biaya sosial dari suatu fasilitas adalah biaya yang harus ditanggung oleh bukan pengguna fasiitas akibat penggunaan fasilitas oleh pihak lain. Secara umum biaya sosial disebut juga biaya eksternal dari suatu fasilitas walaupun pada beberapa literature artinya memiliki perbedaan.

Berikut ini beberapa konsep umum tentang eksternal cost, yaitu:

1. Biaya eksternal adalah biaya yang disebabkan oleh suatu aksi yang dilakukan oleh orang lain yang tidak memiliki kepentingan untuk melakukan aksi tersebut. Biaya eksternal akan menjadi masalah apabila pelakunya hanya menyadari biaya dan keuntungan dalam mengambil keputusan untuk melakukan aksi, tetapi terdapat biaya eksternal yang tidak diperhitungkan, dan nilainya lebih besar daripada keuntungan yang diperoleh.

2. Biaya eksternal adalah semua biaya yang dibebankan kepada pihak lain dan tidak dirasakan oleh pihak yang melakuakan aktivitas yang membangkitkan biaya tersebut.

(6)

Secara umum dapat disimpulkan biaya eksternal adalah biaya yang ditimbulkan akibat adanya kegiatan yang ditanggung oleh pihak ketiga yang sama sekali tidak terlibat langsung dengan kegiatan tersebut.

Dalam kajian ini, biaya eksternal berupa pemborosan biaya transportasi pengguna jalan, dimana pada kajian ini mempertimbangkan bagi pengguna kendaraan pribadi yang disebabkan oleh kemacetan pada kawasan jalan Setia budi. Biaya yang dipehitungkan berupa biaya operasional kendaraan (BOK).

2.6 Biaya Kemacetan Lalu Lintas

Kemacetan lalu lintas adalah situasi ketika kecepatan actual kendaraan berada dibawah kecepatan arus bebas. Situasi ini mengakibatkan kerugian bagi pengguna jalan, yang berupa peningkatan konsumsi bahan bakar. Biaya kemacetan merupakan selisih biaya dari kecepatan normal dengan kecepatan eksisting.

(7)

Biaya kemacetan atau congestion cost merupakan selisih antara marginal social cost (biaya yang dikeluarkan masyarakat) dengan marginal private cost (biaya

yang dikeluarkan oleh pengguna kendaraan pribadi) yang disebabkan oleh adanya tambahan kendaraan pada ruas jalan yang sama.

Secara pendekatan analisis, biaya kemacetan timbul dari hubungan antara dengan aliran di jalan dan hubungan antara kecepatan dengan biaya kendaraan. Perhitungan beban biaya kemacetan didasarkan kepada perbedaan antara biaya marginal social cost dan marginal private cost dari suatu perjalanan (Sugiono.G, 2008).

(8)

Selisih antara marginal social cost dan marginal private cost merupakan congestion cost yang disebabkan oleh adanya tambahan kendaraan pada ruas jalan

yang sama dan keseimbangan tercapai dititik F dengan arus lalu lintas sebanyak Q2 dan biaya sebesa P2. Dari sudut pandang sosial, arus lalu lintas sebanyak Q1 terlalu berlebihan karena pengemudi kendaraan hanya menikmati manfaat sebesar Q1E atau P4. Tambahan kendaraan setelah titik optimal Q2 harus mengeluarkan biaya sebesar Q2Q1HF namun hanya menikmati manfaat sebesar Q2Q1EF, sehingga terdapat welfare gain yang hilang sebesar luasan FEH. Oleh karena itu perhitungan biaya kemacetan didasarkan pada perbedaan antara biaya marginal social cost dan marginal private cost. (lihat grafik 2.2)

Kerugian yang timbul akibat kemacetan lalu lintas sangatlah besar, tetapi pada umumnya pengemudi atau pengguna fasilitas transportasi kurang menyadarinya. Kerugian ini meliputi pemborosan bahan bakar, waktu, tenaga dan ketidaknyamanan berlalu lintas, serta biaya sosial atau eksternasi yang dibebankan pengemudi lain dan pihak ketiga (Ofyar Z. Tamin, 1998).

(9)

maka kita tidak perlu menanggung kerugian yang disebabkan oleh kemacetan tersebut.

Biaya akibat kemacetan lalu lintas ini sebenarnya merupakan tambahan biaya perjalanan yang harus ditanggung oleh pengguna jalan akibat bertambahnya volume lalu lintas dan waktu perjalanan. Komponen biaya perjalanan adalah volume lalu lintas, waktu perjalanan, biaya operasional kendaraan and nilai waktu perjalanan. Jadi, untuk ruas jalan yang sama maka biaya perjalanan akan meningkat jika volume lalu lintas dan waktu perjalananpun ikut bertambah.

Ada juga model kaitan antara kecepatan dengan biaya kemacetan, dimana model ini memiliki asumsi ( Basuki. M, 2008):

a) Perbedaan tingkat kecepatan ( lambat dan cepat )

b) Kecepatan tiap kendaraan tidak dibuat berdasarkan tingkat lalu lintas c) Tidak menggunakan satuan penumpang

d) Biaya kemacetan cenderung nol jika kecepatannya sama e) Kendaraan tidak saling mendahului

2. 7 Biaya Operasional Kendaraan (BOK)

(10)

pada volume produksi jasa sampai ketingkat tertentu) sedangkan biaya tetap adalah biaya yang berubah apabila terjadi perubahan pada volume produksi jasa (Gito Sugianto).

Biaya Operasional Kendaraan merupakan suatu nilai yang menyatakan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk pengoperasian suatu kendaraan. BOK terdiri atas beberapa komponen sebagai berikut:

a. Biaya Tidak Tetap (Running Cost) adalah biaya yang besarnya berubah tergantung pada pengoperasian alat-alat pengangkutan, meliputi:

- Bahan bakar - Minyak Pelumas - Ban

- Pemeliharaan

b. Biaya Tetap (Fixed Cost) adalah biaya tetap yang dikeluarkan setiap bulan, meliputi:

- Asuransi - Bunga Modal - Depresiasi

(11)

Dalam penetapan nilai operasi kendaraan, Button (1993) menyatakan bahwa penetapan harga layanan transportasi (pricing) bertujuan untuk maksimasi kepentingan penyedia jasa transportasi dengan tetap mempertimbangkan kesejahteraan masyarakat (maximizing welfare). Kondisi ini akan stabil untuk jangka panjang atau Long Run Marginal Cost (LRMC). LRMC merupakan komponen biaya yang mempengaruhi penetapan harga dengan memperhatikan biaya-biaya kapital atau biaya tetap lainnya yang mempengaruhi kelangsungan kendaraan pada kondisi yang akan datang.

Dalam kajian ini, terdapat beberapa macam model yang digunakan untuk memperoleh biaya operasi kendaraan (BOK), dalam hal ini ada beberapa analisis model yang digunakan yaitu metode yang dikembangkan PT. Jasa Marga bekerja sama dengan Lembaga Afiliasi Penelitian dan Industri Insititut Teknologi Bandung (LAPI ITB). Berdasarkan model perhitungan BOK yang dikembangkan oleh PT. Jasa Marga bekerja sama dengan Lembaga Afiliasi Penelitian dan Industri Teknologi Bandung (LAPI ITB), maka hanya akan diperhitungkan faktor-faktor tertentu yang dianggap memberikan pengaruh terhadap komponen-komponen yang memberikan kontribusi relatif besar terhadap nilai biaya operasional kendaraan.

(12)

Unit observasi dalam penelitian ini adalah kendaraan pribadi, yaitu kendaraan pribadi berupa kendaraan bermotor roda empat dan roda dua. Jenis kendaran yang akan dijadikan sebagai unit observasi adalah kendaraaan yang representasinya mendekati atau sesuai dengan rekomendasi.

Analisis akan dilakukan dengan pendekatan deskriptif, berdasarkan pada data kuantitatif sebagai hasil perhitungan besaran biaya operasi kendaraaan. Seluruh data-data biaya yang dikumpulkan dari kegiatan survei, akan dikonversi kedalam nilai rupiah per Km jarak tempuh. Dalam hal ini, teknik statistik digunakan dalam perhitungan komponen-komponen biaya operasi kendaraan, yang mencakup:

1) Biaya pemakaian bahan bakar

2) Biaya pemakaian pelumas

3) Biaya pemakaian ban

4) Biaya pemeliharaan kendaraan

5) Biaya depresiasi kendaraan

6) Biaya awak kendaraan

2.7.1 Biaya Konsumsi Bahan Bakar

(13)

a. Kecepatan Rata-rata Lalu-Lintas

Data kecepatan lalu lintas dapat diperoleh dengan melakukan pengukuran langsung dengan menggunakan metode moving car observer dan selanjutnya dilakukan perhitungan kecepatan rata-rata ruang. Apabila data kecepatan lalu-lintas tidak tersedia maka kecepatan dapat dihitung dengan Manual Kapasitas Jalan Indonesia.

b. Percepatan rata-rata

Percepatan rata-rata lalu-lintas dalam suatu ruas jalan dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut (manual BOK, 1995) :

Ag = 0,0128 x (V /C)………..(2.1)

Dimana:

Ag : percepatan rata-rata

V : volume lalu-lintas (smp / jam)

C : kapasitas jalan (smp / jam)

c. Tanjakan dan turunan

Tanjakan rata-rata ruas jalan dapat dihitung berdasarkan data aligment vertical dengan rumus sebagai berikut (manual BOK, 1995):

��

=

∑ ��

� �=1

(14)

Turunan rata-rata ruas jalan dapat dihitung berdasarkan data aligment vertical dengan rumus (manual BOK, 1995):

��

=

∑ �

� �=1

L (m / km)………..(2.3)

Apabila data pengukuran tanjakan dan turunan tidak tersedia dapat digunakan nilai tipikal sebagai berikut:

Tabel 2.1 Nilai tipikal tanjakan dan turunan rata-rata

Kondisi Medan

Tanjakan rata-rata

(m/km)

Turunan rata-rata

(m/km)

Datar 2,5 -2,5

Bukit 12,5 -12,5

Pegunungan 22,5 -22,5

Sumber: RSNI Pedoman Perhitungan BOK, 2006

d. Biaya konsumsi Bahan Bakar Minyak

BiBB����= KBBMi x HBBMj………(2.4)

Dimana :

(15)

KBBMi : Konsumsi bahan bakar minyak untuk jenis kendaran i, dalam liter/km.

HBBMj : Harga bahan bakar untuk jenis BBMj, dalam rupiah per liter. i : Jenis kendaraan sedan, utility, bus kecil, bus besar, atau truk. j : Jenis bahan bakar minyak solar ataupun premium.

e. Konsumsi Bahan Bakar minyak (KBBM)

Konsumsi bahan bakar minyak untuk masing-masing kendaraan dapat dihitung dengan rumus persamaan sebagai berikut (manual BOK, 1995):

KBBMi=(α+β1/Vr+β2xVr²+β3xRr+β4xFr+β5xFr²+β6xDTr+β7xAr+β8xSa+β

9xBk+β10xBkxAr+β11xBkxSa)/1000……….(2.5)

(16)

Tabel 2.2 Nilai Ekivalen Mobil Penumpang Untuk Jalan Perkotaan Tak Terbagi

Lebar Jalur Lalu lintas

Wc(m)

Sumber : Kemenhub NO.14(2006)

β1..β11 : koefisien-koefisien parameter ( lihat tabel 2.3)

(17)

Tabel 2.3 Nilai Ekivalensi Mobil Penumpang Untuk Jalan Perkotaan Terbagi dan Satu

Sumber : Kemenhub NO.14(2006)

Vr : Kecepatan rata-rata

Rr : Tanjakan rata-rata

Fr : Turunan rata-rata

DTr : Derajat tikungan rata-rata

Ar : Percepataan rata-rata

SA : Simpangan baku percepatan

(18)

2.7.2 Biaya Konsumsi Oli

Biaya yang dibutuhkan untuk konsumsi oli kendaraan dalam pengoperasian suatu kendaraan per kilometer jarak tempuh. Satuannya rupiah per kilometer.

a. Biaya konsumsi oli

BOi = KOi x Hoi………..(2.6)

Dimana:

BOi : Biaya konsumsi oli untuk jenis kendaraan i, dalam Rupiah/km

HOj : Konsumsi oli untuk jenis oli j, dalam liter/km

i : Jenis kendaraan

j : Jenis Oli

b. Konsumsi oli (KO)

Konsumsi oli untuk masing-masing jenis kendaraan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

KOi = OHKi + OHOi x KBBMi……….(2.7) Dimana:

OHKi : Oli hilang akibat kontaminasi (liter/km)

OHOi : Oli hilang akibat operasi (liter/km)

(19)

Kehilangan oli akibat kontaminasi dihitung sebagai berikut :

OHKi = KAPOi / JPOi……….(2.8)

Dimana :

KAPOi : kapasitas oli (liter)

JPOi : jarak penggantian oli (km)

Nilai tipikal untuk persamaan tersebut dapat dilihat pada tabel:

Tabel 2.4 Nilai tipikal JPOi, KPOi, dan OHOi yang direkomendasikan

Jenis Kendaraan JPOi KPOi OHOi

Sedan 2000 3,5 2,1 x 10−6

Utility 2000 3,5 2,1 x 10−6

Bus kecil 2000 6 2,1 x 10−6

Truk besar 2000 12 2,1 x 10−6

Truk ringan 2000 6 2,1 x 10−6

Truk sedang 2000 12 2,1 x 10−6

Truk besar 2000 24 2,1 x 10−6

(20)

2.7.3 Biaya Konsumsi Suku Cadang

Biaya yang dibutuhkan untuk konsumsi suku cadang kendaraan dalam pengoperasian suatu kendaraan per kilometer jarak tempuh. Satuannya rupiah per kilometer.

a) Kerataan

Data kerataan permukaan jalan dapat diperoleh dari hasil pengukuran dengan menggunakan alat ukur kerataan permukaan jalan dengan satuan hasil pengukuran meter per kilometer ( IRI ).

b) Harga Kendaraan Baru

Data kendaraan baru dapat diperoleh dari survei harga suatu kendaraan baru jenis tertentu dikurangi dengan nilai ban yang digunakan. Harga kendaraan dihitung sebagai harga rata-rata untuk suatu jenis kendaraan tertentu. Survei harga dapat dilakuakan survei langsung di pasar atau mendapatkan data melalui survei instansional seperti asosiasi pengusaha kendaraan bermotor.

c) Biaya konsumsi Suku Cadang

BPi = Pi x HKBi / 1000000……….(2.9)

Dimana:

BPi : Biaya pemeliharaan kendaraan untuk jenis Kendaraan i, dalam rupiah/km

(21)

Pi : Nilai relative biaya suku cadang terhadap harga kendaraan baru jenis i

i : Jenis kendaraan

2.7.4 Biaya Upah Tenaga Pemeliharaan (BUi)

Biaya yang dibutuhkan untuk upah pemeliharaan kendaraan untuk setiap jenis kendaraan yang dioperasikan dalam jarak tertentu. Satuannya rupiah per kilometer. Biaya upah perbaikan kendaraan untuk masing-masing jenis kendaraan dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

BUi = JPi x UTP/1000………(2.10)

Dimana :

BUi : Biaya upah perbaikan kendaraan (Rp/km) JPi : Jumlah jam pemeliharaan (jam/1000km) UTP : Upah tenaga pemeliharaan (Rp/jam)

1. Harga satuan upah tenaga pemeliharaan (UTP)

Data upah tenaga kerja dapat diperoleh melalui survey penghasilan tenaga perbaikan kendaraan. Survey upah ini dapat dilakuakan melalui survey langsung di bengkel atau mendapatkan melalui data instansional seperti Dinas Tenaga Kerja.

2. Kebutuhan jam pemeliharaan (JPi)

(22)

JPi = ��0 x ������1……….(2.11)

Dimana :

JPi : Jumlah jam pemeliharaan (jam/1000km)

Pi : Konsumsi suku cadang kendaraan jenis i

�0…. �1: konstanta

Nilai tipikal untuk model parameter persamaan jumlah jam pemeliharaan adalah sebagai berikut:

Tabel 2.5 Nilai Tipikal �0 dan 1

Jenis Kendaraan . ��

Sedan 77,14 0,547

Utility 77,14 0,547

Bus kecil 242,03 0,519

Bus besar 293,44 0,517

Truk kecil 242,03 0,519

Truk sedang 242,03 0,517

Truk besar 301,46 0,519

(23)

2.7.5 Biaya Konsumsi Ban

Biaya yang dibutuhkan untuk konsumsi ban dalam pengoperasian suatu kendaraan per kilometer jarak tempuh. Satuannya rupiah per kilometer.

a. Kekasaran

Data kerataan permukaan jalan yang diperlukan dalam satu satuan hasil pengukuran meter per kilometer (IRI).

b. Tanjakan dan turunan

Perhitungan nilai tanjakan dan turunan (TT) merupakan penjumlahan nilai tanjakan rata-rata (FR) dan nilai turunan rata-rata (RR). Nilai tanjakan dan turunan rata-rata dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

TT = FR+ RR ………(2.12)

Apabila data pengukuran tanjakan dan turunan tidak tersedia dapat digunakan nilai tipikal seperti tabel berikut:

Tabel 2.6 Nilai tipikal tanjakan dan turunan pada medan jalan

Kondisi medan TT (%)

Datar 5

Bukit 25

Pegunungan 45

(24)

c. Biaya Konsumsi Ban

BBi = KBixHBj / 1000………..(2.13)

Dimana :

BBi : Biaya konsumsi ban untuk jenis kendaraan i, dalam rupiah/km

HBj : Harga ban untuk jenis kendaraan j, dalam EEB/1000km

i : Jenis kendaraan

j : Jenis Ban

d. Konsumsi Ban

Konsumsi ban untuk masing-masing kendaraan dapat dihitung dengan menggunakan rumus persamaan berikut, yaitu :

KBi = χ + δ1 x IRI +δ2 x TTrata-rata + δ3 x DTrata-rata…….(2.14)

Dimana :

χ : Konstanta

δ1…..δ3 : Koefisien-koefisien parameter

TTrata-rata : Tanjakan dan turunan rata-rata

(25)

Komponen utama biaya pengguna jalan antara lain terdiri dari biaya operasi kendaraan (BOK), nilai waktu perjalanan (value of travel time saving), dan biaya kecelakaan (accident cost). BOK terdiri dari dua komponen utama yaitu biaya tidak tetap (running cost) dan biaya tetap (fixed cost). Biaya tidak tetap komponen-komponennya adalah: biaya konsumsi bahan bakar, biya oli, biaya konsumsi suku cadang, biaya upah pemeliharaan, dan biaya ban. Sedangkan biaya tetap komponen-komponennya adalah: biaya depresiasi kendaraan, biaya bunga, dan biaya overhead.

Model-model komponen biaya operasi kendaraaan (BOK) yang ada disusun berdasarkan data empiris di negara-negara berkembang di luar Indonesia. Oleh sebab itu, perlu disusun model perhitungan BOK berdasarkan dengan kondisi di Indonesia. Dalam tahun 1996 sampai dengan tahun 2001, PUSLITBANG Prasarana Transportasi, BALITBANG Kimpraswil telah melakukan studi BOK, untuk berbagai jenis kendaraan, bekerja sama dengan TRL (Transport Research Laboratory) UK. Dari studi-studi di atas telah dihasilkan beberapa model perhitungan komponen BOK yang telah disesuaikan dengan kondisi di Indonesia dan dapat dijadikan sebuah pedoman dalam memperhitungkan biaya operasi kendaraan (BOK).

Pedoman ini nantinya akan dijadikan suatu acuan dalam melakukan perhitungan biaya operasi kendaraan bagi perencana. Dimana bagian 1 yaitu pedoman perhitungan komponen biaya tidak tetap (running cost), sedangkan bagian 2 yaitu pedoman perhitungan komponen biaya tetap (fixed cost).

(26)

2.8Perhitungan BOK yang Dikembangkan oleh PT. Jasa Marga dan LAPI ITB

1. Konsumsi Bahan Bakar (KKB) Jalan Tol

Konsumsi Bahan Bakar = basic fuel (1+ (kk+kI+kr))

Konsumsi Bahan Bakar Gol I = 0,0284 V² - 3,0644 V + 141,68 Konsumsi Bahan Bakar Gol IIA = 2,26533 x Basic fuel Gol I Konsumsi Bahan Bakar Gol IIB = 2,90805 x Basic fuel Gol I

Dimana: basic fuel dalam liter/1000 km kk = koreksi akibat kelandaian kI = koreksi akibat kondisi lalu lintas

kr = Koreksi akibat kekasaran jalan (roughness)

V = Kecepatan • Jalan non Tol

Konsumsi bahan bakar = basic fuel (I+(kk+kl+kr))

Konsumsi Bahan Bakar Gol I = 0,05693V² - 6,42593 V + 269,1856 Konsumsi Bahan Bakar Gol IIA = 0,21692 V² - 24,11549 V + 954,78624 Konsumsi Bahan Bakar Gol IIB = 0,21557 V² - 24,17699 V + 947,80862 Dimana: basic fuel dalam liter/1000 km

(27)

Faktor koreksi konsumsi bahan bakar ditampilkan dalam tabel berikut:

Tabel 2.7 Faktor Koreksi Akibat Kelandaian

Koreksi Kelandaian Negatif (Kk)

g < -5% -0,337

-5 % ≤ g ≤ 0 % -0,158

Koreksi Kelandaian Positif (Kk)

0 % ≤ g ≤ -5 % 0,400

g ≥ 5 % 0,820

Sumber : LAPI-ITB (1997)

Tabel 2.8 Faktor Koreksi Akibat Kekasaran

Koreksi Lalu Lintas (Kl)

0 ≤ v/c < 0,6 0,050

0,6 ≤ v/c < 0,8 0,185

v/c > 0,8 0,253

Koreksi Kekasaran (Kl)

< 3 m/km 0,035

≥ 3 m/km 0,085

(28)

2. Konsumsi Minyak Pelumas

Berdasarkan survey literatur, dengan kriteria kemudahan dalam mengimplementasikan model, maka dipilih spesifikasi model yang dikembangkan dalam GENMERRI, yaitu model yang dipakai oleh Bina Marga untuk studi kelayakan jalan. Model ini memperhatikan pengaruh dari kecepatan perjalanan dan kekasaran permukaan jalan terhadap konsumsi minyak pelumas.

Pada tabel dapat dilihat konsumsi dasar minyak pelumas (liter/km) untuk jalan tol yang dimodifikasikan dari model ini. Konsumsi dasar ini kemudian dikoreksi lagi menurut tingkatan kekasaran jalan seperti yang terlihat pada tabel:

Tabel 2.9 Konsumsi Dasar Minyak Pelumas (liter/km) Kecepatan

(Km/Jam)

Jenis Kendaraan

Golongan IA Golongan IIA Golongan IIB

10 – 20 0,0032 0,0060 0,0049

(29)

Konsumsi dasar minyak pelumas untuk jalan non tol dirumuskan sebagai berikut: Konsumsi minyak pelumas Gol I = 0,00037 V² - 0,04070 V + 2,20405

Konsumsi minyak pelumas Gol IIA = 0,00209 V² - 0,24413 V + 13,29445 Konsumsi minyak pelumas Gol IIB = 0,00186 V² - 0,22035 V + 12,06486 Dimana: V = Kecepatan

Tabel 2.10 Faktor Koreksi Konsumsi Minyak Pelumas

Nilai Kekasaran Faktor Koreksi

< 3 m/km 1,00

>3 m/km 1,50

Sumber : LAPI-ITB (1997) 3. Konsumsi Ban

Ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi kondisi umur ban, yaitu: a) Rolling Friction yaitu gesekan antara ban dengan permukaan jalan

b) Gesekan akibat Driving Force, yang diakibatkan tekanan udara yang terjadi pada saat kendaraan melakukan tanjakan dan atau pengurangan kecepatan c) Gaya longitudinal dan transversal yang menyebabkan gesekan pada sebagian

permukaan ban. Gaya tersebut terjadi akibat pengereman, akselerasi dan tikungan

Dengan memperhitungkan kriteria kesederhanaan dan kemudahan dalam mengimpelentasikan model, maka digunakan model PCI sebagai berikut:

(30)

Golongan IIB Y = 0.0015553 V – 0,0059333 Dimana: Y = Pemakaian ban per 1000 km

V = Kecepatan 4. Pemeliharaan

Biaya Pemeliharaan terdiri dari biaya suku cadang dan upah montir yang berlaku untuk perhitungan BOK pada jalan tol maupun jalan non tol, sedangkan menurut PCI persamaannya sebagai berikut:

a) Suku Cadang

Golongan I Y = 0,0000064 V + 0,0005567 Golongan IIA Y = 0,0000332 V + 0,0020891 Golongan IIB Y = 0.0000191 V + 0.0015400

Dimana : Y = Pemeliharaan suku cadang per1000 km V = Kecepatan

b) Montir

Golongan I Y = 0,00362 V + 0,36267 Golongan IIA Y = 0,02311 V + 1,97733 Golongan IIB Y = 0,01511 V + 0,21200 Dimana : Y = Jam montir per1000 km

V = Kecepatan 5. Deprisiasi

(31)

Golongan I Y = 1 / (2,5 V + 125) Golongan IIA Y = 1 / (1,9 V + 450) Golongan IIB Y = 1 / (6,0 V + 300)

Dimana : Y = Depresiasi per1000 km dikalikan ½ nilai depresiasi dari kendaraan

6. Asuransi

Biaya asuransi berlaku untuk perhitungan BOK pada jalan tol maupun jalan non tol. Persamaannya sebagai berikut:

Golongan I Y = 38 / (500 V)

Golongan IIA Y = 6 / (2571,45857 V) Golongan IIB Y = 61 / (1714,28571 V) Dimana : Y = Asuransi per1000 km

V = Kecepatan 7. Bunga Modal

Bunga modal per kendaraan-km yang dilambangkan dalam dengan INT dan diekspresikan sebagai fraksi dari kendaraan baru diberikan dalam persamaan berikut:

INT = AINT / AKM Dimana :

AINT = Rata-rata bunga modal tahunan dari kendaraan yang diekspresikan sebagai fraksi dari kendaraan baru. 0,01 (AINV/2)

AINV = Bunga modal tahunan dari kendaraan baru.

(32)

8. Persamaan dari waktu perjalanan Gol I (mobil) : Y = -

Gol IIA (Bus) : Y = 1000 / V Gol IIB (truk) : Y = 1000 / V

Dimana : Y = Jam perjalanan dikalikandengan upah/jam/1000km. V = Kecepatan (km/jam)

Rata-rata jumlah awak kendaraan. Gol I (mobil) : sopir 1

Gol IIA (Bus) : sopir 1 ; kondektur 1,7 Gol IIB (truk) : sopir 1 ; kernet 1 9. Overhead (biaya tak terduga)

Gol I (mobil) : -

Referensi

Dokumen terkait

 Membuat perbandingan pemahaman tentang sistem bilangan pada sistem komputer Tugas Menyelesaikan masalah tentang penulisan beberapa sistem bilangan, BCD, BCH serta

To understand how this sequentiality helps in reducing the number of random disk I/Os, assume that a range query output is 4 nearby features1. If we were to extract

 Tes tertulis mengenai penggunaan angka penting dan kesalahan pengukuran, membaca alat ukur.  Tes

Kalimat singkat dan padat, kata-kata bermakna lugas (sebenarnya) sehingga tidak salah tafsir, isi jelas, dll (kebijakan

BUILDING A COMPLETE FREE AND OPEN SOURCE GIS INFRASTRUCTURE FOR HYDROLOGICAL COMPUTING AND DATA PUBLICATION USING GIS.LAB ANDM.

Nama Penyedia Harga Penawaran Terkoreksi Hasil Evaluasi Keterangan. Rigas Solagratia Mandiri, CV

Dengan memperhatikan hasil evaluasi Administrasi, Teknis, Harga, Kualifikasi dan Pembuktian Kualifikasi, Panitia Pengadaan Barang/Jasa Gedung Keuangan Negara Banda

jarannya kepada guru keterampilan agar dapat membelajarkan kepada siswa yang lebih efektif dan ino- vatif. Pembelajaran berbasis kom- petensi diharapkan mampu